• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB VI. ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DAN SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH PEMASARAN SALAK PONDOH

6.1.1.3. Teknik Budidaya

Teknik budidaya yang dipilih oleh responden adalah teknik yang menurut hasil tanya jawab dengan petani sukses bagus. Teknik budidaya yang mereka lakukan terus berkembang sesuai dengan bertambahnya pengetahuan yang dimiliki oleh petani. Teknik budidaya yang dilakukan oleh responden meliputi:

(1) persiapan lahan; (2) penyiapan bibit; (3) penanaman bibit; (4) pemupukan;

(5) pengairan dan drainase; (6) penyerbukan; (7) pemeliharaan tanaman;

(8) pencangkokan anakan ; (9) peremajaan; dan (10) panen dan pasca panen.

Persiapan lahan bertujuan untuk menciptakan lingkungan yang sesuai bagi tanaman agar tumbuh optimal dan menghasilkan buah Salak Pondoh bermutu pada tingkat produktivitas yang optimal. Persiapan lahan yang dilakukan oleh responden ada dua cara. Pertama petani yang mengubah sawah menjadi kebun Salak Pondoh. Kedua adalah petani yang mengubah salak Lokal menjadi Salak Pondoh. Petani yang mengubah sawah menjadi lahan Salak Pondoh melakukan persiapan lahan berupa: pengeringan lahan, perataan dan pembuatan lubang tanam. Pengeringan lahan dilakukan dengan cara tidak memberi air selama satu bulan setelah panen terakhir, kemudian lahan diratakan dan dibuat lubang tanam.

Petani yang melakukan konversi dari salak Lokal menjadi Salak Pondoh melakukan persiapan lahan berupa: pembabadan salak Lokal, perataan lahan, dan pembuatan lubang tanam. Pembabadan salak Lokal dilakukan dengan cara memotoh pohon salak kemudian mencangkul akar pohon salak agar. Sisa tanaman hasil pembabadan yang mudah membusuk di kubur dalam tanah untuk menambah humus sedangkan yang susah membusuk dibakar. Lahan diratakan, untuk daerah yang terlalu rendah ditambahkan tanah dan yang terlalu tinggi di rendahkan.

Lahan rata yang telah rata kemudian dibuat lubang tanam.

Jarak tanam yang digunakan oleh sebagian besar responden adalah 2 x 2 meter, tetapi ada satu petani yang menggunakan jarak tanam 2,5 x 2,5 meter.

Perbedaan jarak tanam tersebut masih sesuai dengan jarak tanam yang dianjurkan hanya mempengaruhi populasi per hektar. Lubang tanam yang digunakan petani bermacam-macam antara lain: 60 x 60 x 60, 50 x 50 x 50, dan 30 x 30 x 30.

Sebagian besar responden menggunakan ukuran 50 x 50 x 50 cm. Perbedaan tersebut tidak terlalu mempengaruhi karena jenis tanah di Kecamatan Madukara sebagian besar adalah tanah regosol yang gembur. Responden yang menggunakan lubang tanam 60 x 60 x 60 cm adalah responden yang memiliki tanah padas. Pada tanah padas lubang tanam lebih dalam dan luas bertujuan untuk mempermudah akar muda untuk tumbuh.

Perbedaan antara teknik yang dianjurkan oleh departemen pertanian dan responden adalah pembuatan bedengan. Sebagian besar responden tidak membuat bedengan dan alur-alur untuk drainase dan beberapa responden menbuat bong.

Bong adalah alur-alur untuk penanaman seperti bedengan. Perbedaan dengan bedengan adalah bedengan tempat untuk menanam bagian tanah yang lebih tinggi sedangkan bong tempat untuk menanam bagian yang lebih rendah. Perbedaan teknik ini mengingat tanah di Kecamatan Madukara yang berjenis regosol yang tidak mudah tergenang air sehingga tidak terlalu memerlukan sistem alur. Selain itu, petani berpendapat dengan menggunakan bong tanaman menjadi tidak cepat tinggi karena saat tanaman sudah mulai meninggi tanah di sekitar tanaman di timbunkan kesekitar tanaman. Petani yang tidak menggunakan bedengan maupun bong berpendapat itu tidak penting dan membuang-buang uang.

Menurut Kusumo et al. (1995), setelah pembuatan lubang tanam maka lubang diberi pupuk kandang sebanyak 10 kilogram dan di biarkan selama 3 – 4 minggu baru ditanam. Sebagian besar responden memberikan pupuk kandang hanya lima kilogram dan tidak menunggu 3 – 4 minggu, mereka langsung menanam setelah pembuatan lubang dan pemberian pupuk. Hanya beberapa responden yang menunggu sekitar dua minggu.

Penyiapan bibit tanaman adalah kegiatan menyiapkan bibit Salak Pondoh betina dan jantan bermutu untuk menghasilkan buah bermutu. Tujuannya adalah (1) untuk menjamin bibit yang ditanam sesuai dengan tujun yang telah ditetapkan;

(2) menjamin bibit mempunyai tingkat keseragaman yang tinggi; (3) menjamin bibit berkualitas dan berproduktivitas tinggi; dan (4) menjamin bibit bebas hama penyakit. Pembibitan sangat menentukan keberhasilan usahatani Salak Pondoh.

Sebagian besar responden membeli bibit langsung dari Kabupaten Sleman. Petani melihat secara langsung terlebih dahulu bagaimana hasil pertanian petani penjual bibit, apabila hasilnya bagus baru petani membeli. Selain itu responden menanyakan terlebih dahulu meminta rekomendasi dari petani sukses dimana membeli bibit yang baik. Petani membeli bibit yang akarnya sudah penuh, bagus pertumbuhannya, tidak terserang penyakit, dan yang berasal dari induk dengan produktivitas tinggi.

Penanaman bibit adalah menanam bibit jantan dan betina bermutu dengan benar. Tujuannya agar bibit jantan ditanam dengan benar sebagai sumber serbuk sari dan bibit betina untuk memproduksi buah salak yang bermutu tinggi. Menurut departemen pertanian sebaiknya penanaman salak menggunakana pola seperti Gambar 2. Responden sebagian besar menggunakan pola salak jantan berada disekeliling tanaman betina karena mempunyai dua fungsi yaitu sebagai penyedia serbuk sari dan pagar pengaman kebun. Hanya tiga responden yang tidak menanam pohon salak jantan dengan alasan mengurangi populasi tanaman dan lahan mereka sempit. Konsekuensinya responden yang memiliki lahan luas dan tidak menanam salak jantan memerlukan serbuk sari tambahan untuk menyerbuki bungan betina. Hal tersebut mengakibatkan perlunya penambahan biaya untuk pembelian bunga jantan.

Dosis pupuk yang direkomendasikan adalah sebagai berikut: (a) tanaman umur 0-12 bulan: pupuk kandang 1000 g, Urea 5 g, SP-36 5 g, KCl 5 g diberikan sebulan sekali; (b) tanaman umur 12-24 bulan: pupuk kandang 1000 g, Urea 10 g, SP-36 10 g, KCl 10 g diberikan dua bulan sekali; (c) tanaman umur 24-36 bulan:

pupuk kandang 1000 g, Urea 15 g, SP-36 15 g, KCl 15 g diberikan setiap tiga bulan sekali; (d) tanaman umur 36 bulan dan seterusnya: pupuk kandang 1000 g, Urea 20 g, SP36 20 g, KCl 20 g diberikan setiap enam bulan sekali 16).

Responden sebagian besar memupuk setahun dua kali dengan tidak membedakan umur tanaman. Pupuk yang diberikan sebagian besar adalah Urea, KCl, TSP, dan ZA dengan perbandingan 1:1:1:1 untuk semua umur. Ada beberapa responden yang menggunakan pupuk mejemuk seperti NPK dan Ponska. Hanya beberapa petani yang memberikan pupuk kandang, yaitu petani yang mempunyai lahan luas atau petani yang memiliki hewan ternak. Pupuk kandang diberikan sekali dalam satu tahun dengan dosis lima kilogram pertanaman. Sebagian petani melakukan pemberian pupuk tergantung pada keadaan keuangan mereka. Petani yang sudah membedakan pemberian pupuk berdasarkan umur adalah petani yang memilki tingkat pendidikan minimal lulusan SMU atau petani yang mempunyai pengalaman bertani Salak Pondoh lama. Pemupukan yang belum sesuai dengan dosis, jenis dan waktu pemupukan yang belum sesuai dengan yang dianjurkan disebabkan petani belum terlalu paham akan manfaat memupuk sesuai anjuran dan adanya kendala finansial yang dihadapi petani. Jumlah pupuk per umur tanaman dapat dilihat pada Lampiran 4.

Pengairan adalah memberi air sesuai kebutuhan tanaman. Tujuan pengairan adalah menyediakan air bagi tanaman pada daerah perakaran tanaman dengan air yuang memenuhi standar pada waktu, cara, dan jumlah yang tepat sehingga penyerapan har aberjalan optimal dan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Petani responden yang berada di daerah bawah saluran irigasi melakukan pemberian air saat musim kemarau sedangkan petani didaerah atas saluran irigasi tidak pernah melakukan pengairan. Pada saat air benar-benar berlebihan petani baru membuat saluran pembuangan. Hanya seorang petani yang membuat sumur di area perkebunan Salak Pondoh, sebagian besar masih merasa cukup dengan

16) salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004

adanya air hujan. Menurut teknik budidaya dari departemen pertanian diperlukan pembuatan kolam air. Pembuatan kolam air berfungsi untuk penyediaan air irigasi kebun salak pada musim-musim kemarau. Ukuran kolam disesuaikan dengan luas tanah dan apabila memungkinkan lokasi kolam di tengah kebun Salak Pondoh.

Air kolam dialirkan ke seluruh kebun melalui saluran irigasi.

Teknik budidaya petani responden yang bebeda dengan anjuran menyebabkan pada saat terjadi kemarau panjang tanaman salak mengalami kekeringan dan petani kesulitan melakukan pengairan. Hal tersebut tidak membuat petani membuat kolam air disebabkan kemarau panjang jarang terjadi dan curah hujan di Kecamatan Madukara masih mencukupi. Tidak adanya alur-alur diarea perkebunan tidak mengakibatkan genangan air karena sebagian besar tanah mempunyai permeabilitas yang agak cepat.

Tanaman Salak Pondoh merupakan tanaman berumah dua dimana bunga jantan dan bunga betina berada pada pohon yang berbeda. Keadaan tersebut menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri. Penyerbukan tanaman salak memerlukan bantuan angin, serangga dan manusia. Penyerbukan dengan bantuan manusia dapat dilakukan dengan dua cara. Pertama dengan meletakkan satu malai bunga jantan diatas bunga betina yang sudah masak, kemudian diberi penutup agar tidak terkena hujan. Kedua dengan mengetuk-ngetukkan bunga jantan yang sudah masak pada bunga betina yang sudah mekar dan sebaiknya dilakukan dua hari setelah bunga mekar (Kusumo et al., 1995).

Penyerbukan yang dilakukan adalah dengan bantuan angin dan bantuan manusia. Penyerbukan dengan bantuan manusia dilakukan dengan cara: pertama-tama mengelupas seludang bunga betina yang sudah masak. Kedua mengetuk-ngetukkan bunga jantan yang sudah masak atau dengan mengerik bunga jantan diatas bunga betina yang sudah masak. Ketiga, menutup bunga betina yang sudah diserbuki dengan daun yang dibentuk seperti mangkuk atau dengan kain.

Penyerbukan dengan bantuan angin kecil kemungkinan terjadinya karena perbandingan salak jantan dan betina belum seimbang. Hal tersebut mengakibatkan petani harus mengeluarkan biaya tambahan berupa pembelian bunga jantan dan tenaga kerja penyerbukan.

Pemeliharaan yang dilakukan petani responden adalah pemangkasan pelepah, pencangkulan rumput-rumput, pembersihan areal perkebunan, dan pemberantasan hama penyakit. Pemangkasan dilakukan dengan cara memotong pelepang yang tidak produktif dan rata-rata petani menyisakan 8 – 9 pelepah. Sisa pelepah di potong-potong kemudian diletakkan di dekat pohon yang tidak digunakan untuk jakan dengan tujuan untuk menambah humus. Pencangkulan rumput-rumput sebagian besar dilakukan setahun sekali. Hal ini disebabkan jarang ada rumput yang tumbuh karena bagian bawah kebun tidak terkena sinar matahari.

Pemberantasan hama penyakit masih menggunakan tenaga manusia karena hanya sedikit yang diserang. Hanya satu responden yang menggunakan obat-obatan untuk memberantas hama dan penyakit. Petani merasa bahwa tanaman salak hampir tidak ada hama penyakitnya sehingga sayang apabila beli obat-obatan.

Sebagian besar responden mencangkok untuk mendapatkan anakan. Cara mencangkok yang mereka lakukan adalah sebagai berikut: pertama siapkan alat-alat yang akan digunakan berupa pisau cangkok dan bekas botol aqua, kedua potong botol aqua menjadi dua dan lubangi salah satu sisinya (sekitar tiga sentimeter dari atas), ketiga isi botol aqua dengan tanah sekitar setengahnya dan dipadatkan, keempat bersihkan anakan yang akan dicangkok, kelima masukkan dahan anakan yang mau dicangkok, dan terakhir penuhi botol aqua denagan tanah.

Anakan sudah dapat dilepas apabila akar sudah penuh sekitar umur lima sampai delapan bulan setelah pencangkokan tergantung dari umur pohon induk. Semakin tua pohon induk, semakin lama akar penuh.

Peremajaan seharusnya dilakukan pada umur sepuluh tahun agar produktivitas tidak turun. Akan tetapi responden belum ada yang melakukan peremajaan walaupun ada yang memiliki tanaman berumur lebih dari sepuluh tahun. Alasan mereka adalah setelah umur sepuluh tahun tanaman masih berproduksi dengan baik, peremajaan akan menyebabkan mereka menunggu untuk memperoleh produksi, dan menghamburkan biaya. Proses peremajaan yang tidak dilakukan menyebabkan tanaman yang sudah berumur lebih dari sepuluh tahun dan sudag terlalu tinggi roboh sehingga jarak tanam tidak teratur. Jarak tanam yang tidak teratur mengakibatkan cahaya yang diterima tidak merata dan mengganggu permeliharaan tanaman.

Pemanenan dilakukan oleh responden saat buah sudah matang kira-kira enam sampai tujuh bulan setelah penyerbukan. Responden memanen buah Salak Pondoh mereka saat kematangannya pas, tidak terlalu muda maupun terlalu tua agar mutu yang diperoleh bagus. Pemanenan dilakukan dengan cara memotong tandan buah langsung. Hasil panen kemudian dibawa kerumah petani atau kerunah pedagang salak. Frekuensi penen tergantung pada banyaknya buah. Saat musim panen raya frekuensi panen bisa seminggu sekali, sedangkan saat masa kosong kadang hanya satu bulan sekali bahkan ada responden yang tidak penen selama satu bulan. Rata-rata hasil panen responden adalah 7,5 kg per pohon per tahun. Lebih rinci dapat dilihat pada Lampiran 5. Sebagian besar responden tidak melakukan penanganan pasca panen, hanya dua orang petani yang melakukan penyortiran dan grading.

Hasil analisis aspek teknik dan produksi menunjukan bahwa Kecamatan Madukara layak untuk digunakan sebagai tempat usahatani Salak Pondoh. Hal tersebut terlihat dari keadaan geografi Kecamatan Madukara telah memenuhi syarat tumbuh tanaman Salak Pondoh, sumberdaya yang ada telah memadai, akses menuju pasar baik pasar input maupun output mudah, dan tersedia fasilitas yang mendukung kelancaran usahatani tersebut. Pemilihan peralatan telah baik, walaupun ada beberapa peralatan yang berbeda. Hal tersebut disesuaikan dengan kebutuhan petani dilapang. Teknik budidaya telah sesuai dengan yang dianjurkan walaupun ada sedikit perbedaan. Perbedaan tersebut antara lain pada pemupukan, jumlah perbandingan antara salak jantan dan betina, sistem drainase, dan sistem pengairan. Perbedaan tersebut mempengaruhi produktivitas. Produktivitas Salak Pondoh di Kecamatan Madukara lebih rendah 2,5 kg per pohon pertahun. Oleh karena itu, perlu adanya perbaikan teknik produksi agar hasil yang diperoleh optimal.

6.1.2. Analisis Aspek Finansial

Aspek finansial membahas mengenai dana yang diperlukan utuk investasi dan pelaksanaan usahatani, sumber pembelanjaan yang akan digunakan oleh petani, kriteria kelayakan aspek finansial, dan analisis sensitivitas. Hasil analisis tersebut adalah sebagai berikut:

Dokumen terkait