• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV E-LEARNING DAN JURNAL ELEKTRONIK PADA

A. Realitas Keberadaan Jurnal Elektronik di Fakultas Tarbiyah

Jurnal merupakan salah satu sumber referensi atau literatur bagi pelajar ataupun pengajar. Tidak hanya buku, di zaman sekarang ini, jurnal juga sangat berperan penting dalam pengembangan ilmu pengetahuan maupun kebutuhan informasi, baik jurnal cetak ataupun jurnal elektronik atau e-journal. Kampus atau universitas memiliki jurnal mereka masing-masing yang diterbitkan oleh pengelola jurnal di setiap universitas, baik dari pengembang jurnal kampus ataupun jurnal setiap fakultas atau jurusan. Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar sendiri memiliki situs yang bernama Rumah Jurnal yang berisikan puluhan jurnal dari setiap jurusan maupun fakultas.

1. Eksistensi Jurnal Elektronik di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan

Jurnal yang tersedia di UIN Alauddin Makassar dikelola langsung oleh pihak kampus, Fakultas Tarbiyah dan Keguruan juga memiliki jurnal elektronik yang dikembangkan oleh para pengelola jurnal yang ada di fakultas. Jurnal yang ada di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan merupakan satu sistem, yang juga disebut dengan rumah jurnal. Ada rumah jurnal universitas yang telah disebutkan pada paragraf sebelumnya, ada pula Rumah Jurnal Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, yang mempunyai kantor, fasilitas, sumber daya manusia (SDM) dan lainnya untuk

kemajuan. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Dr. Muljono Damopolii, M.Ag.

bahwa:

Jurnal yang ada di fakultas itu satu sistem, itulah sebabnya dinamakan rumah jurnal, ada rumah jurnal yang di universitas ada rumah jurnal Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, yang memiliki kantor, memiliki fasilitas, memiliki SDM dan lainnya untuk kemajuan jurnal.1

Keberadaan jurnal di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan saat ini memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan informasi dan akreditasi fakultas.

Ketika jurnal di fakultas berjumlah 16 jurnal, Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan mendapat reward dari Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, kemudian pada waktu itu terjadi penambahan dua jurnal lagi, di antaranya Edu Leadership yang dimiliki oleh jurusan Manajemen Pendidikan Islam (MPI) dan Jurnal Al Khidmah yang dimiliki oleh Komite Penjamin Mutu (KPM). Komite Penjamin Mutu (KPM) merupakan tim pengembang jurnal yang langsung dinaungi oleh Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Dilanjutkan oleh penuturan Bapak Dr.

Muljono Damopolii, M.Ag.:

Jurnal yang aktif di fakultas sebanyak 16 jurnal yang real, kemudian terjadi penambahan 2 jurnal, Edu Leadership yang dimiliki oleh prodi MPI kemudian yang kedua itu jurnal Al Khidmah yang dimiliki oleh Komite Penjaminan Mutu (KPM).2

Lanjut pembahasan keberadaan jurnal yang ada di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, terdapat 6 jurnal yang sedang dalam proses untuk terakreditasi. Pada saat ini, bisa dikatakan terjadi tsunami jurnal, yaitu tidak berimbangnya pemeriksa jurnal dengan jurnal yang harus diperiksa. Sebab sistem Sinta atau peringkatan jurnal mengalami perbaikan, kemudian banyak jurnal yang menunggu untuk terakreditasi

1Muljono Damopolii (56 Tahun), Editor in Chief Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 26 Juli 2021.

2Muljono Damopolii (56 Tahun), Editor in Chief Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 26 Juli 2021.

dan reviewer yang digunakan oleh fakultas tidak banyak, mengakibatkan banyak jurnal yang mengalami hambatan dalam akreditasi. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Dr. Muljono Damopolii, M.Ag. :

Di antara semua jurnal tersebut, terdapat 6 jurnal yang sedang on-going untuk terakreditasi. Akibat Sistem Sinta sedang dalam perbaikan, kemudian banyaknya jurnal yang mengantre untuk di akreditasi sementara reviewer nya tidak terlalu banyak sehingga akreditasi untuk jurnal tersebut mengalami sedikit hambatan.3

Terdapat lima di antara 18 jurnal tersebut sudah mendapatkan akreditasi Sinta 4, di antaranya Jurnal Biotek (Prodi Pendidikan Biologi), Jurnal Pendidikan Fisika (JPF) [Prodi Pendidikan Fisika], Idaarah: Jurnla Manajemen Pendidikan (Prodi Manajemen Pendidikan Islam), Jurnal Inspiratif Pendidikan (Prodi Pendidikan Agama Islam), dan Jurnal Shaut Al-Arabiyah (Prodi Pendidikan Bahasa Arab).

Kemudian terdapat Jurnal yang terakreditasi Sinta 3, di antaranya MaPan: Jurnal Matematika dan Pembelajaran (Prodi Pendidikan Matematika), AULADUNA:

Jurnal Pendidikan Dasar Islam (Prodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah), dan ETERNAL (Prodi Pendidikan Bahasa Inggris). Terdapat hanya 1 jurnal yang terakreditasi Sinta 2 yaitu Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Bapak Dr. Muljono Damopolii, M.Ag. menuturkan bahwa:

Berangkat dari jurnal yang telah mendapatkan Sinta, terdapat 4 jurnal yang sangat di apresiasi waktu itu dikarenakan banyak jurnal yang belum mendapatkan Sinta 3 sehingga diberikanlah reward dari Rektorat.4

Beliau kemudian melanjutkan:

Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Jurnal KHIDMAH dan Jurnal Al-Asfa tersebut merupakan jurnal yang dimiliki dan dikelola oleh

3Muljono Damopolii, (56 tahun) Editor in Chief Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 26 Juli 2021

4Muljono Damopolii, (56 tahun) Editor in Chief Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 26 Juli 2021

Fakultas Tarbiyah dan Keguruan. Jurnal Khidmah dan Jurnal AlAsfa dikelola oleh KPM. Untuk sekarang ini, para dosen dan pengembang jurnal berfokus kepada Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan agar dapat mencapai Sinta 1.5

Dari perkataan beliau, kita ketahui ada jurnal yang langsung dikelola oleh Fakultas Tarbiyah dan Keguruan, dengan dibentuknya sebuah komite yang berisikan para dosen dengan talenta di dunia jurnal, baik dari segi konten atau pun analisis.

Kemudian dari pengembang jurnal tersebut dikumpulkan kemudian diberi nama Komite Penjaminan Mutu (KPM) di lingkup fakultas.

Berangkat dari hasil wawancara tersebut, kita dapat memahami bahwa eksistensi atau keberadaan jurnal elektonik di Fakultas Tarbiyah dan Keguruan memiliki peran yang sangat penting sehingga, para dosen sekaligus pengelola jurnal melakukan kerja keras yang luar biasa agar jurnal yang ada tersebut bisa memberikan manfaat bagi banyak orang, baik sebagai bentuk informasi ataupun sebagai sumber pembelajaran bagi mahasiswa maupun dosen.

2. Sejarah terbentuk atau dibuatnya Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan

a. Sejarah

Dikutip dari situs Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, jurnal tersebut merupakan perubahan nama dari Lentera Akademika yang pertama kali terbit pada tahun 1997, kemudian pada tahun 2013 berubah nama menjadi Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan p-ISSN: 1979-3472;

e-ISSN: 2580-5223. Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan diterbitkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan Fakultas Tarbiyah dan

5Muljono Damopolii, (56 tahun) Editor in Chief Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 26 Juli 2021

Keguruan Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar berkerja sama dengan Konsorsium Dosen Fakulyas Tarbiyah dan Keguruan.6

Menurut sudut pandang Bapak Dr. Muljono Damopolii, M.Ag., beliau mengatakan awal mula dibuatnya jurnal bernama Jurnal Lentera Akademika. Bapak Dr. Muljono Damopolii, M.Ag. menjadi ketua pengelola jurnal tersebut pada tahun 1997 kemudian dikarenakan beliau ingin melanjutkan studi pendidikannya, beliau kemudian digantikan oleh Bapak Rusydi Tahir sebagai ketua pengelola jurnal Lentera Akademika. Sampai pada tahun 2006 beliau selesai menempuh pendidikan hingga pada tahun 2007, beliau kemudian diamanahkan oleh pimpinan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan untuk mengelola kembali Jurnal tersebut. Seperti yang diutarakan beliau:

Pada tahun 1997, jurnal ini awalnya bernama Lentera Akademika dengan saya sebagai ketua pengelolanya. Tetapi pada tahun tersebut, saya menempuh sekola atau pendidikan, sehingga pengelolanya diambil alih oleh Bapak Rusydi Tahir. Ketika tahun 2006 saya selesai melakukan pendidikan, di tahun 2007 pimpinan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan memberikan saya amanah untuk mengelola kembali Jurnal tersebut.7

Hal yang sama juga diutarakan oleh Bapak Dr. Shabir U., M.Ag. bahwa:

Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan itu merupakan cikal bakal dari lentera akademika, baik dari berdirinya hingga dikembangannya sampai sekarang, merupakan berasal dari nama lentera akademika. Perubahan itu terjadi dikarenakan penyesuaian nama.8

Jadi, dari perkataan Bapak Dr. Muljono Damopolii, M.Ag. dan Bapak Dr.

Shabir U., M.Ag. kita dapat memahami bahwa, awal mula dibuatnya Lentera

6Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, journal.uin-alauddin.ac.id (17 agustus 2021)

7Muljono Damopolii, (56 tahun) Editor in Chief Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 26 Juli 2021

8Shabir Umar, (54 tahun) Editor Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 16 Agustus 2021

Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pada tahun 1997, kemudian pada tahun 2007, terjadi perubahan nama menjadi Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dengan alasan penyesuaian nama pada jurnal. Pada waktu awal dibuatnya Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, memuat tulisan pada saat itu belum semudah di saat sekarang ini sehingga terbitnya tulisan-tulisan baru itu masih seadanya.

Tetap diterbitkan tetapi tidak konsisten, sedangkan aturan untuk menerbitkan tulisan baru pada jural berkisar pada enam bulan sekali pada akhir waktu enam bulan tersebut. Para dosen pengelola jurnal tersebut berusaha dengan sangat keras agar Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dapat berkembang dengan baik dan mendapatkan akreditasi yang baik pula, meskipun pada waktu itu sulit untuk dapat terakreditasi tidak seperti era digital saat ini.

Banyaknya waktu yang berlalu, mulai dari dibuatnya pada tahun 1997, pergantian para mengelola jurnal, kerja keras yang banyak dan melelahkan dilakukan untuk mengembangkan jurnal tersebut, hingga pada tahun 2018 Lentera Pendidikan:

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan resmi terakreditasi Sinta 2 dan pengunjung dari jurnal tersebut setiap harinya mencapai 500 orang lebih. Seperti yang diutarakan oleh Bapak Dr. Muljono Damopolii, M.Ag. bahwa:

Dengan panjangnya waktu yang berjalan, segala bentuk keringat dan dan darah yang dikeluarkan untuk mengembangkan jurnal tersebut agar dapat terakreditasi dengan baik, pada tahun 2018 Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan mencapai Sinta 2 dan juga pengunjungnya setiap hari bisa mencapai 500 orang lebih.9

9Muljono Damopolii, (56 tahun) Editor in Chief Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 26 Juli 2021

Dari penjelasan di atas, kita memahami bahwa dengan perkembangan yang terjadi, panjangnya waktu yang dilalui oleh para pengembang Lentera Pendidikan:

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, kerja keras yang dilakukan dan pengorbanan waktu agar jurnal tersebut berkembang dari tahun 1997 hingga pada 2018 akhirnya Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan pun mencapai Akreditasi Sinta 2. Tetapi tidak sampai di sana, pada pengelola jurnal tetap akan mengembangkan jurnal tersebut agar mencapai Sinta 1 atau terindeks Scopus.

b. Alasan dibuatnya

Awal mula dibuatnya jurnal yaitu sebagai sarana penyedia informasi bagi para dosen dan mahasiswa, kemudian yang menjadi latar belakang dikembangkannya hingga saat ini, pada tahun 1990-an isu tentang kewajiban dosen untuk menulis artikel di jurnal belum seperti saat sekarang ini yang di mana dosen diwajibkan untuk membuat artikel pada jurnal. Menurut undang-undang 12 tahun 2012 yang berisi tentang aturan pemerintah tentang perguruan tinggi pasa 1ayat 9 tentang Tridharma Perguruan Tinggi yang selanjurnya disebut dengan Tridharma adalah merupakan kewajiban perguruan tinggi untuk menyelenggarakan Pendidikan, Penelitian, dan Pengabdian kepada Masyarakat.10 Seperti yang diutarakan oleh Bapak Dr. Muljono Damopolii, M.Ag. adalah:

Latar belakang dibuatnya Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, pada tahun 1990-an isu tentang kewajiban dosen untuk menulis artikel di jurnal tidak seperi sekarang ini yang di mana dosen memiliki kewajiban untuk membuat artikel pada jurnal. Menurut Undang-undang, kewajiban dosen dalam aturan pemerintah disebut dengan Tridharma Perguruan Tinggi.11

10Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi Wilayah 8, lldikti8.ristekdikti.go.id (15 agustus 2021)

11Muljono Damopolii, (56 tahun) Editor in Chief Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 26 Juli 2021

Berdasarkan undang-undang yang telah disebutkan di mana dosen memiliki 3 kewajiban sesuai dengan Tridharma, dharma yang pertama tentang pendidikan dan pengajaran, dharma yang kedua itu tentang penelitian dan pengembangan, dan dharma yang ketiga yaitu tentang pengabdian kepada masyarakat seperti yang di muat dalam undang-undang 12 tahun 2012 pasal 1 ayat 9 sampai ayat 14. Kemudian Bapak Dr. Muljono Damopolii, M.Ag. melanjutkan

Akibat dari penelitian itu wajib dilakukan oleh dosen, aturan itu membuat dosen melakukan penelitian sehingga setiap penelitian didorong untuk menghasilkan publikasi.12

Dengan peraturan tersebut, diharapkan dapat mendorong para peneliti dan penulis agar menerbitkan tulisannya di Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Terkait dengan penelitian, Bapak Dr. Shabir U., M.Ag. juga berpendapat bahwa alasan dibuatnya Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan agar dapat menampung dan mengakomodir tulisan-tulisan hasil pemikiran para dosen, baik dari dosen Fakultas Tarbiyah, dosen fakultas lain di UIN Alauddin Makassar, atau bahkan para peneliti dari segala penjuru Indonesia. Seperti perkataan beliau:

Ada beberapa alasan dibuatnya Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, Pertama, mengakomodir tulisan-tulisan hasil pemikiran dan menelitian untuk dipublikasikan ke khalayak, makanya sepanjang sejarahnya setiap terbitan, ada dosen dari fakultas tarbiyah dan tidak semuanya dari dosen tarbiyah. Disebabkan cakupan jurnal yang luar, sehingga hampir seluruh wilayah indonesia , penulisnya mengajukan tulisan ke jurnal lentera.13

Kemudian, hal yang sejalan pula diutarakan oleh Ibu Andi Dian Angriani, S.Pd., M.Pd. bahwa Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan tidak

12Muljono Damopolii, (56 tahun) Editor in Chief Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 26 Juli 2021

13Shabir Umar, (54 tahun) Editor Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 16 Agustus 2021

hanya mengakomodir tulisan para dosen saja, melainkan para penulis dari kalangan mahasiswa. Selain itu pula, artikel-artikel yang diterbitkan pada jurnal dapat dijadikan referensi bagi khalayak umum, baik itu mahasiswa, mahasiswa dari Fakultas Tarbiyah dan Keguruan maupun dari fakultas lain UIN Alauddin Makasar, maupun seluruh mahasiswa dari berbagai daerah di Indonesia, kemudian agar dapat menjadikan Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dapat dijadikan referensi, baik itu penyusunan makalah, skripsi, tesis, bahkan disertasi:

Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan dibuat untuk mengakomodasi artikel-artikel dosen, mahasiswa, maupun peneliti untuk diterbitkan. Selain itu, artikel-artikel yang diterbitkan pada jurnal dapat dijadikan referensi bagi peneliti atau mahasiswa dalam menyusun hasil penelitian, baik menyusun skripsi, tesis, maupun disertasi, termasuk artikel ilmiah.14

Jadi, sesuai dengan yang diutarakan oleh para informan, bahwa alasan kemudian yang menjadikan latar belakang dibuatnya Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan karena adanya niat dari para pengelola jurnal, agar para peneliti dan para penulis artikel ilmiyah mendapatkan wadah agar tulisannya tersebut dapat terakomodir dengan baik di bawah naungan Lentera Pendidikan:

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan yang saat ini telah mencapai Akreditasi Sinta 2, menjadikan para peneliti semakin semangat dan berkeinginan untuk menerbitkan tulisan mereka ke dalam Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Kemudian alasan selanjutnya menurut jawaban informan dan pemahaman peneliti bahwa adanya kebutuhan dosen yang sangat penting atau bisa disebut sangat urgent pada saat itu untuk memiliki wadah yang dapat menaungi atau menampung tukisan-tulisan para dosen yang dalam jurnal untuk skala nasional. Sehingga, dharma

14Andi Dian Angriani, (34 tahun) Editor Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 16 Agustus 2021

yang kedua seperti yang diutarakan sebelumnya tentang kewajiabn dosen dalam melakukan sebuah penelitian dapat terealisasi dengan baik dikarenakan terdapat jurnal yang dapat menampung hal tersebut.

3. Eksistensi Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan a. Perbandingan Sebelum dan Sesudah Pandemi

\Tahun 2020 Indonesia menjadi salah satu negara yang terjangkit virus Covid-19, sehingga pada bulan Maret tahun 2020 pemerintahpun melakukan Lock Down secara massal di seluruh Indonesia. Menjadikan semua kegiatan yang sebelumnya dilakukan secara berkerumun, dilakukan semuanya di rumah masing-masing, termasuk dalam kegiatan belajar mengajar. Maka tentu banyak fitur-fitur atau informasi yang secara online pun meningkat secara signifikan, tidak luput dari akses ke jurnal elektronik termasuk Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Maka dari itu timbul perbandingan dari sebelum terjadinya pandemi sehingga pandemi sampai saat ini.

Pada tahun 2018 Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan mendapatkan akreditasi Sinta 3. Dengan demikian, popularitas jurnal tersebut memang sudah sangat tenar di kalangan para penulis dan pengguna jurnal. Ketika memasuki tahun 2020 akibat dari sebaran virus Covid-19 di Indonesia, segala macam bentuk akses online meningkat dengan drastis termasuk akses jurnal elektronik. Sebelum pandemi terjadi, kepopuleran Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sudah tinggi, ditambah masuknya era pandemi sampai saat ini, pengguna pada jurnal tersebut meningkat dengan sangat drastis. Bukan hanya pengguna, tetapi para penulis yang memasukan artikel mereka ke jurnal juga

semakin meningkat, bahkan mencapai 60-an. Seperti yang dikatakan oleh Bapak Dr.

Muljono Damopolii, M.Ag. bahwa:

Jika konteksnya sebelum era pandemi seperti saat sekarang ini, Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan itu sudah sangat berjaya sebelumnya, karena sebelum pandemi itu kita sudah terakreditasi Sinta 3.

Karena hal itu daya tarik dari jurnal tersebut semakin meningkat untuk para penulis-penulis artikel, sehingga pada tahun tersebut artikel yang masuk di jurnal itu sudah mencapai di atas 60-an.15

Kemudian beliau melanjutkan:

Ketika pandemi berlangsung, yang mengharuskan kita semua untuk melakukan segala bentuk aktifitas secara online, maka eksistensi dari Lentera Pendidikan:

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan menjadi sangat besar perkembangannya, naskah yang masuk sangat banyak, persyaratan atau standar dalam JLP itu dinaikkan.16

Jadi, jika kita memahami bahwa, baik sebelum pandemi berlangsung, kepopuleran Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan sudah besar dan banyak dikenal oleh kalangan penulis dan peneliti di beberapa fakultas bahkan tingkat kampus, ditambah ketika memasuku pandemi sepeti saat sekarang ini.

Seperti yang dikatakan oleh Bapak Dr. Shabir U., M.Ag.bahwa:

Sebenarnya perbandingannya tidak terlalu besar, tergantung dari aspek di mana kita melihat. Kalau aspek dari minat untuk memublikasikan tulisan, semenjak naiknya Sinta 2 semakin banyak peminat untuk memasukan tulisan mereka ke dalam jurnal, sehingga tulisan yang ditampung semakin banyak.17

Kemudian pendapat Ibu Andi Dian Angriani, S.Pd., M.Pd. sejalan dengan pendapat di atas bahwa:

Terkait peminat atau banyaknya penulis yang submit di Lentera Pendidikan, tidak ada perbedaan yang signifikan sebelum maupun saat pandemi Covid-19

15Muljono Damopolii, (56 tahun) Editor in Chief Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 26 Juli 2021

16Muljono Damopolii, (56 tahun) Editor in Chief Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 26 Juli 2021

17Shabir Umar, (54 tahun) Editor Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 16 Agustus 2021

seperti sekarang ini, tetap diminati dari berbagai kalangan, bahkan peminatnya bertambah banyak, sebab semuanya dilakukan secara online melalui OJS Lentera Pendidikan.18

Kita dapat memahami bahwa setelah memasuki era pandami seperti saat sekarang ini, eksistensi jurnal semakin meningkat, para penulis-penulis naskah yang memasukkan tulisannya ke jurnal semakin banyak, dan dengan perkembangan tersebut para pengelola jurnal meningkatkan persyaratan atau standar dalam Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Sejak tahun 2018 atau 2019 paska terakreditasi, dengan cara bertahap segala bentuk tulisan artikel yang dimasukan ke dalam Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan diharuskan menggunakan bahasa international atau bahasa Inggris dan bahasa Arab. Dapat dipahami, setelah pandemi berlangsung, standar dan eksistensi dari Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan meningkat secara signifikan.

Sejalan dengan yang dikatakan oleh Bapak Dr. Muljono Damopolii, M.Ag. bahwa:

Sejak tahun 2018 atau 2019 itu pasca terakreditasi secara bertahap, naskah-naskah yang diterbitkan ke dalam JLP itu harus dalam berbahasa inggris dan bahasa arab. Jadi setelah pandemi itu justru standar dari Lentera Pendidikan:

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, tetapi naskah yang masuk juga meningkat.19

b. Eksistensi untuk Kebutuhan Mahasiswa

Jurnal tidak luput dari eksistensinya untuk kebutuhan mahasiswa. Justru dengan adanya eksistensi dapat sangat membantu untuk kebutuhan mahasiswa baik dalam pengerjaan tugas, membuat makalah, sumber referensi, bahkan dalam menyelesaikan studi akhir pendidikan, baik dari jenjang sarjana, magister, dan

18Andi Dian Angriani, (34 tahun) Editor Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 16 Agustus 2021

19Muljono Damopolii, (56 tahun) Editor in Chief Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 26 Juli 2021

doktor. Sebab standar yang sangat tinggi, maka tulisan-tulisan mahasiswa yang di akomodasi itu pada umumnya level magister dan doktor untuk memuat tulisan mereka ke dalam jurnal letera pendidikan. Pada jenjang magister dan doktor sebelum melakukan ujian tutup, diwajibkan menulis artikel, tuntutan tersebut di PTKIN minimal telah terindeks Sinta 2 atau Sinta 1. Bapak Dr. Muljono Damopolii, M.Ag.

mengatakan bahwa:

Disebabkan standar yang sangat tinggi, maka tulisan-tulisan mahasiswa yang di akomodasi itu pada umumnya level magister dan doktor. Pada jenjang tersebut memang ada kewajiban untuk menulis artikel sebelum mereka melalukan ujian tutup untuk tesis dan promosi disertasi, tuntutan tersebut di PTKIN minimal terindeks Sinta 2 atau Sinta 1.20

Bagi mahasiswa jenjang sarjana, menulis sebuah artikel berbasis penelitian skripsi, regulasi yang mewajibkan mereka belum ada secara keseluruhan.

Dikarenakan kebijakan setiap fakultas bahkan universitas memiliki kebijakan-kebijakan berbeda dalam bentuk penyelesaian tugas akhir mahasiswa. Tetapi banyak dari beberapa mahasiswa mengajukan produk hasil skripsi itu adalah jurnal, terlebih ke Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan. Bapak Dr. Muljono Damopolii, M.Ag. kemudian melanjutkan :

Banyak mahasiswa-mahasiswa yang saya bimbing itu mengajukan produk dari hasil penelitian skripsi itu adalah jurnal. Tetapi, saya tidak ingat betul penelitian skripsi yang berujung kepada jurnal yang diterbitkan ke lentera pendidikan.21

Selanjutnya pendapat Bapak Dr. Shabir U., M.Ag. berbeda dengan pendapat sebelumnya. Beliau berpendapat bahwa potensi pemanfaatan Lentera Pendidikan:

Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan itu sangat besar, disebabkan informasi yang ada

20Muljono Damopolii, (56 tahun) Editor in Chief Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 26 Juli 2021

21Muljono Damopolii, (56 tahun) Editor in Chief Lentera Pendidikan: Jurnal Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, wawancara, 26 Juli 2021

Dokumen terkait