• Tidak ada hasil yang ditemukan

METODE PENELITIAN

H. Teknik Pengujian Instrumen 1.Uji Validitas 1.Uji Validitas

I. Teknik Analisis Data

1. Analisis Arithmetic Mean

Teknik arithmetic mean untuk menjawab masalah pertama. Alat análisis ini digunakan untuk mengetahui penilaian konsumen terhadap T-shirt merek Triggers Syndicate. Rumus yang digunakan (Dayan:1996):

Keterangan:

Di mana :

= Nilai rata-rata variabel independent = jumlah nilai kuantitatif.

N = Jumlah Responden. n = Jumlah ítem pertanyaan

Alat análisis ini digunakan untuk mengetahui besarnya penilian konsumen T-shirt merek Triggers Syndicate. setelah mengetahui besarnya penilaian konsumen T-shirt merek Triggers Syndicate terhadap Brand Awareness, Perceived Quality serta Brand Association, maka hasil perhiungan itu dimasukan ke dalam kategori yang telah ditentukan.

Langkah pertama untuk menentukan suatu kategori adalah dengan menentukan jumlah kategori yang akan dibuat. Penentuan jumlah kategori

umumnya tergantung pada pertimbangan-pertimbangan praktis yang masuk akal dari peneliti ( Dayan: 1996).

Dalam penelitian ini ditentukan penilaian terhadap Brand Awareness dibagi dalam empat kategori, yaitu: Sangat Rendah (SR),) Rendah (R), Tinggi (T), Sangat Tinggi

Langkah selanjutnya adalah menetukan interval, yang dicari dengan cara skor tinggi dikurangi skor terendah dibagi jumlah kategori yang telah ditentukan.

Interval=

Interval = = = 0,75

Dari interval 0,75 maka kategori penilaian Brand Awareness adalah sebagai berikut ini :

Sangat Rendah (SR) = 1,00 – 1,75 Rendah (R) = 1,76 – 2,50 Tinggi (T) = 2,51 – 3,25 Sangat Tinggi (ST) = 3,26 – 4,00

Selanjutnya dalam menentukan penilaian terhadap Perceived Quality dan Brand Association dibagi dalam lima kategori, yaitu: Sangat Rendah (SR), Rendah (R), Cukup (C),Tinggi (T) dan Sangat Tinggi (ST)

Langkah selanjutnya adalah menetukan interval, yang dicari dengan cara skor tinggi dikurangi skor terendah dibagi jumlah kategori yang telah ditentukan.

Interval=

Interval =

=

= 0,8

Dari interval 0,8 maka kategori penilaian Perceived Quality dan Brand Association adalah sebagai berikut ini :

Sangat Rendah (SR) = 1,00 – 1,80 Rendah (R) = 1,81 – 2,60 Cukup (C) = 2,61 – 3,40 Tinggi (T) = 3,41 – 4,20 Sangat Tinggi (ST) = 4,21 – 5,00

2. Uji Asumsi Klasik

a. Uji Asumsi Klasik Multikolinieritas (Sunyoto, 2007 : 89 - 90)

Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri dari atas dua atau lebih variabel bebas (independent variabel) (X1, X2, X3, X4,…Xn), dimana akan di ukur tingkat asosiasi (keeratan) hubungan atau pengaruh antar variabel bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi ( r ). Dikatakan terjadi multikolinieritas, jika koefisien korelasi antar variabel bebas (X1 dan X2, X2 dan X3, X3 dan X4, dan seterusnya) lebih besar dari 0,60 (pendapat lain : 0,50 dan 0,90). Dikatakan tidak terjadi multikolinieritas jika koefisien korelasi antar variabel bebas lebih kecil

atau sama dengan 0,60 (r ≤ 0,60).

Atau dalam menentukan ada tidaknya multikolinieritas dapat digunakan cara lain yaitu dengan :

1) Nilai tolerance adalah besarnya tingkat kesalahan yang dibenarkan secara statistik (α).

2) Nilai variance inflation faktor (VIF) adalah faktor inflasi penyimpangan baku kuadrat.

Nilai tolerance dan nilai variance inflation faktor (VIF) dapat dicari dengan menggabungkan kedua nilai tersebut sebagai berikut : a) Besar nilai tolerance (α) :

b) Besar nilai variance inflation faktor (VIF) :

VIF = 1 / α

Variabel bebas mengalami multikolinieritas jika : α hitung < α dan

VIF hitung > VIF.

Variabel bebas tidak mengalami multikolinieritas jika : α hitung > α

dan VIF hitung < VIF.

b. Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas (Sunyoto, 2007 : 93 - 94)

Dalam persamaan regresi linier berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varians dari residual observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varians sama disebut terjadi homoskedastisitas dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Misalkan :

1) Nilai statistik dari 5 mahasiswa kelas A yaitu 70, 69, 71, 73, 70 cenderung lebih seragam atau tidak bervariasi karena selisihnya kecil, kejadian ini disebut homoskedastisitas.

2) Nilai statistik dari 5 mahasiswa kelas B yaitu 30, 90, 60, 80, 40 cenderung tidak seragam atau sangat bervariasi karena selisihnya besar, kejadian ini disebut heteroskedastisitas.

Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melaui grafik scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang mempunyai variabel bebas (sumbu X = Y hasil prediksi) dan nilai residualnya (SRESID) merupakan variabel terikat (sumbu Y = Y prediksi – Y riil).

Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar dibawah maupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola teratur. Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang.

c. Uji Asumsi Klasik Normalitas (Sunyoto, 2007 : 95 - 102)

Selain uji asumsi klasik multikolinieritas dan heteroskedastisitas, uji asumsi klasik yang lain adalah uji normalitas, dimana akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persamaan regresi yang dihasilkan. Berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.

Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali. Uji asumsi klasik normalitas dapat dilakukan dengan dua cara yaitu

1) Cara Statistik

Dalam menguji data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi normal atau tidak pada cara statistik ini melalui nilai kemiringan kurva (skewness = α3) atau nilai keruncingan kurva

a) Rumus nilai Z untuk kemiringan kurva (skewness) : Z skewness = Skewness / √ 6 / N atau Zα3 = α3 / √ 6 / N

b) Rumus nilai Z untuk keruncingan kurva (kurtosis) : Z kurtosis = Kurtosis / √ 24 / N atau Zα4 = α4 / √ 24 / N

Dimana N = banyak data. Ketentuan analisis :

1. Variabel (bebas atau terikat) berdistribusi normal jika Z hitung (Zα3 atau Z α4) < Z tabel. Misal diketahui Z 5% = 1,96 (Z tabel) lebih besar dari Z hitung atau dengan kata lain Z hitung lebih kecil dari Z tabel (1,96), dapat dituliskan Z hitung < 1,96.

2. Variabel berdistribusi tidak normal jika Z hitung (Zα3 atau Z α4) > Z tabel. Misal nomor (a), dapat ditulis Z hitung > 1,96.

2) Cara Grafik Histogram dan Normal Probality Plots

Cara grafik histogram dalam menentukan suatu data berdistribusi normal atau tidak, cukup membandingkan antara data riil atau nyata dengan garis kurva yang terbentuk, apakah mendekati normal atau memang normal sama sekali. Jika data riil membentuk garis kurva cenderung tidak simetri terhadap mean (U), maka dapat dikatakan data berdistribusi tidak normal dan sebaliknya. Cara grafik histogram lebih sesuai untuk data yang relatif banyak, dan tidak cocok untuk banyak data yang sedikit, karena interpretasinya dapat menyesatkan.

Cara normal probality plots lebih handal daripada cara grafik histogram, karena cara ini membandingkan data riil dengan data distribusi normal (otomatis oleh komputer) secara kumulatif. Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika garis data riil mengikuti garis diagonal.

d. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi (Sunyoto, 2007 : 104 - 105)

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya).

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut :

1) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW di bawah -2 (DW < -2) 2) Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2

atau -2 ≤ DW ≤ +2

3) Terjadi autokorelasi negatif, jika nilai DW di atas +2 atau DW > +2

3. Analisis Regresi Linear Berganda

Analisis ini digunakan untuk menetapkan pengaruh Brand Awareness, Preceived Quality serta Brand Association terhadap keputusan pembelian konsumen. Pengaruh tersebut ditujukan melalui koefisien regresi. Bentuk persamaan regresi yang digunakan adalah sebagai berikut:

'

Y = a + b1.X1 + b2.X2+ b3.X3

Di mana :

Y : Keputusan Pembelian Konsumen a : Konstanta b1 ; b2 ; b3 : Koefisien Regresi X1 : Brand Awareness X2 : Perceived Quality X3 : Brand Association 4. Uji F- test

F-test digunakan untuk menjawab rumusan masalah kedua yaitu menguji pengaruh secara Brand Awareness, Perceived Quality serta Brand Association Sehingga dapat dirumuskan dengan:

) 1 /( ) 1 ( / 2 2 k n R k R Fh

Keterangan:

R = Koefisien Regresi k = banyaknya peubah bebas n = ukuran sampel

Untuk mengetahui apakah terdapat pengaruh yang signifikan antara variabel bebas (X1, X2, X3) dengan variabel terikat (Y) dapat dilakukan dengan langkah sebagai berikut :

a. Menentukan hipotesis :

Ho = Tidak ada pengaruh antara Brand Awareness, Perceived Quality serta Brand Association dengan keputusan pembelian konsumen secara simultan.

Ha = Ada pengaruh antara Brand Awareness, Perceived Quality serta Brand Association dengan keputusan pembelian konsumen merek secara simultan.

b. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis:

Dengan taraf signifikansi (α) sebesar 5 %, maka :

Ho diterima jika nilai probabilitas ≥ α Ho ditolak jika nilai probabilitas ≤ α\ 4. Uji t (t - test)

Uji T- test berfungsi untuk mengetahui keterandalan serta kemaknaan dari nilai koefisien regresi (b1,b2,b3), sehingga dapat diketahui apakah pengaruh variabel kesadaran merek, persepsi kualitas dan

asosiasi merek (X) berpengaruh terhadap keputusan pembelian konsumen (Y) signifikan atau tidak.

Langkah – langkah pengujian tersebut adalah sebagai berikut: 1. Menentukan hipotesis :

Ho1 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Brand Awareness Terhadap keputusan pembelian konsumen. Ho2 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Perceived

Quality Terhadap keputusan pembelian konsumen.

Ho3 = Tidak ada pengaruh yang signifikan antara variabel Brand Association Terhadap keputusan pembelian konsumen. Ha1 = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel dengan

variabel Brand Awareness terikat keputusan pembelian konsumen.

Ha2 = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel Perceived Quality dengan variabel terikat keputusan pembelian konsumen.

Ha3 = Ada pengaruh yang signifikan antara variabel Brand Association dengan variabel terikat keputusan pembelian konsumen.

2. Menentukan kriteria penerimaan atau penolakan hipotesis: Dengan taraf signifikansi (α) sebesar 5 %, maka :

Ho diterima jika nilai probabilitas ≥ α Ho ditolak jika nilai probabilitas ≤ α

66 A. Gambaran Umum Distro Triggers Syndicate

Distro singkatan dari distribution outlet, yaitu sebuah tempat yang menyediakan tempat untuk untuk menjual barang-barang lokal buatan anak negeri. Dulu sebelum menjamurnya distro di Indonesia, para pionir clothing independent hanya menjual T-Shirt kelompok band lokal dan kaset-kaset indie label. Namun dewasa ini seiring perubahan waktu, di mana kebutuhan konsumen distro menjadi

bertambah, barang-barang yang ditawarkan di distro pun beragam. Tidak hanya T-Shirt saja yang dijual tetapi banyak jenis barang yang ditawarkan seperti jaket,

sepatu, topi, tas, aksesoris dan lain-lain.

Berawal dari sedikit pengetahuan tentang industri clothing dan dunia fashion, Arif Hidayat bersama dengan desainer berbakat Emil Arwinata Hamid Hardian dan Ricky mulai memberanikan diri untuk mengkonsep nama, tempat, produk, dan desain yang kemudian mereka beri nama produk dan tempatnya Triggers Syndicate. Triggers Syndicate berdiri tepatnya pada bulan September 2004. Memasuki tahun pertamanya, Arif Hidayat dan kawan-kawan hanya menjual produk-produk Triggers Syndicate di Garasi rumah Arif Hidayat sendiri. Seiirng dengan berjalannya waktu produk-produk Triggers Syndicate mulai banyak diminati oleh kalangan anak muda. Dengan pengalaman dan kondisi finansial yang dirasa cukup memasuki tahun kedua

Arif Hidayat dan kawan-kawan mulai menyewa tempat untuk mendirikan sebuah distro tepatnya di Jl.Seturan Raya No.c11 Yogyakarta.

Dalam pembangunan distro Triggers Syndicate sendiri, Arif Hidayat dan kawan-kawan mendesain bangunan distro dengan interior bergaya minimalis serta penataan produk yang sesuai dengan jenis barangnya. Hal ini dimaksudkan agar distro terkesan menarik dan membuat konsumen merasa nyaman dalam memilih produk yang dijual di distro Triggers Syndicate.

Dalam hal pasokan barang yang dipajang dalam show room, Triggers Syndicate memiliki sekitar 50% produk sendiri dan 50% produk dari distro lain seperti dari Distro Chiseel, Mailbox, Slackers, Whatever, Sipirilli dan Nimco. Dalam hal produk, Triggers Syndicate mampu meng-Update produknya setiap hari, dimana dalam satu desain produk, hanya memajang 2 item (limited) di dalam show room, hal ini dimaksudkan agar para konsumen dapat memilih produk dengan desain yang mereka suka tanpa harus ada yang menyamai desain produk yang mereka pilih.

Selain mendirikan distro sebagai tempat penjualan, Triggers Syndicate juga mempunyai tempat produksi sendiri yang beralamat di Jl.Garuda No.120 Condong Catur Sleman Yogyakarta. Tempat Produksi didirikan dengan maksud agar lebih mudah untuk membuat, mengkonsep serta meminimalisasi kendala-kendala yang dulu pernah dihadapi.

Dengan konsep yang kuat serta kualitas yang baik, Triggers Syndicate mulai memasarkan produk di luar Yogyakarta seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Balikpapan, Makasar dan masih banyak titik lainnya hingga mencapai 25 titik di Indonesia. Untuk kawasan Yogyakarta sendiri Triggers Syndicate mempunyai 5 titik dalam memasarkan produknya yaitu di Distro Mailbox, Slackers, Whatever, Sipirilli dan Nimco. Hingga kini dengan desain serta konsep yang cukup kuat membuat produk Triggers Syndicate cukup mendapatkan tempat di industri clothing baik di Yogyakarta maupun di luar Yogyakarta.

B. Pemasaran

Pemasaran pada umumnya dipandang sebagai tugas untuk menciptakan, memperkenalkan dan menyerahkan barang dan jasa kepada konsumen. Untuk dapat mencapai tujuan pemasaran Triggers Syndicate mengembangkan alat-alat bauran pemasaran, bauran pemasaran yang dikembangkan Triggers Syndicate antara lain sebagai berikut :

1. Produk

Dalam memproduksi produk, Triggers Syndicate sangat memperhatikan kualitas produknya. Mulai dari kualitas bahan, warna, jahitan ataupun kualitas sablon yang digunakan dalam produknya sangat diperhatikan. Mengenai model produk Triggers Syndicate mengikuti mode perkembangan zaman dan produk-produk

Triggers Syndicate bersifat limited. Adapun jenis-jenis produk yang ditawarkan Triggers Syndicate dapat dilihat pada tebel berikut :

Tabel IV.1

Jenis Produk Triggers Syndicate

No. Jenis Produk Model Bahan

1. T-Shirt Lengan pendek, lengan panjang, polo T-shirt

Katun 100% 2. Kemeja Lengan pendek, lengan panjang,

lengan 3/4

Katun 100% 3. Celana Pendek, panjang dan celana

boxer

Katun, polyster, kanvas, denim 4. Jaket dan Sweater Standar, pakai topi, pakai zipper Katun, polyster,

kanvas, denim

5. Sandal dan Sepatu Standar Kain dan kulit.

6. Tas Tas punggung dan tas samping Kain.

7. Aksesoris (topi, dompet, ikat pinggang, pin,gelang) Standar Katun,polyster, kanvas, denim, pelastik.

8. CD dan Kaset Band Indie Yogyakarta

Sumber:Triggers Syndicate, 2010

2. Promosi

Salah satu cara untuk memperkenalkan berbagai produk yang ada adalah dengan cara promosi. Usaha peningkatan penjualan yang dilakukan oleh Distro Triggers Syndicate melalui promosi adalah sebagai berikut :

a. Potongan harga yang diberikan konsumen pada saat pameran. b. Sebagai sponsor acara-acara live musik.

c. Sebagai sponsor artis-artis dalam acara FTV dan Reality Show. d. Sebagai sponsor band-band

3. Harga

Agar dapat sukses dalam memasarkan suatu barang atau jasa, setiap perusahaan harus menerapkan harga secara tepat. Dalam menetapkan harga Produk, Triggers Syndicate menetapkan harga mulai dari Rp.45.000,00 – Rp.200.000,00 sesuai dengan jenis barang. Pada saat event-event tertentu seperti pameran ataupun pada saat bazar Distro Triggers Syndicate memberikan potongan harga.

4. Saluran Distribusi

Untuk menyalurkan, menyebarkan dan menyampaikan barang-barang tersebut secara tepat haruslah diketahui dimana konsumen berada. Tempat di mana konsumen itu berada akan tergantung dari jenis barang yang dipasarkan. Untuk mempermudah dalam menyalurkan produk-produk, Distro Triggers Syndicate menjalin kerjasama dengan distro-distro di Indonesia. Untuk kawasan Yogyakarta sendiri Distro Triggers Syndicate bekerjasama dengan distro Mailbox, Slackers, Whatever, Sipirilli dan Nimco. Selain di Yogyakarta Distro Triggers Syndicate juga memasarkan produk-produknya di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung, Semarang, Balikpapan, Makasar dan masih banyak titik lainnya hingga mencapai 25 tittik di Indonesia.

Dokumen terkait