• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik Fasilitasi dalam Situasi Sulit

Dalam dokumen MODUL 6 FASILITASI DALAM PENDAMPINGAN SOSIAL (Halaman 94-101)

BAB IV TEKNIK FASILITASI DALAM PENDAMPINGAN SOSIAL

C. TEKNIK FASILITASI DALAM PERTEMUAN

8. Teknik Fasilitasi dalam Situasi Sulit

Dalam melakukan fasilitasi pertemuan atau diskusi kelompok, fasilitator seringkali menemui situasi sulit. Pusdiklat JPPPIW (2017) mencontohkan situasi sulit yang mungkin ditemui sebagai berikut:

a. Terjadinya salah paham,

b. Warga mulai jemu, tegang, bingung dan jengkel, orang yang kesal sukar berpikir jernih,

c. Perhatian masyarakat menurun.

d. Sebagian peserta diskusi merasa terpaksa memimpin pembicaraan tanpa mereka tahu pemecahannya.

e. Ada yang tidak sabar ingin cepat pulang.

f. Ada pula yang jengkel tapi berusaha untuk tetap tenang.

Berperan selaku fasilitator yang memandu jalannya diskusi atau pertemuan, seorang pendamping tentu harus mengantisipasi berbagai situasi yang mungkin muncul. Selain harus memahami ragam karakter peserta pertemuan, pendamping harus mampu mengambil tindakan tertentu sesuai situasi sulit yang muncul.

Modul 6 Fasilitasi dalam Pendampingan Sosial 83 Tabel 4.3. Teknik pengambilan keputusan atau perumusan kesepakatan/kesimpulan Bersama

Cara Pengertian Kapan cara ini positif Kapan cara ini negatif

Self-authorization

Keputusan/kesimpulan satu orang dianggap sudah disepakati bersama

 Orang tersebut meng-ambil kesimpulan dengan tepat  Waktu terbatas  Kesimpulan tidak tepat  Orang tersebut mendominasi  Waktu masih ada

Plops

Kesimpulan seseorang tidak ditanggapi/ diterima peserta lain

 Bisa memicu diskusi lebih kritis

 Mematikan diskusi kalau orang lain segan untuk berargumentasi

Handclaps Keputusan/kesimpulan satu orang disambut/ didukung peserta lainnya dengan tepuk tangan

 Orang tersebut meng-ambil kesimpulan dengan tepat  Pengetahuan orang memperkaya diskusi  Kesimpulan tidak tepat

 Orang tersebut terlalu mendominasi

Baiting Seseorang mencoba mengambil kesimpulan untuk melontarkan gagasan dan berusaha meyakinkan peserta lain

 Orang tersebut mendorong proses diskusi kritis (cara ini perlu didorong

-

Majority rule Kesimpulan berdasarkan pendapat terbanyak peserta, bisanya melalui proses voting

-  Peserta kurang mendapat hikmah belajar (cara ini perlu dihindari)

Konsensus Kesimpulan langsung bersama peserta

 Ada proses diskusi yang memadai sebelum sepakat.

 Tidak ada proses diskusi.

Sumber: Tim Pe-PP (2007: 106, dengan perubahan)

Berikut adalah contoh-contoh situasi sulit yang diadaptasi dari Pusdiklat JPPPIW (2017: 70-73) dan bagaimana teknik untuk menanganinya:

a. Menangani peserta yang selalu bicara

Fasilitator sebaiknya tidak perlu berusaha mengendalikan peserta yang ingin bicara. Namun, upaya difokuskan untuk mendorong peserta lain yang pasif untuk berpartisipasi.

84 PELATIHAN DASAR PENDAMPINGAN SOSIAL

Ketika diskusi atau pertemuan sudah cukup lama atau materi yang cukup berat, wajar jika peserta menjadi Lelah dan jemu. Ketimbang meminta atau memaksa peserta untuk kembali fokus, lebih bagus ajak peserta untuk istirahat sejenak, minum kopi, atau dengan melakukan ice-breaking.

c. Menangani situasi rendahnya partisipasi peserta

Rendahnya partisipasi peserta mungkin disebabkan karena metode diskusi atau pembejalaran yang kurang sesuai atau kurang menarik. Lagi-lagi, daripada meminta peserta untuk berpartisipasi, fasilitator mengubah metode yang mampu membuat peserta aktif, missal dengan metode curah pendapat, diskusi kelompok kecil, presentasi kelompok, dan lain-lain.

Strategi dalam menjalankan diskusi agar peserta berpartisipasi untuk berdialog dan saling belajar adalah dengan cara membentuk (Anonim, tt.):

 Diskusi kelompok kecil;

 Diskusi kelompok berpindah; atau

 Diskusi pengelompokan ide dengan tahap: - Tahap 1: saling memahami

- Tahap 2: mengelompokkan - Tahap 3: memilih

d. Menangani ‘debat kusir’ antara dua peserta

Jika terjadi perdebatan yang tidak berkesudahan, hindari untuk berupaya menyelesaikan konflik tersebut. Sebaiknya berupaya untuk melibatkan peserta lain yang kurang aktif. Terkait hal yang menjadi perdebatan, jadikan tema tersebut menjadi masalah bersama, bukan hanya menjadi persoalan dua orang yang berkonflik tadi. Caranya, misalkan fasilitator melontarkan pertanyaan: “Siapa lagi yang punya pendapat tentang hal ini?” “Ada pendapat lain terkait masalah ini?”

e. Menangani peserta yang diam saja

Untuk peserta yang tampak ragu-ragu mengungkapkan pendapat, fasilitator bias memberinya kesempatan. Namun juga tidak terlalu sering dilakukan,

Modul 6 Fasilitasi dalam Pendampingan Sosial 85

karena malah akan merasa menjadi pusat perhatian. Fasilitator bisa juga menggunakan metode lain yang sekiranya dapat lebih memberi kesempatan kepada peserta yang diam saja.

f. Menangani peserta yang berbisik-bisik atau bersenda gurau

Sekali-kali perlu meminta peserta secara sopan atau dengan bercanda untuk fokus pada pertemuan/diskusi atau berlaku sewajarnya. Jika terus-terusan, bias jadi ada yang tidak pas dengan pertemuan atau pembelajaran.

 Mungkin topik yang dibahas kering dan membosankan?  Apakah peserta membutuhkan istirahat atau permainan?

 Atau mungkin peserta lebih menyukai metode lain, seperti diskusi dalam kelompok kecil?

g. Menangani keterlambatan para peserta

Fasilitator sebaiknya memulai pertemuan sesuai kesepakatan waktu. Sambil menunggu peserta datang, mulai lebih dulu dengan diskusi. Selanjutnya meminta kesepakatan dengan peserta yang sudah datang untuk menunda pertemuan dan memastikan berapa lama.

h. Menangani peserta yang mengulang-ulang pembicaraan

Peserta mengulang-ulang pendapat biasanya merasa pendapatnya belum dipahami atau belum diakomodir. Maka, ringkaslah penjelasannya atau parafrase pokok pendapatnya hingga dia merasa gagasannya sudah dimengerti.

i. Menangani peserta yang meributkan hal-hal ‘remeh-temeh’

Meminta atau menasehati peserta untuk tidak mempermasalahkan hal-hal yang remeh-temeh terkadang dinilai kurang bijak. Sebaiknya ajaklah peserta untuk kembali ke permasalahan pokok.

j. Menangani peserta yang sungkan karena kehadiran pejabat/orang penting Fasilitator dapat mencoba cara-cara berikut ini untuk mengatasi peserta yang sungkan:

 Berikan giliran pertama bicara kepada petinggi tersebut.  Gunakan metode diskusi kelompok kecil.

86 PELATIHAN DASAR PENDAMPINGAN SOSIAL

 Peserta dipersilakan untuk menuliskan pendapat/pikiran mereka di kertas masing masing.

 Kemudian minta mereka untuk membacakannya.

 Sediakan waktu untuk petinggi tersebut untuk mengungkapkan pikirannya.

k. Menangani gangguan dari luar

Gangguan dari luar bisa berupa kejadian-kejadian terkini yang menjadi bahan pembicaraan para peserta, sehingga dapat mengganggu konsentrasi mereka. Misal terkait pandemi Covid-19, soal pilkada, pilwu, dan lain-lain. Kurang baik juga jika fasilitator mengabaikan gangguan tersebut. Sebaiknya luangkan waktu sejenak untuk membicarakannya. Sesudah mereka merasa puas, ajak peserta untuk kembali ke topik pertemuan.

Sejumlah teknik fasilitasi yang diuraikan baik untuk pembelajaran atau pelatihan maupun untuk diskusi/pertemuan dan pengambilan keputusan tidak secara khusus hanya dipraktikkan untuk masing-masing konteks tersebut. Ada teknik-teknik atau prinsip-prinsip tertentu yang dapat digunakan untuk keduanya dengan penyesuaian tertentu, namun ada juga yang sifatnya spesifik.

Pertemuan atau diskusi biasanya memiliki tahapan umum berupa ungkap masalah, umpan balik, penyelesaian masalah, pengambilan keputusan, hingga rencana tindakan. Sedangkan untuk pertemuan dalam konteks pembelajaran, prinsip-prinsip penting dalam pembelajaran orang dewasa dirinci secara cukup detail yang dapat menjadi pegangan ketika mempraktikkan sejumlah teknik-teknik fasilitasi terkait pembelajaran.

Teknik-teknik fasilitasi yang bersifat dasar bagi para pendamping selaku fasilitator dalam pertemuan meliputi: teknik bertanya, mendengarkan aktif, komunikasi dialogis, fasilitasi diskusi terbuka, curah pendapat, chartwriting,

Modul 6 Fasilitasi dalam Pendampingan Sosial 87

penggunaan media dalam fasilitasi, teknik fasilitasi dalam pembuatan kesepakatan, dan teknik fasilitasi dalam situasi sulit. Teknik lain semacam komunikasi dialogis dapat dipelajari di modul lain yang terkait.

LK. 6.4. Praktik Teknik Fasilitasi dalam Pertemuan (90 menit)

Berikut adalah langkah-langkah untuk mempraktikkan sejumlah teknik fasilitasi dalam pertemuan kelompok/komunitas:

1. Peserta dibagi dalam 3 kelompok

2. Masing-masing kelompok mengambil 1 dari 4 tema berikut (bisa diundi): a. Tema 1: Fasilitasi pertemuan dan/atau diskusi

b. Tema 2: Proses perumusan kesepakatan

c. Tema 3: Peningkatan kapasitas melalui pembelajaran d. Tema 4: tema bebas

3. Setiap kelompok mendiskusikan pengalaman konkret di lapangan. Pilih salah 1 yang sesuai dengan tema yang dipilih, kemudian gali pengalaman tersebut. 4. Susun/kembangkan skenario dari kasus yang telah dibuat untuk melakukan

praktik fasilitasi dengan simulasi atau bermain peran (role playing).

5. Mendorong semua kelompok agar role play melibatkan seluruh anggota kelompok.

6. Masing-masing kelompok melakukan role play secara bergantian di depan 2 kelompok lain.

7. Kelompok yang tidak sedang tampil harus memperhatikan dengan saksama. 8. Seluruh anggota kelompok yang sedang tidak tampil memegang 2 lembar

FORM PENILAIAN SIMULASI/ROLE-PLAY (TABEL 4.4) untuk menilai performa dua kelompok lain yang tampil.

9. Debriefing hasil simulasi atau role play.

88 PELATIHAN DASAR PENDAMPINGAN SOSIAL

TABEL 4.4. FORM PENILAIAN SIMULASI/ROLE-PLAY

No.

ASPEK PENILAIAN

Skor penilaian (kata kunci) Penjelasan

1. Cara fasilitator mengatur posisi

duduk/tempat diskusi agar bisa mendukung proses partisipasi.

2. Cara fasilitator menyampaikan maksud dan tujuan belajar (apakah jelas dan bisa dipahami peserta).

3. Sistematika penjelasan fasilitator dalam mengantarkan pokok-pokok bahasan 4. Cara bertanya (apakah bersifat terbuka dan

mendorong diskusi peserta).

5. Fasilitator memberikan kesempatan bicara pada peserta secara merata.

6. Fasilitator mendorong peserta untuk mengajukan gagasan/pendapat. 7. Cara fasilitator mengatasi perbedaan

pendapat/kepentingan.

8. Netralitas fasilitator (tidak memihak, melainkan mendorong proses saling menghargai perbedaan pendapat). 9. Cara fasilitator merumuskan kesepakatan

(ketepatannya).

10. Fasilitator mengecek informasi dari seseorang kepada orang lain.

11. Fasilitator menggunakan bahasa yang mudah dimengerti peserta

12. Penguasaan fasilitator terhadap materi. 13. Keterampilan fasilitator dalam

menggunakan alat bantu/media.

14. Sikap tubuh fasilitator apakah sopan (sikap yang tidak sopan misalnya: berkacak pinggang).

15. Pengelolaan (manajemen) waktu yang tepat oleh fasilitator.

Modul 6 Fasilitasi dalam Pendampingan Sosial 89

1. Uraikan tahapan umum dalam pertemuan atau diskusi

2. Sebutkan 10 saja prinsip pembelajaran orang dewasa. Uraikan secara ringkas.

3. Apa yang Anda ketahui tentang aturan 20/40/80.

4. Dalama teknik mendengarkan secara aktif, ada keterampilan melakukan parafrase dan mirroring. Jelaskan keduanya dan bila perlu dengan contoh. 5. Sebutkan hal-hal yang sebaiknya dilakukan dan yang sebaiknya dihindari

dalam memfasilitasi curah pendapat.

6. Jelaskan tiga saja fungsi dari penggunaan media dalam pembelajaran.

7. Jelaskan teknik-teknik fasilitasi yang dibutuhkan dalam proses pengambilan keputusan atau pembuatan kesepakatan, khususnya pada tahap konvergen.

Apabila dapat menjawab lima dari tujuh pertanyaan dalam evaluasi di atas dengan benar, artinya Anda sudah memenuhi kriteria belajar tuntas. Jawaban dari sejumlah pertanyaan dalam evaluasi tersebut tidak secara khusus disertakan dalam modul ini, namun Anda dapat mengecek materi modul yang terkait dengan jawaban. Aka tetapi, jika masih belum yakin, Anda perlu melakukan pembelajaran ulang, khususnya pada bagian yang belum Anda kuasai.

Dalam pokok bahasan ke-3 ini hanya membahas sejumlah teknik fasilitasi dengan pertimbangan modul ini diperuntukkan bagi peserta pelatihan dasar. Namun demikian, jika Anda merasa sudah cukup menguasi modul ini, Anda dapat

G. EVALUASI

H. UMPAN BALIK DAN TINDAK LANJUT

Dalam dokumen MODUL 6 FASILITASI DALAM PENDAMPINGAN SOSIAL (Halaman 94-101)

Dokumen terkait