• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan.

Data merupakan suatu bahan yang sangat diperlukan untuk diteliti atau dianalisis, maka dari itu diperlukan suatu teknik pengumpulan data yang sesuai dengan tujuan penelitian. Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam

59

penelitian ini adalah tes dan non tes. Tes bertujuan untuk mendapatkan data dari hasil pre-test dan post-test peningkatan karakter self leadership. Sedangkan teknik non tes dalam penelitian ini digunakan untuk mengetahui peningkatan karakter self leadership setiap siklus melalui Self Assesment Scale dan efektivitas implementasi pendidikan karakter self leadership berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menurut penilaian siswa.

2. Instrumen Penelitian

Sugiyono (2013) mengemukakan bahwa dalam penelitian kuantitatif, peneliti akan menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Instrumen dalam penelitian kuantitatif dapat berupa test, pedoman wawancara, pedoman observasi, dan kuesioner. Penelitian ini menggunakan 5 instrumen berupa 2 kuesioner, 1 soal tes, 1 pedoman observasi, dan 1 pedoman wawancara yang diuraikan seperti pada penjelasan di bawah ini.

a. Kuesioner Skala Penilaian Diri (Self Assessment Scale) Karakter Self Leadership

Kuesioner Skala Penilaian Diri dalam penelitian ini berbentuk pernyataan checklist dengan menggunakan model skala Likert. Sugiyono (2013) menjelaskan bahwa skala Likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial.

Jawaban setiap item dalam Kuesioner Skala Penilaian Diri Karakter Self Leadership memiliki gradasi dari sangat positif sampai sangat negatif, yang dapat berupa kata-kata sangat sering (ss), sering (s),

60

kadang-kadang (kk), tidak pernah (tp). Kuesioner Skala Penilaian Diri Karakter Self Leadership dibagikan kepada siswa setiap akhir siklus. Kuesioner ini digunakan untuk mengukur dari hasil (output) pendidikan karakter melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dalam meningkatkan karakter self leadership yang menjadi fokus peneliti. Kuisioner Self Assesment Scale terlampir pada Lampiran 3.

Penyusunan Kuesioner diawali dengan membuat kisi-kisi yang memuat konstruk aspek karakter Self Leadership berdasarkan pemikiran Connor (Musaheri, 2014). Kisi-kisi dalam tabel 3.6 berikut ini.

Tabel 3.6

Kisi-Kisi Self Assesment Scale Karakter Self Leadership

No Aspek Indikator

Item (+) (-) 1 Aspek kesadaran diri (self

awareness)

Siswa mampu

menyadari kekurangan, kelebihan, percaya diri, dan berpikir positif.

1, 2, 3, 4, 6

5, 7

2 Aspek pengarahan diri (self direct)

Siswa mampu merumuskan tujuan/mimpi.

8, 10, 12 9

3 Aspek pengelolaan diri (self manage)

Siswa mampu membuat rencana, dan membuat strategi sesuai kondisi dirinya.

13, 14 11, 15

4 Aspek penyelesaian diri sendiri (self

accomplishment)

Siswa mampu

melaksanakan/bertindak sesuai rencana yang telah disusun demi menggapai mimpi.

16, 17, 19

18, 20

Aspek di atas memiliki keterkaitan dengan topik-topik bimbingan. Aspek kesadaran diri (self awareness) terkait dengan topik

61

bimbingan “Mengenal Diri (My Self)”. Aspek mengarahkan diri (My Directing) terkait dengan topik bimbingan “Menegaskan Mimpi (My Dreams). Aspek mengelola diri (Self Managing) dan aspek penyelesaian diri (Self Accomplishment) terkait dengan topik bimbingan “Aksiku Menggapai Mimpi “My Action”.

b. Tes Karakter Self Leadership

Winkel dan Hastuti (2004:295) mengatakan bahwa, terdapat beberapa tipe penilaian, antara lain skala numerik, skala penilaian grafis dan daftar cek. Daftar cek menyerupai item dalam tes hasil belajar, bentuk obyektif dengan tipe pilihan berganda (multiple choice). Artinya data penelitian dapat dianalisis setelah scoring dilakukan. Dalam penelitian ini, tes yang digunakan berupa tes karakter self leadership yang disebarkan dalam bentuk pilihan ganda dengan alternatif jawaban bergradasi mulai dari 1 hingga 4 dan masing-masing alternatif jawaban memiliki kebenaran. Skor 4 diberikan untuk alternatif jawaban yang sungguh mewakili pengaplikasian karakter self leadership. Sedangkan skor 1 untuk mewakili alternatif jawaban yang sangat kurang mewakili karakter self leadership. Instrumen disusun oleh peneliti sendiri dengan arahan tim dosen Penelitian Strategis Nasional, dalam hal ini berperan Dr. Gendon Barus, M.Si.

Dalam penelitian ini tes memuat pernyataan-pernyataan/soal-soal yang mengungkapkan karakter self leadership siswa. Tes yang telah disusun oleh peneliti ini bersifat tertutup karena alternatif jawaban sudah

62

disediakan, sehinga peserta didik tinggal memilih alternatif jawaban yang dirasa paling sesuai dirinya.

Soal tes dengan ragam pilihan ganda ini diberikan pada awal (sebelum siklus pertama) dan akhir layanan (sesudah siklus ketiga). Pre-test dimaksudkan untuk mengetahui gambaran umum tingkat pemahaman dan penerapan karakter self leadership siswa. Sedangkan soal tes yang diberikan pada akhir setelah perlakuan atau pos-test bertujuan untuk mencari data yang diperlukan guna mengetahui efektivitas layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning dalam usaha meningkatkan karakter self leadership bagi siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Alat Tes Karakter Self Leadership terlampir pada Lampiran 2.

Penyusunan soal tes diawali dengan membuat kisi-kisi yang memuat konstruk aspek karakter self leadership dan indikatornya berdasarkan konsep Connor (Musaheri, 2014). Kisi-kisi dalam tabel 3.7 berikut ini.

Tabel 3.7

Kisi-Kisi Tes Karakter self leadership

No Aspek Indikator Item (+)

1 Aspek kesadaran diri (self

awareness)

Percaya kemampuan diri 1 Menyadari kelebihan diri 2, 5, 6 Menyadari kelemahan diri 3 Memahami orang lain

sebagai bagian dari memahami diri

4

2 Aspek pengarahan diri (self

direct)

Memiliki tujuan sesuai kondisi sekarang

63

Membuat tujuan yang spesifik

8 Memiliki kemampuan untuk

mengarahkan diri

9, 11 3 Aspek pengelolaan diri (self

managing)

Menyusun tindakan-tindakan untuk mencapai tujuan

13, Mampu memotivasi diri

untuk bertindak positif

14 Membuat skala prioritas 15, 16, 17 4 Aspek penyelesaian diri

sendiri (self accomplishment)

Mengasah kemampuan yang dimiliki

18 Melaksanakan rencana yang

telah disusun

19, 20

Aspek di atas juga memiliki keterkaitan dengan topik-topik bimbingan. Aspek kesadaran diri (self awareness) terkait dengan topik bimbingan “Mengenal Diri (My Self)”. Aspek mengarahkan diri (My Directing) terkait dengan topik bimbingan “Menegaskan Mimpi (My Dreams). Aspek mengelola diri (Self Managing) dan aspek penyelesaian diri (Self Accomplishment) terkait dengan topik bimbingan “Aksiku Menggapai Mimpi “My Action”.

c. Kuesioner validasi efektivitas model (responden siswa)

Validasi efektivitas Implementasi Model Pendidikan Karakter Self Leadership melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning diukur melalui penilaian partisipan/siswa berbentuk pernyataan checklist with Guttman scale. Sugiyono (2013:141) menerangkan bahwa skala pengukuran tipe ini, akan menghasilkan jawaban tegas, yaitu “ya-tidak”, “benar-salah”, “positif-negatif”, dan lain-lain. Data yang diperoleh dapat berupa data interval atau rasio dikotomi (dua alternatif).

64

Biasanya, Guttman scale digunakan bila ingin mendapatkan jawaban yang tegas terhadap suatu permasalahan yang ditanyakan atau ingin diketahui oleh peneliti. Validasi efektivitas model dengan responden siswa digunakan untuk melihat efektivitas dari program yang dilaksanakan berdasarkan penilaian siswa. Kuesioner (disusun oleh Tim Penelitian Stranas) terlampir pada Lampiran 4.

d. Pedoman observasi

Pedoman observasi merupakan instrumen utama yang digunakan untuk mengumpulkan data proses dalam PTK. Observasi merupakan suatu pengamatan setiap kejadian yang sedang berlangsung, dengan maksud untuk mendapatkan informasi atau data tentang perilaku siswa sebagai pengaruh tindakan yang telah dilakukan (Sanjaya, 2009:86). Observasi dilakukan dengan menggunakan pedoman observasi.

Tabel 3.8 Pedoman Observasi

No Perilaku yang Diamati Frekuensi

1 Semangat mengikuti bimbingan 2 Aktif bertanya 3 Aktif Berpendapat 4 Gembira 5 Malu 6 Takut salah 7 Berani tampil

8 Ngobrol dengan teman 9 Mendengarkan orang lain 10 Inisiatif

11 Kerja sama 12 Tertawa 13 Fokus

65

e. Pedoman wawancara

Pedoman wawancara disusun untuk menelusuri lebih lanjut tentang hal-hal yang tidak dapat diketahui melalui observasi dan pengisian skala. Jenis wawancara yang digunakan dalam penilitian ini adalah wawancara tidak terstruktur. Menurut Sugiyono (2013: 197) wawancara tidak terstruktur adalah wawancara yang bebas di mana peneliti tidak menggunakan pedoman wawancara yang telah tersusun secara sistematis dan lengkap untuk pengumpulan datanya. Pedoman wawancara yang digunakan hanya berupa garis besar permasalahan yang akan ditanyakan Peneliti melakukan wawancara dengan siswa dan guru BK untuk mengetahui tanggapan mengenai kegiatan bimbingan yang dilaksanakan.

Tabel 3.9

Panduan Wawancara Siswa dan Guru

Siswa Guru

a. Apakah pendekatan experiential

learning dengan bentuk permainan,

melihat video, dan tugas individu dapat membantu Anda memahami karakter self leadership?

b. Manfaat apa saja yang Anda dapatkan setelah mengikuti bimbingan ini?

a. Bagaimana proses bimbingan yang dilakukan oleh peneliti?

b. Apakah experiential learning dengan bentuk permainan, melihat video, dan tugas individu dapat membantu Siswa memahami karakter self leadership melalui topik bimbingan yang

disampaikan?

F. Validitas dan Reliabilitas

Dokumen terkait