• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

E. Teknik Analisis Data

Data yang dianalisis adalah dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra yaitu penjabarannya menguatkan pada kajian pustaka, sedangkan untuk menguatkan hasil analisis senantiasa penulis mengutip bagian-bagian isi cerita yang menunjukkan kebenaran analisis yang selalu dilengkapi atau disertai dengan kutipan isi cerita.

Untuk menganalisis data dalam penelitian ini ditempuh beberapa langkah yaitu :

1. Mengidentifikasi jenis-jenis emosi yang diekspresikan oleh para tokoh dalam novel tersebut dengan membaca dan mencatat;

2. Mengklasifikasi jenis-jenis emosi yang diekspresikan oleh para tokoh dalam novel tersebut;

3. Menganalisis jenis-jenis yang diekspresikan oleh para tokoh dalam novel tersebut dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra;

4. Menguraikan dan menarik kesimpulan dari hasil analisis novel tersebut.

F. Pemeriksaan Keabsahan data

Untuk memeriksa keabsahan data dalam penelitian ini ditempuh beberapa langkah yaitu :

1. Triangulasi data yakni pengecekan data dengan melibatkan pengamat lain untuk berperan serta dalam pengecekan kembali;

2. Diskusi dengan teman sejawat (Dian Hasriani dan Yulfiani).

BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Penyajian Hasil Analisis Data

Bagian ini dikemukakan hasil analisis data terhadap ekspresi emosional tokoh dalam novel Takhta Nirwana karya Tasaro.

1. Menganalisis jenis-jenis emosi yang diekspresikan oleh para tokoh novel Takhta Nirwana karya Tasaro

Setelah diidentifikasi dan diklasifikasi semua jenis-jenis emosi yang diekspresikan oleh para tokoh dalam novel Takhta Nirwana karya Tasaro. Maka, peneliti akan menganalisis jenis-jenis emosi tersebut dengan menggunakan pendekatan psikologi sastra. Berikut ini analisis lengkapnya :

a. Ekspresi Emosional Tokoh Utama Sannaha (Pitaloka) dalam Novel Takhta Nirwana karya Tasaro

1) Marah

Kemarahan adalah adalah respon terhadap sesuatu yang dirasakan dan tidak dapat diterima oleh kebanyakan maupun secara personal. Begitu pun emosi marah yang diekspresikan oleh Sannaha akibat dari perlakuan seseorang yang tidak pantas pada dirinya menurutnya tidak lazim dilakukan. Berikut kutipannya :

34

a) Data 1

Napas Sannaha memburu, menahan amarah yang menggebu. Amarahnya semakin menjadi ketika rasa penasarannya diabaikan begitu saja oleh Geng Jedhag. (Tasaro, 2008: 40)

Kutipan data 1 menggambarkan emosi marah yang terjadi dalam diri Sannaha dikarenakan perbuatan Geng Jedhag mengabaikan pertanyaan Sannaha.

Emosi marah dapat terjadi apabila seseorang merasa diabaikan oleh orang lain, dan kutipan dalam novel tersebut pertanyaan yang diajukan Sannaha tentang alasan mengapa dirinya diperlakukan dengan buruk.

Kemarahan tersebut beralasan bagi Sannaha. pada dasarnya seseorang yang merasa diperlakukan tidak sewajarnya, akan mengalami hal yang sama seperti Sannaha. karena pada dasarnya setiap orang akan mengalami kemarahan jika ia merasakan hal yang tidak menyenangkan bagi dirinya.

b) Data 2

Mata Sannaha membelalak. Kemarahan tergambar pada garis wajah dan alisnya menaik. “Berani sekali kau mempermainkan aku, Nenek tua!”

(Tasaro, 2008: 55)

Kutipan data 2 menggambarkan emosi marah yang diekspresikan Sannaha adalah karena pernyataan Geng Jedhag yang membuat dirinya sendiri tidak menyangka kalau Geng Jedhag telah mengeluarkan kata-kata yang seolah membuat Sannaha merasa dipermainkan dengan membuat jebakan untuk dirinya.

Kemarahan pada kutipan data 2, akibat dari pernyataan yang telah di dengarkan oleh Sannaha. sebuah pernyataan yang mengejutkan bagi dirinya.

pernyataan tersebut juga seakan mebuat hati Sannaha terpukul sehingga membuat kemarahan besar bagi dirinya.

c) Data 3

Gadis itu, dengan sinar kemarahan masih mencolok di kedua matanya, mau tak mau mengikuti langkah Purandara meskipun hatinya dijubeli sumpah serapah. (Tasaro, 2008: 109-110)

Kutipan data 3 dalam novel tersebut adalah bentuk kemarahan yang diekspresikan oleh Sannaha yang dikarenakan kelakuan Purandara yang seolah membiarkan Sannaha terjebak oleh orang-orang thabug lalu tiba-tiba datang menolongnya. Kemarahan itulah yang membuat hati Saannaha dijubeli sumpah serapah terhadap Purandara.

Kemarahan Sannaha dalam pada kutipan data 3, adalah salah satu kemarahan yang masih dalam taraf biasa-biasa saja. Karena dalam kutipan tersebut , kemarahan Sannaha hanya ada pada dalam batinnya saja, tanpa mengelurkan kata-kata kasar, yang layak pada umumnya ketika seseorang marah.

d) Data 4

Gadis itu membungkuk dalam gerakan yang sigap, bersamaan dengan melayangnya telapak kirinya menghajar wajah Purandara. Bunyi tamparan yang cukup menghenyakkan. (Tasaro, 2008: 119)

Kutipan data 4 dalam novel tersebut menggambarkan bentuk kemarahan Sannaha yang besar terhadap Purandara sehingga Sannaha tak segan-segan untuk menampar Purandara. Kemarahan yang dialami Sannaha dikarenakan pernyataan Purandara yang membuat Sannaha tidak nyaman dan membuat dirinya tersinggung.

Kemarahan ini adalah bentuk kemarahan yang sudah tidak dapat lagi ditoleransi oleh Sannaha, sehingga dengan kemarahannya itu, ia melakukan

reaksi yang berlebihan atau menyakiti secara fisik seseorang yang telah membuat dirinya marah. Kemarahan ini adalah bentuk kemarahan yang besar.

e) Data 5

Kepala gadis mungil itu tersentak. Kepalanya perlahan terangkat hingga tegak dan matanya menyorot kearah Purandara. Sinar putus asa segera berubah menjadi kemurkaan. “Kau! Apakah kau akan diam saja jika ayahmu direndahkan di depan matamu?” (Tasaro, 2008: 125)

Kutipan data 5 menggambarkan ekspresi emosi kemarahan terhadap Purandara dikarenakan Purandara yang seakan merendahkan Sannaha terhadap apa yang dilakukannya terhadap musuhnya. Sedangkan Sannaha merasa tidak akan tinggal diam jika ayahnya direndahkan oleh orang lain.

Kemarahan ini adalah bentuk kemarahan sewajarnya, yang dialami oleh Sannaha. kemarahan ini adalah sebuah kemarahan anak perempuan yang secara tidak langsung membela ayahnya. Dirinya merasa pantas membela sang ayah.

f) Data 6

Sannaha kecil rupanya tidak lagi sanggup menahan emosinya. Kepalan tangan-nya bergerak cepat menghajar pipi lawan adu mulutnya dengan telak. (Tasaro, 2008: 302)

Kutipan data 6 menggambarkan bentuk kemarahan Sannaha yang sudah tidak tertahankan lagi, sehingga terlibat perkelahian dengan Harakalpa. Emosi yang dialami Sannaha adalah akibat dari perbuatan Harakalpa yang selalu saja menghina Sannaha tanpa alasan.

Beberapa ekspresi emosi marah tokoh Sannaha diatas tergambar jelas bahwa kemarahan yang yang diekspresikan oleh Sannaha adalah suatu respon dari

perbuatan tidak menyenangkan yang dilakukan oleh tokoh-tokoh lain terhadap dirinya.

Jadi, ekspresi marah pada kutipan di atas merupakan suatu pengekspresian atas apa yang dirasakan dan dialami terhadap sesuatu hal yang bersinggungan dengan kata hatinya. Kemarahan yang dialami ada yang dalam taraf biasa-biasa saja dan ada pula yang tidak dapat lagi ditoleransi oleh Sannaha.

Marah pada dasarnya berkaitan dengan ego seseorang dan biasa terjadi karena adanya faktor dari luar yang tidak dapat diterima oleh kebanyakan orang.

2) Khawatir

Khawatir adalah salah satu bentuk emosi yang dialami seseorang ketika memiki perasaan tentang hal-hal yang tidak diinginkan akan terjadi atau akan berdampak buruk bagi dirinya, orang-orang sekitarnya maupun lingkungannya.

a) Data 7

Gadis itu duduk berselonjor kaki, membuktikan bahwa belum sadar dan terhenyak oleh mimpi buruknya tadi, dia tidur terlentang. Sannaha meneliti tubuhnya, seolah-olah khawatir jika ada diantara organ tubuhnya direnggut oleh mimpi buruknya tadi. (Tasaro, 2008: 9)

Kutipan data 7 adalah bentuk kekhawatiran yang dialami Sannaha akibat dari mimpi buruknya, Sehingga Sannaha khawatir jika terjadi sesuatu yang tidak diinginkan pada organ tubuhnya.

Kekhawatiran kutipan data 7 adalah bentuk kekhawatiran Sannaha atas apa yang ia rasakan, seolah menganggap hal-hal yang terjadi dalam mimpinya itu akan berakibat buruk pada dirinya dalam kenyataannya.

b) Data 8

Jantung Sannaha berdetak dua kali lebih kencang dari biasa dan jauh dari keteraturan. Yaksapurusa seorang Thabhug, dan sekarang aku berada diantara orang-orang Thabhug?! (Tasaro, 2008: 37)

Kutipan data 8 menggambarkan kekhawatiran dalam batin Sannaha yang telah mengetahui sebuah kenyataan bahwa pembunuh gurunya, Yaksapurusa adalah seorang thabhug dan kini dirinya terjebak dalam lingkungan thabhug.

Kekhawatiran Sannaha cukup beralasan. Sebab, Sebuah kenyataan yang sudah diketahui Sannaha, terasa mengejutkan bagi dirinya. dirinya mengaitkan keadaannya pada saat itu dengan peristiwa yang telah merenggut nyawa gurunya.

Entah hal apa yang akan terjadi bagi diri Sannaha karena berada diantara oarng-orang thabug, sedangkan kenyataan sebenarnya pembunuh sang guru adalah oarng-orang thabug.

c) Data 9

Berkali-kali kepalanya menoleh kebelakang penuh khawatir. Melihat kesungguhan gadis itu meskipun masih tak bisa mengusir keraguan di benaknya. (Tasaro, 2008: 94 -95)

Kutipan data 9 menggambarkan kekhawatiran Sannaha terhadap seorang gadis yang telah menyelamatkan nyawanya. Rasa khawatir itu timbul Karena ia merasa akan terjadi sesuatu buruk yang akan dialami gadis itu karena telah nekat menolong dirinya.

Pada kutipan data 9 tersirat suatu kekhawatiran yang dialami oleh Sannaha. Bentuk kekhawatiran Sannaha seolah menyiratkan bahwa akan terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, akan terjadi pada dirinya serta kekhawatiran terhadap apa yang akan di alami oleh tokoh lainnya.

Terjadinya kekhawatiran juga bisa bermakna bahwa adanya ancaman yang akan dialami oleh seseorang dan ancaman tersebut dapat membahayakan dirinya sendiri maupun orang lain.

3) Gembira dan Tersenyum

Gembira dan tersenyum adalah jenis emosi yang tidak dapat dipisahkan antar satu dengan yang lainnya, pada dasarnya emosi tersebut memiliki keterkaitan, yaitu apabila seseorang mengalami rasa gembira maka otomatis meluapkan ekspresi kegembiraannya dengan tersenyum. Emosi yang diekspresikan tokoh Sannaha pada novel tersebut adalah respon atas keadaan yang menyenangkan bagi dirinya.

a) Data 10

Bunga warna warni dan kicau burung bersuara riuh dan merdu menyambut langkah Sannaha yang tampak sedang diliputi kegembiraan. (Tasaro, 2008:

259)

Kutipan data 10 menggambarkan suasana hati Sannaha yang sedang diliputi kegembiraan. Kegembiraan yang tiba-tiba saja dirasakannya karena suasana alam yang menyenangkan baginya dan pikirannya saat itu sedang mempunyai rencana yang menurutnya baik. Kedua hal itu menyatu dalam hati Sannaha.

Kegembiraan dapat dikatakan kesenangan yang ada dalam hati. Orang yang merasakan kegembiraan, memiliki ekspresi wajah yang sedang ceria.

b) Data 11

Sannaha menoleh sambil mengembangkan senyumnya, “Ini hanya awal, Paman. Aku masih memiliki kejutan-kejutan lain. Paman akan

mengetahuinya nanti. Sekembali kita dari barat, aka nada perubahan besar di Kawali.” (Tasaro, 2008: 360)

Kutipan data 11 menggambarkan kalau ekspresi tersenyum yang dilakukan oleh tokoh Sannaha didasari pada keadaan menyenangkan yang ia ketahui akan datang kepada dirinya.

Dapat disimpulkan bahwa gembira dan tersenyum merupakan ekspresi yang saling berkaitan antar satu sama lainnya. Ketika terjadi sesuatu hal yang menggembirakan terhadap seseorang, seseorang akan dengan spontan tersenyum.

Ekspresi gembira dan tersenyum adalah perilaku positif yang terpancar dari raut wajah seseorang yang mengalaminya.

4) Kecewa

Kekecewaan yang dialami oleh seseorang akibat dari apa yang diinginkan atau apa yang dilakukan tidak sesuai dengan pemenuhan atas apa yang diharapkan. Sebaliknya, kekecewaan akan hilang jika apa yang diharapkan sesuai dengan pemenuhan hati. Adapun kekecewaan yang diekspresikan oleh tokoh Sannaha.

a) Data 12

Kata-kata Purandara barusan disadarinya telah membuat luka menganga di batin Sannaha. Tanpa mampu dikendalikan, Sannaha merasa ada rasa kecewa yang merembet dengan cepat, memeras emosi di dadanya. (Tasaro, 2008: 120)

Kutipan data 12 menggambarkan kekecewaan Sannaha terhadap Purandara.

Purandara dengan sengaja membiarkan Sannaha terjebak diantara orang-orang

thabug. Meskipun pada akhirnya Purandara tetap saja menolong Sannaha, tetapi Sannaha nyaris saja kehilangan nyawanya.

Kekecewaan yang daialami adalah hal yang wajar, jika saja bukan hanya Sannaha yang mengalaminya. Dalam kutipan data 12, kekecewaan Sannaha sangat beralasan. Siapapun itu tentu saja akan merasakan kekecewaan jika dirinya seakan dibiarkan menantang maut sendirian, padahal saat itu, orang lain mampu untuk menolongnya.

b) Data 13

Sannaha berbalik kilat, “Apa pedulimu?! Kau sama sekali tidak mempedulikan seorang pun kecuali dirimu sendiri!” Sannaha tampak benar telah mencapai titk emosi tertingginya. Matanya memerah dan berair.

Tubunhya bergetar, garis wajahnya mempertontonkan kekecewaan yang luar biasa. (Tasaro, 2008: 254)

Kekecewaan yang dialami tokoh Sannaha pada kutipan data 13 ialah kekecewaan terhadap adik kembarnya, Tejakancana. Tejakancana menolak untuk ikut dengan dirinya dan berjuang bersama mempertahankan kerajaannya. Akan tetapi Tejakancana mempunyai alasan mengapa dirinya tidak ingin ikut dengan Sannaha.

Dapat disimpulkan bahwa, kekecewaan terjadi pada dasarnya muncul akibat tidak terpenuhinya apa yang dicita-citakan, yang tidak sesuai dengan apa yang dipikirkan atau hal yang terjadi tidak sesuai keinginan.

5) Sedih dan Menangis

Pada dasarnya, sedih dan menangis merupakan emosi yang saling bertautan antara satu sama lain. Kesedihan umumnya dianggap ketidakbahagiaan dan menangis adalah salah satu wujud dari kesedihan itu sendiri. kesedihan dan

Tangisan yang diekspresikan Sannaha terhadap tokoh Chandrabhaga dapat dilihat pada kutipan – kutipan berikut ini :

a) Data 14

Sannaha membiarkan benaknya menayangkan kenangan kuat antara dia dan gurunya meskipun itu memunculkan rasa perih yang sangat menyiksa.

(Tasaro, 2008: 231)

Kutipan data 14 menggambarkan ekspresi kesedihan Sannaha terhadap kenangan bersama gurunya, Chandrabhaga. Betapa tidak, sosok sang guru sudah dianggap sebagai ayahnya sendiri, tetapi Sannaha harus kehilangan gurunya secara tragis.

Kesedihan Sannaha merupakan kesedihan akan kehilangan sang guru yang amat di cintainya. Kesedihan yang dialami juga adalah salah satu bentuk rasa kecintaan Sannaha terhadap gurunya,. Betapa tidak, sang guru seperti dianggapnya sosok ayahnya sendiri, tetapi telah pergi meninggal

b) Data 15

Sekarang, tiba-tiba saja Sannaha memberikan kejutan dengan bersikap di luar kebiasaan. Dia bahkan menangis setelah sedikit menyingkap arti penting Candrabhaga bagi hidupnya. Sedikit saja, dan itu berakhir dengan tangis tertahan. Benar-benar di luar kebiasaan! (Tasaro, 2008: 309)

Kutipan data 15 menggambarkan bahwa Sannaha sangat kehilangan Chndrabhaga, sosok sang guru yang sangat menyayangi dirinya, sedangkan pada kutipan berikutnya, sosok Sannaha tiba-tiba menangis dan bersikap tidak seperti biasanya. Sannaha menyadari betapa pentingnya sang guru bagi kehidupannya.

Banyak hal yang membuat seseorang mengalami kesedihan, salah satunya ialah ketika seseorang kehilangan orang yang disayanginya, seperti halnya yang

kesedihan yang dirasakan oleh Sannaha, yang kehilangan guru Chandr4abhaga untuk selama-lamanya.

c) Data 16

Sannaha merasa ada yang mengentak dadanya. Kepalanya berdenyar mendengar kalimat Purandara. Jantungnya memburu. Matanya seperti ditaburi kaca. “Aku bisa menjaga diri. Kumohon…pergilah.” (Tasaro, 2008:

322)

Kutipan data 16 menggambarkan suasana hati Sannaha yang membuat dirinya tidak dapat menahan tangisnya. Ekspresi tangis Sannaha seolah-olah membuat dirinya tidak yakin dengan kata-kata yang sudah diucapkannya kepada Purandara. Sannaha hanya ingin menyelamatkan Purandara sehingga seolah kepergian Purandara adalah yang terbaik. Tetapi dibalik itu semua, Sannaha tidak ingin Purandara meninggalkannya.

Dapat disimpulkan bahwa ekspresi sedih dan menangis biasanya terjadi karena suatu peristiwa yang tidak dapat diterima oleh hati. Kesedihan dan tangisan saling berkaitan antar satu sama lainnya. Menangis merupakan luapan perasaan yang diekspresikan melalui keluarnya air mata akibat ketidakmampuan seseorang menahan gejolak bathin dan kesedihan itu sendiri merupakan bagian dari tangisan itu sendiri.

b. Ekspresi Emosional Tokoh Utama Purandara dalam Novel Takhta Nirwana karya Tasaro

1) Marah

Marah adalah respon terhadap sesuatu yang dirasakan dan tidak dapat diterima oleh kebanyakan orang. Marah biasanya terjadi pada diri seseorang dan dipengaruhi oleh faktor luar.

a) Data 17

Ini sudah cukup untuk membuat darah barbar Purandara bergejolak.

Keinginan untuk membunuh muncul kembali lewat gelombang kemarahan yang tak tertahankan. (Tasaro, 2008: 178)

Kutipan data 17 adalah bentuk kemarahan besar Purandara. Purandara pada dasarnya seorang pembunuh berdarah dingin yang ingin berubah menjadi orang yang baik. Tetapi karena dirinya ingin mengikuti sebuah tes untuk menjadi prajurit Sannaha, dia harus kembali membunuh lawannya untuk membuktikan bahwa dirinya layak menjadi prajurit guna melindungi Sannaha.

Marah pada dasarnya merupakan reaksi yang diungkapkan oleh seseorang melalui perbuatan dan untuk memeperoleh kepuasan. Seperti halnya yang dirasakan oleh Purandara, mempunyai tabiat seorang pembunuh. Dirinya yang sudah lama tidak membunuh, berada dalam posisi yang memungkinkan dirinya untuk membunuh, sehingga kepuasan akan dirasakan kembali oleh Purandara.

b) Data 18

“Kau mengancamku?” nada suara Purandara meninggi. Dia serta merta membanting sabut kelapa yang digunakan untuk membersihkan badan kuda tunggannya. Purandara lantas menghampiri Sopa yang masih berdiri kaku,

“Katakan lebih jelas, Sopa. Apa kau mengancamku?” (Tasaro, 2008: 272)

Pada kutipan data 18, kemarahan Purandara dikarenakan pernyataan Sopa yang seolah-olah mengancam dirinya. pernyataan yang seakan ingin membuat Purandar tidak mempunyai pilihan lain selain mengikuti keinginan Sopa

Kutipan data 17 dan 18 tersebut merupakan luapan emosi kemarahan yang diekspresikan oleh Purandara. Purandara yang mempunyai tabiat seorang pembunuh, seolah hal-hal apa saja yang tidak sesuai dengan keinginannya, akan selalu membuat dirinya marah dan ingin membunuh siapa saja yang menentang ataupun mengancam dirinya.

kemarahan pada dasarnya mempunyai tingkatan-tingkatan seperti dari rasa jengkel dan naik pitam . Pada ekspresi marah yang dialami Purandara adalah taraf kemarahan yang standar dan adapula tingkat kemarahan terhadap tokoh lainnya yang tidak dapat ditoleransi oleh dirinya.

2) Tertawa dan Tersenyum

Tertawa dan tersenyum adalah luapan ekspresi emosi positif. Kedua jenis ekspresi ini biasanya dampak dari suasana hati yang sedang bersuka cita maupun respon positif terhadap sesuatu yang dilihat maupun didengarkan.

Emosi tertawa yang diekspresikan Purandara pada novel tersebut merupakan respon terhadap sesuatu yang dilihat dan didengarnya.

a) Data 19

Purandara meledakkan tawa sejadi-jadinya. Sannaha sempat terhenyak sesaat karena bunyi tawa Purandara menggelegar, mengingatkan gadis itu pada pertemuan pertama dengannya. (Tasaro, 2008: 102)

Kutipan data 19 menggambarkan kalau ekspresi tawa yang dilakukan oleh Purandara adalah sebagai respon dari pernyataan dan tingkah laku Sannaha yang dianggapnya sebagai sebuah kelucuan.

Berdasarkan kutipan data 19 diatas, tertawa dapat didefinisikan sebagai suatu ekspresi atau tindakan yang bersifat responsif yang tercipta karena adanya sesuatu hal atau kejadian yang bersifat lucu dan menggelikan yang disertai dengan suara yang berderai.

b) Data 20

Purandara tersenyum diluar kesadarannya . senyum yang berbeda tidak sinis atau merendahkan. Dia menikmati perubahan kesan di wajah Sannaha.

(Tasaro, 2008: 157)

Ekspresi kutipan data 20 merupakan cerminan penggambaran suasana hati Purandara terhadap kesan yang dilihatnya di wajah Sannaha. Dalam novel tersebut, ekspresi tersenyum Purandara menikmati tiap-tiap cerita yang dilontarkan oleh Sannaha.

Tertawa dan tersenyum adalah respon positif seseorang ketika mendengar atau melihat sesuatu yang dianggapnya menarik, menyenangkan, dan mengandung humor.

3) Cinta

Cinta merupakan salah yang terpenting dalam kehidupan manusia. Cinta pun tidak memandang siapa yang menjadi pilihannya. Ungkapan cinta tidak hanya

melalui tindakan seseorang, tetapi bisa saja hanya melalui hati dan ungkapan terhadap seseorang yang dicintainya.

a) Data 21

Kaki-kaki kuda tunggangan Purandara berderap cepat. Namun, masih kalah cepat dibanding angan Purandara yang meluncur tanpa kendali. Dia mulai berani mengangankan sesuatu yang tadinya tak terpikirkan sama sekali. Apa jadinya jika Putri Mahkota kerajaan Sunda bersanding dengan kepala perampok? Bukankah ini akan sangat menarik? Prandara menyeringai, dari caranya menatapku, aku tahu dia menyukaiku. Aku yakin dia menginginkanku. (Tasaro, 2008: 205)

Pada kutipan data 21, Purandara seolah mengungkapkan melalui hatinya secara tidak langsung akan perasaannya terhadap Sannaha. Meskipun dalam kutipan tersebut drinya menganggap bahwa Sannaha menyukainya. Hal ini juga berdasarkan pada kata hatinya yang seakan berusaha meyakinkan dirinya sendiri kalau Sannaha menginginkan dirinya.

Cinta tidak hanya dapat diungkapkan oleh kata-kata maupun perbuatan seseorang terhadap orang yang dicintainya. Ekspresi cinta juga bisa hanya berbicara atau mengungkapkan melalui batin. Begitu halnya dengan Purandara.

Pernyataan dalam batinnya seolah membuat kesan bahwa ia menyukai dan mencintai Sannaha.

b) Data 22

Purandara terpaku. Dia benar-benar kehilangan keberingasannya. “Aku hanya ingin melihatmu meskipun itu artinya aku harus menyiksa diriku sendiri. Tidak masalah jika aku harus melihatmu bersanding dengan raja Wilwatikta.” (Tasaro, 2008: 351)

Meskipun tidak dipaparkan secara langsung rasa cinta Purandara terhadap Sannaha, tetapi dalam kutipan data 22, menggambarkan ungkapan Purandara yang

seolah sangat mencintai Sannaha. Pernyataan Purandara tersebut seakan menyiratkan kalau dirinya rela berkorban demi Sannaha.

Dapat disimpulkan bahwa, ekspresi cinta yang dirasakan pada kutipan diatas merupakan emosi yang biasa dialami oleh siapapun di dunia ini. Cinta datang tanpa disangka-sangka dan memenuhi setiap relung hati dan pikiran seseorang.

pada hakikatnya, rasa cinta itu bersifat universal dan tidak memandang status sosial seperti yang dirasakan Purandara seorang biasa yang jatuh cinta terhadap Putri kerajaan Sunda.

c. Ekpresi Emosional Tokoh Utama Yaksapurusa dalam Novel Takhta Nirwana Karya Tasaro

1) Marah

Marah adalah respon terhadap sesuatu yang dirasakan tidak menyenangkan bagi diri seseorang. kemarahan seseorang biasanya juga dipengaruhi oleh faktor keadaan yang tidak disukainya.

a) Data 23

“Setan kecil!” Tampak kemarahan menguras emosi Yaksapurusa melihat adegan di depan matanya. (Tasaro, 2008: 45)

Kutipan data 23 dalam novel tersebut merupakan kemarahan yang sangat besar yang diekpsresikan oleh Yaksapurusa terhadap tokoh Purandara. Dalam hal ini, Yaksapurusa merasa bahwa Purandara telah berhasil menjatuhkan anak murid Yaksapurusa. Padahal Purandara tidak lain adalah anak Yaksapurusa sendiri.

Pada dasarnya, marah berpusat pada diri seseorang. kemarahan biasanya dipicu akibat adanya perbuatan dan tingkah laku seseorang yang tidak dapat diterima.

2) Tertawa

Tertawa dapat diartikan sebagai jenis emosi yang biasanya lahir dalam rasa gembira, senang, maupun merasa geli dengan sesuatu yang didengar maupun yang dilihat. Emosi yang diekspresikan oleh Purandara merupakan respon terhadap apa

Tertawa dapat diartikan sebagai jenis emosi yang biasanya lahir dalam rasa gembira, senang, maupun merasa geli dengan sesuatu yang didengar maupun yang dilihat. Emosi yang diekspresikan oleh Purandara merupakan respon terhadap apa

Dokumen terkait