• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

F. Teknik Analisis

Menurut Sugiyono (2017) teknik analisis adalah kegiatan setelah data dari seluruh responden atau sumber data lain terkumpul. Kegiatan dalam analisis data adalah mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden, mentabulasi data dan menyajikan data tiap variabel yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah, dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

1. Analisis Statistik Deskriptif

Analisis statistik deskriptif memberikan gambaran atau deskriptif suatu data yang diliat dari nilai maksimum, minimum rata-rata (mean), dan standar deviasi.

2. Uji Asumsi Klasik

Sebelum model regresi digunakan untuk memprediksi maka perlu menguji kelayakan model dengan melakukan pengujian asumsi klasik.

Ada empat penguji dalam uji asumsi klasik, yaitu:

a. Uji Asumsi Klasik Normalitas

Uji Asumsi Klasik Normalitas, di mana akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persaman regresi yang dihasilkan. Berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.

Persamaan regresi dikatakan baik jika mempunyai data variabel bebas dan data variabel terikat berdistribusi mendekati normal atau normal sama sekali. Untuk menguji asumsi klasik normalitas ini dilakukan dengan grafik histogram dan normal probability plots. Cara grafik histogram dalam menentukan suatu data berdistribusi normal atau tidak, cukup membandingkan antara riil atau nyata dengan garis kurva yang berbentuk, apakah mendekati normal atau memang normal sama sekali. Jika data riil membentuk garis kurva cenderung tidak simetri terhadap mean (U), maka dapat dikata kan data berdistribusi tidak normal dan sebaliknya (Sunyoto, 2013).

Cara grafik histogram lebih sesuai untuk data yang relatif banyak, dan tidak cocok untuk banyak data yang sedikit, karena interpretasinya dapat menyesatkan. Cara normal probability plot lebih handal dari pada cara grafik histogram, karena cara ini membandingkan data riil dengan data distribusi normal (otomatis oleh komputer) secara komulatif. Suatu data dikatakan berdistribusi normal jika garis data riil mengikuti garis diagonal.

b. Uji Asumsi Klasik Heteroskedastisitas

Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varian dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varian yang sama disebut terjadi Homoskedastisitas dan jika variansnya tidak sama atau berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi heteroskedastisitas.

Analisis uji asumsi heteroskedastisitas hasil output SPSS melalui grafik scatterplot antara Z prediction (ZPRED) yang merupakan variabel bebas (sumbu X= Y hasil prediksi) dan nilai residualnya (SRESID) merupakan variabel terikat (sumbu Y = Y prediksi – Y riil).

Homoskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titik hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar dibawah maupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan tidak mempunyai pola yang teratur

Heteroskedastisitas terjadi jika pada scatterplot titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang.

c. Uji Asumsi Klasik Multikolinearitas

Uji asumsi klasik jenis ini diterapkan untuk analisis regresi berganda yang terdiri atas dua atau lebih variabel bebas atau independen variabel (X1,2,3,…,n) di mana akan di ukur keeratan hubungan antarvariabel bebas tersebut melalui besaran koefisien korelasi (r). Dikatakan terjadi multikolinearitas, jika koefisien korelasi antar variabel bebas (X1 dan X2, X3, dan X4 dan seterusnya) lebih besar dari 0,60 (pendapat lain: 0,50; 0,70; 0,80; 0,90).

Dikatakan,.tidak.,terjadi multikolinearitas jika koefisien.korelasi antar variabel..bebas lebih kecil atau sama dengan..0,60 (r ≤ 0,60) (Sunyoto, 2013).

Atau dalam..menentukan ada atau tidaknya multikolinearitas dapat digunakan cara lain yaitu dengan:

1) Nilai tolerance..adalah besaran tingkat kesalahan yang dibenarkan secara statistik (α).

2) Nilai variance..inflation factor (VIF) adalah factor inflasi penyimpangan baku kuadrat.

3) Nilai tolerance (α) dan variance inflation factor (VIF) dapat dicari dengan menggabungkan kedua nilai tersebut..sebagai berikut:

a) Besar nilai tolerance (α) ::α = 1/ VIF

b) Besar nilai variance inflation factor (VIF) : VIF = 1/ α

c) Variabel bebas mengalami multikolinearitas jika: α hitung < α dan VIF hitung > VIF Variabel bebas tidak mengalami multikolinearitas jika: α hitung > α dan VIF hitung < VIF

d. Uji Asumsi Klasik Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, jika terjadi autokorelasi maka persamaan tersebut menjadi tidak baik atau tidak layak dipakai prediksi. Masalah autokorelasi baru timbul jika ada korelasi secara linier antara kesalahan pengganggu periode t (berada) dengan kesalahan pengganggu periode t-1 (sebelumnya). Dengan demikian data dikatakan bahwa uji asumsi klasik autokorelasi dilakukan untuk data time series atau data yang mempunyai seri waktu (Sunyoto 2013).

Salah satu ukuran dalam menentukan ada tidaknya masalah autokorelasi dengan uji Durbin-Watson (DW) dengan ketentuan sebagai berikut:

1) Terjadi autokorelasi positif, jika nilai DW dibawah -2 (DW<-2)

2) Tidak terjadi autokorelasi, jika nilai DW berada diantara -2 dan +2 atau -2 < DW <+2

3) Terjadi autokorelasi negatif jika nilai DW di atas +2 atau DW > +2 3. Analisis Regresi Berganda

Kegunaan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Variabel independen (X) dapat dirumuskan sebagai berikut. Variabel dependen (Y) dapat dirumuskan sebagai berikut:

Langkah selanjutnya setelah menetapkan ukuran tiap variabel adalah menentukan teknik analisis formulasi regresi linear berganda yaitu:

Y= β0 + β1X1 + β2X2 + β3X3 + β4X4 + ei Keterangan:

Y = Ketepatan Waktu Pelaporan Keuangan Perusahaan β0 = konstanta

β1, β2 = keofisien regresi X1 = Profitabilitas

X2 = Leverage

X3 = Likuiditas

X4 = Pergantian Auditor ei = Standar Error 4. Koefisien Determinasi (Uji R2)

Koefisien determinasi ini menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen dengan nilai koefisien determinasi berkisar antara 0 ≤ R2 ≤ 1. Semakin besar nilai R2 mendekati 1, maka semakin baik hasil untuk model regresi tersebut. Semakin

mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen.

5. Pengujian parsial (uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan masing-masing nilai koefisien regresi (b1 dan b2) secara sendiri terhadap variabel terikat (Y).

Hasil uji t akan membuktikan bahwa suatu variabel independen dapat menjelaskan secara signifikan variabel dependen atau tidak.

Kriteria uji parsial (uji t) yaitu sebagai berikut:

a. Jika thitung > ttabel atau nilai sig. < 0,05 maka dapat diartikan bahwa variabel bebas secara parsial mempengaruhi variabel terikatsecara signifikan maka hipotesis diterima

b. Jika thitung < ttabel atau nilai sig. > 0,05 maka dapat diartikan bahwa variabel bebas secara parsial tidak mempengaruhi variabel terikat secara signifikan maka hipotesis ditolak.

40 1. Sejarah Bursa Efek Indonesia

Pada 1 Desember 2007 Bursa Efek Jakarta dan Bursa Efek Surabaya melakukan pengabungan usaha yang secara efektif mulai beroperasi pada 1 Desember 2007 dengan nama baru Bursa Efek Indonesia. Bursa Efek Jakarta (BEJ) pertama kali berdiri pada zaman pemerintahan Hindia Belanda, kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun pasar modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan pasar modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode kegiatan pasar modal mengalami kevakuman. Hal tersebut disebabkan oleh beberapa faktor seperti Perang Dunia I dan II, perpindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi bursa efek tidak dapat berjalan sebagimana mestinya. Perkembangan pasar modal di Indonesia dapat dilihat sebagai berikut:

a. Pada tanggal 14 Desember 1912 Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I pada tahun 1914-1918.

b. Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya pada tahun 1925-1942. Awal tahun 1939 dikarenakan adanya isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Semarang dan Surabaya ditutup kembali. Sedangkan pada tahun 1942-1952 Bursa Efek di Jakarta ditutup selama Perang Dunia II.

c. Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952, yang dikeluarkan oleh Menteri kehakiman (Lukman Wiradinata) dan Menteri keuangan (Prof.DR. Sumitro Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangkan: Obligasi Pemerintah RI (1950) pada tahun 1952.

d. Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif Perdagangan di Bursa Efek vakum pada tahun 1956-1977.

e. Pada tanggal 10 Agustus 1977 Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. BEJ dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali pasar modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama.

f. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal.

Hal ini terjadi antara tahaun 1977-1987.

g. Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia pada tahun 1987. Selang tahun 1988-1990 paket

deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing dan aktivitas bursa meningkat.

h. Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya terdiri dari broker dan dealer pada tanggal 2 Juni 1988.

Di bulan Desember 1988 Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 88 (PAKDES 88) yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public dan beberapa kebijakan lain yang positif bagi pertumbuhan pasar modal.

i. Pada tanggal 16 Juni 1989 Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT Bursa Efek Surabaya.

j. Pada tanggal 13 Juli 1992 swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ.

k. Sistem Otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem computer JATS (Jakarta Automated Trading Systems) pada 22 Mei 1995. Pemerintah mengeluarkan Undang –Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan mulai Januari 1996.

l. Pada tahun 2000 Sistem Perdagangan Tanpa Warkat (scripless trading) mulai diaplikasikan di pasar modal Indonesia dan BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading) pada tahun 2002.

m. Pada tahun 2007 terjadi penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).

n. Pada Tanggal 2 Maret 2009, Peluncuran sistem perdagangan baru PT Bursa Efek Indonesia: JATS-NextG.

o. Pada tahun 2012, Peluncuran prinsip syariah dan mekanisme perdagangan syariah.

p. Pada tanggal 12 November 2015, Launching Kampanye Yuk Nabung Saham.

q. Pada tahun 2015, Tahun diresmikannya LQ-45 Index Futures.

r. Pada 18 April 2016, terjadi peluncuran IDX Channel

s. Pada Desember 2016, Pendirian PT Pendanaan Efek Indonesia (PEI).

t. Pada tanggal 27 Desember 2018, Penambahan tampilan informasi notasi khusus pada kode perusahaan tercatat.

u. Pada April 2019, PT Pendanaan Efek Indonesia (PEI) mendapatkan izin operasional dari OJK.

2. Visi, Misi dan Core Values Bursa Efek Indonesia (BEI) a. Visi

Menjadikan bursa yang kompetitif dengan kredibilitas tingkat dunia.

b. Misi

Menciptakan infrastruktur pasar keuangan yang terpercaya dan kredibel untuk mewujudkan pasar yang teratur, wajar, dan efisien,

serta dapat diakses oleh semua pemangku kepentingan melalui produk dan layanan yang inovatif”

c. Core Velues 1) Teamwork

Senantiasa bekerja sama secara sinergis untuk mencapai tujuan bersama.

2) Integrity

Konsistensi antara pikiran,ucapan, dan tindakan dengan selalu menjunjung tinggi kejujuran, transparansi dan independensi sesuai dengan nilai-nilai perusahaan dan norma yang berlaku.

3) Professionalism

Menunjukkan sikap, appearance dan kompetensi dengan penuh tanggungjawab untuk memberikan hasil terbaik.

4) Service Excellence

Senantiasa memberikan layanan terbaik bagi stakeholders.

3. Struktur Organisasi PT. Bursa Efek Indonesia (BEI)

Struktur organisasi merupakan elemen penting dalam menjalankan aktivitas perusahaan yang menggambarkan hubungan tugas, wewenang dan tanggungjawab bagi setiap sumber daya manusia yang ada di dalam perusahaan. Dengan adanya struktur organisasi yang jelas, maka seluruh aktivitas perusahaan dapat dilaksanakan dengan baik. Struktur organisasi pada Bursa Efek Indonesia dapat dilihat pada gambar dibawah ini:

sumber : www.idx.co.id

Gambar 4. 1 Struktur Organanisasi Bursa Efek Indonesia (BEI)

B. Hasil Penelitian

1. Uji Statistik Deskriptif

Statistik deskriptif merupakan suatu metode yang berhubungan dengan pengumpulan atau penyajian data sampai memberi informasi yang berguna. Dalam penelitian ini, analisis statistik deskriptif dilakukan berdarkan hasil perhitungan dari masing masing variabel rasio profitabilitas (X1), leverage (X2), likuiditas (X3), pergantian auditor (X4) dan ketepatan waktu pelaporan keuangan (Y) pada perusahaan manufaktur yang menjadi sampel penelitian adalah sebanyak 33 perusahaan dengan periode waktu penelitian tahun 2018 hingga 2020. Hasil analisis statistik deskriptif adalah sebagai berikut :

Tabel 4. 1 Uji Analisis Deskriptif

Variabel N Minimum Maximum Mean Std.

Deviation Profitabilitas 99 -21,40 92,50 9,5934 17,26510

Leverage 99 -212,73 315,90 76,4421 69,56487 Likuiditas 99 15,24 805,05 259,3333 179,69828 Pergantian.Auditor 99 0.00 1,00 0,1818 0,38766

Ketepatan.Waktu 99 0.00 1,00 0,8283 0,37905 Sumber : SPSS 25 diolah (2021)

a. Variabel Profitabilitas

Dalam penelitian ini Profitabilitas di ukur dengan menggunakan Return on Asset (ROA). Tabel di atas menunjukkan hasil pengukuran statistik deskriptif terhadap variabel Profitabilitas, dengan jumlah sampel sebanyak 99, nilai ROA minimum sebesar -21,40 dan maksimum adalah 92,50 dengan rata-rata (mean) sebesar 9,5934 dan standar deviasi sebesar 17,26510.

b. Variabel Leverage

Dalam penelitian ini leverage di ukur dengan menggunakan Debt to Equity Ratio (DER) Tabel di atas menunjukkan hasil pengukuran statistik deskriptif terhadap variabel leverage, dengan jumlah sampel sebanyak 99, nilai DER minimum sebesar -212,73 dan maksimum adalah 315,90 dengan rata-rata (mean) sebesar 76,4421 dan standar deviasi sebesar 69,56487.

c. Variabel Likuiditas

Dalam penelitian ini Likuiditas di ukur dengan menggunakan Current Ratio Tabel di atas menunjukkan hasil pengukuran statistik

deskriptif terhadap variabel Likuiditas, dengan jumlah sampel sebanyak 99, nilai Current Ratio minimum sebesar 15,24 dan maksimum adalah 805,05 dengan rata-rata (mean) sebesar 259,3333 dan standar deviasi sebesar 179,69828.

d. Variabel Pergantian Auditor

Dalam penelitian ini Pergantian Auditor di ukur dengan menggunakan skala dummy. Tabel di atas menunjukkan hasil pengukuran statistik deskriptif terhadap variabel pergantian auditor, dengan jumlah sampel sebanyak 99, nilai minimum sebesar 0 dan maksimum adalah 1 dengan rata-rata (mean) sebesar 0,1818 dan standar deviasi sebesar 0,38766.

e. Variabel Ketepatan Waktu

Dalam penelitian ini Ketepatan Waktu di ukur dengan menggunakan skala dummy. Tabel di atas menunjukkan hasil pengukuran statistik deskriptif terhadap variabel ketepatan waktu, dengan jumlah sampel sebanyak 99, nilai minimum sebesar 0 dan maksimum adalah 1 dengan rata-rata (mean) sebesar 0,8283 dan standar deviasi sebesar 0,37905.

2. Uji Asumsi Klasik a. Uji Normalitas

Uji asumsi klasik normalitas, di mana akan menguji data variabel bebas (X) dan data variabel terikat (Y) pada persaman regresi yang dihasilkan. Berdistribusi normal atau berdistribusi tidak normal.

Uji asumsi klasik normalitas pada penelitian ini menggunakan metode

uji Analisis grafik Normal Probability Plot (P-P Plot). Sebelum dilakukan uji normalitas terlebih dahulu dilakukan transformasi data dengan menggunakan metode “SQRT” (hasil transformasi data terlampir).

Hasil uji normalitas dapat dilihat pada gambar di bawah ini :

Sumber : SPSS 25 diolah (2021)

Gambar 4. 2 Uji Normal P-P PLot

Berdasarkan hasil output SPSS di atas kita dapat melihat grafik Normal Probability Plot (P-P Plot), Dimana terlihat titik-titik mengikuti dan mendekati garis diagonalnya sehingga dapat disimpulkan bahwa model regresi memenuhi asumsi normalitas.

b. Uji Heteroskedastisitas

Dalam persamaan regresi berganda perlu juga diuji mengenai sama atau tidak varian dari residual dari observasi yang satu dengan observasi yang lain. Jika residualnya mempunyai varian yang sama disebut terjadi Homoskedastisitas dan jika variansnya tidak sama atau

berbeda disebut terjadi heteroskedastisitas. Persamaan regresi yang baik jika tidak terjadi heteroskedastisitas. Hasil uji heteroskedastisitas dapat dilihat pada gambar di bawah ini:

Sumber : SPSS 25 diolah (2021)

Gambar 4. 3 Uji Heterokedastisitas Scarterplot

Berdasarkan gambar scatterplot dapat disimpulkan bahwa tidak terjadi gejala heteroskedastisitas, kesimpulan ini berdasarkan pada titik-titik pada scatterplot hasil pengolahan data antara ZPRED dan SRESID menyebar dibawah maupun di atas titik origin (angka 0) pada sumbu Y dan titik-titiknya mempunyai pola yang teratur baik menyempit, melebar maupun bergelombang-gelombang.

c. Uji Multikolinieritas

Uji asumsi klasik multikolinieritas bertujuan untuk menguji apakah model regresi ditemukan adanya korelasi antar variabel bebas (independen). Uji asumsi klasik multikolinieritas pada penelitian ini menggunakan metode Tolerance dan VIF. Hasil dari uji heteroskedastisitas (hasil uji data terlampir) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. 2 Uji Multikolineritas

Variabel Collinearity Statistics

Tolerance VIF

(Constant)

Profitabilitas 0,972 1,028

Leverage 0,829 1,206

Likuiditas 0,824 1,214

Pergantian.Auditor 0,977 1.024

Sumber : SPSS 25 diolah (2021)

Berdasarkan hasil output diatas, menunjukan bahwa hasil korelasi nilai VIF pada variabel Profitabilitas (1,028), Leverage (1,206), Likuiditas (1,214) dan Pergantian Auditor (1.024) semua di bawah 10, Untuk nilai tolerance variabel Profitabilitas (0,972), Leverage (0,829), Likuiditas (0,824) dan Pergantian Auditor (0,977) semua di atas 0,1.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat gejala multikolinieritas antar variabel.

d. Uji Autokorelasi

Persamaan regresi yang baik adalah yang tidak memiliki masalah autokorelasi, Uji asusmsi klasik autokorelasi dalam penelitian

ini menggunakan metode Durbin-Watson (DW). Hasil dari uji autokorelasi (hasil uji data terlampir) dapat dilihat pada tabel sebagai berikut:

Tabel 4. 3 Uji Autolorelasi

Model Durbin-Watson

1 1.416

Sumber : SPSS 25 diolah (2021)

Berdasarkan tabel diatas, diketahui nilai Durbin-Watson (D-W) sebesar 1,416. Seperti yang telah dijelaskan pada BAB sebelumnya bahwa jika nilai D-W terletak diantara -2 sampai +2 berarti tidak ada autokorelasi. Sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak terdapat autokorelasi pada model regresi penelitian ini.

3. Analisis Regresi Berganda

Kegunaan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui hubungan antara variabel independen (X) dan variabel dependen (Y). Hasil dari Analisis Regresi Berganda ( hasil uji data terlampir ) dapat dilihat pada tabel di bawah ini :

Tabel 4. 4 Analisis Regresi Berganda

Variabel Unstandardized Coefficients B

(Constant) 0,548

Profitabilitas 0,005

Leverage 0,002

Likuiditas 0,001

Pergantian.Auditor -,.256

Sumber : SPSS 25 diolah (2021)

Berdasarkan tabel model regresi yang digunakan adalah sebagai berikut :

Y= 0.548 + 0,005X1 + 0,002X2 + 0,001 X3 – (-0.256) X4 Persamaan regresi diatas dapat dijelaskan sebagai berikut :

a. Nilai Konstanta sebesar 0,548 menunjukan bahwa apabila nilai Profitabilitas, Leverage, Likuiditas dan Pergantian Auditor = 0 atau diasumsikan tidak mengalami perubahan (constant), maka nilai Ketepatan Waktu sebesar 0,548.

b. Koefisien regresi Profitabilitas (X1) adalah 0,005 menunjukan variabel Profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap Ketepatan waktu (Y).

Bahwa apabila profitabilitas mengalami peningkatan 1 % maka nilai Ketepatan Waktu akan meningkat sebesar 0,005 dengan asumsi variabel independen yang lain tetap.

c. Koefisien regresi Leverage (X2) adalah 0,002 menunjukan variabel Leverage memiliki pengaruh positif terhadap Ketepatan waktu (Y).

Bahwa apabila Leverage mengalami peningkatan 1 % maka nilai Ketepatan Waktu akan meningkat sebesar 0,002 dengan asumsi variabel independen yang lain tetap.

d. Koefisien regresi Likuiditas (X3) adalah 0,001 menunjukan variabel Likuiditas memiliki pengaruh positif terhadap Ketepatan waktu (Y).

Bahwa apabila likuiditas mengalami peningkatan 1 % maka nilai Ketepatan Waktu akan meningkat sebesar 0,001 dengan asumsi variabel independen yang lain tetap.

e. Koefisien regresi Pergantian Auditor (X4) adalah (-0.256) menunjukan variabel Pergantian Auditor memiliki pengaruh negatif terhadap

Ketepatan waktu (Y). Bahwa apabila Pergantian Auditor mengalami peningkatan 1 % maka nilai Ketepatan Waktu akan menurun sebesar (-0.256) dengan asumsi variabel independen yang lain tetap.

4. Koefisien Determinasi (Uji R2)

Koefisien determinasi ini menunjukkan seberapa besar pengaruh variabel independen terhadap variabel dependen. Semakin besar nilai R2 mendekati 1, maka semakin baik hasil untuk model regresi tersebut.

Semakin mendekati 0 maka variabel independen secara keseluruhan tidak dapat menjelaskan variabel dependen. Hasil dari koefisien determinasi ( hasil uji data terlampir ) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. 5 Koefisien Determinasi (Uji R2)

Model R R Square

1 0,467a 0,218

Sumber : SPSS 25 diolah (2021)

Nilai koefisien determinasi di tunjukkan pada kolom R Square yaitu sebesar 0.218 atau sebesar 21,8 %. hal ini menunjukan bahwa Variabel Profitabilitas (X1), Leverage (X2), Likuididtas (X3) dan Pergantian Auditor (X4) berpengaruh 21,8 % terhadap Ketepatan Waktu (Y) dan sisanya 78,2% dipengaruhi oleh variabel lain yang tidak diteliti.

5. Pengujian parsial (uji t)

Pengujian ini dilakukan untuk menentukan signifikan atau tidak signifikan masing-masing nilai koefisien regresi (b1 dan b2) secara sendiri terhadap variabel terikat (Y). Hasil dari uji parsial (hasil uji data terlampir) dapat dilihat pada tabel di bawah ini:

Tabel 4. 6 Uji Parsial (Uji t)

Variabel Sig. Alpha Keterangan

Profitabilitas 0.028 0,05 Berpengaruh Signifikan Leverage 0.001 0,05 Berpengaruh Signifikan Likuiditas 0.015 0,05 Berpengaruh Signifikan Pergantian.Auditor 0.006 0,05 Berpengaruh Signifikan Sumber : SPSS 25 diolah (2021)

a. Profitabilitas

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai probabilitas (sig) untuk variabel Profitabilitas sebesar 0,028 yang nilainya dibawah 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel profitabilitas (X1) dapat menjelaskan secara signifikan variabel ketepatan waktu (Y), atau terdapat pengaruh signifikan antara variabel profitabilitas (X1) dengan ketepatan waktu (Y) pelaporan keuangan.

b. Leverage

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai probabilitas (sig) untuk variabel leverage sebesar 0,001 yang nilainya dibawah 0,05.

Hal ini berarti bahwa variabel leverage (X2) dapat menjelaskan secara signifikan variabel ketepatan waktu (Y), atau terdapat pengaruh signifikan antara variabel leverage (X2) dengan ketepatan waktu (Y) pelaporan keuangan.

c. Likuiditas

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai probabilitas (sig) untuk variabel Likuiditas sebesar 0,015 yang nilainya dibawah 0,05.

Hal ini berarti bahwa variabel likuiditas (X3) dapat menjelaskan secara

signifikan variabel ketepatan waktu (Y), atau terdapat pengaruh signifikan antara variabel likuiditas (X3) dengan ketepatan waktu (Y) pelaporan keuangan.

d. Pergantian Auditor

Berdasarkan tabel diatas diperoleh nilai probabilitas (sig) untuk variabel Pergantian Auditor sebesar 0,006 yang nilainya dibawah 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel pergantian auditor (X4) dapat menjelaskan secara signifikan variabel ketepatan waktu (Y), atau terdapat pengaruh signifikan antara variabel pergantian auditor (X4) dengan ketepatan waktu (Y) pelaporan keuangan.

C. Pembahasan

Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah analisis regresi liner berganda. Sebelum masuk ke pembahasan hasil penelitian, berikut disajikan tabel hipotesis penelitian:

Tabel 4. 7 Ringkasan Pengujian Hipotesis

No Hipotesis Keterangan

Hipotesis 1

Profitabilitas berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

Hipotesis Penelitian

Diterima Hipotesis

2

Leverage keuangan berpengaruh negatif signifkan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

Hipotesis Penelitian Ditolak

Hipotesis 3

Likuiditas berpengaruh positif signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

Pergantian auditor berpengaruh negatif signifikan terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

Hipotesis Penelitian

Diterima

1. Pengaruh Profitabilitas terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh nilai koefisien regresi untuk variabel Profitabilitas adalah 0,005 menunjukan variabel profitabilitas memiliki pengaruh positif terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan.

dengan asumsi bahwa apabila profitabilitas mengalami peningkatan 1 % maka nilai Ketepatan Waktu akan meningkat sebesar 0,005. Berdasarkan nilai probabilitas (sig) untuk variabel Profitabilitas sebesar 0,028 yang nilainya dibawah 0,05. Hal ini berarti bahwa variabel profitabilitas dapat menjelaskan secara signifikan variabel ketepatan waktu.

Profitabilitas mendeskripsikan besar atau kecilnya kemampuan perusahaan dalam menciptakan atau menghasilkan laba. Profitabilitas dapat diukur menggunakan Return On Asset (ROA) yaitu dengan membagi laba tahun berjalan dengan total aset. Profitabilitas yang tinggi merupakan kabar baik bagi perusahaan, artinya mampu menunjukkan

Profitabilitas mendeskripsikan besar atau kecilnya kemampuan perusahaan dalam menciptakan atau menghasilkan laba. Profitabilitas dapat diukur menggunakan Return On Asset (ROA) yaitu dengan membagi laba tahun berjalan dengan total aset. Profitabilitas yang tinggi merupakan kabar baik bagi perusahaan, artinya mampu menunjukkan

Dokumen terkait