• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV METODE PENELITIAN

4.7 Teknik Analisis Data

Analisis data dalam penelitian kuantitatif dilakukan setelah seluruh data dikumpulkan. Menurut Sugiyono (2006) dalam Rahmawan (2009) kegiatan dalam analisis data kuantitatif adalah mengelompokkan data berdasarkan peubah dan jenis responden, mentabulasi data berdasarkan peubah dari seluruh responden, menyajikan data tiap peubah yang diteliti, melakukan perhitungan untuk menjawab rumusan masalah dan melakukan perhitungan untuk menguji hipotesis yang telah diajukan.

Analisis statistik yang digunakan dalam penelitian ini meliputi analisis statistik deskriptif yang disajikan dalam tabel frekuensi, grafik, ukuran pemusatan ukuran penyebaran; dan analisis statistik inferensial dengan menggunakan uji korelasi Chi-Square untuk melihat hubungan yang nyata antara peubah dengan data berbentuk nominal dan uji korelasi rank Spearman digunakan untuk melihat

hubungan nyata antar peubah dengan data berbentuk ordinal. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan program komputer SPSS for Windows versi 17.0.

DALAM PELESTARIAN KEBUDAYAAN LOKAL

5. 1 Gambaran Umum Desa Babakan

Desa Babakan merupakan salah satu desa yang terletak di wilayah Kecamatan Dramaga Kabupaten Bogor. Desa Babakan memiliki luas wilayah yang mencapai ± 334.384 hektar, terdiri dari empat dusun, sembilan RW, dan 35 RT dengan batas-batas sebagai berikut:

sebelah utara : Desa Cikarawang

sebelah timur : Kelurahan Balumbang Jaya sebelah selatan : Desa Dramaga

sebelah barat : Desa Cibanteng Kecamatan Ciampea

Berdasarkan registrasi kependudukan tahun 2009 yang ada di kantor desa, jumlah penduduk Desa Babakan tercatat sebanyak 10.898 jiwa dengan rincian laki-laki sebanyak 5.197 jiwa dan perempuan sebanyak 5.701 jiwa. Adapun jumlah kepala keluarga yang ada di desa Babakan sebanyak 2.430 kepala keluarga. Sebagian besar penduduk Desa Babakan beragama Islam dan bersuku Sunda. Pada dasarnya kondisi perekonomian di Desa Babakan telah berjalan dengan cukup baik karena masyarakat banyak yang memiliki usaha kontrakan bagi mahasiswa dan usaha perdagangan.

Letak RW 01 sendiri berada di sebelah selatan dan berbatasan langsung dengan Desa Dramaga. Masyarakat yang berada di RW 01 mayoritas beragama Islam dan bersuku Sunda. Hal ini terlihat dari semua yang menjadi responden dalam penelitian ini beragam Islam dan bersuku Sunda. Selain itu juga,

berdasarkan wawancara dengan ketua RW 01 menyebutkan bahwa hampir seluruh warganya beragama Islam dan sebagian besar bersuku Sunda.

5.2 Gambaran Umum Megaswara TV

Megaswara TV adalah sebuah media informasi elektronik yang mengudara pada channel 25 UHF. Megaswara TV juga tergabung di dalam Asosiasi Televisi Lokal Indonesia. PT Cipta Megaswara TV terletak di Jl. Suryakencana No. 228-230 Bogor, Jawa Barat. Perusahaan ini berdiri pada tanggal 18 Agustus 2004 berdasarkan izin dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Bogor.

Megaswara TV menayangkan program-programnya dari pukul 05.00-24-00 WIB.

Materi siaran yang ditayangkan mencakup 70 persen lokal dan 30 persen universal.

Visi dari Megaswara TV adalah membuat, menyusun, dan menayangkan program-program informasi positif dan hiburan yang dibutuhkan masyarakat kota dan kabupaten Bogor dengan mengangkat dan mengedepankan potensi lokal yang ada, baik budaya maupun masyarakatnya. Misi Megaswara TV berupa misi perusahaan mengingat Megaswara TV merupakan salah satu unit usaha dari Universitas Gunadarma, antara lain:

1. Menumbuhkembangkan dan melestarikan seni budaya Jawa Barat pada umumnya dan Bogor pada khususnya.

2. Menayangkan program-program religi yang menyejukkan dengan menampilkan tokoh agamis yang cukup dikenal di Bogor.

3. Mempromosikan daerah wisata Bogor yang belum terekspos dan dikenal oleh masyarakat luas.

4. Membantu dan menjadi mitra kerja yang seimbang dengan pemerintah daerah dalam mensosialisasikan kebijakan-kebijakan yang dibuat serta menjadi media promosi yang efektif bagi pelaku bisnis baik lokal maupun nasional.

5. Menjadi ujung tombak dalam memberikan informasi dan berita sosial, budaya, ekonomi, dan peristiwa-peristiwa yang terjadi di wilayah Bogor secara tajam dan aktual, sesuai dengan kaidah jurnalistik media elektronika.

Tidak hanya memiliki visi dan misi, Megaswara TV juga memiliki motto yang berbunyi “Televisi kebanggaan Bogor, berideologi dan berbudaya Sunda, semangat dan tekad yang tinggi, inovatif dan variatif.” Megaswara TV juga telah menjadi icon bagi masyarakat kota Bogor yang haus akan hiburan dan informasi melalui tayangan televisi, sehingga pihak Megaswara TV menyemangati diri dengan sebutan “TV URANG BOGOR.”

Segmentasi dari program acara yang ditayangkan Megaswara TV berdasarkan umur dibagi menjadi tiga yaitu kurang dari 15 tahun, 16 sampai 45 tahun dan di atas 45 tahun. Program acara yang ditayangkan dapat ditonton oleh laki-laki dan perempuan dan dari berbagai kalangan baik pelajar, mahasiswa, ibu rumah tangga, pejabat, karyawan dan lainnya.

Megaswara TV memiliki komposisi program acara yang terdiri dari entertainment (hiburan) sebesar 50 persen, informasi 37 persen, religi sembilan

persen, sport dua persen, dan children dua persen. Beberapa program unggulan yang ditayangkan Megaswara TV yaitu Dinamika Bogor, Sulanjana dan Gorobog.

Dinamika Bogor merupakan program acara berita yang menginformasikan

peristiwa yang terjadi di Bogor. Program Dinamika Bogor ini ditayangkan di pagi hari pukul 05.30-06.00 WIB dan di malam hari pukul 21.00-21.30 WIB.

Program acara hiburan khususnya musik yaitu acara Sulanjana yang merupakan program acara yang menayangkan video klip lagu-lagu Sunda.

Program acara Sulanjana memiliki waktu tayang yang cukup banyak dalam satu minggu karena ditayangkan setiap hari di pagi dan malam hari. Total banyaknya waktu tayang acara Sulanjana di Megaswara TV mencapai 12 jam dalam satu minggu. Berikut disajikan dalam Tabel 5 tentang waktu tayang acara Sulanjana dalam satu minggu.

Tabel 5. Waktu tayang program acara Sulanjana di Megaswara TV

Pukul Senin Selasa Rabu Kamis Jumat Sabtu Minggu Sumber: Pola Siar November 2010 (Megaswara TV, 2010) √ = ditayangkan

Gorobog merupakan program acara lawak Sunda yang menampilkan cerita kehidupan masyarakat Bogor sehari-hari. Gorobog ditayangkan pada hari Sabtu pukul 19.30-20.00 WIB. Adapun program acara yang lain yaitu cooking star, TV Edukasi, Megaswara Musik, Lintas Mancanegara, Bingkai Sedekah, Tembang Sono, Wulan Kencana, Mutiara Indonesia dan lainnya.

5.3 Gambaran Umum Responden

Responden dalam penelitian ini berasal dari penduduk yang berada di Desa Babakan RW 01. Penduduk yang berada di RW 01 ini terbagi ke dalam empat RT dan dari masing-masing RT diambil responden penelitian secara acak. Jumlah

populasi di RW 01 adalah 1.337 jiwa dan diambil responden sebagai sampel penelitian sebanyak 94 orang dari keempat RT yang ada. Setiap penduduk yang menjadi responden dalam penelitian ini diberikan kuesioner yang berisi pertanyaan dan pernyataan yang harus dijawab. Seluruh responden yang terpilih merupakan orang-orang yang pernah menonton tayangan acara “Sulanjana” di Megaswara TV.

Setiap responden memiliki karakteristik yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Karakteristik individu terdiri dari usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, pendidikan dan pendapatan. Tabel 6 berikut ini menampilkan informasi mengenai karakteristik individu yang menjadi responden dalam penelitian ini.

Tabel 6. Jumlah responden menurut karakteristik individu

Karakteristik Individu Jumlah

Hasil penelitian yang dilakukan terhadap 94 orang responden dibagi ke dalam tiga kelompok umur (usia) yaitu dewasa awal yang berkisar pada usia 18-30 tahun, dewasa pertengahan yang berkisar pada usia 31-50 tahun dan usia tua yang berkisar di atas usia 51 tahun. Berdasarkan Tabel 6 diketahui bahwa sebagian besar responden berada pada usia pertengahan yaitu sebanyak 66,0 persen. Sedangkan berdasarkan jenis kelamin antara laki-laki dan perempuan, hasil penelitian menunjukkan bahwa responden didominasi oleh perempuan yaitu mencapai 54,3 persen. Perbedaan ini dapat disebabkan karena jumlah penduduk total di desa Babakan dan di RW 01 lebih banyak perempuan daripada laki-laki.

Secara keseluruhan, yang menjadi responden dalam penelitian ini beragama Islam dan bersuku Sunda. Berarti yang menonton tayangan Sulanjana adalah penduduk yang beragama Islam dan Sunda, karena sebelum responden mengisi kuesioner peneliti menanyakan terlebih dahulu pernah tidaknya menonton tayangan Sulanjana.

Berdasarkan tingkat pendidikan, dapat dilihat bahwa responden penelitian ini memiliki pendidikan sedang dan tinggai. Pendidikan sedang berada pada kriteria tamat SMP sampai dengan SMA yaitu sebanyak 59,6 persen dan yang pendidikan tinggi pada kriteria Diploma dan Sarjana yaitu sebanyak 40,4 persen.

Oleh sebab itu hasil penelitian menunjukkan bahwa yang menonton tayangan acara Sulajana lebih banyak responden yang memiliki tingkat pendidikan antara SMP dan SMA.

Apabila dilihat dari segi pekerjaan, responden yang menonton tayangan acara Sulanjana lebih didominasi oleh para wiraswastawan (yang dalam hal ini juga termasuk pedagang dan pengusaha kontrakan) sebesar 37,2 persen dan ibu

rumah tangga sebesar 25,5 persen. Hal ini dikarenakan oleh para wiraswastawan memiliki waktu luang untuk menonton tayangan Sulanjana di pagi hari karena sebagian besar mulai berdagang di malam hari. Sedangkan para ibu rumah tangga kebanyakan berada di dalam rumah sehingga dapat menonton tayangan Sulanjana di pagi hari. Responden lain yang memiliki pekerjaan sebagai PNS, karyawan swasta, petani dan pelajar menonton tayangan Sulanjana hanya pada waktu luang dan waktu libur saja.

Hal di atas juga berkaitan dengan tingkat pendapatan responden. Hasil penelitian membagi tingkat pendapatan responden ke dalam tiga tingkatan yaitu rendah (memiliki pendapatan Rp 500.000 sampai dengan Rp 1.500.000), sedang (memiliki pendapatan lebih dari Rp 1.500.000 sampai dengan Rp 2.500.000) dan tinggi (memiliki pendapatan di atas Rp 2.500.000). Responden yang memiliki pendapatan rendah dan sedang yang mendominasi yaitu masing-masing 42,6 persen dan 41,5 persen dan hanya berbeda satu orang responden saja. Hal ini disebabkan oleh responden yang memiliki pendapatan rendah dan sedang kebanyakan berasal dari responden yang memiliki pekerjaan wiraswasta dan ibu rumah tangga yang memiliki waktu lebih untuk menonton tayangan Sulanjana.

5.4 Aspek Tayangan Acara Sulanjana

Aspek tayangan acara Sulanjana dalam penelitian terdiri dari jam tayang, durasi tayang dan isi tayangan Sulanjana. Tabel 7 menunjukkan bahwa rataan skor untuk jam tayang adalah 1,51. Artinya, tinggi rendahnya pengetahuan responden akan jam tayang memiliki hubungan yang kuat dalam kaitannya dengan efek tayangan. Sama halnya dengan durasi tayang yang memiliki rataan skor yang

tinggi yaitu masing-masing 2 dan 1,91 yang artinya pengetahuan responden akan jam tayang memiliki hubungan yang kuat dalam kaitannya dengan efek tayangan.

Rataan skor aspek tayangan tersaji pada Tabel 7.

Tabel 7. Rataan skor aspek tayangan

Aspek Tayangan Sulanjana Rataan Skor*

Jam Tayang Durasi Tayang Isi Tayangan

1,51 2,00 1,91

Total Rataan Skor 1,80

Keterangan: *Kisaran skor 1-1,50 = lemah; 1,51-2 = kuat

Pengetahuan yang tinggi akan jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan menjadikan reponden terkena efek tayangan yang tinggi juga, karena apabila responden mampu mengingat jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan berarti responden sudah terkena efek kognitif. Artinya, responden telah bertambah pengetahuannya akan aspek tayangan Sulanjana setelah menonton tayangan.

Untuk efek yang lebih tinggi lagi yaitu efek konatif, responden akan terkena efek konatif apabila responden memahami, menyukai, dan melakukan apa yang disampaikan oleh tayangan Sulanjana.

5.5 Faktor Penerimaan Pesan Media

Faktor penerimaan pesan media menggambarkan hal-hal yang dapat mempengaruhi responden untuk menonton tayangan Sulanjana. Faktor-faktor tersebut antara lain selective attention, selective perception, selective retention, penyesuaian diri, dan motivasi. Rataan skor faktor penerimaan pesan media disajikan dalam Tabel 8.

Tabel 8. Rataan skor faktor penerimaan pesan media

Faktor Penerimaan Pesan Media Rataan Skor* Selective Attention

Selective Perception Selective Retention Penyesuaian Diri Motivasi

2,10 2,47 2,90 1,60 2,14

Total Rataan Skor 2,42

Keterangan: *Kisaran skor 1-2,50 = lemah; 2,51-4 = kuat

Tabel 8 menunjukkan bahwa rataan skor selective attention, selective perception, penyesuaian diri, dan motivasi memiliki pengaruh yang lemah untuk

mempengaruhi responden menonton tayangan Sulanjana. Sedangkan untuk selective retention yang memiliki rataan skor 2,90 artinya memiliki hubungan

yang kuat untuk mempengaruhi responden menonton tayangan Sulanjana. Hal ini disebabkan karena responden yang menonton tayangan Sulanjana karena faktor selective retention, maka responden tersebut akan mengingat pesan yang

disampaikan melalui tayangan Sulanjana, sehingga dengan demikina responden akan terkena efek tayangan Sulanjana.

5.6 Efek Tayangan Acara Sulanjana

Efek tayangan dalam penelitian dilihat berdasarkan wujudnya yaitu efek kognitif, afektif, dan konatif. Efek kognitif merupakan penambahan pengetahuan pada responden setelah menonton tayangan Sulanjana. Berdasarkan Tabel 9 ditunjukkan bahwa pengaruh efek kognitif tergolong rendah yaitu sebesar 2,3.

Artinya, apabila responden terkena efek kognitif masih rendah pengaruhnya dalam pelestarian kebudayaan. Rataan skor untuk efek afektif dan konatif tergolong tinggi yaitu sebesar 2,57 yang berarti apabila responden sudah terkena

efek afektif dan konatif maka pengaruhnya tergolong tinggi dalam pelestarian kebudayaan lokal.

Tabel 9. Rataan skor efek tayangan Sulanjana

Efek Tayangan Sulanjana Rataan Skor*

Efek Kognitif Efek Afektif Efek Konatif

2,30 2,57 2,57

Total Rataan Skor 2,48

Keterangan: *Kisaran skor 1-2,50 = rendah; 2,51-4 = tinggi

Responden dikatakan terkena efek kognitif apabila setelah menonton tayangan Sulanjana pengetahuannya akan lagu-lagu Sunda bertambah. Responden dikatakan terkena efek afektif apabila setelah menonton tayangan Sulanjana timbul suatu perasaan suka/tidak suka atau senang/tidak senang terhadap lagu-lagu Sunda. Sedangkan untuk efek konatif apabila setelah menonton tayangan Sulanjana, responden mampu menghafal lirik lagu, mengajak orang lain menonton tayangan Sulanjana serta mau menyanyikan lagu Sunda dalam kehidupan sehari-hari.

Rataan skor untuk efek kognitif tergolong rendah, sedangkan untuk rataan skor efek afektif dan konatif tergolong tinggi. Artinya, pelestarian kebudayaan akan semakin terlihat apabila responden terkena efek afektif dan khusunya konatif. Rataan skor efek afektif dan konatif tergolong tinggi juga dikarenakan responden menonton tayangan Sulanjana untuk memenuhi kebutuhan hiburannya.

5.7 Hubungan Karakteristik Individu dengan Aspek Tayangan Acara Sulanjana

Karakteristik individu responden diduga berhubungan nyata dengan pengetahuannya akan aspek tayangan acara Sulanjana. Karakteristik individu meliputi usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, pendidikan, dan pendapatan.

Aspek tayangan acara Sulanjana meliputi jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan. Hasil penelitian mengenai hubungan karakteristik individu dengan pengetahuan akan aspek tayangan acara Sulanjana berdasarkan nilai koefisien korelasinya disajikan pada Tabel 10 dan dalam penelitian ini korelasi memiliki hubungan nyata pada nilai p<0,1.

Tabel 10. Hubungan karakteristik individu dengan aspek tayangan acara Sulanjana

Karakteristik Individu Korelasi Keterangan: *Berhubungan nyata pada p<0,1; **Berhubungan sangat nyata pada p<0,01;

x2=koefisien chi square; rs=koefisien rank Spearman

Berdasarkan Tabel 10, terlihat bahwa karakteristik individu berupa usia memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,01) dengan ketiga aspek tayangan, baik berupa jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan. Walaupun demikian, terlihat bahwa usia responden dengan durasi tayang memiliki hubungan yang negatif, yang mengekspresikan bahwa semakin tinggi usia responden, maka pengetahuannya akan durasi tayang Sulanjana semakin rendah. Hal ini sejalan dengan daya ingat manusia yang semakin menurun dengan semakin meningkatnya usia. Usia yang tinggi dalam penelitian ini meliputi usia tua yang berkisar di atas 51 tahun. Berdasarkan hasil wawancara dengan responden yang memiliki usia di atas 51 tahun mengatakan bahwa dalam menonton acara Sulanjana mereka tidak memperhatikan lamanya tayangan tersebut.

Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa jenis kelamin memiliki hubungan yang nyata dengan durasi tayang acara dan isi tayangan (p<0,1). Artinya, tinggi

dan rendahnya pengetahuan responden terhadap jam tayang Sulanjana memiliki hubuangan dengan jenis kelaminnya. Responden penelitian ini sebagian besar berjenis kelamin perempuan yaitu sebanyak 51 orang. Responden perempuan lebih banyak memiliki pengetahuan tinggi akan durasi tayang dan isi tayangan acara Sulanjana dibandingkan dengan responden laki-laki. Berdasarkan penuturan responden yang laki mengatakan sering mengabaikan hal-hal kecil dan laki-laki dalam menonton suatu tayangan lebih menikmati tayangan yang ada daripada mengingat hal-hal seperti durasi tayang. Menurut Gamble dan Gamble (2001) dalam Ardianto et al. (2009) menyatakan bahwa banyak orang khususnya ibu-ibu

menghabiskan waktunya sekitar tujuh jam untuk mengonsumsi media massa ditengah kesibukan pekerjaannya.

Agama dan suku dalam penelitian ini tidak dapat dilihat hubungannya dengan aspek tayangan berupa jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan karena memiliki nilai yang konstan atau dengan kata lain data agama dan suku dari seluruh responden dalam penelitian ini homogen. Seluruh responden dalam penelitian ini beragama Islam dan bersuku Sunda sehingga dalam pengolahan data tidak menghasilkan nilai signifikansi karena datanya konstan dan homogen.

Pekerjaan memiliki hubungan yang tidak nyata (p<0,1) dengan ketiga aspek tayangan acara Sulanjana, baik jam tayang, durasi tayang, dan isi tayangan.

Artinya, apapun jenis pekerjaanya tidak ada hubungannya akan tinggi dan rendahnya pengetahuan responden tentang durasi tayang dan isi tayangan.

Berbeda halnya dengan tingkat pendidikan responden. Berdasarkan hasil penelitian diperoleh hubungan yang sangat nyata (p<0,01) antara tingkat pendidikan responden dengan jam tayang acara Sulanjana. Walaupun demikian,

pendidikan memiliki hubungan yang negatif dengan jam tayang tersebut. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan responden, maka semakin rendah pilihan akan jam tayang acara Sulanjana. Hal ini menyebabkan berkorelasi negatif pula tingkat pendidikan dengan isi tayangan dari program Sulanjana. Responden yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi sebagian besar memiliki jenis pekerjaan seperti karyawan dan PNS yang pada jam tayang Sulanjana sedang bekerja sehingga jarang menonton tayangan acara Sulanjana tidak seperti responden yang memiliki pekerjaan sebagai ibu rumah tangga dan wiraswasta/pedagang. Untuk tingkat pendidikan dengan durasi tayang memiliki hubungan nyata (p<0,1) sedangkan tingkat pendidikan dengan isi tayangan memiliki hubungan yang negatif. Artinya, semakin tinggi tingkat pendidikan semakin rendah pengetahuannya tentang isi tayangan acara Sulanjana. Hal ini dipengaruhi oleh faktor intensitas menonton. Berdasarkan hasil penelitian, responden yang tingkat pendidikannya sedang (SMP-SMA) dengan pekerjaan wiraswasta/pedagang dan ibu rumah tangga memiliki intensitas menonton tayangan Sulanjana yang cukup tinggi, sehingga memiliki pengetahuan yang tinggi akan isi tayangan Sulanjana yaitu lirik lagu, objek wisata Jawa Barat, dan juga busana penyanyi.

Hasil penelitian untuk pendapatan dengan jam tayang diperoleh hubungan sangat nyata yang negatif (p<0,01). Sama halnya dengan pekerjaan dan tingkat pendidikan, responden yang memiliki pendapatan yang tinggi juga merupakan responden yang memiliki pekerjaan PNS dan karyawan yang bekerja saat penayangan acara Sulanjana, sehingga pilihannya akan jam tayang rendah. Untuk pendapatan dengan durasi tayangan diperoleh hubungan yang nyata (p<0,1). Hal ini menunjukkan bahwa tinggi rendahnya pendapatan responden ada hubungannya

terhadap pengetahuannya tentang durasi tayang Sulanjana. Responden yang pendapatannya rendah dan memiliki intensitas menonton yang tinggi mengetahui lamanya tayangan Sulanjana setiap kali tayang, berbeda dengan yang pendapatannya tinggi dan intensitas menontonnya rendah.

Berdasarkan penjelasan di atas, maka hipotesis pertama yang berbunyi

“terdapat hubungan nyata antara karakterstik individu dengan aspek tayangan Sulanjana di Megaswara TV” diterima untuk hubungan usia dengan durasi tayang (memiliki hubungan nyata yang negatif), jenis kelamin dengan durasi tayang dan isi tayangan serta pendidikan dan pendapatan dengan jam tayang dan durasi tayang. Hipotesis ditolak untuk hubungan usia dengan jam tayang dan isi tayangan Sulanjana, pekerjaan dengan ketiga aspek tayangan Sulanjana, pendidikan dam pendapatan dengan isi tayangan serta agama dan suku dengan seluruh aspek tayangan baik jam tayang, durasi tayangan maupun isi tayangan.

5.8 Hubungan Karaktersitik Individu dengan Efek Tayangan Acara Sulanjana

Karakteristik individu responden diduga memiliki hubungan nyata dengan efek tayangan Sulanjana. Karakteristik individu berupa usia, jenis kelamin, agama, suku, pekerjaan, pendidikan serta pendapatan. Sedangkan efek tayangan Sulanjana dilihat berdasarkan wujudnya yaitu efek kognitif, afektif, dan konatif.

Hasil penelitian mengenai hubungan antara karakteristik individu dengan efek tayangan Sulanjana berdasarkan nilai korelasi rank Spearman disajikan dalam Tabel 11.

Tabel 11. Hubungan karakteristik individu dengan efek tayangan acara Sulanjana Keterangan: **Berhubungan nyata pada p<0,01; x2= uji chi square; rs=koefisien rank Spearman

Berdasarkan Tabel 11, terlihat bahwa hampir di setiap aspek karaktersitik individu memiliki hubungan yang sangat nyata (p<0,01) dengan efek tayangan.

Artinya, efek tayangan yang dirasakan individu sesuai dengan karakteristik individu yang dimiliki. Hubungan karakteristik individu berupa usia dengan efek kognitif dan konatif memiliki hubungan yang tidak nyata (p>0,1), artinya penambahan pengetahuan akan lagu-lagu Sunda serta kemauan untuk menyanyikan lagu-lagu Sunda setelah menonton tayangan Sulanjana tidak ada hubungannya dengan faktor usia.

Terlihat pada efek afektif bahwa semua karakteristik individu memiliki hubungan yang sangat nyata (p<0,01) dengan efek afektif. Artinya, bahwa responden menonton tayangan Sulanjana karena ingin memenuhi kebutuhan akan hiburan sehingga muncullah efek afektif pada diri responden yaitu perasaan suka terhadap lagu-lagu Sunda. Rasa suka atau senang yang dirasakan oleh responden yang menonton tayangan Sulanjana dirasakan oleh setiap responden apapun karakteristik individu yang melekat pada dirinya. Walaupun demikian, pendidikan dan pendapatan memiliki hubungan nyata yang negatif dengan ketiga aspek efek.

Artinya, bahwa semakin tinggi pendidikan maka efek yang dirasakan semakin

rendah dan sebaliknya responden yang memiliki pendidikan yang rendah terkena efek kognitif, afektif, dan konatif yang tinggi. Hal ini dikarenakan oleh responden yang memiliki pendidikan rendah dan sedang serta pendapatan rendah kebanyakan berasal dari responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan wiraswasta/pedagang, di mana responden inilah yang intensitasnya dalam

rendah dan sebaliknya responden yang memiliki pendidikan yang rendah terkena efek kognitif, afektif, dan konatif yang tinggi. Hal ini dikarenakan oleh responden yang memiliki pendidikan rendah dan sedang serta pendapatan rendah kebanyakan berasal dari responden yang bekerja sebagai ibu rumah tangga dan wiraswasta/pedagang, di mana responden inilah yang intensitasnya dalam

Dokumen terkait