• Tidak ada hasil yang ditemukan

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN EFISIENSI PEMASARAN SALAK PONDOH (Kasus di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN EFISIENSI PEMASARAN SALAK PONDOH (Kasus di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah)"

Copied!
112
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN EFISIENSI PEMASARAN SALAK PONDOH

(Kasus di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah)

Oleh:

UTAMI DEWI A14101123

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(2)

Ya Allah ………

Perbaikilah agamaku yang merupakan penjaga masalahku Perbaikilah duniaku yang merupakan penghidupanku Perbaikilah akhiratku yang merupakan tempatku kembali

Dan jadikanlah kehidupan ini sebagai tambahan bagi semua kebaikan Dan jadikanlah kematian sebagai istirahat bagiku dari segala keburukan

(Hadist Riwayat Muslim)

Kupersembahkan dengan setulus hati karya terbaikku

teruntuk Bapak , Ibu, Mbak Bombong dan Dek Agung

sebagai bukti telah terseleseaikannya amanah yang engkau percayakan

kepadaku dengan segenap kemampuanku

(3)

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN EFISIENSI PEMASARAN SALAK PONDOH

(Kasus di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah)

UTAMI DEWI A14101123

Skripsi sebagai salah satu syarat untu memperoleh gelar Sarjana Pertanian

Pada

Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor

PROGRAM STUDI MANAJEMEN AGRIBISNIS FAKULTAS PERTANIAN

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

2006

(4)

RINGKASAN

UTAMI DEWI. Analisis Kelayakan Usahatani dan Efisiensi Pemasaran Salak Pondoh (Kasus di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah). (Dibawah bimbingan YETI LIS PURNAMADEWI.).

Krisis moneter di Indonesia yang terjadi pada pertengahan Juli tahun 1997 mengakibatkan melemahnya perekonomian Indonesia. Dampak kejadian tersebut masih terasa sampai sekarang yaitu masih rendah dan kurang stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika. Nilai neraca ekspor-impor produk pertanian tidak terpengaruh oleh adanya krisis moneter, bahkan mengalami peningkatan. Hal tersebut menunjukkan bahwa sektor pertanian sangat potensial untuk dikembangkan dan dapat menjadi kekuatan perekonomian Indonesia.

Sektor pertanian terdiri dari beberapa sub sektor, salah satu yang memiliki prospek cukup cerah adalah sub sektor hortikultura. Komoditas hortikultura terdiri dari buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan. Berdasarkan ketiga komoditas tersebut buah-buahan mempunyai prospek yang paling baik.

Salah satu alternatif pilihan komoditas buah-buahan yang dapat dikembangkan oleh pemerintah adalah buah salak yang sudah dijadikan sebagai salah satu buah unggulan nasional. Salak Pondoh mempunyai keunggulan dibandingkan dengan salak lain dari segi rasa yang manis dan tidak sepat saat masih muda, tidak menyebabkan perut sebah apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak, daya simpan yang lebih lama dan merupakan salah satu buah lokal yang pemasarannya dapat memasuki supermarket.

Harga jual Salak Pondoh lima tahun terakhir ditingkat petani mengalami penurunan hingga mencapai harga terendah sebesar Rp. 1.750,- per kilogramnya pada tahun 2004. Harga Salak Pondoh di tingkat konsumen pada tahun 2003 sebesar Rp. 4000,- dan pada tahun 2004 turun hingga mencapai harga sebesar Rp. 3.375,-. Pada saat harga Salak Pondoh mengalami penurunan, harga-harga input diperkirakan mengalami kenaikan. Dengan demikian, penelitian ini bertujuan untuk: (1) menganalisis kelayakan investasi usahatani Salak Pondoh berdasarkan aspek teknis dan produksi, dan aspek financial, (2) menganalisis sensitivitas usahatani Salak Pondoh terhadap perubahan harga pupuk dan tenaga kerja, harga jual buah Salk Pondoh, dan tingkat suku bunga, dan (3) mengkaji efisiensi pemasaran Salak Pondoh.

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelaku usaha khususnya petani yang akan dan telah menginvestasikan dananya pada usahatani Salak Pondoh dalam menentukan langkah pengembangan usaha tersebut. Selain itu, bagi pemerintah Kecamatan Madukara hasil penelitian ini berguna dalam menentukan kebijakan dan mengatahui kendala yang dihadapi petani sehingga diharapkan dapat memacu perkembangan usahatani Salak Pondoh dan penelitian selanjutnya sebagai bahan referensi.

Data dikumpulkan menggunakan teknik wawancara langsung dengan pengisian kuisioner. Analisis deskriptif digunakan untuk mengetahui gambaran aspek teknis dan produksi, fungsi-fungsi pemasaran, dan pola saluran pemasaran.

Analisis kuantitatif digunakan untuk mengkaji kelayakan usahatani Salak Pondoh

dan efisiensi pemasaran Salak Pondoh. Analisis Aspek keuangan menggunakan

alat analisis Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), dan

(5)

Net Benefit Cost Ratio (Net B/C). Analisis sensitivitas digunakan untuk mengetahui kepekaan proyek terhadap perubahan komponen biaya pupuk dan tenaga kerja, harga jual buah Salak Pondoh, dan tingkat suku bunga. Perubahan- perubahan yang akan diujikan adalah peningkatan harga pupuk dan upah tenaga kerja yang diperkirakan akan meningkat sekitar 10, 20, 30 dan 40 persen sebagai akibat dicabutnya subsidi pupuk oleh pemerintah. Penurunan harga jual buah Salak Pondoh sebesar 20 persen karena melihat penurunan harga sebelumnya.

Perubahan tingkat yang diujicobakan adalah 12 dan 16 persen. Analisis marjin pemasaran dan nilai farmer’s share digunakan untuk melihat efisiensi pemasaran Salak Pondoh.

Hasil analisis aspek teknis dan produksi menunjukkan bahwa lokasi usahatani telah memenuhi persyaratan baik teknis maupun non teknis. Teknik budidaya yang digunakan petani responden ada yang tidak sama dengan teknik standar prosedur operasional Salak Pondoh Kabupaten Sleman yang dikeluarkan oleh direktorat tanaman buah dan petani yang sudah mapan. Dosis, jenis, dan waktu pemupukan belum sesuai dengan umur tanaman sehingga memungkinkan adanya kekurangan atau kelebihan unsur hara. Sumur atau tempat penampungan air untuk mengantisipasi musim kemarau yang penjang belum ada. Jumlah salak jantan belum sesuai dengan perbandingan yang seharusnya. Penanganan Pasca panen masih minim. Akan tetapi, secara umum teknik yang digunakan sudah layak karena perbedaan yang ada disebabkan keadaan alam yang berbeda.

Hasil analisis aspek keuangan dengan menggunakan kriteria kelayakan NPV, IRR, dan Net B/C menunjukkan bahwa usahatani Salak Pondoh layak diusahakan. Nilai NPV usahatani Salak Pondoh dengan jangka waktu proyek 10 tahun pada diskon faktor 7,17 persen sebesar Rp. 85,276,823.78. IRR yang diperoleh sebesar 26,93 persen. Nilai net B/C yang diperoleh sebesar 2,63.

Hasil analisis sensitivitas menunjukkan bahwa usahatani Salak Pondoh tidak sensitif terhadap kenaikan harga pupuk dan tenaga kerja, dan tingkat suku bunga. Usahatani Salak Pondoh sensitif terhadap penurunan harga jual buah Salak Pondoh. Pada tingkat suku bunga 16 persen, penurunan harga jual sebesar 20 persen yang disertai kenaikan harga pupuk dan tenaga kerja sebesar 10 persen menyebabkan usahatani ini tidak layak.

Fungsi pemasaran yang dilakukan perorangan atau kelompok pada dasarnya terbagai menjadi tiga, yaitu: fungsi pertukaran, fungsi fisik, dan fungsi fasilitas. Lembaga pemasaran yang terlibat dalam rantai pemasaran buah Salak Pondoh dari Kecamatan Madukara adalah: pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul besar, dan pedagang pengecer. Pola saluran pemasaran yang ada yaitu:

(1) pola I : petani Æ pedagang pengumpul desa Æ pedagang pengumpul besar Æ

pedagang pengecer; (2) pola II : petani Æ pedagang pengumpul besar Æ

pedagang pengecer; dan (3) pola III : petani Æ pedagang pengecer. Total biaya

pemasaran pola I, II, dan III adalah sebagai berikut: 1,156.89; 1,156.89; dan

546.61. Total keuntungan pemasaran pola I, II, dan III adalah sebagai berikut

2,546.68; 2,335.46; dan 2,802.07. Total marjin pemasaran pola I, II, dan III adalah

sebagai berikut: 3,703.57; 3,492.35; dan 3,348.68. Farmer’s share yang diterima

petani untuk masing-masing pola I, II, dan III adalah Rp. 1.731,13, Rp. 1.942,35,

dan Rp. 2.086,02. Hal tersebut menunjukkan bahwa pola pemasaran yang paling

efisien adalah pola III.

(6)

Judul : ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI DAN EFISIENSI

PEMASARAN SALAK PONDOH (Kasus di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah)

Nama : Utami Dewi NRP : A14101123

Mengetahui, Dosen Pembimbing

Ir. Yeti Lis Purnamadewi, M.Sc.

NIP. 131 967 243

Mengetahui, Dekan Fakultas Pertanian

Prof. Dr. Ir. Supiandi Sabiham, M.Agr.

NIP. 130 422 698

Tanggal Lulus : 06 Februari 2006

(7)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA KARYA ILMIAH INI BENAR-BENAR KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIAJUKAN SEBAGAI KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2006

Utami Dewi

A14101123

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan pada tanggal 10 Desember 1982 di Banjarnegara, Jawa

Tengah. Penulis adalah anak kedua dari tiga bersaudara putri pasangan H. Mudakir Chamid dan Kirowati.

Penulis menamatkan pendidikan dasar di SD Negeri 02 Dawuhan pada tahun 1995. Penulis melanjutkan pendidikan menengah pertama ke SLTP Negeri 1 Banjaenegara dan tamat pada tahun 1998. Penulis kemudian melajutkan pendidikan menengah di SMU Negeri 1 Purwokerto dan tamat pada tahun 2001.

Penulis melanjutkan pendidikan ke perguruan tinggi. Penulis diterima di Program Studi Manajemen Agribisnis, Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor pada tahun 2001 melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi (UMPTN).

Penulis saat menjadi mahasiswa aktif di organissasi Keluarga Muslim

Sosek (KMS) periode 2002-2003. Selain itu, penulis aktif sebagai Senior Resident

(SR) Asrama TPB-IPB periode 2003-2006.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah memberikan hidayah dan rahmatnya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Skripsi ini merupakan syarat kelulusan untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kelayakan usahatani dan efisiensi pemasaran Salak Pondoh di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah. Analisis Kelayakan yang dilakukan ditinjau dari: (1) aspek teknis dan produksi, dan (2) aspek keuangan. Analisis efisiensi pemasaran ditinjau dari: (1) fungsi-fungsi saluran pemasaran, (2) pola saluran pemasaran, dan (3) marjin pemasaran dan nilai farmer’s share. Diharapkan hasil penelitian ini berguna bagi masyarakat di Kecamatan Madukara sebagai bahan pertimbangan untuk mengambil keputusan investasi Salak Pondoh dan semua pihak yang berkepentingan.

Bogor, Januari 2006

Penulis

(10)

UCAPAN TERIMAKASIH

Manusia mempunyai keterbatasan. Tidak ada manusia yang dapat hidup sendiri tanpa pertolongan manusia lainnya. Banyak pihak yang telah membantu terselesaikannya penulisan skripsi ini. Oleh karena itu, penulis ingin menyampaikan terimakasih dan penghargaan yang tidak terhingga kepada pihak- pihak tersebut. Semoga amal perbuatan yang telah dilakukan mendapat ridho dari Allah SWT. Amin yaa Robbal Alamin. Ucapan terimakasih dan penghargaan penulis sampaikan kepada:

1. Ir. Yeti Lis Purnamadewi, MSc. selaku dosen pembimbing skripsi atas bimbingan, koreksi arahan, pemikiran dan saran-saranya kepada penulis selama persiapan, pelaksanaan hingga skripsi ini dapat terselesaikan.

2. Ir. Anna Fariyanti, Msi yang telah bersedia menjadi Dosen Penguji Utama dan Dra. Yusalina, Msi yang telah bersedia menjadi Dosen Penguji Komdik

3. BAPEDA Kab. Banjarnegara, Dinas Pertanian Kab. Banjarnegara, BPS Kab.

Banjarnegara, Perintah Kec. Madukara, Desa Dawuhan, Desa Kutayasa, Dan Desa Gunung Giana atas semua bantuan serta data-datanya.

4. Keluarga tercinta Bapak, Ibu, Mbak Bombong, Dek Agung, Mas Nendar, Mbah Alip, Mbah Abu Chamid, Pak De, Bu De, Pak Lik, Bu Lik dan semua mbak-mbak dan adik-adik yang lain yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu atas doa dan dukungannya selama ini.

5. Temen-temen dekatku Nda, Mbak Annis, Dyah, Novi, Wulan, Indri, Aulia, Dyna, Ari, Yani, dan Santi atas perhatian sertabantuannya selama ini

6. Pimpinan Asrama TPB IPB, Manajer Unit, Senior Residen Angkatan 40, 41 dan 42, dan Pegawai Asrama, atas doa, izin, pengertian, dan dukungannya.

7. Teman-teman AGB’38 atas kenangannya selama ini.

8. Teman-teman kost, teteh atas doa dan dukungannya.

9. Teman-teman SMP dan SMU, Indah Puspi, Darwati, Indah Wirasti dan Widi atas doa dan semangatnya selama ini.

10. Pegawai Komdik Sosek, PAP, Sekret AGB yang tidak bisa saya sebutkan satu per satu.

11. Perpustakaan Sosek, Faperta, dan Pusat IPB.

(11)

DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ... viii

UCAPAN TERIMAKASIH ... ix

DAFTAR ISI ... xi

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvi

I. PENDAHULUAN ... 1

Latar Belakang ... 1

Perumusan Masalah ... 5

Tujuan Penelitian ... 7

Kegunaan Penelitian ... 8

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 9

Usahatani Salak Pondoh ... 9

Syarat Pertumbuhan Salak Pondoh ... 10

Teknik Budidaya Salak Pondoh ... 11

Kendala Budidaya Salak Pondoh ... 20

Hasil Penelitian Terdahulu ... 21

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 25

Kerangka Pemikiran Teoritis ... 25

Konsep Usahatani ... 25

Konsep Studi Kelayakan Usahatani ... 25

Aspek Teknis dan Produksi ... 27

Aspek Keuangan ... 27

Konsep Pemasaran ... 28

Fungsi Pemasaran ... 28

Lembaga Pemasaran ... 28

Efisiensi Pemasaran ... 29

Kerangka Pemikiran Konseptual ... 31

IV. METODE PENELITIAN ... 33

Lokasi dan Waktu Penelitian ... 33

Jenis dan Sumber Data ... 33

Metode Penarikan Sampel ... 34

Metode Pengolahan dan Anlisis Data ... 34

Analisis Kelayakan Investasi ... 34

Analisis Aspek Teknis dan Produksi ... 35

Analisis Aspek Finansial ... 35

Analisis Pemasaran ... 37

Analisis Fungsi-fungsi Pemasaran ... 38

Analisis Saluran Pemasaran ... 38

Analisis Efisiensi Pemasaran ... 38

(12)

Asumsi Dasar ... 39

V. KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... 41

Karakteristik Wilayah ... 41

Keadaan Tanah dan Iklim ... 43

Penduduk dan Mata Pecaharian ... 44

Sarana dan Prasarana ... 45

Karakteristik Responden Petani ... 46

Karakteristik Responden Pedagang ... 50

VI. ANALISIS KELAYAKAN INVESTASI DAN SALURAN PEMASARAN SALAK PONDOH ... 52

Analisis Kelayakan Investasi ... 52

Analisis Aspek Teknis dan Produksi ... 52

6.1.1.1. Lokasi Usahatani Salak Pondoh ... 52

6.1.1.2. Pemilihan Mesin, Peralatan, dan Teknologi .. 54

6.1.1.3. Teknik Budidaya ... 54

Analisis Aspek Finansial ... 60

6.1.2.1. Kebutuhan dan Sumber Dana ... 61

6.1.2.2. Kriteria Kelayakan Aspek Finansial ... 61

6.1.2.3. Analisis Sensitivitas ... 63

Analisis Pemasaran ... 64

Fungsi Lembaga Pemasaran ... 65

Pola Saluran Pemasaran ... 67

Analisis Efisiensi Pemasaran ... 68

VII. KESIMPULAN DAN SARAN ... 73

Kesimpulan ... 73

Saran ... 75

DAFTAR PUSTAKA ... 76

LAMPIRAN ... 78

(13)

DAFTAR TABEL

No Halaman 1. Kurs Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar Amerika

Tahun 2001 – 2004 ... 1 2. Neraca Nilai Ekspor-Impor Produk Pertanian (Segar dan Olahan)

Tahun 1995 – 2003 ... 1 3. Volume Produksi dan Luas Lahan Poduk Hortikultura dan

Buah-buahan di Indonesia Tahun 1990-2003 ... 2 4. Perbandingan Ukuran dan Kandungan Kimiawi Salak Pondoh

dan Salak Bali pada Umur Panen Optimal ... 3 5. Perubahan Harga Salak Pondoh di Tingkat Petani dan Konsumen

di Kabupaten Banjarnegara Tahun 2000 – 2004 ... 5 6. Volume Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Buah Salak

di Indonesia Tahun 1998 – 2002 ... 6 7. Perbandingan Volume Produksi Buah Salak Kabupaten Banjarnegara dan Indonesia Tahun 1994 – 2003 ... 6 8. Produksi dan Penerimaan Usahatani Salak Pondoh per Hektar

di Kabupaten Sleman Tahun 1991 ... 21 9. Kelayakan Usahatani Salak Pondoh di Kabupaten Sleman dan

Salak Bali di Kabupaten Karangasem tahun 1991 ... 22 10. Luas Wilayah Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara,

Propinsi Jawa Tengah Berdasarkan Pemanfaatanya ... 41 11. Persentase Produk Domestik Regional Bruto Menurut Lapangan

Usaha di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi

Jawa Tengah Tahun 2000-2003 ... 42 12. Ciri-ciri Tanah Regosol ... 43 13. Banyaknya Penduduk Kecamatan Madukara, Kabupaten

Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Menurut Golongan Umur

Keadaan Akhir Tahun 2003 ... 44 14. Banyaknya Penduduk Kecamatan Madukara, Kabupaten

Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah 5 Tahun Keatas

Dirinci Menurut Pendidikan Keadaan Akhir Tahun 2003 ... 44 15. Banyaknya Penduduk Kecamatan Madukara, Kabupaten

Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah 5 Tahun Keatas Dirinci Menurut Pendidikan Keadaan Akhir Tahun 2003 ... 45 16. Jumlah dan Persentase Alat Transportasi yang Ada di Kecamatan

Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Keadaan Akhir Tahun 2003 ... 46 17. Jumlah Gedung dan Guru di Berbagai Jenjang Pendidikan

yang Ada di Kecamatan Madukara, Kabupaten Banjarnegara,

Propinsi Jawa Tengah ... 46 18. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Umur ... 46 19. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Pengalaman

Bercocok Tanam Salak Pondoh ... 47 20. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Responden ... 47

(14)

No Halaman

21. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Mata

Pencaharian Lain Responden ... 48 22. Jumlah dan Pesentase Pendapatan Responden Petani Perbulan di Luar

Usahatani Salak Pondoh ... 48 23. Jumlah dan Pesentase Responden Petani Berdasarkan jumlah

Tanggungan ... 49 24. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Jenis

Penggunaan Lahan Pertanian ... 49 25. Jumlah dan Persentase Responden Petani Berdasarkan Penguasaan

Lahan Pertanian ... 50 26. Jumlah dan Persentase Responden Pedagang Berdasarkan Umur .. 50 27. Jumlah dan Persentase Responden Pedagang Berdasarkan

Pengalaman Berdagang Buah Salak Pondoh ... 50 28. Jumlah dan Persentase Responden Pedagang Berdasarkan Tingkat

Pendidikan Responden ... 51 29. Jumlah dan Persentase Responden Pedagang Berdasarkan Jenis Mata

Pencaharian Sampingan ... 51 30. Jumlah dan Pesentase Responden Pedagang Berdasarkan Jumlah

Tanggungan ... 51 31. Banyaknya Penduduk yang Membutuhkan Pekerjaan Bagi yang Tidak

Mengikuti Pendidikan di Kecamatan Madukara, Kabupaten

Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Akhir Tahun 2003 ... 53 32. Nilai NPV, IRR, dan Net B/C Hasil Analisis Sensitivitas ... 64 33. Fungsi-fungsi Lembaga Pemasaran Salak Pondoh dari Kecamatan

Madukara, Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah ... 67 34. Analisis Marjin Pemasaran Salak Pondoh Dari Kecamatan Madukara,

Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Tahun 2005 ... 69

(15)

DAFTAR GAMBAR

No Halaman 1. Produksi Buah Salak Pondoh per Hektar di Kabupeten Sleman

Tahun 1991 ... 10 2. Letak Salak Jantan dan Betina ... 13 3. Hubungan Antara Fungsi-fungsi Pertama dan Turunan Terhadap

Marjin Pemasaran dan Nilai Marjin Pemasaran ... 30 4. Kerangka Pemikiran Konseptual Analisis Kelayakan Investasi

dan Efisiensi Pemasaran Salak Pondoh ... 32 5. Saluran Pemasaran Buah Salak Pondoh di Kecamatan Madukara,

Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah ... 68

(16)

DAFTAR LAMPIRAN

No Halaman 1. Peta Kecamata Madukara, Kabupaten Banjarnegara,

Propinsi Jawa Tengah Tahun 2003 ... 79 2. Jumlah Unit Anlisis Berdasar Umur Tanaman ... 80 3. Tenaga Kerja yang Digunakan Untuk Usahatani Salak Pondoh ... 81 4. Pupuk yang Digunakan Untuk Usahatani Salak Pondoh ... 82 5. Produksi Buah dan Bibit Salak Pondoh Salak Pondoh ... 83 6. Biaya Investasi yang Dikeluarkan Untuk Usahatani Salak Pondoh 84 7. Biaya Operasional yang dikeluarkan Untuk Usahatani Salak Pondoh 84 8. Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh ... 85 9. Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Peningkatan

Harga Pupuk dan Tenaga Kerja Sebesar 10 Persen) ... 86 10. Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Peningkatan

Harga Pupuk dan Tenaga Kerja Sebesar 20 Persen) ... 87 11. Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Peningkatan

Harga Pupuk dan Tenaga Kerja Sebesar 30 Persen) ... 88 12 Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Peningkatan

Harga Pupuk dan Tenaga Kerja Sebesar 40 Persen) ... 89 13. Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Penurunan

Harga Jual Sebesar 20 Persen) ... 90 14. Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 12 Persen) ... 91 15. Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkan Suku Bunga 16 Persen) ... 92 16. Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 12 Persen, Penurunan Output 20 persen dan Kenaikan

Harga Pupuk dan Tenaga Kerja 10 Persen) ... 93 17. Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 12 Persen, Penurunan Output 20 persen dan Kenaikan

Harga Pupuk dan Tenaga Kerja 20 Persen) ... 94 18. Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 12 Persen, Penurunan Output 20 persen dan Kenaikan

Harga Pupuk dan Tenaga Kerja 30 Persen) ... 95 19. Cashflow Analisis Kelayakan Finansial Salak Pondoh (Pada Tingkat Suku Bunga 16 Persen, Penurunan Output 20 persen dan Kenaikan

Harga Pupuk dan Tenaga Kerja 10 Persen) ... 96

20. Gambar-gambar Salak Pondoh ... 97

(17)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Krisis moneter di Indonesia yang terjadi pada pertengahan Juli tahun 1997 mengakibatkan melemahnya perekonomian Indonesia. Dampak dari kejadian tersebut berupa masih rendah dan kurang stabilnya nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika. Rata-rata kurs rupiah terhadap dollar Amerika mengalami fluktuasi (Tabel 1).

Tabel 1. Rata-rata Kurs Mata Uang Rupiah Terhadap Dollar Amerika Tahun 2001-2004

Tahun USD Kurs Jual (Rp) Kurs Beli (Rp)

2001 1,00 8.941 7.941 2002 1,00 8.968 7.968 2003 1,00 8.985 7.985 2004 1,00 8.982 7.982

Sumber: Bank Indonesia, 20051)

Rata-rata nilai ekspor-impor produk pertanian Indonesia mengalami peningkatan. Rata-rata neraca ekspor-impor yang dibagi menjadi tiga periode yaitu: periode sebelum krisis pada tahun 1995-1997, periode saat krisis terjadi pada tahun 1998-1999 dan periode setelah krisis tahun 2000-2003 (Tabel 2). Rata- rata nilai neraca ekspor-impor produk pertanian yang meningkat menunjukkan bahwa sektor pertanian sangat potensial untuk dikembangkan dan dapat menjadi kekuatan perekonomian Indonesia.

Tabel 2. Rata-rata Neraca Nilai Ekspor-Impor Produk Pertanian (Segar dan Olahan) Tahun 1995 - 2003

Tahun Nilai (juta USD)

Ekspor Impor Neraca Rata-rata 1995-1997 5.117,2 4.872,2 245,1

Rata-rata 1998-1999 4.582,6 4.115,2 467,4 Rata-rata 2000-2003 5.033,2 4.070,8 962,4

Sumber: Ditjen BPPHP Departemen Pertanian, 2000 2)

1) kurs rupiah yang diambil dari www. bi.go.id pada tahun 2005

2)analisis perkembangan ekspor-impor sektor pertanian (periode 1995 – 2003) yang diambil dari http://agribisnis.deptan.go.id/ pada tahun 2005

(18)

Perkembangan sektor pertanian dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, karena dari 90,8 juta penduduk yang bekerja 46,26 persennya bermata pencaharian sebagai petani (Badan Pusat Statistik, 2004). Selain itu, membuka kesempatan kerja, mengurangi jumlah pengangguran, meningkatkan devisa dan pemanfaatan sumberdaya alam yang tersedia dengan tetap mempertahankan kelestarian lingkungan.

Sektor pertanian terdiri dari subsektor tanaman pangan, subsektor perkebunan, subsektor peternakan, dan subsektor hortikultura. Subsektor hortikultura terdiri dari komoditas buah-buahan, sayuran, tanaman hias, dan tanaman obat-obatan. Buah-buahan mempunyai prospek yang bagus karena setiap tahun produksinya mengalami peningkatan (Tabel 3).

Tabel 3. Volume Produksi dan Luas Lahan Poduk Hortikultura dan Buah-buahan di Indonesia Tahun 1990-2003

Tahun Volume Produksi ( ton) Luas Lahan (ha) Hortikultura Buah-buahan Hortikultura Buah-buahan

1993 137.036.321 - 30.359.734 -

1994 133.736.321 - 29.904.990 -

1995 148.764.128 - 32.327.932 -

1996 151.037.872 - 32.400.562 -

1997 142.012.932 - 30.417.139 -

1998 142.554.524 7.236.552,0 32.090.557 585.201 1999 146.849.911 7.540.874,7 32.191.189 568.632 2000 149.358.155 8.412.981,2 31.428.715 632.889 2001 147.264.712 9.959.057.5 30.978.412 744.128 2002 151.352.171 11.658.718,6 30.549.227 931.525

2003 158.268.501 - 30.893.904 -

Sumber: Departemen Pertanian, diolah 20043)

Salah satu alternatif pilihan komoditas buah-buahan yang dapat dikembangkan oleh pemerintah adalah buah salak. Buah salak telah dijadikan sebagai salah satu buah unggulan nasional. Buah salak merupakan salah satu jenis buah tropis asli Indonesia. Varietas salak yang ada di Indonesia adalah sebagai berikut: Salak Bali, Pondoh, Condet, Padang Sidempuan, Manonjaya, Madura, Ambarawa, Kersikan, Swaru dan lain-lain. Diantara berbagai jenis salak tersebut,

3) buah-buahan yang diambil dari http://database.deptan.go.id/bdspweb/f4-free-frame.asp pada tahun 2005

(19)

yang mempunyai prospek dan nilai komersial tinggi adalah Salak Pondoh dan Salak Bali (Kusumo et al., 1995). Salak Pondoh merupakan salak yang paling banyak disebutkan konsumen buah di DKI Jakarta menunjukkan bahwa Salak Pondoh sudah dikenal masyarakat. Salak Pondoh merupakan salak yang paling sering dikonsumsi (Ananto, 2002).

Salak Pondoh dibandingkan dengan Salak Bali memiliki beberapa keunggulan yaitu: kandungan vitamin C lebih tinggi, kadar gula lebih tinggi dan kadar asam lebih rendah (Tabel 4). Salak Pondoh mempunyai keunggulan dibandingkan dengan salak lain dari segi rasa yang manis dan tidak sepat saat masih muda, tidak menyebabkan perut sebah apabila dikonsumsi dalam jumlah banyak dan daya simpan yang lebih lama. Salak Pondoh merupakan salah satu buah lokal yang pemasarannya dapat memasuki supermarket.

Tabel 4. Perbandingan Ukuran dan Kandungan Kimiawi Salak Pondoh dan Salak Bali pada Umur Panen Optimal

Parameter Salak Pondoh Salak Bali

Berat per buah (g) 49,53 59,71

Bagian yang dapat dimakan (%) 67,03 79,75

Kadar gula (%) 23,30 19,84

Kadar asam (%) 0,32 0,44

Gula/Asam 72,81 45,09

Tanin (%) 0,08 0,53

Vitamin C (mg/100 g) 87,40 4,29

Sumber: Kusumo et al., 1995

Permintaan terhadap buah Salak Pondoh yang datang dari pasar lokal dan pasar nasional dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain: (1) semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berminat pada buah salak sebagai dampak keberhasilan program penyuluhan dan program peningkatan gizi masyarakat yang dilaksanakan oleh pemerintah, (2) tingkat harga salak di pasar eceran, (3) tingkat harga buah-buahan lainnya, dan (4) tingkat pendapatan konsumen buah salak atau kekuatan daya beli masyarakat pada umunya

4)

.

4) salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004

(20)

Penawaran Salak Pondoh dipengaruhi beberapa faktor antara lain:

(1) kecenderungan meningkatnya luas areal tanaman salak, (2) iklim, (3) harga sarana reproduksi, (4) perkembangan teknologi yang diterapkan untuk memproduksikan buah salak, dan (5) bagi daerah-daerah pasar tertentu ketersediaan buah salak sangat dipengaruhi pula oleh cara-cara pengemasan dan sarana transportasi yang dapat menjamin kesegaran dan mutu buah salak sampai di tangan para konsumen

5).

Pemasaran merupakan salah satu sub sistem yang penting dalam menunjang keberhasilan usahatani. Sebuah usahatani yang produktivitasnya bagus akan gagal apabila pemasarannya tidak baik. Pemasaran yang baik adalah yang efisien. Pemasaran produk hortikultura cenderung kurang efisien karena biasanya mempunyai rantai pemasaran yang panjang. Rantai pemasaran yang panjang cenderung mempengaruhi kualitas produk, besarnya marjin pemasaran dan harga baik ditingkat petani maupun tingkat konsumen.

Analisis proyek pertanian merupakan analisis bidang pertanian yang membandingkan biaya dengan manfaat untuk menilai kelayakan proyek. Analisa proyek pertanian terdiri dari analisa ekonomi dan analisa finansial. Analisa ekonomi adalah suatu analisa yang melihat kegiatan proyek dari sudut perekonomian secara keseluruhan. Analisis ekonomi memperhatikan hasil total atau produktivitas suatu proyek untuk masyarakat atau perekonomian secara keseluruhan. Hasilnya disebut “the sosial return” atau “the economic returnI”.

Analisis finansial adalah analisa yang melihat suatu proyek dari sudut lembaga-lembaga atau badan-badan yang mempunyai kepentingan langsung dalam proyek. Hasil analisa finansial disebut “the private return”. Gittinger (1986) aspek finansial menerangkan pengaruh-pengaruh finansial dari suatu proyek yang diusulkan terhadap para peserta yang tergabung didalamnya. Tujuan utama analisis finansial terhadap usaha pertanian adalah untuk menentukan beberapa banyak keluarga petani yang menggantungkan kehidupan mereka kepada usahatani tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat suatu proyek bagi lembaga-lembaga yang terlibat langsung dalam proyek tersebut sehingga analisa yang digunakan adalah analisa finansial.

5) salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004

(21)

1.2. Perumusan Masalah

Di Kecamatan Madukara terdapat sebuah fenomena yang berupa maraknya konversi lahan menjadi lahan Salak Pondoh. Konversi terjadi dari lahan sawah menjadi lahan Salak Pondoh dan dari lahan Salak Lokal menjadi Salak Pondoh. Fenomena tersebut masih terjadi hingga saat ini. Harga jual Salak Pondoh lima tahun terakhir ditingkat petani mengalami penurunan hingga mencapai harga terendah sebesar Rp. 1.750,- per kilogramnya pada tahun 2004.

Tren harga Salak Pondoh dari tahun 2000 sampai tahun 2004 mengalami penurunan (Tabel 5). Harga Salak Pondoh di tingkat konsumen pada tahun 2003 sebesar Rp. 4.000,- dan tahun 2004 turun menjadi harga sebesar Rp. 3.375,-.

Harga-harga input diperkirakan akan mengalami kenaikan. Harga pupuk diperkirakan mengalami peningkatan sebagai dampak pencabutan subsidi pupuk yang dilakukan oleh pemerintah. Harga input lain diperkirakan akan mengalami peningkatan sebagai dampak kenaikan harga bahan bakar minyak.

Tabel 5. Perubahan Harga Salak Pondoh di Tingkat Petani dan Konsumen di Kabupaten Banjarnegara, Propinsi Jawa Tengah Tahun 2000 – 2004

Harga Tingkat Tahun

2000 2001 2002 2003 2004

Petani 2450 2400 2150 2000 1750

Konsumen + + + 4000 3375

Sumber: Dinas Pertanian Kabupaten Banjarnegara, 2005 Keterangan: + : tidak ada data

Penurunan harga output yang disertai adanya kenaikan harga input secara

teori ekonomi akan menyebabkan penurunan jumlah penawaran, namun pada

kenyataannya volume produksi dan luas panen Salak Pondoh mengalami

peningkatan. Tren volume secara keseluruhan mengalami peningkatan kecuali

pada tahun 1998 menurun secara signifikan sekitar 172 ton dibandingkan dengan

tahun 1997. Penurunan tersebut kemungkinan disebabkan adanya penurunan luas

produksi dan produktivitas salak. Luas panen mempunyai kecenderungan

meningkat kecuali pada tahun 1998 dan tahun 2002 mengalami penurunan

(Tabel 6). Produktivitas tertinggi dicapai pada tahun 1996 sebesar 274,31 Kw/ha

dan terendah pada tahun 1998 sebesar 132,08 Kw/ha.

(22)

Tabel 6. Volume Produksi, Luas Panen dan Produktivitas Buah Salak di Indonesia Tahun 1998 – 2002

Tahun Volume Produksi (Ton)

Luas Panen (Ha)

Produktivitas (Kw/Ha)

1996 483.745 17.635 274,31

1997 525.461 34.448 152,54

1998 353.248 26.745 132,08

1999 405.224 28.720 141,09

2000 423.548 29.291 144,60

2001 681.255 45.681 149,13

2002 768.015 37.074 207,16

Sumber: Statistik Pertanian, 2004

Kabupaten Banjarnegara merupakan salah satu sentra produksi salak di Indonesia (Tabel 7). Pada tahun 1996 volume produksi salak Kabupaten Banjarnegara mencapai 75,07 persen produksi salak Indonesia. Pada tahun 1998 sampai tahun 2000 produksi salak Kabupaten Banjarnegara masih lebih besar dari 50 persen produksi salak Indonesia kemudian menurun pada tahun 2001 dan 2002 dibawah 50 persen. Produksi salak Kabupaten Banjarnegara pada tahun 1997 hanya 4,02 persen dibandingkan produksi nasional, hal terebut kemungkinan disebabkan karena adanya konversi Salak Lokal menjadi Salak Pondoh.

Tabel 7. Perbandingan Volume Produksi Buah Salak Kabupaten Banjarnegara dan Indonesia Tahun 1994 – 2003

Tahun

Volume produksi (ton)

Pesentase (%) Banjarnegara Indonesia

1994 27,844 + +

1995 214,310 + +

1996 363,141 483,745 75.07

1997 21,117 525,461 4.02

1998 250,937 353,248 71.04

1999 209,235 405,224 51.63

2000 282,975 423,548 66.81

2001 275,048 681,255 40.37

2002 298,934 768,015 38.92

2003 293,982 + +

Sumber: Kabupaten Banjarnegara dalam Angka diolah,2005 Keterangan: + : tidak ada data

(23)

Usahatani Salak Pondoh merupakan usahatani yang membutuhkan modal besar dengan usia proyek yang relatif lama yaitu 10 tahun. Penurunan harga jual dan kenaikan harga input produksi yang terjadi diperkirakan akan mengakibatkan kerugian sehingga usaha tersebut tidak layak diusahakan. Oleh karena itu, studi kelayakan usahatani Salak Pondoh perlu dilakukan untuk melihat apakah usahatani Salak Pondoh masih layak diusahakan. Hal tersebut untuk menghindari kerugian setelah investasi dilakukan.

Salak Pondoh cenderung mempunyai rantai pemasaran yang panjang.

Buah Salak Pondoh rentan mengalami kerusakan, sehingga rantai pemasaran yang panjang menyebabkan buah rusak sebelum sampai kepada konsumen dan harga turun. Oleh karena itu, salah satu cara untuk meningkatkan harga ditingkat petani adalah dengan mencari rantai pemasaran yang paling efisien. Harga yang tinggi ditingkat petani akan mendorong petani untuk meningkatkan produksinya karena dengan harga yang tinggi mengakibatkan usahatani menjadi menguntungkan untuk diusahakan.

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana kelayakan investasi usahatani Salak Pondoh berdasarkan aspek teknis dan produksi, dan aspek finansial?

2. Bagaimana sensitivitas usahatani Salak Pondoh terhadap perubahan harga pupuk dan tenaga kerja, harga jual buah Salak Pondoh, dan tingkat suku bunga?

3. Bagaimana efisiensi pemasaran Salak Pondoh?

1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui bagaimana kelayakan usaha Salak Pondoh dan efisiensi pemasaran. Maka tujuan penelitian ini secara khusus adalah sebagai berikut :

1. Menganalisis kelayakan investasi usahatani Salak Pondoh berdasarkan aspek teknis dan produksi, dan aspek finansial.

2. Menganalisis sensitivitas usahatani Salak Pondoh terhadap perubahan harga pupuk dan tenaga kerja, harga jual buah Salak Pondoh, dan tingkat suku bunga.

3. Mengkaji efisiensi pemasaran Salak Pondoh.

(24)

1.4. Kegunaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi para pelaku usaha

khususnya petani yang akan dan telah menginvestasikan dananya pada usahatani

Salak Pondoh dalam menentukan langkah pengembangan usaha tersebut,

pemerintah Kecamatan Madukara dalam menentukan kebijakan dan mengatahui

kendala yang dihadapi petani sehingga diharapkan dapat memacu perkembangan

usahatani Salak Pondoh dan penelitian selanjutnya sebagai bahan referensi.

(25)

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Usahatani Salak Pondoh

Usaha tanaman hortikultura adalah kegiatan yang menghasilkan produk tanaman sayuran, tanaman buah-buahan, tanaman hias dan tanaman obat-obatan dengan tujuan sebagian atau seluruh hasilnya dijual untuk memperoleh pendapatan atas resiko usaha. Batas minimal usaha salak apabila tanaman yang diusahakan minimal berjumlah dua puluh rumpun (Biro Pusat Statistik, 2004).

Salak (Salacca edulis Reinw) merupakan tanaman asli Indonesia yang diperkirakan berasal dari Pulau Jawa kemudian menyebar keseluruh Indonesia bahkan sampai ke Filipina, Malaysia, Brunei Darusalam dan Thailand. Salak Pondoh (Salacca edulis Reinw cv Pondoh) dalam kajian ilmiah termasuk dalam divisi Spermatophyta (tumbuhan berbiji) dengan sub divisi Angiospermae (berbiji tertutup), klas Monocotyledoneae (biji berkeping satu), bangsa Arecales, suku Arecaceae palmae (keluarga palem), marga Salacca, jenis Salacca edulis Reinw dan anak jenis Salacca edulis Reinw cv Pondoh (Kusumo et al., 1995).

Ciri-ciri Salak Pondoh adalah batang tegak hampir tidak terlihat karena tertutup pelepah daun yang tersusun rapat dan berduri banyak. Panjang pelepah daun sekitar dua hingga tiga meter, helai daun berbentuk garis lanset berujung runcing. Tinggi pohon Salak Pondoh dapat mencapai empat sampai tujuh meter dengan umur mencapai puluhan tahun. Salak Pondoh merupakan tanaman berumpun dengan buah berbentuk segitiga bulat telur terbalik. Panjang buah antara 2,5 cm hingga 7,5 cm, ketebalan daging buah sekitar 1,5 cm, dan kulit buah berbentuk sisik yang tersusun rapi seperti genting (Kusumo et al., 1995).

Kelebihan Salak Pondoh dibandingkan salak lain yaitu rasa buah manis tanpa rasa sepat saat masih muda, sifat buah lebih tahan lama dengan masa penyimpanan lebih dari dua puluh hari, bila dimakan dalam jumlah banyak tidak menimbulkan rasa tidak enak diperut dan harga jual yang relatif lebih tinggi.

Varietas Salak Pondoh dibedakan menjadi lima jenis berdasarkan warna kulit

buahnya, yaitu Pondoh hitam, kuning, merah, merah kuning, dan merah hitam

(Kusumo et al., 1995).

(26)

Salak Pondoh dapat hidup mencapai usia puluhan tahun. Akan tetapi, umur ekonomis Salak Pondoh untuk dibudidayakan secara komersial adalah 10 tahun. Produksi buah Salak Pondoh mengalami penurunan setelah tahun ke-6 (Gambar 1). Pada usia lebih dari 10 tahun pohon Salak Pondoh sudah mulai rebah di tanah sehingga jarak tanam tidak teratur, membutuhkan perawatan yang lebih banyak, produktivitas telah menurun dan kebutuhan akan pupuk lebih banyak.

0 2000 4000 6000 8000 10000 12000

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10

Tahun

Produksi buah Salak Pondoh (kg)

Tahun Produksi

Gambar 1. Produksi Buah Salak Pondoh Per Hektar di Kabupeten Sleman Tahun 1991 (Kusumo et al., 1995)

2.1.1. Syarat Pertumbuhan Salak Pondoh

Lokasi yang cocok untuk budidaya salak adalah daerah yang terkena pengaruh abu gunung berapi. Tanaman Salak Pondoh menyukai tanah yang subur dengan ketinggian tempat antara 200 – 700 m diatas permukaan laut. Tingkat keasaman tanah (pH) yang disukai sekitar 6,0 – 7,0 dengan kandungan humus yang tinggi. Suhu udara yang cocok berkisar 20 – 30

o

C dengan kelembaban tanah yang baik untuk pertumbuhan perakaran, selain itu membutuhkan air dalam jumlah cukup dengan sistem drainase yang baik karena tanaman Salak Pondoh tidak tahan terhadap genangan air. Tanaman Salak Pondoh cocok ditanam dilahan datar dengan kemiringan tidak lebih dari 5 persen

6)

.

6) salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004

(27)

2.1.2. Teknik Budidaya Salak Pondoh

Kegiatan budidaya Salak Pondoh yang baik meliputi: (1) persiapan lahan;

(2) penyiapan bibit; (3) penanaman bibit; (4) pemupukan; (5) pengairan dan drainase; (6) penyerbukan; (7) pemeliharaan; (8) pencangkokan; (9) peremajaan;

dan (10) panen dan pasca panen (Kusumo et al., 1995).

1. Persiapan Lahan

Tanaman salak tidak tahan terhadap sinar matahari secara langsung, sehingga diperlukan adanya tanaman penenduh. Tanaman peneduh ditanam sekitar satu tahun sebelum tanaman Salak Pondoh. Hal tersebut bertujuan agar pada saat waktu penanaman Salak Pondoh tanam peneduh sudah cukup besar.

Jenis tanaman peneduh yang dapat ditanam yaitu: lamtoro, dadap, turi atau tanaman pelindung lainnya

7)

.

Lahan untuk budidaya Salak Pondoh harus memenuhi syarat tumbuh yang baik. Hal tersebut penting agar hasil yang diperoleh baik, karena bibit yang baik tidak akan tumbuh optimal pada daerah yang tidak cocok. Persiapan lahan setelah pemilihan lahan adalah pengolahan lahan, pembuatan guludan, dan pembuatan lubang tanam (Kusumo et al., 1995).

Persiapan lahan adalah kegiatan mempersiapkan lahan agar Salak Pondoh yang ditanam menghasilkan buah Salak Pondoh yang bermutu dan menguntungkan. Tujuan persiapan lahan adalah menciptakan lingkungan yang sesuai bagi tanaman agar dapat tumbuh optimal dan menghasilkan buah Salak Pondoh yang bermutu pada tingkat produktivitas yang optimal/tinggi (Direktorat Tanaman Buah, 2004).

Pengolahan lahan bertujuan untuk menggemburkan tanah agar pertumbuhan tanaman menjadi baik dan membersihkan tumbuhan pengganggu (gulma). Pengolahan lahan meliputi: (1) perataan tanah untuk mengatur sistem irigasi, mempermudah pengaturan jarak tanam, pengaturan pohon pelindung, meratakan kelembaban tanah/lahan, pengaturan pengguludan dan saluran air; (2) pembersihan rumput-rumput, batu-batu padas dan pohon-pohon kayu yang tidak diperlukan; dan (3) membajak dan mencangkul tanah untuk menggemburkan tanah. Kegiatan ini sebaiknya dilakukan 3 - 4 minggu sebelum tanam.

7) salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004

(28)

Tahap selanjutnya adalah pembuatan guludan. Guludan dibuat sesuai dengan luas lahan dan jarak tanam yang akan digunakan. Di antara guludan dibuat saluran air dengan kedalaman 25-30 cm yang mempunyai dua fungsi. Pertama berfungsi mengalirkan air yang berlebih saat musim hujan karena Salak Pondoh tidak tahan terhadap genangan air. Kedua saat musim hujan berfungsi untuk mengalirkan air karena tanaman Salak Pondoh tidak tahan terhadap kekeringan.

Pembuatan lubang tanam dilakukan setelah pembuatan guludan selesai.

Pada lahan yang telah diolah diberi tanda dengan menggunakan ajir sesuai dengan jarak tanam. Jarak tanam Salak Pondoh yang sering digunakan petani adalah 2 m x 2 m. Lubang tanam yang umumnya digunakan oleh petani Salak Pondoh adalah 60 cm x 60 cm x 60 cm (Kusumo et al., 1995). Setelah dibuat lubang tanam masukkan campuran pupuk kandang dan kompos sebanyak 10 kg per lubang.

2. Penyiapan bibit

Penyiapan bibit adalah kegiatan menyiapkan bibit Salak Pondoh betina dan jantan bermutu untuk menghasilkan buah bermutu. Tujuannya adalah (1) untuk menjamin bibit yang ditanam sesuai dengan tujun yang telah ditetapkan; (2) menjamin bibit mempunyai tingkat keseragaman yang tinggi; (3) menjamin bibit berkualitas dan berproduktivitas tinggi; dan (4) menjamin bibit bebas hama penyakit. Ciri-ciri bibit yang baik adalah bibit yang berasal dari penangkar yang terjamin (bersertifikat), umur bibit 3 – 6 bulan, tinggi bibit sekitar 80 cm, jumlah pelepah 2 – 3, bibit yang sehat dan bebas organisme pengganggu tanaman, pertumbuhan seragam dan lurus dengan perakaran yang kuat, serta penampilan yang kekar (Direktorat Tanaman Buah, 2004).

Pembibitan sangat menentukan keberhasilan usahatani Salak Pondoh.

karena Salak Pondoh merupakan tanaman tahunan yang mempunyai umur dapat

mencapi puluhan tahun. Kesalahan pemilihan bibit menyebabkan kerugian berupa

biaya pembelian bibit, biaya tenaga kerja dan rendahnya produktivitas yang

menyebabkan pendapatan usahatani rendah. Bibit Salak Pondoh yang baik adalah

bibit yang berasal dari pembibitan vegetatif. Bibit vegetatif diperoleh dengan cara

memisahkan anakan secara buatan. Keuntungan bibit vegetatif adalah anakan

mempunyai sifat sama dengan pohon induknya, jenis kelamin dapat dipastikan,

cepat berbunga dan berbuah serta hasilnya lebih seragam (Kusumo et al., 1995).

(29)

3. Penanaman Bibit

Penanaman bibit adalah menanam bibit jantan dan betina bermutu dengan benar. Tujuannya agar bibit jantan ditanam dengan benar sebagai sumber serbuk sari dan bibit betina untuk memproduksi buah salak yang bermutu tinggi (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Bibit Salak Pondoh umumnya ditanam pada awal musim penghujan ketika tanah mengandung cukup air yakni 60 – 80 persen.

Keadaan tanah yang gembur dan kelembaban yang cukup memungkinkan akar bibit mampu hidup dan berkembang secara baik. Penanamn dilakukan pada lubang tanam yang telah disediakan. Bibit Salak Pondoh dipilih yang bagus, pertumbuhannya baik dan bebas dari hama penyakit. Pemilihan bibit harus tepat agar tidak mengakibatkan kerugian dikemudian hari. Bibit awal berasal dari pembelian dan tahun berikutnya diperoleh dari hasil pencangkokan anakan (Kusumo et al., 1995).

Gambar 2. Letak Salak Jantan dan Betina (Direktorat Tanaman Buah, 2004)

Keterangan : : salak betina

: salak jantan

Penanaman bibit dilakukan dengan cara: Pertama, pindahkan bibit

kekebun dekat lokasi penanaman kemudian distribusikan bibit sesuai jumlah

lubang pada larikan. Kedua, letakkan bibit salak jantan dan betina di dekat lubang

tanam yang telah direncanakan (Gambar 2.). Ketiga, campurkan pupuk kandang

dan kompos dengan tanah bagian atas. Keempat, masukkan campuran pupuk

dengan tanah kedalam lubang tanam. Kelima, buka keranjang/polibag dengan

hati-hati, jangan sampai melukai perakaran dan periksa kondisi bibit dan

perakaranya. Keenam, masukkan bibit ke dalam lubang tanan dan ditimbun

dengan tanah bagian atas terlebih dahulu diikuti tanah bagian bawah hingga

sedikit diatas leher akar. Ketujuh, padatkan dengan menggunakan tangan dan kaki

kemudian siram dengan air secukupnya (Direktorat Tanaman Buah, 2004).

(30)

Setelah bibit tumbuh kadang diperlukan penyulaman. Penyulaman adalah mengganti tanaman yang mati atau tumbuh abnormal dengan tanaman baru yang sehat dan berumur sama. Penyulaman bertujuan untuk mempertahankan populasi tanaman di kebun. Cara penyulaman adalah sebagai berikut: (1) periksa penyebab kematian tanaman; (2) hitung jumlah tanaman yang mati atau tumbuh abnormal;

(3) persiapkan bibit salak pengganti yang memiliki umur sama atau hampir sama;

(4) bongkar tanaman yang mati atau tumbuh abnormal; (5) tanam bibit pada lokasi bekas tanaman yang mati atau tumbuh abnormal dengan cara seperti menanam tanaman pertama.

4. Pemupukan

Pemupukan adalah memberikan pupuk organik atau an-organik dengan cara membenamkan dalam tanah. Pemupukan bertujuan untuk Mempertahankan status hara dalam tanah, menyediakan unsur hara secara seimbang bagi pertumbuhan atau perkembangan tanaman, meningkatkan mutu buah, dan meningkatkan produktivitas tanaman (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Selain itu Pemupukan juga bertujuan untuk mencukupi satu atau beberapa unsur hara pada tanaman, agar tanaman berproduksi secara berkelanjutan

8)

.

Jenis pupuk ada 2 macam yaitu pupuk organik (pupuk alami) dan pupuk an-organik (pupuk buatan). Pupuk organik yang sering digunakan adalah pupuk kandang sedangkan pupuk an-organik yang sering dipergunakan adalah pupuk Urea, SP-36, dan KCL. Dosis pupuk pertanaman berdasarkan umur tanaman adalah: (a) tanaman umur 0-12 bulan diberi pupuk dengan dosis: pupuk kandang 1000 g, Urea 5 g, SP-36 5 g, KCl 5 g diberikan sebulan sekali; (b) tanaman umur 12-24 bulan diberi pupuk dengan dosis: pupuk kandang 1000 g, Urea 10 g, SP-36 10 g, KCl 10 g diberikan dua bulan sekali; (c) tanaman umur 24-36 bulan diberi pupuk dengan dosis: pupuk kandang 1000 g, Urea 15 g, SP-36 15 g, KCl 15 g diberikan tiga bulan sekali; (d) tanaman umur 36 bulan dan seterusnya diberi pupuk dengan dosis: pupuk kandang 1000 g, Urea 20 g, SP36 20 g, KCl 20 g diberikan setiap enam bulan sekali

9)

.

8) salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004

9) salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004

(31)

5. Pengairan dan Drainase

Pengairan adalah memberi air sesuai kebutuhan tanaman. Tujuan pengairan adalah menyediakan air bagi tanaman pada daerah perakaran tanaman dengan air yang memenuhi standar pada waktu, cara, dan jumlah yang tepat sehingga penyerapan hara berjalan optimal dan tanaman dapat tumbuh dengan baik. Pemberian air dalam jumlah banya diperlukan pada fase: setelah pemangkasan pelepah, tumbuh anakan dan pembesaran buah. Kebutuhan air dengan jumlah sedikit atau sangat sedikit pada fase: inisiasi pembungaan dan menjelang panen. Tanah perlu pengairan apabila tanah kurang lembab dan dihentikan saat tanah telah cukup lembab (Direktorat Tanaman Buah, 2004).

Pembuatan drainase sangat penting karena tanaman salak tidak tahan akan genangan air dalam waktu yang lama. Fungsi drainase pada musim hujan adalah untuk membuang air yang berlebih dan pada musim kemarau drainase untuk membagi air dari sumber air atau kolam air (Kusumo et al., 1995). Tanaman Salak Pondoh tidak tahan terhadap kekeringan dan genangan air yang cukup lama didaerah perakarannya. Kekeringan menyebabkan tanaman layu dan apabila dibiarkan akan menyebabkan tanaman mati. Akar tanaman yang tergenang air dalam waktu yang cukup lama akan busuk dan mengakibatkan tanaman mati.

Pembuatan kolam air dan sistem drainase yang baik diperlukan untuk mengatasi masalah tersebut. Pembuatan kolam air berfungsi untuk penyediaan air irigasi kebun salak pada musim-musim kemarau. Ukuran kolam disesuaikan dengan luas tanah dan apabila memungkinkan lokasi kolam di tengah kebun Salak Pondoh.

Air kolam dialirkan ke seluruh kebun melalui saluran air.

6. Penyerbukkan

Tanaman Salak Pondoh merupakan tanaman berumah dua dimana bunga

jantan dan bunga betina berada pada pohon yang berbeda. Keadaan tersebut

menyebabkan tanaman tidak dapat melakukan penyerbukan sendiri. Penyerbukan

tanaman salak memerlukan bantuan angin, serangga dan manusia. Penyerbukan

dengan bantuan angin keberhasilannya lebih rendah bila dibandingkan dengan

penyerbukan oleh serangga dan manusia. Hal tersebut disebabkan benang sari

bunga jantan pada Salak Pondoh lengket sehingga sulit untuk diterbangkan.

(32)

Penyerbukan dengan bantuan serangga akan berhasil dengan syarat terdapat pohon salak jantan dan serangga yang membantu penyerbukan.

Penyerbukan dengan bantuan manusia mempunyai tingkat keberhasilan tinggi.

Cara penyerbukan dengan bantuan manusia adalah: (1) periksa bunga betina yang siap dibuahi, dengan ciri seludang bunga sudah berwarna coklat tua dan bila dibuka putik bungan berwarna merah; (2) potong bungan jantan yang telah siap diserbukan dari tandannya; (3) Lakukan proses penyerbukan pad pagi atau sore hari; (4) Buka seludang bunga betina, oles atau ketuk-ketukkan serbuk bunga jantan diatas bunga betina; (5) tutup bunga yang sudah dibuahi dengan tutup (daun muda atau plastik bekas mineral; dan (6) buka tutup tandan 3 – 5 hari setelah penyerbukan.

7. Pemeliharaan

Menurut Kusumo et al., (1995) Pemeliharaan tanaman Salak Pondoh meliputi beberapa kegiatan antara lain: penyiangan, pembubunan, pemangkasan dan pemberantasan hama penyakit. Tanpa pengelolaan tanaman dan lingkungan hidupnya secara tepat dan optimal akan berdampak kerugian bagi petani.

Penyiangan adalah membuang dan membersihan rumput-rumput atau tanaman pengganggu lainnya yang tumbuh di kebun salak.

Tanaman pengganggu yang lazim disebut gulma bila tidak diberantas akan menjadi pesaing bagi tanaman salak dalam memperebutkan unsur hara dan air.

Tujuan penyiangan adalah memelihara daya serap perakaran dalam menyerap unsur hara karena tanaman Salak Pondoh mempunyai sistem perakaran dangkal.

Penyiangan pertama dilakukan pada saat tanaman berumur 2 bulan setelah bibit ditanam, penyiangan berikutnya dilakukan tiap 3 bulan sekali sampai tanaman berumur setahun. Setelah itu penyiangan cukup dilakukan setiap 6 bulan sekali atau 2 kali dalam satu tahun, dilakukan pada awal dan akhir musim penghujan.

Pembumbunan dilakukan karena tanaman salak tidak tahan terhadap tanah

yang mengandung air berlebihan. Jalan keluar untuk untuk mengatasi masalah ini

adalah melakukan pembumbunan, yang biasanya dilakukan bersamaan dengan

penyiangan dan dapat berulang-ulang tergantung kondisi alamnya.

(33)

Pemangkasan yang dilakukan ada dua jenis yaitu pemangkasan pohon naungan dan pemangkasan pelepah. Pemangkasan pelepah adalah memotong pelepah yang tidak produktif, kering, mati dan terserang organisme pengganggu tanaman. Tujuannya adalah untuk (1) membentuk tajuk ideal tanaman salak (berkisar 7 – 8 pelepah pertanaman) agar produktivitas dan mutu buah yang dihasilkan dalam kondisi yang maksimal; dan (2) merangsang pembentukan seludang bunga betina (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Pemangkasan tanaman diawali setelah tanaman berumur satu tahun yang bertujuan mengatur pertumbuhan vegetatif ke arah pertumbuhan generatif yang lebih produktif.

Pemangkasan dilakukan dengan cara memotong pelepah yang telah diidentifikasi dengan membuang daun terlebih dahulu kemudian memotong pelepahnya. Hasil dari pangkasan dimasukkan kedalam rorak yang terdapat diantara tanaman salak untuk menambah aerasi dan bahan organik (Direktorat Tanaman Buah, 2004).

Pemangkasan pohon naungan bertujuan untuk mengatur cahaya matahari yang cukup bagi tanaman, memudahkan peredaran udara serta pemeliharaan tanaman, mengurangi kelembaban udara selama musim penghujan dan mempertahankan tingkat keteduhan tertentu selama musim kering. Pemangkasan pohon naungan dilakukan secara hati-hati, agar tidak mengakibatkan kerusakan pada tanaman Salak Pondoh.

Pengendalian hama dan penyakit tanaman dilakukan terutama sebagai tindakan preventif serangan hama penyakit terhadap tanaman salak. Pengendalian hama penyakit penting agar hasil usahatani memuaskan. Hama yang sering menyerang tanaman Salak Pondoh antara lain: Silphida dan kutu putih. Penyakit yang menyerang tanaman Salak Pondoh antara lain: bercak daun, busuk bunga, busuk buah, dan perubahan bentuk tanaman. Pengendalian hama penyakit dapat dilakukan dengan empat cara yaitu: (1) kultur teknis berupa pemupukan dan pengairan yang seimbang sesuai dengan rekomendasi, usahakan agar buah tidak menyentuh tanah, dan jangan sampai luka; (2) sanitasi berupa pemusnahan bagian tanaman yang terkena serangan hama dan membuang sisa-sisa tanaman, buah

busuk dan gulma disekitar tanaman; (3) penggunaan bibit sehat; dan

(4) penyemprotan fungisida.

(34)

Pemeliharaan yang masih diperlukan adalah penjarangan anakan, penyerbukan dan penjarangan buah (Direktorat Tanaman Buah, 2004).

Penjarangan anakan adalah mengurangi dan mengatur jumlah anakan dalam satu rumpun tanaman. Tujuannya adalah (1) agar jumlah tanaman dalam satu rumpun membentuk rumpun yang ideal dan tidak terlalu berlebihan agar pemeliharaan tanaman dapat dilakukan dengan mudah, mengurangi resiko serangan organisme pengganggu tanaman dan mengoptimalkan produksi; (2) membentuk rumpun; dan (3) untuk memperoleh bahan tanaman dari anakan yang dipisahkan dari induknya.

Satu rumpun cukup dua anakan yang kualitasnya baik yang dipelihara. Pangkas anakan yang keluar dari barisan, pertumbuhan kurang baik dan terlalu banyak.

Penjarangan buah adalah mengurangi jumlah buah yang terdapat dalam setiap tandan. Tujuannya untuk menghasilkan buah dengan mutu dan jumlah yang optimal sesuai target yang ditetapkan. Caranya adalah: (1) penjarangan pertama saat dua bulan setelah penyerbukan (ukuran buah sebesar kelereng), dengan cara memilih buah yang abnormal, terserang hama dan penyakit atau buah yang normal tapi posisinya terjepit; (2) tusuk buah yang dipilih untuk dijarangkan, kemudian tarik dengan kawat tajam atau tusuk sate; (3) buang buah hasil penjarangan diluar kebun; (4) penjarangan kedua, sebulan setelah penjarangan pertama dengan cara yang sama seperti penjarangan pertama, atau dengan mencongkel buah yang dipilih dengan menggunakan obeng; dan (5) bungkus tandan dengan anyaman atau keranjang bambu.

8. Pencangkokan

Pencangkokan dilakukan untuk memperbanyak bibit tanaman melalui

tunas anakan. Kriteria tanaman Salak Pondoh yang akan dijadikan sebagai induk

perbanyakan vegetatif adalah: (1) pohon induk harus berumur lebih dari satu

tahun; (2) tumbuhnya rimbun dan daun sehat tidak menguning; (3) bebas hama

dan penyakit; (4) berbuah lebat dan berkualitas baik; (5) tunas anakan yang akan

dicangkok sudah cukup umur dan mempunyai pelepah 4-5 helai. Pencangkokan

dilakukan pada saat tanaman berumur 1-2 tahun pada saat tanaman belum

berbuah. Saat tanaman mulai berbuah pencangkokan dihentikan agar tidak

menggangu produksi. Anakan yang tumbuh setelah tidak dicangkok dipangkas

untuk mengurangi penggunaan unsur hara (Kusumo et al., 1995).

(35)

9. Peremajaan

Peremajaan bertujuan untuk mengembalikan kondisi kebun menjadi teratur sesuai dengan kondisi semula, mengembalikan produktivitas dengan menanam tanaman muda yang berkualitas, mengefisiensikan pemupukan, pemerataan sebaran cahaya matahari, dan mempermudah penyerbukan.

Peremajaan dapat dilakukan dengan tiga cara yaitu: bongkar tanam, tanam sisip, dan tebang bersih. Bongkar tanam adalah peremajaan dengan cara membongkar tanaman tua dan diganti dengan menanam tanaman muda. Tanam sisip adalah peremejaan tanaman dengan cara menanam tanaman baru diantara tanaman lama tanpa membongkar semua tanaman lama. Tebang bersih adalah peremajaan dengan menebang tanaman yang tegak dengan panjang lebih dari satu meter atau tanaman dengan diameter lebih dari 0,5 m. Tanaman ditebang hingga pangkalnya dan anakan dibiarkan tumbuh menggantikan tanaman lama (Kusumo et al., 1995).

10. Pemanenan dan Pasca Panen

Panen adalah memetik buah yang telah siap panen atau mencapai kematangan yang optimal. Tujuannya untuk memperoleh buah pada standar mutu yang telah ditetapkan. Buah yang sudah siap panen mempunyai ciri-ciri sisik telah jarang, bulu-bulu telah hilang dan warna kulit buah merah kehitaman atau kuning tua berkilat, selain itu umur tanaman dan tekstur buah perlu diperhatikan (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Panen perdana dengan menggunakan bibit cangkokan vegetatif dimulai pada saat usia tanaman Salak Pondoh 2 - 3 tahun.

Pemetikan buah biasanya juga dilakukan setelah 7 - 8 bulan sejak terjadinya penyerbukan. Untuk pemetikan buah tidak dipilih satu per satu tapi dipotong bersama tandannya. Rata-rata produksi buah per pohon per tahun adalah 10 kg

10)

. Masa panen buah salak terbagi menjadi empat musim setiap tahunnya berdasarkan banyaknya buah yang dihasilkan yaitu: panen raya pada bulan November - Januari; panen sedang pada bulan Februari - April; panen kecil pada bulan Mei - Juli; dan Masa kosong atau istirahat pada bulan Agustus - Oktober

11)

.

10) salak yang diambil dari http://www.jombang.go.id/e-gov/satKerDa/page/3517080/salak.htm pada tanggal 20 April 2006

11) salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004

(36)

Pasca panen adalah pekerjaan yang dilakukan pada hasil produk yang baru saja dipanen. Tujuannya melakukan pekerjaan meliputi pembersihan, sortasi buah, pelabelan dan pengemasan berdasarkan ukuran dan standar mutu yang telah ditentukan. Standar kelas teridiri dari kelas A (8 – 12 buah per kilo gram), kelas B (13 – 17 buah per kilogram), dan kelas C (18 – 22 buah per kilogram) (Direktorat Tanaman Buah, 2004). Petani cenderung menggunakan keranjang karena biaya lebih murah dibanding menggunakan kotak kayu dan kerusakan buah lebih kecil dibanding mengunakan karung. Buah Salak Pondoh dapat tahan disimpan sampai maksimal 21 hari apabila buah tidak luka, bebas dari serangan hama atau penyakit dan sirkulasi udara tempat penyimpanan berjalan baik. Buah Salak Pondoh dipasarkan sebagai buah segar dan buah olahan. Petani dapat menjual kepada pedagang pengumpul, pedagang besar atau langsung ke konsumen

12)

.

2.1.3. Kendala Budidaya Salak Pondoh

Tanaman Salak Pondoh termasuk tanaman yang tidak mengandung resiko tinggi, tapi tetap diperlukan pemeliharaan dan perawatan yang intensif, agar buah yang dihasilkan kualitasnya baik dan produktivitasnya tinggi. Pada beberapa kondisi, sering dijumpai petani yang menanam Salak Pondoh dengan baik akan tetapi tidak dapat berbuah. Tanaman Salak Pondoh adalah tanaman yang tidak tahan pada kondisi kekeringan maupun kondisi yang terlalu basah. Kondisi kekeringan dapat mengakibatkan tanaman layu dan apabila tidak ditanggulangi bisa mengering, sedangkan kondisi air yang terlalu banyak sampai menggenang dapat menyebabkan akar tidak dapat bernafas dan mengalami pembusukan yang menyebabkan tanaman mati. Kondisi kritis tanaman Salak Pondoh akan berlangsung dari penanaman pertama sampai pada tahun kedua kurun waktu proyek. Hal tersebut disebabkan kondisi tanaman yang masih rentan terhadap kondisi "stress" baik di musim-musim penghujan maupun kemarau

13)

.

12) salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004

13) salak yang diambil dari http://www.bi.go.id/sipuk/lm/ind/salak pada tahun 2004

(37)

2.2. Hasil Penelitian Terdahulu

Menurut Moesdrajat (1994) Pemasaran Salak Pondoh di Desa Bangun Kerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman dilakukan melalui lembaga-lembaga pemasaran yaitu pedagang pengumpul besar dan pedagang pengecer. Saluran pemasaran di desa tersebut mempunyai marjin pemasaran sebesar Rp. 2000,- atau 44,40 persen dari harga yang dibayarkan konsumen akhir. Nilai farmer share yang diperoleh sebesar 55,60 persen. Keadaan menunjukkan bahwa petani belum memperoleh hasil yang besar dibandingkan dengan kerja yang mereka lakukan.

Harga Salak Pondoh berfluktuasai sesuai dengan ketersediaannya. Saat panen raya harga rendah dan saat masa kosong harga jual mencapai maksimum.

Tabel 8. Produksi dan Penerimaan Usahatani Salak Pondoh per Hektar di Kabupaten Sleman Tahun 1991

Tahun ke- Produksi

Penerimaan (Rp) Salak (kg) Bibit (pohon)

1 - - -

2 2.625 - 5.250.000

3 5.008 5.201 19.117.750

4 6.562 7.883 26.919.250

5 9.188 10.730 37.153.500 6 9.844 11.329 39.513.750

7 9.421 9.655 35.738.250

8 7.921 5.842 26.065.500

9 7.757 5.823 25.704.250

10 6.674 4.435 21.109.250

Sumber: Kusumo et al. (1995)

Kusumo et al. (1995), Salak Pondoh mulai menghasilkan buah pada tahun kedua dan bibit pada tahun ketiga. Umur ekonomis Salak Pondoh adalah 10 tahun.

Pada Tabel 8. terlihat bahwa pada tahun ke-10 produksinya telah menurun sebesar 32.2 persen. Produksi bibit mengalamai peningkatan hingga tahun keenam setelah itu mengalami penurunan (Tabel 8). Penerimaan diperhitungkan dengan menggunakan harga buah sebesar Rp. 2000,00 dan harga bibit sebesar Rp. 1750.

Pada Tabel 9. terlihat bahwa usahatani Salak Pondoh lebih menguntungkan dari

pada usahatani salak Bali. Titik impas usaha tani Salak Pondoh dengan penjualan

bibit sebesar Rp 771.000,- per hektar, sedangkan tanpa penjualan bibit sebesar Rp

654.000,- per hektar lebih rendah dibandingkan usahatani salak Bali sebesar Rp

(38)

1.227,- per hektar. Net Present Value (NPV), Net B/C Ratio dan IRR Salak Pondoh lebih besar dibandingkan dengan salak Bali. NPV yang yang lebih besar menunjukkan bahwa nilai arus kas sekarang setelah dikurangi investasi awal Salak Pondoh lebih menguntungkan dari pada salak Bali. Net B/C ratio Salak Pondoh yang lebih besar dari pad Salak Bali menunjukkan tambahan keuntungan yang dihasilkan dari pengeluaran biaya sebesar Rp 1,- lebih besar. IRR yang lebih besar menunjukkan tingkat pengembalian internal usahatani Salak Pondoh lebih menguntungkan dari pada usahatani Salak Bali.

Tabel 9. Kelayakan Usahatani Salak Pondoh di Kabupaten Sleman dan Salak Bali di Kabupaten Karangasem tahun 1991

Uraian Salak Pondoh

Salak Bali Dengan Bibit Tanpa Bibit

Biaya tetap(Rp 1.000/ha) 539,0000 467,0000 379,000 Biaya variabel (Rp 1.000/ha) 26.433,0000 18.183,0000 3.268,000 Penurunan (Rp 1.000/ha) 87.874,0000 63.788,0000 4.922,000 Titik Impas (Rp 1.000/ha) 771,0000 654,0000 1.227,000 Luas minimum (ha) 0,0098 0,0102 0,249 NPV (Rp 1.000/ha) 61.478,0000 45.113,0000 2.335,000 Net B/C Ratio 6,7500 5,2200 2,700 IRR(%) 93,6400 83,7700 40,160

Sumber: Kusumo et al. (1995)

Penelitian Johan (1997) mengenai analisis tingkat pengembalian investasi

dan penyerapan tenaga kerja di Desa Bangun Kerto, Kecamatan Turi, Kabupaten

Sleman, Daerah Istimewa Yogyakarta dengan membagi perhitungan menjadi dua

yaitu: pertama hanya memperhitungkan buah salak sebagai pendapatan dan kedua

memasukan buah salak dan bibit hasil cangkokan. Hasil analisis pada tingkat

diskonto 16 persen dan harga berlaku Rp. 3000,00 per kilogram adalah: (1) hanya

memperhitungkan buah salak sebagai pendapatan diperoleh IRR sebesar 34,7

persen, NPV Rp. 16.429.520,00 dan R/C 2,78; (2) Meperhitungkan buah salak

dan bibit hasil cangkokan sebagai pendapatan diperoleh IRR sebesar 71,04 persen,

NPV Rp. 39.220.680,00 dan R/C 6,02. Penyerapan tenaga kerja paling besar pada

tahun ke-1 untuk pembukaan lahan sebesar 292.1 HOK, kemudian turun pada

tahun kedua menjadi 128,8 HOK terus meningkat sampai pada tahun ke sembilan

dan sepuluh menjadi 194,2 HOK.

Referensi

Dokumen terkait

Pemakaian peralatan pelindung yang cocok (termasuk peralatan pelindung diri yang dirujuk dalam Bagian 8 dalam lembar data keselamatan) untuk mencegah kontaminasi terhadap kulit,

Berdasarkan pada hasil uji hipotesis simultan mendapatkan nilai F hitung adalah 2,764 lebih besar dari nilai F tabel 2,75 dengan taraf signifikansi sebesar 0,049 dibawah 0,05

Aplikasi Katalog Warung dan Layanan Pesan Antar ini merupakan aplikasi yang dibuat untuk perangkat mobile , khususnya smartphone dengan system operasi Android. Tujuan

The beneficiaries of the anti-trafficking assistance programs seem to be helping both survivors of trafficking for sexual and other labor exploitation as well as

Kompetensi Dasar Materi Pokok/ Pemblj. Kegiatan Pembelajaran Indikator Pencapaian Kompetensi Penilaian Alokasi Waktu Sumber Belajar Tehnik Bentuk Instrumen

Dokumen yang diperlukan antara lain sebagai berikut (dikumpulkan paling lambat Jumat, 28 Oktober 2016):.. Fotokopi paspor halaman depan dan belakang yang ada alamat di kertas

Sehubungan dengan Pelaksanaan Pengadaan Barang/ Jasa Pemerintah pada Rupbasan Pangkalpinang melalui Sistem Pengadaan Secara Elektronik (SPSE), bersama ini dengan hormat kami

Jenderal