• Tidak ada hasil yang ditemukan

Peningkatan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning (penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Peningkatan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning (penelitian tindakan bimbingan dan konseling pada siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016)"

Copied!
196
0
0

Teks penuh

(1)PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PENINGKATAN KARAKTER SELF LEADERSHIP MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016) SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Bimbingan dan Konseling. Disusun oleh: Donald Ivantoro 131114041. PROGRAM STUDI BIMBINGAN DAN KONSELING JURUSAN ILMU PENDIDIKAN FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA YOGYAKARTA 2017 i.

(2) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ii.

(3) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. iii.

(4) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN MOTTO. “Lahir untuk berjuang” (St. Ignatius Loyola). “Bukan kuantitas tugas yang diturunkan, tetapi kualitas diri yang ditingkatkan”. “Diri adalah kekuatan utama untuk mengubah pribadi menjadi lebih baik”. iv.

(5) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. HALAMAN PERSEMBAHAN. Kupersembahkan karya ini untuk Tuhan Yesus Kristus Keluarga terkasih Almamater Sanata Dharma Pendidikan di Indonesia. v.

(6) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. PERNYATAAN KEASLIAN KARYA Saya menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang saya tulis ini tidak memuat karya atau bagian karya orang lain, kecuali yang telah disebutkan dalam daftar pustaka sebagaimana layaknya sebuah karya ilmiah.. Yogyakarta, 16 Januari 2017 Penulis. Donald Ivantoro. vi.

(7) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH UNTUK KEPENTINGAN AKADEMIS Yang bertanda tangan di bawah ini, saya mahasiswa Universitas Sanata Dharma Nama : Donald Ivantoro Nomor Mahasiswa : 131114041 Demi pengembangan ilmu pengetahuan, saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma karya ilmiah yang berjudul: PENINGKATAN KARAKTER SELF LEADERSHIP MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016) beserta perangkat yang diperlukan (bila ada). Dengan demikian saya memberikan Kepada Perpustakaan Universitas Sanata Dharma hak untuk menyimpan, mengalihkan dalam bentuk media lain, mengelolanya di internet atau media lain untuk kepentingan akademis tanpa perlu meminta izin dari saya maupun royalti kepada saya selama tetap mencantumkan nama saya sebagai peneliti.. Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya. Dibuat di Yogyakarta Pada tanggal 16 Januari 2017 Yang menyatakan. Donald Ivantoro. vii.

(8) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRAK PENINGKATAN KARAKTER SELF LEADERSHIP MELALUI LAYANAN BIMBINGAN KLASIKAL DENGAN PENDEKATAN EXPERIENTIAL LEARNING (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016) Donald Ivantoro Universitas Sanata Dharma Yogyakarta Penelitian ini bertujuan: 1) meningkatkan karakter self leadership siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016 melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning; 2) menganalisis peningkatan karakter self leadership antarsiklus pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal menggunakan pendekatan experiential learning; 3) mengukur signifikansi peningkatan karakter self leadership siswa sebelum dan sesudah mendapatkan layanan bimbingan, serta mengukur signifikansi peningkatan karakter self leadership siswa antarsiklus; 4) mengukur efektivitas layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning menurut penilaian siswa. Penelitian ini merupakan Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling (PTBK) yang terlaksana dalam tiga siklus. Setiap siklus dalam penelitian ini terlaksana dalam satu kali pertemuan. Subjek penelitian ini melibatkan 34 siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta tahun ajaran 2015/2016. Instrumen penelitian ini berupa Tes Karakter Self Leadership, Self Assesment Scale Karakter Self Leadership, skala validasi efektifitas model menurut siswa, pedoman wawancara, dan pedoman observasi. Koefisien reliabilitas dalam Tes Karakter Self Leadership (0,798) berkategori tinggi dan Self Assesment Scale Karakter Self Leadership (0.901) berkategori sangat tinggi diukur menggunakan teknik Alpha Cronbach. Teknik analisis data menggunakan kategorisasi capaian skor, one group pretest-posttest, dan Uji paired sample T-test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 1) berdasarkan hasil Tes Karakter Self Leadership terdapat peningkatan karakter self leadership antara sebelum dan sesudah tindakan; 2) berdasarkan hasil Self Assesment Scale Karakter Self Leadership terdapat peningkatan karakter self leadership antarsiklus; 3) ada peningkatan karakter self leadership yang signifikan antara sebelum dan sesudah tindakan (pv=0,001) dan antarsiklus (pv=0,000); 4) menurut siswa model ini sangat efektif meningkatan karakter self leadership. Kata kunci: pendidikan karakter, bimbingan klasikal, experiential learning, selfleadership. viii.

(9) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. ABSTRACT THE IMPROVEMENT OF SELF LEADERSHIP CHARACTER THROUGH CLASS GUIDANCE SERVICE USING THE EXPERIENTIAL LEARNING APPROACH (Action Research of Guidance and Counseling to Students of Class VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Academic Year 2015/2016) Donald Ivantoro Sanata Dharma University Yogyakarta This study aims to: 1) improve the character of self-leadership among the students of class VIII A of SMP BOPKRI 1 Yogyakarta academic year 2015/2016 through guidance services classical using the experiential learning approach; 2) analyze the development in self-leadership character between cycles in class VIII A of SMP BOPKRI 1 Yogyakarta in following the class guidance services using the experiential learning approach; 3) gauge the significance of the development in self leadership character among the students before and after getting guidance services, as well as measure the significance of the development of students selfleadership character; 4) measure the effectiveness of class guidance services the experiential learning approach according to students using perspective. This research is a Guidance and Counseling action research completed in three cycles. Each cycle in this research was accomplished in one meeting. The subjects of this study involved 34 students of class VIII A of SMP BOPKRI 1 Yogyakarta academic year 2015/2016. The instrument of this research was Self Leadership Character Test, Self Assessment Scale of Self-Leadership Character, validation scale of the effectiveness of the model according to the student, interview guidelines and observation guidelines. The reliability coefficient of the selfleadership character test was considered high (o,798) and self assesment scale for self-leadership character was categorized as very high (0,901) measured from the Cronbach’s alpha. The technique for data analysis used the category for score items, one group pretest-posttest, and paired sample T-test. The results shows that 1) based on the Self-leadership character test, there was a significant development of self-leadership character before and after the treatment; 2) based on the Self Assessment Scale of Self Leadership Character, there was development of self leadership characters between cycles; 3) there was a significant development of self-leadership character before and after the action (pv = 0,001) and between cycles (pv = 0,000); 4) in students perspective, this model is effective to develop the students self-leadership character. Keywords: pendidikan karakter, bimbingan klasikal, experiential learning, selfleadership. ix.

(10) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. KATA PENGANTAR Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Baik atas segala berkat dan bimbingan-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan tugas akhir dengan judul “Peningkatan Karakter Self Leadership Melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning (Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling pada Siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016)”. Selama penulisan tugas akhir ini, peneliti mendapatkan bantuan dari banyak pihak, maka peneliti ingin menyampaikan ucapan terimakasih kepada: 1.. Bapak Rohandi, Ph.D. selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma.. 2.. Bapak Dr. Gendon Barus, M.Si. selaku Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling serta Dosen Pembimbing Skripsi peneliti.. 3.. Bapak Juster Donal Sinaga, M.Pd. selaku Wakil Ketua Program Studi Bimbingan dan Konseling.. 4.. Para Dosen Program Studi Bimbingan dan Konseling: Ibu Indah, Bapak Budi, Ibu Hayu, Ibu Retno, Bapak Sinurat, dan Ibu Retha.. 5.. Mas Moko atas segala bantuan pelayanan administrasi di Program Studi Bimbingan dan Konseling.. 6.. Para Guru dan Siswa SMP BOPKRI 1 Yogyakarta atas peran serta dalam penelitian ini.. 7.. Orang Tua peneliti yang selalu memberikan dukungan doa dan penguatan kepada Peneliti. x.

(11) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8.. Adik peneliti yakni Estherina Dini Listyantari yang selalu memberikan dukungan doa.. 9.. Sahabat seperjuangan menyelesaikan skripsi: Yosep Yoga (sahabat ngeCamp Skripsi), Okdarina, Fransisca Ade, dan Rani Prihana yang selalu mendukung peneliti dalam menyelesaikan skripsi dengan diskusi bersama, teman main, teman ngeLPJ, Stella dan Nadet (mitra kolaborasi), serta Retno yang menyemangati peneliti sebelum ujian.. 10.. Sahabat-sahabat peneliti: Ira Felisia, Endo GP, Maria Septi, Chaesary Husna (Eki) dan Fatriyani yang selalu memberikan motivasi untuk segera menyelesaikan skripsi, teman main, teman jalan-jalan, teman diskusi, teman curhat.. 11.. Teman-teman angkatan 2013 yang juga selalu memberikan semangat dan saling menyemangati.. 12.. Cristian Ade Prasetia, Thomas Govanis, Alvin Alfian, dan Fatriyani teman satu tim PKM-M dan Tim PIMNAS 29.. 13.. Semua pihak yang telah membantu baik secara langsung maupun tidak langsung mulai dari proses penelitian hingga penyelesaian tugas akhir ini. Peneliti menantikan sumbang saran dari pembaca, sehingga penilitian ini. dapat menjadi lebih baik. Kiranya skripsi ini dapat memberikan manfaat bagi siapapun yang membaca. Yogyakarta, 16 Januari 2017 Peneliti. Donald Ivantoro xi.

(12) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL .............................................................................................. i HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ................................................. ii HALAMAN PENGESAHAN .............................................................................. iii HALAMAN MOTTO .......................................................................................... iv HALAMAN PERSEMBAHAN ............................................................................v HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ........................................ vi LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ........... vii ABSTRAK .......................................................................................................... viii ABSTRACT .......................................................................................................... ix KATA PENGANTAR ............................................................................................x DAFTAR ISI ........................................................................................................ xii DAFTAR TABEL ................................................................................................xv DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xvi DAFTAR GRAFIK ........................................................................................... xvii DAFTAR LAMPIRAN .................................................................................... xviii BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................1 A. Latar Belakang Masalah ..........................................................................1 B. Identifikasi Masalah ................................................................................6 C. Pembatasan Masalah................................................................................7 D. Rumusan Masalah ...................................................................................7 E. Tujuan Penelitian .....................................................................................8 F. Manfaat Penelitian ...................................................................................9 1. Manfaat Teoretis .................................................................................9 2. Manfaat Praktis ...................................................................................9 G. Definisi Istilah .......................................................................................10 1. Pendidikan Karakter .........................................................................10 2. Karakter Self leadership....................................................................10 3. Remaja ..............................................................................................10 4. Bimbingan Klasikal ..........................................................................11 5. Pendekatan Experiential Learning....................................................11 xii.

(13) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II KAJIAN PUSTAKA ...............................................................................12 A. Hakikat Pendidikan Karakter.................................................................12 1. Pengertian Karakter ..........................................................................12 2. Pengertian Pendidikan Karakter .......................................................13 3. Tujuan Pendidikan Karakter .............................................................14 4. Fungsi Pendidikan Karakter..............................................................15 5. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Karakter di Sekolah ....................16 6. Hambatan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP ..20 7. Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di SMP ................................20 8. Strategi Penyampaian Pendidikan Karakter Melalui Layanan Bimbingan dan Konseling ................................................................25 B. Hakikat Karakter Self Leadership..........................................................25 1. Pengertian Karakter Self Leadership ................................................25 2. Aspek-Aspek Karakter Self Leadership ............................................27 3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Self Leadership .....28 4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Karakter Self Leadership ........................................................................................29 C. Hakikat Remaja .....................................................................................29 1. Pengertian Remaja ............................................................................29 2. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sikap Remaja terhadap Pendidikan ........................................................................................30 3. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Menyimpang pada Remaja ..............................................................................................30 4. Tugas Perkembangan Remaja ...........................................................31 D. Hakikat Bimbingan Klasikal .................................................................34 1. Pengertian Bimbingan Klasikal ........................................................34 2. Tujuan Bimbingan Klasikal ..............................................................35 3. Manfaat Bimbingan Klasikal ............................................................36 4. Strategi Layanan Bimbingan Klasikal ..............................................37 E. Hakikat Experiential Learning ..............................................................38 1. Pengertian Experiential Learning .....................................................38 xiii.

(14) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning .......................................39 3. Tahapan Model Experiential Learning .............................................40 4. Aktivitas Inti dalam Experiential Learning ......................................43 5. Metode Khas Experiential Learning.................................................44 6. Kelebihan Pendekatan Experiential Learning ..................................46 F. Hasil Penelitian yang Relevan ...............................................................48 G. Kerangka Pikir .......................................................................................48 H. Hipotesis ................................................................................................50 BAB III METODE PENELITIAN .....................................................................51 A. Jenis dan Desain Penelitian ...................................................................51 B. Setting (Lokasi, Waktu, dan Mitra Penelitian) ......................................53 C. Subjek Penelitian ...................................................................................56 D. Jenis Tindakan dan Indikator Keberhasilan...........................................56 E. Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ............................................58 F. Validitas dan Reliabilitas .......................................................................65 G. Prosedur Penelitian ................................................................................70 H. Teknik Analisis Data .............................................................................77 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ....................................85 A. Hasil Penelitian ......................................................................................85 B. Pembahasan .........................................................................................110 BAB V PENUTUP ..............................................................................................116 A. Kesimpulan ..........................................................................................116 B. Keterbatasan Penelitian .......................................................................116 C. Saran ....................................................................................................117 DAFTAR PUSTAKA .........................................................................................119. xiv.

(15) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR TABEL Tabel 2.1 Tahapan Langkah Model Pembelajaran Experiential Learning............40 Tabel 3.1 Jadwal Kegiatan Bimbingan Klasikal ...................................................54 Tabel 3.2 Tugas Peneliti dan Kolaborator .............................................................56 Tabel 3.3 Subjek Penelitian ...................................................................................56 Tabel 3.4 Topik Bimbingan Per Siklus .................................................................57 Tabel 3.5 Indikator Keberhasilan Tindakan ..........................................................58 Tabel 3.6 Kisi-Kisi Self Assesment Scale Karakter Self Leadership ....................60 Tabel 3.7 Kisi-Kisi Tes Karakter Self Leadership ................................................62 Tabel 3.8 Pedoman Observasi ...............................................................................64 Tabel 3.9 Panduan Wawancara Siswa dan Guru ...................................................65 Tabel 3.10 Norma Kategori Reliability Statistics Guilford ...................................68 Tabel 3.11 Hasil Uji Reliabilitas Alat Tes Karakter Self Leadership dan Self Assesment Scale...................................................................................68 Tabel 3.12 Hasil Uji Normalitas Tes Karakter Self Leadership ............................70 Tabel 3.13 Tabel Norma Kategorisasi ...................................................................78 Tabel 3.14 Kriteria Kategorisasi Self Assesment Scale Karakter Self Leadership Siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 ............................................................................................80 Tabel 3.15 Kriteria Kategorisasi Tes Karakter Self Leadership Siswa Kelas VIIIA SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016 .....................81 Tabel.4.1 Distribusi Peningkatan Karakter Self Leadership Antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter .......................................98 Tabel. 4.2 Distribusi Peningkatan Karakter Self Leadership pada Setiap Siklus Implementasi Pendidikan Karakter ...................................................101 Tabel 4.3 Hasil Uji T-Test Peningkatan Karakter Self Leadership Antara Sebelum dan Sesudah Implementasi Pendidikan Karakter ..............................104 Tabel 4.4 Hasil Uji T-Test Peningkatan Karakter Self Leadership Antarsiklus.105 Tabel 4.5 Efektivitas Hasil Pendidikan Karakter Self Leadership Menurut Penilaian Siswa .....................................................................................107 xv.

(16) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GAMBAR Gambar 2.1 Siklus Model Experiential Learning ................................................41 Gambar 2.2 Kerangka Pikir ..................................................................................49 Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemis dan Mac Taggart ............................................................................................52 Gambar 3.2 Desain Prosedur Penelitian Tindakan Bimbingan dan Konseling ....71. xvi.

(17) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR GRAFIK Grafik. 4.1 Peningkatan Rata-Rata Skor Karakter Self Leadership Siswa Antara Pretest dan Posttest .............................................................................98 Grafik. 4.2 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Karakter SelfLeadership Antara Pretest dan Posttest ............................................100 Grafik. 4.3 Peningkatan Rata-Rata Skor Karakter Self Leadership Siswa Pada Setiap Siklus ......................................................................................102 Grafik. 4.4 Komposisi Sebaran Subjek Berdasarkan Capaian Skor Karakter SelfLeadership pada Setiap Siklus ..........................................................103 Grafik 4.5 Hasil Observasi Perilaku Siswa Setiap Siklus ...................................109. xvii.

(18) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Satuan Pelayanan Bimbingan .........................................................123 Lampiran 2 Alat Tes Karakter Self Leadership ..................................................148 Lampiran 3 Self Assesment Scale Karakter Self Leadership ..............................153 Lampiran 4 Instrumen Validasi Efektivitas Model (Responden Siswa) ............155 Lampiran 5 Panduan Observasi ..........................................................................157 Lampiran 6 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Tes Karakter Self Leadership ......157 Lampiran 7 Rekapitulasi Hasil Uji Validitas Self Assesment Scale ...................159 Lampiran 8 Hasil Uji Reliabilitas.......................................................................161 Lampiran 9 Hasil Uji Normalitas .......................................................................163 Lampiran 10 Hasil Uji Paired Simple T-Test berdasarkan Tes Karakter Self Leadership ....................................................................................166 Lampiran 11 Hasil Uji Paired Simple T-Test berdasarkan Self Assesment Scale .............................................................................................167 Lampiran 12 Tabulasi Data Penelitian ...............................................................169 Lampiran 13 Surat Izin Penelitian ......................................................................175 Lampiran 14 Daftar Hadir Siswa........................................................................177. xviii.

(19) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB I PENDAHULUAN Bab ini menguraikan latar belakang masalah, identifikasi masalah, pembatasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi istilah. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan karakter sedang gencar-gencarnya diimplementasikan oleh pemerintah dan masyarakat Indonesia. Muncul berbagai kemasan pendidikan karakter yang implementasinya berada di jenjang pendidikan anak usia dini (PAUD), sekolah dasar (SD), sekolah menengah (SMP/SMA) hingga jenjang perguruan tinggi (PT). Saat ini Character building menjadi trending topic di dunia pendidikan. Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia dalam sambutan Hari Kemerdekaan RI ke 71 tahun 2016 menegaskan: Saat ini tugas mendesak dunia pendidikan memastikan setiap anak Indonesia memiliki keterampilan yang dibutuhkan untuk menang di abad 21. Untuk itu, ada tiga hal yang mendesak yang harus dilakukan sesuai amanat Nawacita. Pertama, membekali anak-anak Indonesia dengan pendidikan karakter agar bisa beradaptasi pada lingkungan global yang dinamis dan beragam. Pendidikan karakter bukan hanya tugas sekolah, namun juga masyarakat dan keluarga…(Kemendikbud, 2016). Mengapa implementasi pendidikan karakter sangat penting? Tidak dapat disangkal bahwa pendidikan karakter sejak dulu hingga sekarang adalah persoalan bangsa yang besar dan penting. Pendidikan karakter di institusi pendidikan diharapkan dapat mengatasi krisis degradasi karakter atau moralitas anak bangsa dan dapat melahirkan generasi anak bangsa yang berkarakter atau bermoralitas baik dan utuh. Harapan itu sesuai dengan Undang-undang Nomor 1.

(20) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal 3 yang menegaskan bahwa pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk karakter serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa (Depdiknas, 2003). Munculnya pendidikan karakter dilatarbelakangi oleh gejala maraknya degradasi karakter atau moral anak bangsa yang semakin merosot. Kemerosotan moral dapat dilihat dari permasalahan nyata yang terjadi, seperti penyalahgunaan narkoba dan seks bebas di kalangan remaja. Secara nasional permasalahan narkoba dan seks bebas di Indonesia telah menimbulkan keprihatinan dan bencana besar. Data BNN (Badan Narkotika Nasional) menyatakan di Indonesia pengguna narkoba hingga November 2015 mencapai 5,9 juta orang. Angka itu meningkat drastis dari 4,2 juta di bulan Juni 2015. Pengguna narkoba tertinggi adalah remaja yakni kalangan pelajar dan mahasiswa (www.kompas.com). Permasalahan yang juga sangat memprihatinkan adalah seks bebas. Pernyataan Deputi Bidang Keluarga Berencana dan Kesehatan Reproduksi BKKBN Julianto Witjaksono yang dirilis pada tanggal 12 Agustus 2014 mengatakan jumlah remaja yang melakukan hubungan seks di luar nikah mengalami tren peningkatan. Berdasarkan catatan lembaganya, Julianto mengatakan 46 persen remaja Indonesia berusia 15-19 tahun sudah berhubungan seks. Data Sensus Nasional bahkan menunjukkan 48-51 persen perempuan hamil adalah remaja (www.bkkbn.go.id). Pengaruh teman atau kelompok bermain dituding menjadi penyebab utama remaja menggunakan narkoba maupun melakukan seks bebas. 2.

(21) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Fenomena yang lebih dekat dengan siswa SMP yaitu tawuran dan bolos sekolah. Data terbaru menunjukkan adanya tawuran antarpelajar di Cirebon pada Senin, 14 Maret 2016 (www.news.okezone.com). Dampak dari tawuran itu antara lain rusaknya fasilitas umum, membuat kemacetan jalan, dan terganggunya aktivitas warga. Para siswa yang seharusnya memiliki pendidikan yang baik, semakin terjebak pada aktivitas tidak bermanfaat bagi dirinya dan orang lain. Kasus siswa membolos juga masih saja terjadi di lingkungan sekolah. Saat jam pelajaran, bukannya mereka belajar dengan tekun di kelas, tetapi mereka justru menongkrong di warung internet, pusat game online, dan warung makan (burjo/angkringan). Tribun Jogja.com mengungkap bahwa ada 17 pelajar SMP terjaring razia yang dilaksanakan oleh gabungan Dinas Ketertiban Kota Yogyakarta bersama Dinas Pendidikan pada Senin, 22 Februari 2016 (www.jogja.tribunnews.com). Merujuk pada permasalahan itu Buchori (2007) mempertanyakan: Apa yang salah dengan pendidikan karakter kita? Pendidikan watak diformulasikan menjadi pelajaran agama, pelajaran kewar-ganegaraan, atau pelajaran budi pekerti, yang program utamanya ialah pengenalan nilai-nilai secara kognitif semata. Padahal, pen-didikan karakter seharusnya membawa peserta didik ke pengenalan nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengamalan nilai secara nyata. Permasalahannya adalah pendidikan karakter di sekolah, khususnya di SMP di seluruh tanah air selama ini baru menyentuh pada tingkatan pengenalan norma atau nilai-nilai, dan belum pada tingkatan internalisasi dan tindakan nyata dalam kehidupan sehari-hari (Suyanto, 2011:8). 3.

(22) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Pendidikan karakter terintegrasi sudah terlaksana mulai tahun 2010 hingga sekarang, tetapi hasilnya belum optimal dan banyak kendala. Kebijakan untuk memosisikan dan memfungsikan semua guru mata pelajaran sebagai “pengajar karakter” siswa di SMP tanpa melibatkan peran konselor sekolah saat ini masih harus terpaksa diterima sebagai realitas (Barus, 2015). Guru mata pelajaran menanamkan nilai karakter. masih cenderung pada tataran. kognitif/diceramahkan. Maka, mengoptimalkan peran guru BK/konselor sekolah sebagai pendidik karakter siswa adalah sebuah keharusan. Secara khusus peneliti melihat situasi nyata terkait permasalahan karakter di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. Hasil wawancara peneliti dengan guru bimbingan dan konseling (BK) mengungkap bahwa siswa tidak sepenuhnya dapat mengontrol atau memimpin dirinya sendiri. Siswa cenderung menjadi pengikut temannya. Sebagai contoh konkrit, siswa memilih ekstrakurikuler sekadar ikut teman tidak sesuai dengan minatnya, belum punya cita-cita, sering terlambat karena bangun kesiangan, membolos atau bahasa kekiniannya escape, lupa mengerjakan tugas, menunda tugas yang diberikan oleh guru, dan sering bermain hingga lupa belajar. Melihat dan menyadari hal itu, nilai karakter self leadership (kepemimpinan diri) perlu ditanamkan dalam diri setiap siswa. Self leadership adalah kemampuan diri seseorang dalam belajar untuk mengetahui dan berusaha memahami pribadi menjadi lebih baik, serta dapat mengendalikan dirinya. Oleh karena itu, siswa diajak untuk mengenal diri secara lebih mendalam, memahami. 4.

(23) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. tujuan hidup/cita-cita/mimpinya, dan cara menyusun strategi untuk meraih mimpi. Upaya yang dapat dilakukan adalah memberikan pelayanan pendidikan karakter.. Salah satu strategi efektif yang dapat digunakan yaitu layanan. bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. Layanan bimbingan klasikal merupakan pemberian informasi kepada siswa, sehingga layanan ini esensial untuk diimplementasikan di kelas. Guru BK tidak sekedar memberikan informasi, tetapi dapat menggunakan pendekatan experiential learning (belajar dari pengalaman) yang dikemas secara aktif, kreatif, menyenangkan, dan siswa dapat learning by doing. Layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning mampu membuat siswa belajar tidak hanya sekadar dalam tataran kognitif, tetapi juga afeksi, dan pengalaman nyata. Berdasarkan hal di atas peneliti melakukan penelitian tindakan bimbingan konseling bertujuan untuk meningkatkan karakter self leadership siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dengan mengangkat judul “Peningkatan Karakter Self Leadership Melalui Layanan Bimbingan Klasikal dengan Pendekatan Experiential Learning pada Siswa Kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta Tahun Ajaran 2015/2016)”.. 5.

(24) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. B. Identifikasi Masalah Berangkat dari latar belakang masalah di atas, dapat diidentifikasikan berbagai masalah sebagai berikut. 1.. Terjadi degradasi karakter atau moralitas anak bangsa di Indonesia.. 2.. Pengguna narkoba pada November 2015 mencapai 5,9 juta orang dengan jumlah pengguna tertinggi adalah remaja yakni kalangan pelajar dan mahasiswa.. 3.. Tahun 2014, 46 persen remaja Indonesia melakukan hubungan seks di luar nikah.. 4.. Siswa SMP di Cirebon tawuran pada Maret 2016.. 5.. Februari 2016, ditemukan 17 siswa di Yogyakarta membolos pada jam sekolah.. 6.. Pendidikan karakter terintegrasi khususnya di SMP masih terbatas pada tataran kognitif, belum mencapai tataran afektif dan pengalaman nilai secara nyata.. 7.. Beberapa siswa sering terlambat masuk sekolah, lupa mengerjakan tugas, dan mengantuk.. 8.. Siswa SMP BOPKRI 1 Yogyakarta kurang memiliki karakter self leadership.. 9.. Belum ada penelitian terkait peningkatan karakter self leadership di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. 6.

(25) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 10. Belum pernah diterapkan Pendidikan karakter berbasis layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning di SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. C. Pembatasan Masalah Penelitian ini difokuskan untuk menjawab masalah yang teridentifikasi di atas khususnya terkait dengan butir masalah 8, 9, dan 10 dengan mengkaji capaian karakter self leadership siswa SMP BOPKRI 1 Yogyakarta antara hasil pre-post test dan skor setiap siklus yang menunjukkan peningkatan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. D. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang penelitian ini, dirumuskan permasalahan yang menjadi fokus PTBK ini sebagai berikut. 1. Apakah karakter self leadership siswa dapat ditingkatkan melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta? 2. Seberapa tinggi peningkatan karakter self leadership antarsiklus dalam mengikuti. layanan. bimbingan. klasikal. menggunakan. pendekatan. experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta? 3. a. Apakah terdapat peningkatan karakter self leadership yang signifikan pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan. layanan. bimbingan. experiential learning? 7. klasikal. dengan. pendekatan.

(26) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. b. Apakah terdapat peningkatan karakter self leadership yang signifikan antarsiklus pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning? 4. Seberapa efektif layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter self leadership menurut penilaian siswa kelas VIII A SMP BOKPRI 1 Yogyakarta? E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan: 1. Meningkatkan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta. 2. Menganalisis peningkatan karakter self leadership antarsiklus pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta dalam mengikuti layanan bimbingan klasikal menggunakan pendekatan experiential learning. 3. a. Mengukur signifikansi peningkatan karakter self leadership pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta sebelum dan sesudah mendapatkan. layanan. bimbingan. klasikal. dengan. pendekatan. experiential learning. b. Mengukur signifikansi peningkatan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning antarsiklus pada siswa kelas VIII A SMP BOPKRI 1 Yogyakarta.. 8.

(27) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. Mengukur efektivitas layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter self leadership menurut penilaian siswa kelas VIII A SMP BOKPRI 1 Yogyakarta. F. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoretis Penelitian ini diharapkan mampu memberikan sumbangan pengetahuan dalam bidang kajian bimbingan dan konseling, khusunya mengenai peningkatan karakter self leadership melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning di Indonesia. 2. Manfaat Praktis a. Bagi kepala sekolah dan guru Hasil penelitian ini diharapkan menjadi tolok ukur yang dapat digunakan oleh sekolah untuk mengetahui, memahami dan melaksanakan program peningkatan karakter siswa melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning. b. Bagi siswa kelas VIII A SMP BOPRKI 1 Yogyakarta Penelitian ini dapat meningkatkan pemahaman karakter self leadership siswa, sehingga siswa mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari. c. Bagi peneliti Peneliti dapat mengetahui efektivitas model pendidikan karakter melalui layanan bimbingan klasikal dengan pendekatan experiential learning untuk meningkatkan karakter positif siswa di SMP. Selain itu peneliti 9.

(28) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. juga dapat berlatih mengaplikasikan prosedur penelitian tindakan bimbingan konseling di sekolah sebagai bekal peneliti di kemudian hari. d. Bagi peneliti lain Prosedur penelitian ini dapat digunakan oleh peneliti lain sebagai referensi dalam mengembangkan penelitian dengan topik peningkatan karakter positif di sekolah. G. Definisi Istilah 1. Pendidikan karakter adalah upaya-upaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. 2. Karakter self leadership adalah kemampuan dari dalam diri individu untuk memengaruhi, mengarahkan, mengawasi, dan memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan. 3. Remaja adalah masa perkembangan transisi dari anak ke masa dewasa awal, dimulai kira-kira usia 10-12 tahun dan berakhir usia 18-22 tahun. Remaja juga merupakan masa perkembangan sikap tergantung (dependence) terhadap orang tua ke arah kemandirian (independence), minat seksual, perenungan diri, perhatian terhadap diri, perhatian terhadap nilai-nilai estetika dan isu-isu moral.. 10.

(29) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. Bimbingan klasikal merupakan layanan pemberian informasi dalam bimbingan dan konseling berfokus pada optimalisasi perkembangan peserta didik di berbagai bidang bimbingan dengan situasi kelas/klasikal. 5. Pendekatan experiential learning suatu pendekatan yang dipusatkan pada pengalaman belajar siswa, dimana siswa harus mengalami aktivitas berupa permainan, sharing, refleksi, dan lain-lain, sehingga siswa mampu mengolah dan memaknai pengalamannya baik secara kognisi maupun afeksi. Siswa diharapkan mampu memaknai pengalamannya dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari.. 11.

(30) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. BAB II KAJIAN PUSTAKA Bab ini menguraikan tentang hakikat pendidikan karakter, hakikat karakter self leadership, hakikat remaja, hakikat bimbingan klasikal, hakikat experiential learning, hasil penelitian yang relevan, kerangka pikir dan hipotesis tindakan. A. Hakikat Pendidikan Karakter 1. Pengertian Karakter Mengawali kajian tentang permasalahan karakter perlu dijelaskan pengertian karakter. Berikut pengertian karakter menurut para ahli. Menurut Samani dan Hariyanto (2012:41), karakter dimaknai sebagai cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu untuk hidup dan bekerja sama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang dapat membuat keputusan. dan. siap. mempertanggungjawabkan. setiap. akibat. dari. keputusannya. Marzuki (2011:5) berpendapat bahwa karakter merupakan nilai-nilai perilaku manusia yang universal yang meliputi seluruh aktivitas manusia, baik dalam rangka berhubungan dengan Tuhan, dengan diri sendiri, dengan sesama manusia, maupun dengan lingkungan, yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. Lickona (2013) karakter merupakan sifat alami seseorang dalam merespon situasi secara bermoral. Sifat alami itu dimanifestasikan dalam. 12.

(31) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik, jujur, bertanggung jawab, menghormati orang lain, dan karakter mulia lainnya. Dari beberapa definisi di atas dapat disimpulkan bahwa karakter merupakan cara berpikir dan berperilaku yang khas tiap individu berdasarkan norma-norma agama, hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat, lalu dimanifestasikan dalam tindakan nyata melalui tingkah laku yang baik. 2. Pengertian Pendidikan Karakter Samani dan Hariyanto (2012:45) berpendapat bahwa pendidikan karakter adalah proses pemberian tuntunan kepada peserta didik untuk menjadi manusia seutuhnya yang berkarakter dalam dimensi hati, pikir, raga serta rasa dan karsa. Frye (Wibowo, 2013:13) mendefinisikan pendidikan karakter sebagai, “A national movement creating schools that foster ethical, responsible, and caring young people by modeling and teaching good character through an emphasis on universal values that we all share”. Sementara Kemendiknas (2010:8) mengungkapkan pendidikan karakter adalah pendidikan yang menanamkan dan mengembangkan karakterkarakter luhur kepada peserta didik, sehingga mereka memiliki karakter luhur itu, menerapkan dan mempraktikkan dalam kehidupannya, entah dalam keluarga, sebagai anggota masyarakat dan warga negara. Zubaedi (2012:17) pendidikan karakter dipahami sebagai upaya penanaman kecerdasan dalam berpikir, penghayatan dalam bentuk sikap, dan 13.

(32) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. pengalaman dalam bentuk perilaku yang sesuai dengan nilai-nilai luhur yang menjadi jati dirinya, diwujudkan dalam interaksi dengan Tuhan, diri sendiri, antarsesama, dan lingkungannya. Dari beberapa definisi di atas, pendidikan karakter adalah upayaupaya yang dirancang dan dilaksanakan secara sistematis untuk menanamkan nilai-nilai perilaku peserta didik yang berhubungan dengan Tuhan Yang Maha Esa, diri sendiri, sesama manusia, lingkungan, dan kebangsaan yang terwujud dalam pikiran, sikap, perasaan, perkataan, dan perbuatan berdasarkan norma-norma agama hukum, tata krama, budaya, dan adat istiadat. 3. Tujuan Pendidikan Karakter Kemendiknas (2010:3) mengatakan bahwa pendidikan karakter bertujuan mengembangkan nilai-nilai yang membentuk karakter bangsa yaitu Pancasila, meliputi: a. Mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik. b. Membangun bangsa yang berkarakter Pancasila. c. Mengembangkan potensi warganegara agar memiliki sikap percaya diri, bangga pada bangsa dan negaranya serta mencintai umat manusia. Tujuan pendidikan karakter menurut Zubaedi (2012) adalah sebagai berikut. a. Mengembangkan potensi afektif peserta didik sebagai manusia dan warga negara yang memiliki nilai-nilai karakter bangsa. 14.

(33) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. b. Mengembangkan kebiasaan dan perilaku peserta didik yang terpuji dan sejalan dengan nilai-nilai universal dan tradisi budaya bangsa yang religius. c. Menanamkan jiwa kepemimpinan dan tanggungjawab peserta didik sebagai generasi penerus bangsa. d. Mengembangkan kemampuan peserta didik menjadi manusia yang mandiri, kreatif, dan berwawasan kebangsaan. e. Mengembangkan lingkungan kehidupan sekolah sebagai lingkungan belajar yang aman, jujur, penuh kreativitas dan persahabatan, dan dengan rasa kebangsaan yang tinggi dan penuh kekuatan. 4. Fungsi Pendidikan Karakter Pendidikan karakter menurut Kemendiknas (2010:3) berfungsi: a. Membangun kehidupan kebangsaan yang multikultural. b. Membangun peradaban bangsa yang cerdas, berbudaya luhur, dan mampu berkontribusi terhadap pengembangan kehidupan umat manusia; mengembangkan potensi dasar agar berhati baik, berpikiran baik, dan berperilaku baik serta keteladanan baik. c. Membangun sikap warganegara yang cinta damai, kreatif, mandiri, dan mampu hidup berdampingan dengan bangsa lain dan media massa.. 15.

(34) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Menurut Zubaedi (2012) fungsi pendidikan karakter adalah sebagai berikut. a. Pendidikan karakter berfungsi membentuk dan mengembangkan potensi peserta didik agar berpikiran baik, berhati baik, dan berperilaku baik sesuai falsafah hidup Pancasila. b. Pendidikan karakter berfungsi memperbaiki dan memperkuat peran keluarga, satuan pendidikan, masyarakat, dan pemerintah untuk ikut berpartisipasi dan bertanggungjawab dalam pengembangan potensi warganegara dan pembangunan bangsa menuju bangsa yang maju, mandiri dan sejahtera. c. Pendidikan karakter berfungsi sebagai penyaring atau memilah budaya bangsa sendiri dan menyaring budaya bangsa lain yang tidak sesuai dengan nilai-nilai budaya dan karakter bangsa yang bermartabat. 5. Prinsip-Prinsip Dasar Pendidikan Karakter di Sekolah Koesoema (2007, 218-220) mengungkapkan bahwa pendidikan karakter di sekolah memerlukan prinsip-prinsip dasar yang mudah dimengerti dan dipahami oleh siswa dan setiap individu yang bekerja dalam lingkup pendidikan itu sendiri. Ada beberapa prinsip yang bisa dijadikan pedoman bagi promosi pendidikan karakter di sekolah yaitu: a. Karaktermu ditentukan oleh apa yang kamu lakukan, bukan apa yang kamu katakan atau kamu yakini. Prinsip ini ingin memberikan verifikasi konkret tentang karakter seorang individu dengan memberikan prioritas pada unsur psiko-motorik yang menggerakkan seseorang untuk 16.

(35) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. bertindak. Pemahaman, pengertian, keyakinan akan nilai secara objektif oleh seorang individu akan membantu mengarahkan individu tersebut pada sebuah keputusan berupa tindakan. Namun, verifikasi nyata sebuah perilaku berkarakter hanya bisa dilihat dari fenomena luar berupa perilaku dan tindakan. Jadi, perilaku berkarakter itu ditentukan oleh perbuatan, bukan melalui kata-kata seseorang. b. Setiap keputusan yang kamu ambil menentukan akan menjadi orang macam apa dirimu. Individu mengukuhkan karakter pribadinya melalui setiap keputusan yang diambilnya. Hanya dari keputusannya inilah seorang individu mendefinisikan karakternya sendiri. Oleh karena itu, karakter seseorang itu bersifat dinamis. Ia bukanlah kristalisasi pengalaman masa lalu, melainkan kesediaan setiap individu untuk terbuka dan melatihkan kebebasannya itu dalam membentuk jenis manusia macam apa dirinya itu melalui keputusan dalam hidupnya. Untuk inilah setiap keputusan menjadi semacam jalinan yang membingkai, membentuk jenis manusia macam apa yang diinginkannya. c. Karakter yang baik mengandaikan bahwa hal yang baik itu dilakukan dengan cara-cara yang baik, bahkan seandainya pun kamu harus membayar secara mahal, sebab mengandung risiko. Pribadi yang berproses membentuk dirinya menjadi manusia yang baik, juga akan memilih cara-cara yang baik bagi pembentukan dirinya. d. Jangan pernah mengambil perilaku buruk yang dilakukan oleh orang lain sebagai patokan bagi dirimu. Kamu dapat memilih patokan yang lebih 17.

(36) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. dari mereka. Tekanan sosial dan kelompok sebaya menjadi arena yang ramai bagi pergulatan pendidikan karakter di sekolah. Kultur nonedukatif yang berlangsung terus dalam sebuah lembaga pendidikan jika tidak segera diatasi akan menjadi standar perilaku bagi para siswa. Demikian juga tekanan kelompok sebaya sangat memengaruhi siswa dalam mengembangkan pendidikan karakter yang berguna bagi dirinya sendiri. Oleh karena itu, para guru dan pendidikan semestinya bisa menyadarkan anak-anak itu bahwa perilaku yang buruk bukanlah standar perilaku yang patut dicontoh, meskipun itu dilakukan oleh banyak siswa lain. e. Apa yang kamu lakukan itu memiliki makna dan transformatif. Seseorang individu bisa mengubah dunia. Para siswa perlu disadarkan bahwa setiap tindakan yang berkarakter, setiap tindakan yang bernilai dan setiap perilaku bermoral yang mereka lakukan memiliki makna dan bersifat transformatif. f. Bayaran bagi mereka yang memiliki karakter baik adalah bahwa kamu menjadi pribadi yang lebih baik, dan ini akan membuat dunia menjadi tempat yang lebih baik untuk dihuni. Setiap tindakan dan keputusan yang memiliki karakter membentuk seorang individu itu menjadi pribadi yang lebih baik. setiap kali kita membuat keputusan moral dan bertindak secara konsisten atas keputusan moral tersebut, kita mengukuhkan diri kita sebagai manusia yang baik.. 18.

(37) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Selain prinsip di atas, Kementerian Pendidikan Nasional (2010) menyatakan bahwa karakter harus didasarkan pada prinsip-prinsip sebagai berikut. a. Mempromosikan nilai-nilai dasar etika sebagai basis karakter; b. Mengidentifikasi karakter secara komprehensif supaya mencakup pemikiran, perasaan, dan perilaku; c. Menggunakan pendekatan yang tajam, proaktif dan efektif untuk membangun karakter; d. Menciptakan komunitas sekolah yang memiliki kepedulian; e. Memberi kesempatan kepada peserta didik untuk menunjukkan perilaku yang baik; f. Memiliki cakupan terhadap kurikulum yang bermakna dan menantang yang menghargai semua peserta didik, membangun karakter mereka, dan membantu mereka untuk sukses; g. Mengusahakan tumbuhnya motivasi diri pada para peserta didik; h. Memfungsikan seluruh staf sekolah sebagai komunitas moral yang berbagi tanggungjawab untuk pendidikan karakter dan setia pada nilai dasar yang sama; i. Adanya pembagian kepemimpinan moral dan dukungan luas dalam membangun inisiatif pendidikan karakter; j. Memfungsikan keluarga dan anggota masyarakat sebagai mitra dalam usaha membangun karakter;. 19.

(38) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. k. Mengevaluasi karakter sekolah, fungsi staf sekolah sebagai guru-guru karakter, dan manifestasi karakter positif dalam kehidupan peserta didik. 6. Hambatan Pelaksanaan Pendidikan Karakter Terintegrasi di SMP Barus (2010) mengemukakan bahwa berdasarkan data wawancara pada lima SMP, hambatan-hambatan umum yang dialami oleh SMP dalam pelaksanaan pendidikan karakter adalah: a. Pedoman pendidikan karakter dari Direktorat Pembinaan SMP (2010) tidak operasional; b. Integrasi nilai karakter melalui pembelajaran masih bersifat sekedar tempelan, sulit menerapkannya; c. Tidak tersedia alat dan cara evaluasi untuk mengukur ketercapaian karakter; d. Penanaman. nilai. karakter. masih. cenderung. pada. tataran. kognitif/diceramahkan; e. Komitmen dan konsistensi para guru dalam menjaga gawang karakter tidak selalu sama, cenderung rapuh; f. Belum tercipta kolaborasi yang baik antara para guru dan konselor/guru BK dalam implementasi pendidikan karakter. 7. Penyelenggaraan Pendidikan Karakter di SMP Berdasarkan pedoman pendidikan karakter Kementerian Pendidikan Nasional (2010), penyelenggaraan pendidikan karakter di SMP dilakukan secara terpadu melalui 3 (tiga) jalur yaitu: Pembelajaran, Manajemen. 20.

(39) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Sekolah, dan Kegiatan pembinaan kesiswaan. Langkah pendidikan karakter meliputi: Perancangan, Implementasi, Evaluasi, dan Tindak lanjut. a. Perancangan Beberapa hal yang perlu dilakukan dalam tahap penyusunan rancangan antara lain: 1) Mengidentifikasi jenis-jenis kegiatan di sekolah yang dapat merealisasikan pendidikan karakter, yaitu nilai-nilai/perilaku yang perlu dikuasai, dan direalisasikan peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. Dalam hal ini, program pendidikan karakter peserta didik direalisasikan dalam tiga kelompok kegiatan, yaitu: (a) terpadu dengan pembelajaran pada mata pelajaran, (b) terpadu dengan manajemen sekolah, (c) terpadu melalui kegiatan pembinaan kesiswaan. 2) Mengembangkan materi pendidikan karakter untuk setiap jenis kegiatan di sekolah. 3) Mengembangkan rancangan pelaksanaan setiap kegiatan di sekolah (tujuan, materi, fasilitas, jadwal, pengajar/fasilitator, pendekatan pelaksanaan, evaluasi). 4) Menyiapkan fasilitas pendukung pelaksanaan program pendidikan karakter di sekolah. Perencanaan kegiatan program pendidikan karakter di sekolah mengacu pada jenis-jenis kegiatan, yang setidaknya memuat unsurunsur: tujuan, sasaran kegiatan, substansi kegiatan, pelaksana kegiatan 21.

(40) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. dan pihak-pihak yang terkait, mekanisme pelaksanaan, keorganisasian, waktu dan tempat, serta fasilitas pendukung. b. Implementasi 1) Pembentukan karakter yang terpadu dengan pembelajaran pada semua mata pelajaran. Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman dan ketaqwaan) diimplementasikan dalam pembelajaran mata pelajaran yangt terkait, seperti Agama, PKn, IPS, IPA, Penjas Orkes, dan lain-lainnya. Hal ini dimulai dengan pengenalam nilai secara kognitif, penghayatan nilai secara afektif, dan akhirnya ke pengalaman nyata oleh peserta didik dalam kehidupan sehari-hari. 2) Pembentukan karakter yang terpadu dengan manajemen sekolah. Berbagai hal yang terkait dengan karakter (nilai-nilai, norma, iman dan lain-lain) diimplementasikan dalam aktivitas manajemen sekolah, seperti pengelolaan: siswa, regulasi/peraturan sekolah, sumber daya manusia, sarana dan prasarana, keuangan, perpustakaan, pembelajaran, penilaian, dan informasi, serta pengelolaan lainnya. 3) Pembentukan karakter yang terpadu dengan kegiatan pembinaan kesiswaan. Beberapa kegiatan pembinaan kesiswaan yang memuat pembentukan karakter antara lain: a) Olah raga (sepak bola, bola voli, bulu tangkis, tenis meja, dan lain-lain), 22.

(41) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. b) Keagamaan (baca alkitab, ibadah, dan lain-lain), c) Seni Budaya (menari, menyanyi, melukis, teater), d) KIR, e) Kepramukaan, f) OSIS, g) Palang Merah Remaja (PMR), h) Kesehatan, dan lain-lainnya c. Monitoring Monitoring merupakan serangkaian kegiatan untuk memantau proses pelaksanaan program pembinaan pendidikan karakter. Fokus kegiatan monitoring adalah pada kesesuaian proses pelaksanaan program pendidikan karakter berdasarkan tahapan atau prosedur yang telah ditetapkan. Evaluasi cenderung untuk mengetahui sejauh mana efektivitas program pendidikan karakter berdasarkan pencapaian tujuan yang telah ditentukan. Hasil monitoring digunakan sebagai umpan balik untuk menyempurnakan proses pelaksanaan program pendidikan karakter. Monitoring. dan. evaluasi. secara. umum. bertujuan. untuk. mengembangkan dan meningkatkan kualitas program pembinaan pendidikan karakter sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Secara rinci tujuan monitoring dan evaluasi pembentukan karakter adalah sebagai berikut.. 23.

(42) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 1) Melakukan pengamatan dan pembimbingan secara langsung keterlaksanaan program pendidikan karakter di sekolah. 2) Memperoleh gambaran mutu pendidikan karakter di sekolah secara umum. 3) Melihat kendala-kendala yang terjadi dalam pelaksanaan program dan mengidentifikasi masalah yang ada, dan selanjutnya mencari solusi yang komprehensif agar program pendidikan karakter dapat tercapai. 4) Mengumpulkan dan menganalisis data yang ditemukan di lapangan untuk menyusun rekomendasi terkait perbaikan pelaksanaan program pendidikan karakter ke depan. 5) Memberikan masukan kepada pihak yang memerlukan untuk bahan pembinaan dan peningkatan kualitas pembentukan karakter. 6) Mengetahui tingkat keberhasilan implementasi program pembinaan pendidikan karakter di sekolah. d. Tindak lanjut Hasil monitoring dan evaluasi dari implementasi program pembinaan pendidikan karakter digunakan sebagai acuan untuk menyempurnakan program, mencakup penyempurnaan rancangan, mekanisme pelaksanaan, dukungan fasilitas, sumber daya manusia, dan manajemen sekolah yang terkait dengan implementasi program (Kementerian Pendidikan Nasional, 2010).. 24.

(43) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 8. Strategi. Penyampaian. Pendidikan. Karakter. Melalui. Layanan. Bimbingan dan Konseling Strategi pendidikan karakter melalui pelayanan bimbingan dan konseling dapat dilakukan melalui: (a) Layanan Dasar; (b) Layanan Responsif; (c) Perencanaan Individual; (d) Dukungan Sistem. Strategi layanan dasar bimbingan merupakan pintu masuk bagi penyaluran pendidikan karakter melalui proses dan aktivitas bimbingan klasikal untuk membantu pemenuhan kebutuhan semua siswa terhadap penanaman nilainilai karakter. Perjumpaan interaktif di kelas antara konselor/guru BK dengan peserta didik secara rutin/terjadual sangat dibutuhkan dalam mana kesemapatan itu sangat berguna untuk memberikan layanan preventif dan pengembangan diri. Kehadiran konselor tidak dapat direduksi hanya sekadar untuk melaksanakan layanan konseling bagi peserta didik bermasalah (Rowley, 2005). B. Hakikat Karakter Self Leadership 1. Pengertian Karakter Self Leadership Dasar teori self leadership berasal dari teori belajar sosial dan teori kognitif sosial. Teori belajar sosial menjelaskan bagaimana seseorang dapat mempengaruhi kognisi, motivasi dan perilakunya. Teori kognitif sosial menjelaskan bahwa seseorang dan lingkungannya berinteraksi secara terusmenerus dan menimbulkan perilaku yang berasal dari motivasi dirinya.. 25.

(44) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Neck & Houghton (2006) mengungkapkan bahwa self leadership merupakan suatu kemampuan yang dimiliki individu untuk mempengaruhi, mengarahkan, mengawasi, dan memotivasi dirinya (pola pikir dan perilakunya) untuk mencapai tujuan yang diinginkan. Self leadership adalah gabungan dari aspek kognitif yang meliputi proses yang dilakukan untuk mempengaruhi dan memotivasi diri, dan aspek perilaku yang merupakan proses yang dilakukan untuk mengarahkan dan mengelola perilaku untuk mencapai tujuan yang diharapkan. Robbins (2006) berpendapat bahwa self leadership merupakan serangkaian proses yang digunakan untuk mengendalikan perilakunya sendiri. Asumsi dasar dibalik self leadership adalah individu dikatakan bertanggungjawab, dapat dan mampu membangun dan mengembangkan inisiatif, bila tanpa ada tekanan dari atas dan pihak eksternal, tetap terbangun kesadaran. untuk. melakukannya.. Mereka. dapat. memantau. dan. mengendalikan perilakunya sendiri. Berdasarkan beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa self leadership adalah kemampuan dari dalam diri individu untuk mempengaruhi, mengarahkan, mengawasi, dan memotivasi diri sendiri untuk mencapai tujuan yang diharapkan.. 26.

(45) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 2. Aspek-Aspek Karakter Self Leadership Connor (Musaheri, 2014) mengungkapkan aspek-aspek self leadership meliputi: a. Kesadaran Diri (Self Awarness) Pemahaman diri dapat dijadikan dasar untuk memperbaiki kinerja maupun untuk meningkatkan kepercayaan diri, dan pemahaman terhadap orang lain. Pemahaman diri mencakup evaluasi atau penilaian tentang nilai-nilai yang dianutnya, kelemahan dan kelebihannya, minat dan tujuan hidupnya. Ada beberapa cara yang bisa dilakukan antara lain adalah dengan melakukan umpan balik dari orang lain seperti bawahan, atasan, rekan sejawat, ataupun teman dan sahabat. Cara lain yang bisa dilakukan adalah dengan pengamatan terhadap reaksi orang-orang di sekitarnya yaitu dari sikap, ucapan, tindakan dalam berinteraksi dengan orang lain. b. Pengarahan Diri (Self direct) Mengarahkan diri menjadi salah satu modal membangun kepemimpinan diri. Mengarahkan diri ditujukkan dengan jelasnya tujuan individu, sehingga bisa memimpin diri menuju tujuan. Semakin jelas tujuan yang ingin diraih akan menjadi mudah untuk memimpin diri khususnya dalam mengarahkan dirinya sendiri ke arah tujuan yang ingin dicapai. c. Pengeelolaan Diri (Self Manage) Mengelola diri sendiri dengan baik mempermudah untuk mencapai tujuan. Bentuk pengelolaan diri adalah berupa menyusun tindakan-tindakan yang. 27.

(46) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. akan. dilakukan. dalam. skala. prioritas. beserta. jangka. waktu. penyelesaiannya. d. Penyelesaian Diri (Self Accomplishment) Bentuk dari penyelesaian diri sendiri berupa pelaksanaan dari perencanaan yang telah ditentukan sebelumnya. Individu mengidentifikasi sarana, prasarana yang sudah ada atau keterampilan-keterampilan yang diperlukan untuk melaksanakan rencana, dan hal ini menjadi bermakna dalam membangun kepemimpinan diri sendiri. 3. Karakteristik Individu yang Memiliki Karakter Self Leadership Rosiman (Musaheri, 2014) menyatakan bahwa karakteristik individu yang memiliki self leadership adalah: a. Individu dapat memahami diri secara terus menerus, melakukan permenungan potret diri/penilaian diri/self assesment (memahami kekurangan dan kelebihan yang ada dalam diri sendiri); mengenal diri dari orang lain dengan cara melakukan feedback (umpan balik), meminta masukan dan saran dari orang-orang yang sering berinteraksi. b. Individu mampu mengelola diri dengan menyusun tindakan-tindakan yang dilakukan dalam skala prioritas; membangun keyakinan dan komitmen tinggi. c. Individu melakukan pegembangan diri sebagai upaya pengembangan diri secara berkelanjutan, sangat penting maknanya bagi keberhasilan memimpin diri sendiri.. 28.

(47) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. 4. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perkembangan Karakter Self Leadership Ryan dan Deci (2000) mengungkapkan ada tiga faktor yang memengaruhi perkembangan karakter self leadership: a. Autonomy Autonomy adalah kebebasan yang dimiliki individu dalam melakukan sesuatu berdasarkan pilihannya sendiri yang mengacu pada hal yang dirasakan dan bersumber dari dirinya sendiri. b. Relatedness Relatedness adalah hubungan sosial atau relasi sosial individu dalam berinteraksi dengan individu lain dalam satu komunitas serta memiliki rasa saling membantu satu dengan yang lain. c. Competence Competence adalah kemampuan individu untuk menunjukkan apa yang dia bisa serta memberi dampak bagi diri sendiri maupun orang lain. C. Hakikat Remaja 1. Pengertian Remaja Remaja atau dikenal dengan istilah “adolescence”, berasal dari bahasa Latin “adolescere”. Istilah tersebut memiliki arti tumbuh menjadi dewasa atau dalam perkembangan menjadi dewasa. Remaja adalah masa perkembangan transisi dari anak ke masa dewasa awal, dimulai kira-kira usia 10-12 tahun dan berakhir usia 18-22 tahun (Santrock, 2012).. 29.

(48) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Masa remaja awal ditandai dengan masuknya anak pada masa pubertas. Masa pubertas adalah serangkaian dari periode perkembangan yang ditandai dengan kematangan fisik yang pesat, adanya perubahan hormonal dan tubuh seseorang (Santrock, 2012). 2.. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Sikap Remaja terhadap Pendidikan Jahja (2011: 224-225) menjelaskan faktor-faktor yang memengaruhi sikap remaja terhadap pendidikan yaitu sebagai berikut. a. Sikap teman sebaya: berorientasi sekolah atau kerja. b. Sikap orang tua: menganggap pendidikan sebagai batu loncatan ke arah mobilitas sosial atau hanya sebagai suatu kewajiban karena diharuskan oleh hukum. c. Nilai-nilai yang menunjukkan keberhasilan atau kegagalan akademis. d. Relevansi atau nilai praktis dari berbagai mata pelajaran. e. Sikap terhadap guru-guru, pegawai tata usaha, dan kebijaksanaan akademis serta disiplin. f. Keberhasilan dalam berbagai kegiatan ekstrakurikuler. g. Derajat dukungan sosial di antara teman-teman sekelas.. 3.. Faktor-Faktor yang Memengaruhi Perilaku Menyimpang pada Remaja Jahja (2011: 225) mengungkapkan faktor-faktor yang memengaruhi perilaku menyimpang pada remaja: a. Pergaulan negatif (teman bergaul yang sikap dan perilakunya kurang memerhatikan nilai-nilai moral). 30.

(49) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. b. Beredarnya film-film atau bacaan porno. c. Kurang dapat memanfaatkan waktu luang. d. Kehidupan moralitas masyarakat yang bobrok. e. Hidup menganggur. f. Kehidupan ekonomi keluarga yang morat-marit. g. Diperjualbelikannya minuman keras/obat-obatan terlarang secara bebas. h. Perceraian orang tua. i. Perselisihan atau konflik orang tua. j. Sikap perlakuan orang tua yang buruk terhadap anak. 4.. Tugas Perkembangan Remaja Gunarsa (2008) menjelaskan bahwa tugas perkembangan remaja adalah sebagai berikut. a. Menerima keadaan fisiknya Pada masa ini remaja mengalami berbagai macam perubahan fisik. Perubahan fisik berhubung dengan pertumbuhannya dan kematangan seksual. Pertumbuhan fisik menghasilkan panjang lengan dan tungkai maupun tinggi badan yang tidak selalu sesuai dengan harapan remaja maupun lingkungan. Perbedaan antara harapan remaja dan harapan lingkungan dengan keadaan fisik remaja, menimbulkan masalah bagi remaja, sehingga sulit baginya untuk menerima keadaan diri.. 31.

(50) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. b. Menemukan model untuk identifikasi Remaja pada masa ini sedang merenggangkan diri dari ikatan emosional dengan orang tuanya. Remaja sedang membongkar landasan hidup yang sudah diletakkan orang tua sepanjang hayat. Menurut E.H. Erikson pada masa ini remaja harus menemukan identitas diri. Ia harus memiliki gaya hidup sendiri yang bisa dikenal dan ajek walaupun mengalami berbagai macam perubahan. Masalah. yang. sering. timbul. dalam. menunaikan. tugas. perkembangan ini terletak pada “langkanya” tokoh identifikasi yang patut dijadikan model bagi remaja. Banyak tokoh diambil dari dunia perfilman yang menonjolkan kekerasan dan agresifitas. c. Mengetahui dan menerima kemampuan diri sendiri Pada masa ini terlihat juga perubahan dalam cara berpikir remaja yang menunjukkan bertambahnya minat remaja terhadap peristiwa yang tidak langsung dan hal-hal yang tidak konkret. Pikirannya menjangkau jauh ke masa depan, mengenai pilihan bidang pekerjaan, pilihan calon istri ataupun calon suami dan bentuk kehidupan masyarakat lainnya. Dirinya. sering dijadikan objek. pemikirannya,. sehingga. dapat. menghasilkan penilaian diri maupun kritik diri sendiri. Dari hasil refleksi diri akan diperoleh pengetahuan tentang diri dan kemampuannya. Mengingat arah perkembangannya ditujukkan terhadap masa dewasa dan kemungkinan-kemungkinan baginya, maka pertimbangannya berpusat. 32.

(51) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. pada kemampuan dan kesanggupan memanfaatkan kesempatan di kemudian hari. Dengan kemampuan berpikir abstrak remaja cenderung berpikir tentang kemungkinan-kemungkinan, sehingga sering menghadapi kenyataan yang berbeda atau bertentangan dengan kemungkinan yang dipikirkannya. Realitasnya remaja menjadi putus asa atau frustasi ketika apa yang diinginkan tidak tercapai. Untuk mencegah timbulnya perilaku yang menghambat perkembangan remaja, maka remaja perlu refleksi diri untuk mengetahui kemampuan, sejauh mana jangkauan kesanggupannya bisa mencapai kemungkinan dan kesempatan yang diperolehnya secara nyata, dan menerima apa yang didapatkannya sebagai hasil refleksi. d. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma Remaja sangat mudah terpengaruh oleh lingkungan luar dan dalam. Lingkungan luar dan pengaruhnya kadang-kadang perlu dihambat dan dicegah, supaya tidak terlalu besar perangsangannya terutama bila bersifat. negatif. Demikian pula lingkungan. dalam diri. yang. mempengaruhi munculnya perilaku yang tidak bisa ditoleransikan oleh umum. Remaja perlu penguasaan diri yang kuat dan memiliki skala nilai dan norma yang baik, sehingga perwujudan perilakunya menunjukan perilaku yang positif. Pengaruh lingkungan luar paling kuat adalah konformitas teman sebaya. Konformitas. dapat. terjadi. dalam. beberapa. bentuk. dan. mempengaruhi aspek-aspek kehidupan remaja. Konformitas (conformity) 33.

(52) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. muncul ketika individu meniru sikap atau tingkah laku orang lain dikarenakan tekanan yang nyata maupun yang dibayangkan oleh mereka. Tekanan untuk mengikuti teman sebaya menjadi sangat kuat pada masa remaja. Konformitas terhadap tekanan teman sebaya pada remaja dapat menjadi positif atau negatif. D. Hakikat Bimbingan Klasikal 1. Pengertian Bimbingan Klasikal Nurihsan (2011:23) menjelaskan bimbingan klasikal merupakan bantuan terhadap individu yang dilaksanakan dalam situasi kelompok besar (kelas). Bimbingan klasikal dapat berupa penyampaian informasi ataupun aktivitas kelompok membahas masalah-masalah pendidikan, pekerjaan, pribadi, dan sosial. Bimbingan klasikal merupakan cara yang efektif bagi guru BK dalam memberikan informasi dan atau orientasi kepada siswa tentang program layanan yang ada di sekolah, program pendidikan lanjutan, keterampilan belajar, selain ituu layanan bimbingan klasikal dapat digunakan sebagai layanan preventif (Farozin, 2012). Permendikbud nomor 111 tahun 2014 (Kemendikbud, 2014) menjelaskan bahwa bimbingan klasikal merupakan layanan. yang. dilaksanakan dalam seting kelas, diberikan kepada semua peserta didik, dalam bentuk tatap muka terjadwal dan rutin setiap kelas/perminggu. Layanan bimbingan klasikal tersebut berupa bimbingan pribadi, sosial, belajar dan karir.. 34.

(53) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Bimbingan klasikal merupakan kegiatan layanan yang diberikan kepada sejumlah peserta didik/konseli dalam satu rombongan belajar dan dilaksanakan di kelas dalam bentuk tatap muka antara guru bimbingan dan konseling atau konselor dengan peserta didik/konseli. Bimbingan klasikal merupakan salah satu strategi layanan dasar serta layanan peminatan dan perencanaan indivual pada komponen program bimbingan dan konseling. Bimbingan klasikal diberikan kepada semua peserta didik/konseli dan bersifat pengembangan, pencegahan, dan pemeliharaan (Ditjen GTK, 2016). Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa bimbingan klasikal adalah layanan pemberian informasi dalam bimbingan dan konseling berfokus pada optimalisasi perkembangan peserta didik di berbagai bidang bimbingan dengan situasi kelas/klasikal. 2. Tujuan Bimbingan Klasikal Suciati. (2005). mengungkapkan. bahwa. bimbingan. klasikal. digolongkan dalam beberapa tujuan sebagai berikut. a. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif berorientasi pada kemampuan berpikir mencakup kemampuan intelektual sederhana yakni mengingat sampai kemampuan memecahkan masalah. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek kognitif dari tingkatan paling rendah meliputi: pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, sintesis, dan evaluasi. b. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif berorientasi dengan perasaan, emosi, sistem nilai, dan sikap yang menunjukkan penerimaan 35.

(54) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. atau penolakan terhadap sesuatu. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek afektif dari tingkatan paling rendah meliputi: penerimaan, partisipasi, penentuan sikap, pembentukan organisasi sistem nilai dan pembentukan pola hidup. c. Tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor berorientasi kepada ketrampilan motorik yang berhubungan dengan anggota tubuh atau tindakan yang memerlukan koordinasi syaraf dan otot. Secara hirarkis tujuan bimbingan klasikal pada aspek psikomotor dari tingkatan paling rendah meliputi: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, gerakan terbiasa, gerakan kompleks, penyesuaian pola gerakan dan kreativitas. 3. Manfaat Bimbingan Klasikal Bimbingan. klasikal. merupakan. sarana. untuk. menunjang. perkembangan yang optimal bagi siswa. Siswa diharapkan dapat mengambil manfaat yang sebanyak mungkin dari pelayanan bimbingan klasikal. Manfaat bimbingan klasikal menurut Depdiknas (2004) antara lain sebagai berikut. a. Siswa semakin memahami dirinya sendiri seperti bakat, minat, sifat, sikap, kemampuan, kebiasaan, perasaan, tingkah laku dan lain sebagainya. b. Siswa semakin bersikap baik dan berhasil dalam proses bersosialisasi terhadap orang lain atau lingkungannya. c. Siswa semakin tertarik, termotivasi dan berminat untuk belajar, lebih giat sehingga hasil belajarnya menjadi baik. 36.

(55) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. d. Siswa semakin mampu menyelesaikan masalahnya dan mengambil keputusan sendiri dalam hidupnya, serta mampu merencanakan kegiatan-kegiatan yang berguna untuk pengembangan hidupnya. e. Siswa semakin mampu mengembangkan nilai dan sikap secara menyeluruh, serta perasaan sesuai dengan penerimaan diri. f. Siswa semakin mampu menerima dan memahami tingkah laku manusia. Siswa semakin mampu untuk mempersiapkan diri dalam menghadapi masa depannya. 4. Strategi Layanan Bimbingan Klasikal Bagian berikut disajikan Strategi layanan bimbingan klasikal yang dikemukakan oleh Romlah (2006): a. Ekspositori Ekspositori yaitu cara melaksanakan layanan dalam bimbingan klasikal maupun bimbingan kelompok, dengan menyampaikan informasi penjelasan kepada sekelompok konseli. Penyampaian informasi dapat diberikan secara lisan maupun bentuk tertulis. b. Diskusi Kelompok Diskusi kelompok dipandang sebagai jantungnya bimbingan klasikal. Sebab sebagian besar metode bimbingan kelompok menggunakan variasi teknik diskusi kelompok dalam proses pelaksanaannya. Kelebihan diskusi kelompok adalah siswa menjadi lebih aktif, sehingga tujuan layanan bisa lebih efektif, dapat melatih siswa 37.

(56) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. berkomunikasi dan interaksi secara efektif, dan siswa dapat berlatih menjadi pemimpin. c. Permainan Simulasi Permainan simulasi terdiri dari dua kata yaitu permainan dan simulasi. Permainan merupakan aktivitas yang dilakukan oleh dua orang atau lebih, mereka mengadakan pertemuan untuk mencapai tujuan tertentu, terdapat aturan dan batasan waktu. Sedang simulasi merupakan gabungan antara permainan dan simulasi , para pemain melakukan aktivitas simulasi dan mereka memperoleh balikan dari aktivitas permainan tersebut. Permainan simulasi merupakan salah satu jenis permainan yang digunakan untuk merefleksikan situasi yang terdapat dalam kehidupan nyata. Situasi yang diangkat dalam permainan dimodifikasi seperti disederhanakan, diambil sebagian ataupun dikeluarkan dari konteksnya. E. Hakikat Experiential Learning 1. Pengertian Experiential Learning Experiential learning adalah suatu proses belajar mengajar yang mengaktifkan. pembelajaran. untuk. membangun. pengetahuan. dan. keterampilan serta nilai-nilai juga sikap melalui pengalamannya secara langsung. Experiential learning ini lebih bermakna ketika pembelajar berperan serta dalam melakukan kegiatan (Nasution, 2005). Experiential learning merupakan sebuah model holistik dari proses pembelajaran di mana manusia belajar, tumbuh dan berkembang. 38.

(57) PLAGIAT MERUPAKAN TINDAKAN TIDAK TERPUJI. Penyebutan istilah experiential learning dilakukan untuk menekankan bahwa. experience. (pengalaman). berperan. penting. dalam. proses. pembelajaran dan membedakannya dari teori pembelajaran lainnya seperti teori pembelajaran kognitif ataupun behaviorisme (Kolb, 1984). Supratiknya (2011) memaparkan bahwa experiential learning merupakan student centered learning atau pembelajaran berpusat pada siswa. Pembelajaran semacam ini perlu keterlibatan pribadi yang tinggi dari pihak siswa. Siswalah yang harus aktif mengalami aktivitas, mengolah, memaknai, dan menafsirkan pengalaman. Jadi experiential learning adalah suatu pendekatan yang dipusatkan pada pengalaman belajar siswa, dimana siswa harus mengalami aktivitas tertentu, mengolah dan memaknai pengalamannya. Siswa diharapkan mampu memaknai pengalamannya dan mewujudkannya dalam kehidupan sehari-hari. Apabila proses ini telah dilalui memungkinkan siswa untuk belajar keterampilan baru, sikap baru atau bahkan cara berpikir baru. 2. Tujuan Pendekatan Experiential Learning Tujuan model pembelajaran experiential learning adalah untuk mempengaruhi siswa dengan tiga cara, yaitu mengubah struktur kognitif siswa, mengubah sikap siswa dan memperluas keterampilan yang telah ada pada siswa. Ketiga hal ini kemudian menjadi fokus pendekatan experiential learning (Baharuddin dan Wahyuni, 2010).. 39.

Gambar

Gambar 2.1 Siklus Model Experiential Learning ...............................................
Gambar 2.2 Kerangka Pikir
Gambar 3.1. Prosedur Penelitian Tindakan Kelas Model Kemis dan  Mac Taggart
Tabel 3.3  Subjek Penelitian
+6

Referensi

Dokumen terkait

Untuk  memperoleh  informasi  pencapaian  kinerja  pembinaan  glzl  masyarakat  secara  cepat,  akurat,  teratur  dan  berkelanjutanl,  perlu  dilaksanakan 

Arief Armai, 2002, Pengantar Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam, (Jakarta:..

PENGA:RUIICDNEMFATAN BEDERT{PA.iCX''S1V 'IERSA.DAPIOTJA AI,IRAN TURBUITNS PAI'A. RgYftouts N'oMDER

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui waktu kontak dan konsentrasi awal kromium ketika adsorpsi mencapai kesetimbangan serta untuk mengetahui pola isoterm

Agar dihadiri oleh Direktur perusahaan atau penerima kuasa Direktur dengan membawa data-data perusahaan yang asli sesuai dengan isian kualifikasi yang Saudara sampaikan pada

Maka persamaan garis dari Trendl ine akan dit unj ukkan dal am graf

• Kendaraan modern dirancang untuk perlindungan tabrakan bagi pejalan kaki. • Beberapa fitur yang dapat dijadikan pedoman bagi perlindungan pejalan kaki

[r]