• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN

C. Tujuan Penelitian

Dalam rumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui pengaruh profitabilitas terhadap ketepatan waktu pelaporan keuangan perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia 2. Untuk mengetahui pengaruh leverage terhadap ketepatan waktu

pelaporan keuangan perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia 3. Untuk mengetahui pengaruh likuiditas terhadap ketepatan waktu

pelaporan keuangan perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia 4. Untuk mengetahui pengaruh pergantian auditor terhadap ketepatan waktu

pelaporan keuangan perusahaan yang terdapat di Bursa Efek Indonesia D. Manfaat Peneltian

1. Manfaat Teoritis

Diharapkan dapat memberikan informasi dan memberikan kontribusi terhadap perkembangan ilmu pengetahuan terutama penelitian atau studi yang berkaitan ketepatan pelaporan keuangan perusahaan. Selain itu, hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan atau referensi untuk memberikan gambaran dan acuan bagi penelitian yang akan datang.

2. Mamfaat Praktis

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi yang bermanfaat bagi perusahaan dan para pemegang saham yang ingin menerapkan ketepatan pelaporan keuangan perusahaan dan juga temuan dari penelitian ini diharap dapat memberikan manfaat serta masukan kepada para pengguna laporan keuangan dalam pengambilan keputusan.

3. Manfaat Kebijakan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan pengetahuan yang berguna sebagai referensi serta memberikan sumbangan pemikiran bagi pihak yang memerlukan untuk penelitian lebih lanjut dan mendalam.

9 1. Teori Sinyal (Signalling Theory)

Teori sinyal (signaling theory) pertama kali dikemukakan oleh Spence (1973) yang menjelaskan bahwa pihak pengirim (pemilik informasi) memberikan suatu isyarat atau sinyal berupa informasi yang mencerminkan kondisi suatu perusahaan yang bermanfaat bagi pihak penerima (investor). Menurut Brigham dan Houston (2018) teori sinyal menjelaskan tentang persepsi manajemen terhadap pertumbuhan perusahaan di masa depan, dimana akan mempengaruhi respon calon investor terhadap perusahaan. Sinyal tersebut berupa informasi yang menjelaskan tentang upaya manajemen dalam mewujudkan keinginan pemilik. Informasi tersebut dianggap sebagai indikator penting bagi investor dan pelaku bisnis dalam mengambil keputusan investasi.

Informasi yang telah disampaikan oleh perusahaan dan diterima oleh investor, akan diinterpretasikan dan dianalisis terlebih dahulu apakah informasi tersebut dianggap sebagai sinyal positif (berita baik) atau sinyal negatif (berita buruk).

Jika informasi tersebut bernilai positif berarti investor akan merespon secara positif dan mampu membedakan antara perusahaan yang berkualitas dengan yang tidak, sehingga harga saham akan semakin tinggi dan nilai perusahaan meningkat. Namun, jika investor memberikan sinyal negatif menandakan bahwa keinginan investor untuk

berinvestasi semakin menurun dimana akan mempengaruhi penurunan nilai perusahaan.

Menurut Owolabi dan Inyang (2018) sinyal yang diberikan dapat berupa penerbitan utang. Penggunaan utang dalam perusahaan disesuaikan dengan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya. Manajer berkemampuan rendah tidak akan dapat membayar kembali tingkat utang yang tinggi dan akan mengalami kebangkrutan. Sedangkan, manajer berkemampuan tinggi boleh menggunakan hutang dalam jumlah besar untuk menunjukkan kepercayaannya pada prospek perusahaan ke pasar dan bertindak sebagai sinyal yang kompatibel bagi pihak luar perusahaan. Signaling theory juga dapat dilihat dari perspektif risiko bisnis, dimana risiko bisnis yang semakin tinggi dianggap negatif oleh calon investor sehingga mempengaruhi keinginannya untuk berinvestasi.

Kesempatan peluang investasi yang tinggi juga akan dipersepsikan sebagai sinyal positif yang akan mempengaruhi penilaian investor terhadap perusahaan. Tingginya IOS perusahaan menandakan bahwa perusahaan dapat meningkatkan kinerja keuangan dan nilai perusahaannya di masa mendatang.

2. The Trade-off Theory

Model trade-off menjelaskan bahwa penggunaan hutang dalam struktur modal dapat meminimalkan pengeluaran pajak karena biaya bunga yang dikeluarkan. Jika manajemen dapat mengoptimalkan rasio hutang perusahaan, maka perusahaan dapat memaksimalkan nilai

perusahaan dengan menutupi seluruh beban biaya yang ditimbulkan dari manfaat yang diperoleh (Uyar dan Guzelyurt, 2015).

Menurut Dincergok dan Yalciner (2018) dalam teori trade-off dijelaskan bahwa perusahaan yang berisiko rendah akan memilih untuk menggunakan hutang yang tinggi, sedangkan perusahaan dengan risiko tinggi harus meminimalkan penggunaan hutang (low target debt ratio).

Menurut Owolabi dan Inyang (2013) kebijakan struktur modal dapat dipengaruhi oleh pajak dan biaya kebangkrutan (bankruptcy cost).

Biaya kebangkrutan atau kesulitan keuangan terjadi ketika perusahaan tidak mampu memenuhi kewajibannya sehingga dianggap sebagai reorganisasi dan kenaikan biaya agensi yang menyebabkan penurunan kepercayaan perusahaan. Chowdhury dan Chowdhury (2017) mengungkapkan bahwa perusahaan harus mampu mengoptimalkan penggunaan hutang agar dapat memaksimalkan kinerja perusahaan, jika jumlah hutang perusahaan terlalu besar atau melebihi batas yang ditentukan maka nilai perusahaan akan menurun. Meskipun struktur modal yang optimal tidak dapat ditentukan secara tepat, namun terdapat beberapa alternatif yang dapat dilakukan yaitu pertama, bagi perusahaan dengan total aset yang besar, sebaiknya mengoptimalkan sumber daya ekonomi yang tersedia dan meminimalkan penggunaan hutang. Kedua, bagi perusahaan yang tingkat pajaknya tinggi dapat memanfaatkan hutang sebagai alternatif untuk menghemat pengeluaran pajak karena besarnya pajak diperoleh dari pengurangan laba operasi dengam bunga pajak.

3. Teori Agensi (Agency Theory)

Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan tentang teori agensi terkait hubungan antara principal (pemegang saham) dengan agen (manajer). Pemegang saham adalah pihak yang menyediakan sumber daya bagi manajemen. Sedangkan manajemen adalah pihak yang diberi sumber daya untuk memberikan layanan sesuai dengan kepentingan agen dan wewenang dalam pengambilan keputusan untuk mencapai tujuan perusahaan yang diinginkan.

Widyasari (2015) mengemukakan bahwa principal berupaya untuk mengoptimalkan nilai perusahaan dengan melibatkan tenaga-tenaga professional (agent) yang lebih memahami pengelolaan operasional perusahaan. Namun, agen sering mengutamakan kepentingan pribadi dibandingkan kepentingan perusahaan dan principal sehingga menyebabkan konflik agensi (agency problem). Untuk meminimalisir adanya agency problem perlu pengawasan dengan menyelaraskan tujuan dari pihak manajer ataupun pemegang saham melalui peningkatan kepemilikan manajerial. Upaya tersebut menimbulkan adanya biaya agensi yang harus dibayar perusahaan.

Menurut Primadhanny (2016) biaya agensi merupakan biaya yang harus dibayar perusahaan sebagai dampak dari penyerahan kewenangan principal kepada agen untuk mengelola perusahaan demi kelangsungan hidup perusahaan dan kepentingan pemegang saham.

Teori agensi menyatakan bahwa tingginya kepemilikan manajerial akan mempengaruhi rendahnya struktur modal. Manajemen yang juga mempunyai hak atas saham perusahaan akan bertanggung jawab

dengan segala risiko yang terjadi baik berupa keuntungan ataupun kerugian, sehingga manajemen meminimalkan penggunaan hutang dengan menerapkan minimize cost dan maximize value. Besarnya jumlah saham oleh manajemen memicu manajer untuk memaksimalkan kinerja perusahaan agar dapat meningkatkan nilai perusahaan. Jika kepemilikan saham lebih rendah manajemen cenderung untuk mencapai kepentingan pribadi dengan distribusi kekayaan dari pihak lain dimana akan menyebabkan kinerja keuangan menurun berdampak pada menurunnya nilai perusahaan.

4. Pasar Modal

Pengertian Pasar Modal sebagaimana pasar pada umumnya yaitu merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli.Disini yang diperjual belikan adalah modal atau dana, pembeli dana/modal adalah mereka yang dapat berupa orang-perorangan maupun lembaga/badan usaha yang menggunakan dananya untuk mempersiapkan usaha yang bersifat produktif. Sedangkan penjual modal/dana adalah perusahaan yang memerlukan dana atau tambahan modal untuk keperluan usahanya (Weston F.J., and Copeland, T.E. 2018).

Dalam Undang-Undang nomor 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal (selanjutnya disebut UUPM) dijelaskan bahwa Pasar Modal dapat didefinsikan sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek definisi pasar modal yang disebut dalam UUPM tersebut tidak memberikan definisi menyeluruh, melainkan lebih menitikberatkan

kepada kegiatan dan para pelaku pasar modal, apabila kita melihat dari sudut pandang secara teoritis, pengertian pasar modal adalah sebagai perdagangan instrumen keuangan jangka panjang, dengan bentuk modal (stock) maupun hutang (bonds), baik yang diterbitkan oleh pemerintah maupun yang diterbitkan oleh perusahaan swasta (Gregory, R.H. and Van Horn, R.L. 2016).

Pasar Modal adalah suatu kegiatan yang teratur dan bersifat terus menerus, adapun pihak yang mengatur terselenggaranya pasar modal adalah Bursa efek. Secara subsansi Pasar Modal berbeda dengan Pasar Uang yang mana keduanya memiliki kesamaan yaitu sama-sama merupakan bagian dari Sistem pasar keuangan (Financial Market). Pasar Uang adalah sarana yang menyediakan pembiayaan jangka pendek (kurang dari satu tahun). Pasar uang tidak mempunyai tempat fisik seperti Pasar modal, adapun yang menjadi dasar terjadinya pasar uang tersebut adalah tempat perdagangan efek berupa dana-dana jangka panjang, yakni dana yang berjangka waktu ebih dari satu tahun dan disebut pula sebagai pasar yang konkrit dikarenakan pasar modal memiliki kepastia dimana perdangan tersebut dilakukan dalam suatu mekanisme yang disebut Bursa Efek.

Pasar modal adalah suatu ajang yang dapat dimanfaatkan sebagai tempat atau sarana bertemunya antara permintaan dan penawaran atas instrument keuangan jangka panjang, umunya lebih dari 1 (satu tahun). Hukum mendefenisikan pasar modal sebagai “kegiatan yang bersangkutan dengan penawaran umum dan perdagangan efek, perusahaan publik yang berkaitan dengan efek yang diterbitkannya, serta

lembaga dan profesi yang berkaitan dengan efek (Gregory, R.H. and Van Horn, R.L. 2016).

Pasar modal terdiri dari pasar primer/perdana (primary market) dan pasar sekunder (secondary market). Pasar primer adalah pasar untuk surat-surat berharga yang baru diterbitkan dan sebagai sarana bagi perusahaan yang untuk pertama kali menawarkan saham atau obligasi kemasyarakat umum. Pada pasar ini dana berasal dari arus surat penjualan berharga atau securitas (security) baru dari pembeli sekuritas (disebut investor) kepada perusahaan yang menerbitkan sekuritas (disebut emiten). Sedangkan pasar sekunder adalah pasar perdagangan surat berharga yang telah ada (sekuritas lama) di bursa efek dan sebagai sarana transaksi jual beli efek antar investor dan harga dibentuk oleh investor melalui perantara efek. Uang yang mengalir dari transaksi ini tidak lagi mengalir pada perusahaan yang menerbitkan efek tetapi hanya mengalir kepada pemegang sekuritas yang satu kepada yang pemegang sekuritas lain (Weston F.J., and Copeland, T.E. 2018).

Pasar modal memiliki peranan penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjanjikan dua fungsi, pertama sebagai sarana pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain, kedua pasar modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksadana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya seusia

dengan karakteristik keuntungan dan resiko masing-masing instrumen (Gregory, R.H. and Van Horn, R.L. 2016).

Pasar modal juga salah satu alternatif bagi perusahaan untuk menghimpun dana dari investor. Dan pada dasarnya pasar modal merupakan tempat bertemunya pembeli dan penjual dengan resiko untung atau rugi. Untuk menarik pembeli dan penjual agar berpartisipasi maka pasar modal harus bersifat likuid dan efesien. Pasar modal dikatakan likuid jika penjual dapat menjual dan pembeli dapat membeli dengan cepat. Sedangkan pasar modal dikatakan efesien jika harga dan surat-surat berharga mencerminkan nilai dari perusahaan secara akurat fungsi pasar modal merupakan tempat bertemunya pihak yang memiliki dana lebih (lender) dengan pihak yang memerlukan dana jangka panjang tersebut (borrower). Pasar modal mempunyai dua fungsi yaitu fungsi ekonomi dan fungsi keuangan. Di dalam ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana dari lender ke borrower.

Dengan menginvestasi dananya, lender mengharapkan adanya imbalan atau return dari penyerahan dana tersebut. Sedangkan bagi borrower, adanya dana dari luar dapat digunakan untuk pengembangan usahanya tanpa menunggu dana dari hasil operasi perusahaannya. Di dalam keuangan, dengan cara menyediakan dana yang diperlukan oleh borrower dan para lender tanpa terlibat lansung dalam kepemilikan aktiva riil (Weston F.J., and Copeland, T.E. 2018).

5. Laporan Keuangan

Laporan keuangan bagi suatu perusahaan merupakan alat penguji untuk menentukan atau menilai posisi keuangan perusahaan. Sebelum

membahas secara mendalam mengenai membaca, menganalisis dan menafsirkan kondisi keuangan suatu perusahaan melalui laporan keuangannya, maka berikut ini akan diuraikan terlebih dahulu mengenai definisi akuntansi laporan keuangan. Sebab sebagaimana telah diketahui sebelumnya bahwa laporan keuangan merupakan produk akhir dari siklus akuntansi. Dalam Standar Akuntansi Keuangan disebutkan bahwa laporan keuangan merupakan bagian dari pelaporan keuangan. Laporan keuangan yang lengkap biasanya meliputi neraca, laporan laba rugi, laporan perubahan posisi keuangan (yang dapat disajikan dalam berbagai cara, misalnya sebagai laporan arus kas atau laporan arus dana), catatan dan laporan lain serta materi penjelasan yang merupakan bagian integral dari laporan keuangan (Schwartz, K. dan B. Soo. 2018).

Disamping itu juga termasuk skedul-skedul dan informasi tambahan yang berkaitan dengan laporan tersebut, misalnya informasi keuangan segmen industri dan geografis, serta pengungkapan pengaruh perubahan harga. Tujuan laporan keuangan menurut IAI (2017) adalah menyediakan informasi yang menyangkut posisi keuangan, kinerja, serta perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang bermanfaat bagi sejumah besar pemakai dalam pengambilan keputusan ekonomi (Ikatan Akuntan Indonesia. 2017).

Karakteristik kualitatif merupakan ciri khas yang membuat informasi dalam laporan keuangan menjadi berguna bagi pemakai laporan keuangan. Terdapat empat karakteristik pokok laporan keuangan yaitu (IAI, 2017) :

a. Dapat dipahami

Kualitas penting informasi yang dapat ditampung dalam laporan keuangan adalah kemudahannya untuk dapat segera dipahami oleh pemakai. Untuk maksud ini, pemakai diasumsikan memilki pengetahuan yang memadai tentang aktivitas dan bisnis akuntansi, serta kemauan untuk mempelajari informasi dengan ketekunan yang wajar. Namun demikian, informasi kompleks yang dimasukkan dalam laporan keuangan tidak dapat dikeluarkan hanya atas dasar pertimbangan bahwa informasi tersebut terlalu sulit untuk dipahami oleh pemakai tertentu.

b. Relevan

Agar bermanfaat, informasi harus relevan untuk memenuhi kebutuhan pemakai dalam proses pengambilan keputusan. Informasi memiliki kualitas relevan jika dapat mempengaruhi keputusan ekonomi pemakai dengan membantu mereka mengevaluasi peristiwa masa lalu, masa kini atau masadepan, membantu mengkoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu.

c. Keandalan

Agar bermanfaat, informasi juga harus andal (reliable).

Informasi memiliki kualitas andal jika bebas dari pengertian yang menyesatkan, kesalahan material, dan dapat diandalkan oleh pemakainya sebagai penyajian yang tulus atau jujur (faithfull representation) dari yang seharusnya disajikan atau yang secara wajar diharapkan dapat disajikan. Informasi tersebut secara potensial dapat menyesatkan. Misalnya, jika keabsahan dan jumlah tuntutan atas

kerugian dalam suatu tindakan hukum masih dipersengketakan, mungkin tidak tepat bagi perusahaan mengakui jumlah seluruh tuntutan tersebut dalam neraca, meskipun tepat untuk mengungkapkan jumlah serta keadaan dari tuntutan tersebut.

d. Dapat dibandingkan

Pemakai harus dapat memperbandingkan laporan keuangan perusahaan antar periode untuk mengidentifikasi kecenderungan (trend) posisi dan kinerja keuangan perusahaan. Pemakai juga harus dapat memperbandingkan laporan keuangan antar perusahaan untuk mengevaluasi posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan secara relatif.

Salah satu kendala informasi yang relevan dan andal adalah tepat waktu, apabila terdapat penundaan yang tidak semestinya dalam pelaporan, maka informasi yang dihasilkan akan kehilangan relevansinya. Pelaporan keuangan publik di Indonesia telah diatur dalam UndangUndang No.8 tahun 1995 tentang pasar modal, yang telah diperbaharui dengan Peraturan Bapepam Nomor X.K.2, Lampiran Keputusan Ketua Bapepam Nomor Kep-36/PM/2003 yang berlaku sejak tanggal 30 September 2003 tentang kewajiban penyampaian laporan keuangan berkala (akhir tahun dan tengah tahunan) yang disusun berdasarkan Standar Akuntansi Keuangan (SAK) dari Ikatan Akuntan Indonesia. Pelaporan dan publikasi laporan keuangan tahunan yang diaudit dan laporan tengah tahunan yang tidak diaudit adalah bersifat wajib, sedangkan penyampaian laporan keuangan triwulan bersifat sukarela (Ikatan Akuntan Indonesia. 2017)

6. Ketepatan Waktu (Timeliness)

Berdasarkan Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Standar Akuntansi Keuangan, laporan keuangan harus memenuhi empat karakteristik kualitatif yang merupakan ciri khas yang membuat informasi laporan keuangan berguna bagi para pemakainya.

Keempat karakteristik tersebut yaitu dapat dipahami, relevan, andal dan dapat diperbandingkan. Untuk mendapatkan informasi yang relevan tersebut, terdapat beberapa kendala, salah satunya adalah kendala ketepatan waktu (Iyoha, F.O. 2018).

Gregory dan Van Horn dalam Owusu-Ansah (2016), secara konsepsual yang dimaksud dengan tepat waktu adalah kualitas ketersediaan informasi pada saat yang diperlukan atau kualitas informasi yang baik dilihat dari segi waktu. Sedangkan Chambers dan Penman (2017) mendefinisikan ketepatan waktu dalam dua cara, yaitu ketepatan waktu didefinisikan sebagai keterlambatan waktu pelaporan dari tanggal laporan keuangan sampai tanggal melaporkan dan ketepatan waktu ditentukan dengan ketepatan waktu pelaporan relatif atas tanggal pelaporan yang diharapkan (Gregory, R.H. and Van Horn, R.L. 2016).

Dyer dan Mc Hugh (2018) menggunakan tiga kriteria keterlambatan untuk melihat ketepatan waktu dalam penelitiannya preliminary lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai penerimaan laporan akhir preleminary oleh bursa, auditor’s report lag: interval jumlah hari antara tanggal laporan keuangan sampai tanggal laporan auditor ditandatangani, total lag: interval jumlah hari antara

tanggal laporan keuangan sampai tanggal penerimaan laporan dipublikasikan oleh bursa (Dyers, J.C, and Mc Hugh, A.L. 2018).

7. Faktor yang Mempengaruhi Ketepatan Waktu Penyampaian Laporan Keuangan

Dalam penelitian kali ini hanya akan mengajukan empat faktor yang mempengaruhi ketepatan waktu penyampaian laporan keuangan, yaitu profitabilitas, leverage keuangan, likuiditas, dan pergantian auditor (Riyanto, Bambang. 2016).

a. Profitabilitas

Profitabilitas merupakan gambaran dari kinerja manajemen dalam mengelola perusahaan. Ukuran profitabilitas dapat berbagai macam seperti laba operasi, laba bersih, tingkat pengembalian investasi/aktiva, dan tingkat pengembalian ekuitas pemilik. Rasio profitabilitas atau rasio rentabilitas menunjukkan keberhasilan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan. Penelitian Dyer dan Mc Hugh (2016) menunjukkan bahwa perusahaan yang memperoleh laba cenderung tepat waktu menyampaikan laporan keuangannya dan sebaliknya jika mengalami rugi. Carslaw dan Kaplan (2016) menemukan bahwa perusahaan yang mengalami kerugian meminta auditornya untuk menjadwalkan pengauditannya lebih lambat dari yang seharusnya, akibatnya penyerahan laporan keuangannya terlambat.

Kedua penelitian ini menyatakan bahwa perusahaan akan cenderung menunda penyampaian laporan keuangan apabila perusahaan yakin terdapat berita buruk dalam laporan keuangan tersebut, karena berpengaruh pada kualitas laba. Dan sebaliknya, perusahaan akan

tepat waktu dalam penyampaian laporan keuangan apabila perusahaan yakin terdapat berita baik (Ghozali, Imam. 2017).

Rasio Profitabilitas, rasio ini mengukur efektivitas manajemen secara keseluruhan yang ditujukan oleh besar kecilnya tingkat keuntungan yang diperoleh dalam hubungannya dengan penjualan maupun investasi. Semakin baik rasio profabilitas maka semakin baik menggambarkan kemampuan tingginya keuntungan perusahaan.

Sejalan dengan pengertian tersebut, menurut Sutrisno (2018) profitabilitas adalah kemampuan perusahaan menghasilkan keuntungan dengan semua modal yang bekerja di dalamnya.

Menurut Harahap (2018, hal 304).”Profitabiltas adalah kemampuan perusahaan untuk menghasilkan laba selama periode tertentu. Profitabilitas suatu perusahaan diukur dengan kesuksesan perusahaan dan kemampuan menggunakan aktivanya secara produktif. Dengan demikian profitabilitas suatu perusahaan dapat diketahui dengan membandingkan antara laba yang diperoleh dalam suatu periode dengan jumlah aktiva atau jumlah modal perusahaan tersebut.”

Sedangkan Menurut Kasmir (2017, hal 196) Menyatakan bahwa “Rasio Profitabilitas merupakan rasio untuk menilai kemampuan perusahaan dalam mencari keuntungan. Rasio ini juga memberikan ukuran tingkat efektivitas manajemen suatu perusahaan”.

Menurut Hanafi dan Halim (2017), rasio profitabilitas secara umum ada 3, yaitu :

1) Net Profit Margin Untuk menghitung sejauh mana kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih pada tingkat penjualan tertentu.

2) Return on Asset Untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan tingkat asset tertentu

3) Return on Equity Untuk mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba bersih berdasarkan modal saham tertentu.

Tujuan penggunaan rasio profitabilitas bagi perusahaan, maupun bagi pihak luar perusahaan, yaitu:

1) Untuk mengukur atau menghitung laba yang diperoleh perusahaan dalam satu periode tertentu.

2) Untuk menilai posisi laba perusahaan tahun sebelumnya dengan tahun sekarang

3) Untuk menilai perkembangan laba dari waktu ke waktu.

4) Untuk menilai besarnya laba bersih sesudah pajak dengan modal sendiri.

5) Untuk mengukur produktivitas seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal pinjman maupun modal sendiri.

6) Untuk mengukur produktivitas dari seluruh dana perusahaan yang digunakan baik modal sendiri

Perusahaan yang memiliki profitabilitas tinggi dapat dikatakan bahwa laporan keuangan perusahaan tersebut mengandung berita baik dan perusahaan yang mengalami berita baik akan cenderung menyerahkan laporan keuangannya tepat waktu. Hal ini juga berlaku jika profitabilitas perusahaan rendah dimana hal ini mengandung berita

buruk, sehingga perusahaan cenderung tepat waktu menyerahkan laporan keuangannya (Brigham, Eugene F, 2016).

Menurut Martono dan Harjito (2015:60) Rasio profitabilitas adalah rasio yang menunjukkan efektifitas menciptakan laba. Laba pada dasarnya menunjukkan seberapa baik perusahaan dalam membuat keputusan investasi dan pembiayaan. Analisis rasio profitabilitas ini dapat ditentukan dengan cara yaitu:

1) Return on Assets

Return on assets merupakan ukuran kemampuan perusahaan dengan menghasilkan laba dengan semua aset yang dimiliki oleh perusahaan. Dalam hal ini laba yang dihasilkan adalah laba sebelum bunga dan pajak. Rasio ini digunakan untuk mengukur kemampuan manajemen perusahaan dalam memperoleh keuntungan (laba) secara keseluruhan. Rasio ini menunjukkan tingkat efisiensi pengelolaan aset yang dilakukan oleh perusahaan.

Semakin besar ROA maka semakin besar tingkat keuntungan dan semakin baik posisi perusahaan dari segi penggunaan aset.

2) Return on Equity

Return on equity yaitu kemampuan perusahaan dalam menghasilkan keuntungan dengan modal sendiri yang dimiliki, sehingga ROE ini ada yang menyebut sebagai profitabilitas modal sendiri. Rasio ini menunjukkan kemampuan modal pemilik yang ditanamkan oleh pemilik atau investor untuk menghasilkan laba bersih yang menjadi bagian dari pemilik. Semakin tinggi rasio ini

semakin tinggi keuntungan investor karena semakin efisien modal yang ditanamkannya.

3) Net Profit Margin

Menurut Martono dan Harjito (2015) Net profit Margin (NPM)

Menurut Martono dan Harjito (2015) Net profit Margin (NPM)

Dokumen terkait