BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.5 Teknik Pengolahan Dan analisa data
3.5.5 Teknik Pengolahan Data dengan Software POM-QM
Pada prinsipnya untuk menyelesaikan masalah-masalah kuantitatif yang berhubungan dengan Riset Operasi dapat digunakan berbagai software analisis, diantaranya menggunakan software POM-QM.
Software ini memungkinkan perhitungan masalah pemrograman linear dengan variabel. Untuk menentukan nilai optimal dengan menggunakan POM-QM diperlukan beberapa syarat yaitu :
1. Memerlukan fungsi Objektif
Untuk syarat pertama fungsi objektif, yaitu tujuan. Dalam tujuan transportasi yaitu Minimize. Apabila kita memilih model transportasi fungsi
objektif akan memilih langsung minimize. Secara umum dapat dilihat pada gambar berikut:
Gambar 3.1 Fungsi Objektif Transportasi 2. Batasan atau kendala
Untuk syarat kedua setelah fungsi objektif selanjutnya adalah batasan atau kendala. Number of Sources ditentukan dengan mengetikkan angka pada kotak warna ungu atau mengklik tanda panah kiri dan kanan. Demikian juga dengan Number of Destinations. Secara umum dapat dilihat di gambar berikut:
Gambar 3.2 Sumber dan Tujuan Transportasi 3.6 Kerangka Metodologi Penelitian
Kerangka metodologi adalah rentetan kegiatan yang dilakukan selama kegiatan penelitian, secara garis besar diuraikan berdasarkan langkah-langkah yang dilakukan mulai dari permulaan sampai dengan akhir berupa kesimpulan maupun saran sebagai hasil dari pembuktian beberapa teori yang didapat. Adapun tahapan-tahapan yang dilakukan dalam metodologi penelitian dapat dilihat pada gambar 3.3 dibawah ini.
Dari kerangka metodologi penelitian dapat diketahui untuk kegiatan penelitian yang dimulai dari survey lapangan berupa interview untuk pengambilan data dari perusahaan dan observasi untuk pengamatan besarnya biaya dalam pengiriman barang dan ketepatan waktu pengiriman barang. Dilengkapi dengan studi literatur berupa buku dan skripsi yang berhubungan dengan judul.
Kemudian diidentifikasi masalah tersebut yaitu besarnya biaya pengiriman barang dan terjadi keterlambatan pengiriman barang. Dengan begitu dapat dirumuskan masalahnya dengan penerapan metode transportasi dan biaya pengiriman optimum. Lalu data dikumpulkan berupa data umum perusahaan dan jarak tempuh distribusi. Setelah data dikumpulkan rentetan selanjutnya yaitu pengolahan data berupa besarnya biaya dalam pengiriman barang dan pemilihan jalur terbaik.
Selanjutnya berupa analisis pengolahan data yaitu Metode pendekatan vogel untuk pemilihan jarak terbaik dalam pengiriman barang sampai tujuan tepat waktu dan metode stepping stone digunakan untuk optimalisasi biaya pengiriman barang. Setelah dianalisi, dapat disimpulkan dan diberi saran bagaimana pemilihan jarak terbaik dan biaya pengiriman barang optimum.
Gambar 3.3 Kerangka Metodologi Penelitian Mulai
Identifikasi Masalah 1. Biaya distribusi belum optimal.
2. Supply dan demand belum optimal.
3. Biaya distribusi belum optimal.
4. Supply dan demand belum optimal
5. Biaya distrubusi barang dari daerah sumber ke daerah tujuan.
6. Biaya distrubusi Oktober 2015 s/d September 2016
Mempelajari buku dan skripsi yang berhubungan dengan judul
BAB IV
PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA 4.1. Pengumpulan Data
Pengumpulan data merupakan tahap yang dilakukan sebelum pengolahan data dalam menentukan biaya distribusi. Adapun data yang akan dikumpulkan adalah data yang berkaitan dengan permasalahan yang disesuaikan. Data yang dikumpulkan yaitu data biaya distribusi herbisida bulan desember 2016, data jumlah supply dan data jumlah demand.
4.1.1 Data Biaya Distribusi, Supply Dan Demand
Data biaya distribusi perusahaan jumlah supply, jumlah demand dan biaya ongkos distribusi pada produk herbisida dapat dilihat pada tabel 4.1, 4.2 dan 4.3 di bawah ini :
Tabel 4.1
Biaya Distribusi Herbisida Oktober 2015 s/d September 2016
No TUJUAN BIAYA
1 DHARMASRAYA Rp. 15.000.000
2 KAYU ARO Rp. 16.800.000
Tabel 4.2
Jumlah Supply dan Demand
Sumber Tujuan Demand
Padang
Dari data jumlah supply, demand pada tabel 4.2 diatas bahwa supply dari Padang sebanyak 40.000 Kg dan Bukit Tinggi sebanyak 25.000 Kg, jumlah demand berbeda-beda ke setiap tujuan.
Tabel 4.3
Biaya Distribusi Dari Sumber Kesetiap Tujuan Biaya Distribusi / Kg Tujuan Padang Bukit Tinggi
Dan biaya distribusi setiap tujuan dihitung perkilogramnya. Dari data tersebut penulis mencoba untuk menghitung kembali biaya distribusi yang optimal. Maka data ini akan diolah dengan menggunakan model transportasi sehingga dapat mengoptimalkan biaya distribusi di bulan Juli 2017.
4.2. Teknik Pengolahan Data
Pengolahan data merupakan bagian penting dalam penelitian ini, karena dengan pengolahan data, data tersebut dapat diberi arti dan makna yang berguna dalam memecahkan masalah penelitian. Data yang telah didapatkan pada tahap diatas akan diolah terlebih dahulu sebelum mendapatkan tujuan penelitian yang diinginkan, berikut ini adalah pengolahan data yang akan dilakukan. Untuk mendapatkan solusi perbandingan dalam mengoptimalkan biaya distribusi produk herbisida berikut ini dilakukan beberapa metode pada model transportasi sebagai berikut :
1. Ada beberapa metode untuk mencari solusi layak dasar awal. Tiga metode yang dikenal yaitu :
a. Metode North-West Corner b. Metode Least Cost
c. Metode Aproksimasi Vogel
Tiga metode diatas penyelesaian untuk pengolahan data dengan solusi awal, dari ketiga metode tersebut diatas pada umumnya VAM mengurangi banyak iterasi yang diperlukan untuk mencapai solusi optimum, karena ia biasanya memberikan suatu solusi awal yang lebih baik dari pada kedua metode yang lain.
2. Setelah solusi layak dasar awal diperoleh, kemudian dilakukan perbaikan untuk mencapai solusi akhir atau optimum yaitu dengan menggunakan metode Stepping Stone.
3. Setelah pengolahan data dengan model transpotasi solusi awal dan solusi akhir telah dicapai maka sebagai pembanding menggunakan software POM-QM.
4.2.1 Pengolahan Data Untuk Solusi Awal a. Metode North-West Corner
Dalam melakukan pengolahan data dengan metode North West Corner.
Alokasi pertama dilakukan pada sel pojok kiri atas (barat laut) kemudian ke arah samping dan atau ke bawah selama masih ada sel yang masih memungkinkan untuk diisi. Cara ini dilakukan hingga semua kapasitas terpakai dan permintaan terpenuhi dapat dilihat pada tabel 4.4 dibawah ini.
Tabel 4.4
Metode North-West Corner
Solusi awal diperoleh dengan cara seperti berikut :
6. Sebanyak mungkin dialokasikan ke XPD Sesuai dengan aturan bahwa XPD adalah yang minimum di antara [5000,40.000], berarti XPD = 5000. Maka permintaan pada tujuan Dharmasraya terpenuhi. Sehingga menghilangkan kolom 1
7. Kemudian XPK = min [7000, 35.000] = 7000, yang menghilangkan kolom 2.
8. XPJ = min [9000, 28.000] = 9000 9. XPB = min [9000, 19.000] = 9000 10. XPB = min [7000, 10.000] = 7000
11. Pengalokasian XPT = 3000, maka permintaan pada tujuan 1 belum terpenuhi sebanyak 3000. Kotak di dekatnya, XBPT, dialokasikan sebanyak mungkin sesuai dengan XBPT, dialokasikan sebanyak mungkin sesuai dengan XBPT = min [3000, 25.000] = 3000. Ini menghilangkan kolom 1 pada langkah selanjutnya.
12. XBP = min [8000,22.000] = 8000.
13. XBdy = min [14.000,14.000] = 14.000
Perhatikan bahwa proses langkah tangga ini menghasilkan solusi awal dengan 9 =(2 + 8 – 1) variabel basis dan 7 variabel nonbasis (yaitu alokasi nol). Untuk alokasi ini, biaya transpor total adalah :
Z = (250x5000) + (200x7000) + (350x9000) + (300x9000) + (150x7000) + (200x3000) + (150x3000) + (250x8000) + (0x14.000) = 12.600.000.
Ini hanya solusi awal, sehingga tidak perlu optimum. Kenyataannya, dari tiga metode untuk memperoleh suatu solusi awal, metode ini adalah yang paling tidak efisien, karena ia tidak mempertimbangkan biaya transpor per unit dalam
membuat alokasi. Akibatnya, mungkin diperlukan beberapa iterasi solusi tambahan sebelum solusi optimum diperoleh.
Penambahan dummy dilakukan karena terjadi ketidaksamaan antara jumlah kapasitas gudang (supply) dengan jumlah kebutuhan Kecamatan (demand). Dalam tabel matriks transportasi 4.4, maka dapat diketahui bahwa jumlah persediaan (supply) sebanyak 65.000 kg lebih besar dibandingkan dengan jumlah permintaan (demand) sebanyak 51.000 kg. Hal ini disebut dengan model transportasi tidak seimbang. Agar model menjadi seimbang, perlu ditambahkan dengan kolom dummy yang ditugaskan untuk meminta tambahan selisih antara persediaan dan permintaan .
Supply ≥ demand → Supply = Dummy + demand 65.000 kg = Dj + 51.000 kg
65.000 kg – 51.000 kg = Dummy 14.000 kg = Dummy
Permintaan tambahan sebanyak 14.000 kg tersebut tidak akan dipasok, melainkan akan dialokasikan ke sebuah sel dalam kolom dummy. Biaya
transportasi sel-sel dalam kolom dummy ini bernilai nol (0), karena jumlah yang dialokasikan ke dalam sel-sel tersebut bukan jumlah yang benar-benar
dipindahkan tetapi jumlah yang permintaannya tidak terpenuhi. Penambahan sebuah baris atau kolom dummy ini tidak akan memengaruhi metode solusi awal atau metode untuk menentukan solusi optimal.
Berdasarkan tabel 4.4 di atas dapat dihitung biaya distribusi berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode North West Corner pada tabel 4.5 dibawah ini.
Tabel 4.5
Perhitungan Metode North-West Corner
No Supply dan Demand Kapasitas Biaya /Kg Total
1 Padang ke Dharmasraya 5000 250 Rp 1.250.000
2 Padang ke Kayu Aro 7000 200 Rp 1.400.000
3 Padang ke Jambi 9000 350 Rp 3.150.000
4 Padang ke Bengkulu 9000 300 Rp 2.700.000
5 Padang ke Pasaman Barat 7000 150 Rp 1.050.000
6 Padang ke Pasaman Timur 3000 200 Rp 600.000
7 Bukit Tinggi ke Pasaman Timur 3000 150 Rp 450.000
8 Bukit Tinggi ke Pekan Baru 8000 250 Rp 2.000.000
Rp 12.600.000 Rp 12.600.000 x 12 bulan = Rp. 151.200.000
Dengan menggunakan metode North West Corner, total biaya distribusi PT. Bina Agro Nusantara ke seluruh tujuan perbulannya yaitu Rp. 12.600.000.
Sehingga ada peningkatan biaya distribusi dalam satu tahun sebesar Rp.
151.200.000, dibandingkan biaya distribusi yang dilakukan perusahaan Rp 149.400.000. Maka Adanya peningkatan biaya distribusi setelah dilakukan perhitungan dengan metode North West Corner sebesar Rp. 1.800.000.
b. Metode Least Cost
Metode Least Cost berusaha mencapai tujuan minimasi biaya dengan alokasi sistematik pada sel biaya yang paling kecil. Hingga seluruh kapasitas terpakai dan seluruh permintaan terpenuhi, perhitungan metode least cost dapat dilihat pada tabel 4.6 sebagai berikut.
Tabel 4.6 Metode Least Cost
Langkah-langkah pemecahan adalah sebagai berikut; XPPB , XBPB dan XBPT adalah variabel-variabel yang berkaitan dengan biaya unit terkecil (CPPB =CBPB = CBPT= 0). Dengan memilih secara sembarang, dipilih XPPB. Unit penawaran dan permintaan yang bersangkutan memberikan XPPB = 7000, yang memenuhi kolom Pasaman Barat. Dengan menyilang kolom Pasaman Barat, penawaran yang tersisa di baris Padang adalah 33.000. Kemudian, XBPT memiliki biaya unit terkecil yang belum disilang. Jadi XBPT = 6000 memenuhi kolom Pasaman Timur. Dengan menyilang kolom Pasaman Timur, penawaran dalam baris Bukit Tinggi adalah 19.000. Elemen berbiaya terkecil yang belum disilang adalah CBD dan CPK yaitu 200. Dipilih XPK = 7000, yang menyilang kolom Kayu Aro, penawaran dalam
baris Padang adalah 26.000 . Kemudian, XBD = 5000, yang menyilang kolom Dharmasraya. Penawaran dalam baris Bukit Tinggi adalah 14.000. Variabel terkecil selanjutnya yaitu XBP = 8000. Penawaran dalam baris Bukit Tinggi adalah 6000. selanjutnya XPB = 9000, penawaran dalam baris Padang adalah 17.000. XBJ
= 6000 dan XPJ =3000, Karena baris penawaran Bukit Tinggi telah tercukupi permintaan pada kolom jambi harus dibagi ke baris Padang. XPdy= 14.000 untuk mengisi penawaran pada baris Padang. Lalu biaya total yang berkaitan dengan pemecahan ini adalah 7000 x 200 + 3000 x 350 + 9000 x 300 + 7000 x 150 + 14.000 x 0 + 5000 x 200 + 6000 x 300 + 6000 x 150 + 8000 x 250= 11.900.000 yang adalah lebih baik (lebih rendah) daripada yang diperoleh dengan metode sudut barat laut.
Berdasarkan tabel 4.6 di atas dapat dihitung biaya distribusi berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode Least Cost pada tabel 4.7 dibawah ini.
Tabel 4.7
Perhitungan Metode Least Cost No Supply dan Demand Kapasitas
Biaya
5 Bukit Tinggi ke Dharmasaraya 5000 200 Rp1.000.000
6 Bukit Tinggi ke Jambi 6000 300 Rp1.800.000
7 Bukit Tinggi ke Pasaman Timur 6000 150 Rp900.000
8 Bukit Tinggi ke Pekan Baru 8000 250 Rp2.000.000
Rp11.900.000
Rp 11.900.000 x 12 bulan = RP. 142.800.000
Dengan menggunakan metode least cost, total biaya distribusi PT. Bina Agro Nusantara ke seluruh tujuan perbulannya sehingga terjadi penurunan biaya distribusi sebesar Rp.11.900.000. Biaya distribusi yang dihitung dengan metode least cost hampir mencapai titik optimal sebesar Rp. 142.800.000 dalam satu tahun, jika dibandingkan biaya distribusi yang dihitung dengan metode north west corner Rp. 151.200.000 dan biaya distribusi yang dilakukan perusahaan sebesar Rp 149.400.000. Sehingga penghematan biaya distribusi metode least cost dengan north west corner sebesar Rp. 8.400.000 dan penghematan biaya distribusi metode least cost dengan biaya yang dilakukan perusahaan sebesar Rp. 6.600.000.
c. Metode Vogel
Metode ini merupakan sebuah heuristik dan biasanya memberikan pemecahan awal yang lebih baik dari pada sudut barat laut atau metode least cost.
Pada kenyataannya, vogel umumnya menghasilkan pemecahan awal yang optimum, atau dekat dengan optimum dapat dilihat pada tabel 4.8 sebagai berikut.
Tabel 4.8 Metode Vogel
Dalam menggunakan metode vogel langkah pertama yang harus dilakukan adalah menentukan penalty baris dan kolom dengan cara mengurangi biaya terkecil kedua dengan biaya terkecil pertama seperti (CPPt 200– CPPb 150) = 50.
Hasil penalty yang didapat baik dikolom maupun dibaris berjumlah 50 maka dipilh secara sembarang pada demand yang paling besar kemudian dialokasikan untuk memenuhi permintaan yang dibatasi oleh penawaran. Berdasarkan tabel 4.8 di atas dapat dihitung biaya distribusi berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode Vogel pada tabel 4.9 dibawah ini.
Tabel 4.9
Dengan menggunakan metode vogel, total biaya distribusi PT. Bina Agro Nusantara ke seluruh tujuan perbulannya sama dengan metode least cost yaitu Rp. 11.900.000. Maka dalam setahun perusahaan mengeluarkan biaya distribusi Rp. 142.800.000. Hasil perhitungan dengan metode vogel, akhir dari perhutungan
solusi awal dan akan dilanjutkan dengan melakukan perhitungan solusi akhir menggunakan metode stepping stone.
4.2.2 Pengolahan Data Untuk Solusi Akhir Dengan Metode Stepping Stone Setelah solusi awal diperoleh dari maslah transportasi, langkah berikutnya adalah menekan kebawah biaya transportasi dengan memasukan variabel nonbasis yaitu alokasi barang ke kotak kosong ke dalam solusi. Proses evaluasi variabel nonbasis yang memungkinkan terjadinya perbaikan solusi dan kemudian mengalokasikan kembali dinamakan metode stepping stone. Dengan menggunakan solusi awal yang diperoleh melalui metode north west corner yang belum optimal.
Tabel 4.10 Stepping Stone
Variabel basis : XPD, XPK, XPJ, XPB, XPPb, XPPt, XBPt, XBP, Variabel Non Basis : XPP, XBD, XBK, XBJ, XBB, XBPb
Ongkos Transpor Awal : (5000x250) + (7000x200) + (9000x350) + (9000x300) + (7000x150) + (3000x200) + (3000x150) + (8000x250) + (14.000x0) = 12.600.000
Perhitungan looping
PP = +CPP –CBP +CBPt –CPPt = +300-250+150-200 = 0 Pdy = +0 -0 +250 -300 = -50
BD = +200 -250 +200 -150 = 0 BK = +250 -200 + 200 -150 = 100 BJ = +300 -350 + 200 -150 = 0 BB = +350 -300 + 200 -150 = 100 BPb = +150 -150 + 200 -150 =50
Dengan memperhatikan tabel 4.10 di atas, dapat diketahui hasil perhitungan looping anlisis biaya semua variabel non basis, hanya Padang–
Dummy yang memiliki perubahan biaya negatif yaitu -50, sehingga padang–
Dummy adalah satu-satunya variabel non basis dengan nilai biaya negatif, yang jika dimasukkan akan menurunkan biaya. Kemudian dihasilkan tabel 4.11 di bawah ini :
Tabel 4.11
Hasil Akhir Stepping Stone
Berdasarkan tabel 4.11 di atas dapat dihitung biaya distribusi berdasarkan hasil pengolahan data dengan metode Stepping Stone pada tabel 4.12 dibawah ini. perbulannya yaitu Rp. 11.900.000. Maka dalam setahun perusahaan mengeluarkan biaya distribusi yang optimal sebesar Rp. 142.800.000. Sehingga penghematan biaya distribusi setelah dilakukan perhitungan solusi akhir dengan metode Stepping Stone dangan biaya distribusi sebelum dilakukan perhitungan sebesarRp.
6.600.000, jumlah biaya distribusi sudah optimal. Dan akan dibandingkan dengan perhitungan menggunakan software POM-QM.
4.2.3 Pengolahan Data Dengan Software POM-QM
Dalam software POM-QM sebagai pembanding, untuk mengolah data transportasi yang ada digunakan modul transportasi. Perbedaan biaya tranportasi persatuan dari masing-masing lokasi sumber ke lokasi tujuan, perbedaan jumlah maksimal barang yang dapat diangkut dari setiap sumber serta perbedaan jumlah kebutuhan barang di tiap-tiap tujuan, menjadi variabel yang menentukan biaya total optimal. Berikut cara menggunakan perhitungan dengan menggunakan software POM-QM.
Gambar 4.1 Software POM-QM
Dari gambar 4.1 dapat dilahat langkah pertama dalam menggunakan software POM-QM yaitu klik module setelah itu pilih transportation,sehingga akan muncul seperti gambar dibawah ini.
Gambar 4.2 Software POM-QM
Dari gambar 4.2 dapat dilahat langkah kedua dalam menggunakan software POM-QM yaitu klik new,sehingga akan muncul seperti gambar dibawah ini.
Gambar 4.3 Penentuan Jumlah Baris dan Kolom Tabel
Dari gambar diatas dapat dilihat yaitu langkah ketiga untuk mengisi nama perusahaan pada kolom title kemudian mengisi sources dan destinations lalu klik oc maka akan muncul seperti gambar dibawah ini.
Gambar 4.4 Penginputan Data Transportasi
Dari gambar diatas untuk mengisin sumber gudang dan tujuan, biaya distribusi, kapasitas permintaan dan kapasitas gudang, lalu pilih metode yang akan digunakan pada starting method. Kemudian klik step maka akan muncul gambar hasil untuk metode north west corner seperti gambar dibawah ini.
Gambar 4.5 Metode North-West Corner
Dari gambar 4.5 diatas dapat dilihat hasil dari perhitungan metode north west corner menggunakan software POM-QM. Setelah itu klik edit maka pilih kembali metode yang akan digunakan lalu klik step maka akan muncul gambar dibawah ini.
Gambar 4.6 Metode Least Cost
Dari gambar 4.6 diatas dapat dilihat hasil dari perhitungan metode least cost menggunakan software POM-QM. Setelah itu klik edit maka pilih kembali metode yang akan digunakan lalu klik step maka akan muncul gambar dibawah ini.
Gambar 4.7 Metode Vogel
Dari gambar 4.7 diatas dapat dilihat hasil dari perhitungan metode vogel menggunakan software POM-QM. Setelah itu klik edit lalu klik solve untuk hasil akhir seperti gambar 4.8 dibawah ini.
Gambar 4.8 Hasil Akhir POM-QM
Dalam gambar di atas dapat dilihat solusi awal dari metode North-west Corner, hasil biaya distribusi untuk kesetiap tujuan dalam sebulanya yang diperoleh yaitu 12.600.000. Jadi biaya dalam solusi awal ini belum optimal. Jadi, total biaya distribusi PT. Bina Agro Nusantara yang optimal mentukan sumber yang akan memenuhi tujuan demand pada gambar 4.8 maka biaya distribusi setiap tujuan perbulanya sebesar Rp. 11.900.000 pada gambar 4.8 diatas.
4.3 Perbandingan Biaya Distribusi
Setelah dilakukan pengolahan data biaya distribusi dengan model transportasi digunkan perhitungan solusi awal dengan tiga metode yaitu :
1. Metode North-West Corner.
2. Metode Least Cost.
3. Metode Aproksimasi Vogel.
Untuk solusi akhir menggunakan satu metode yaitu Metode Stepping Stone dan sebagai pembanding menggunakan Software POM-QM. Maka hasil dari perhitungan tersebut dapat dilihat dibawah ini dan tabel 4.12.
Tabel 4.13
Perhitungan Biaya Distribusi Pertahun
No Tujuan Biaya perbulan Biaya pertahun
1 Dharmasraya Rp 1.000.000 x 12 Rp12.000.000
Total Biaya Rp142.800.000
Berdasarkan tabel 4.13 di atas dapat dihitung biaya distribusi untuk pendistribusian perbulan dan kemudian dikali salama 12 bulan.
Tabel 4.14
Perbandingan Biaya Distribusi Saat Ini dengan Biaya Distribusi yang Optimal
No TUJUAN Biaya Perusahaan Biaya Optimal 1 DHARMASRAYA Rp. 15.000.000 Rp12.000.000 2 KAYU ARO Rp. 16.800.000 Rp16.800.000 3 JAMBI Rp. 37.800.000 Rp34.200.000 4 BENGKULU Rp. 32.400.000 Rp32.400.000 5 PASAMAN BARAT Rp. 12.600.000 Rp12.600.000 6 PASAMAN TIMUR Rp. 10.800.000 Rp10.800.000 7 PEKAN BARU Rp. 24.000.000 Rp24.000.000 TOTAL Rp. 149.400.000 Rp142.800.000
Dari tabel 4.14 diatas dapat dilihat perbandingan biaya distribusi herbisida untuk ke setiap tujuan pada Oktober 2015 s/d September 2016 sebesar Rp. Rp149.400.000. Setelah dilakukan perhitungan, dengan menggunakan model transportasi maka biaya distribusi herbisida untuk kesetiap tujuan dalam satu tahun sebesar Rp142.800.000. Sehingga ada penghematan biaya distribusi dalam satu tahun sebesar Rp. 6.600.000. Berdasarkan perhitungan dengan menggunakan model transportasi dan perbandingan dengan software POM-QM, memberi pengaruh terhadap biaya distribusi. Untuk mencapai biaya yang optimal.
BAB V
ANALISIS HASIL PENGOLAHAN DATA
5.1. Analisa Biaya Distribusi Solusi Awal Dengan Metode North West Corner Hasil perhitungan dengan metode North West Corner total biaya distribusi PT. Bina Agro Nusantara ke seluruh tujuan perbulannya sebesar Rp.
12.600.000. Maka dalam setahun perusahaan mengeluarkan biaya sebesar Rp.151.200.000, sedangkan sebelum dilakukan perhitungan perusahaan mengeluarkan biaya distribusi dalam setahun sebesar Rp. 149.400.000, maka perhitungan dengan metode North West Corner belum optimal.
5.2. Analisa Biaya Distribusi Solusi Awal Dengan Metode Least Cost
Hasil perhitungan dengan metode Least Cost, total biaya distribusi PT.
Bina Agro Nusantara ke seluruh tujuan perbulannya ada penurunan biaya dibandingkan dengan metode north west corner dan biaya perusahaan sebelum dilakukan pengolahan data sebesar Rp.11.900.000. Biaya distribusi yang dihitung dengan metode Least Cost hampir mencapai titik optimal sebesar Rp. 142.800.000 untuk biaya distribusi seluruh tujuan dalam setahun. Sehingga penghematan biaya distribusi metode least cost dengan north west corner dalam setahun sebesar Rp.
8.400.000 dan penghematan biaya distribusi metode least cost dengan biaya distribusi sebelum dilakukan pengolahan data sesesar Rp. 6.600.000.
5.3. Analisa Biaya Distribusi Solusi Awal Dengan Metode Vogel
Hasil perhitungan yang dihasilkan dengan metode vogel, total biaya distribusi PT. Bina Agro Nusantara ke seluruh tujuan perbulannya sama dengan metode least cost yaitu Rp.11.900.000. Maka dalam setahun perusahaan
mengeluarkan biaya distribusi Rp. 142.800.000. Sehingga penghematan biaya distribusi setelah dilakukan perhitungan metode vogel dengan biaya perusahaan sebesar Rp. 6.600.000 hasil perhitungan biaya distribusi dengan metode vogel sama hasilnya dengan perhitungan metode least cost.
5.4. Analisa Biaya Distribusi Solusi Akhir Dengan Metode Stepping Stone dan Aplikasi Software POM-QM
Biaya distribusi herbisida untuk ke setiap tujuan pada Oktober 2015 s/d September 2016 sebesar Rp. 149.400.000, setelah dilakukan perhitungan biaya distribusi herbisida dengan model transportasi serta sebagai pembanding dengan menggunakan software POM-QM, maka biaya distribusi untuk ke setiap tujuan dalam satu tahun sebesar Rp. 142.800.000. Sehingga penghematan biaya distribusi dalam satu tahun sebesar Rp. 6.600.000, maka hasil perhitungan metode stepping stone sudah optimal.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan
Setelah dilakukan perhitungan dengan model transportasi untuk solusi awal dengan metode north-west corner, metode least cost dan metode vogel dan untuk solusi akhir menggunakan metode stepping stone kemudian hasil perhitungan dengan model transportasi, dilakukan kembali perhitungan dengan menggunakan software POM-QM sebagai pembanding maka hasil biaya distribusi yang optimal PT. Bina Agro Nusantara untuk seluruh tujuan distribusi pertahunnya sebesar Rp. 142.800.000. bila dibandingkan dengan biaya distribusi sebelum dilakukan perhitungan sebesar Rp. 149.400.000. maka penghematan perusahaan dalam setahun sebesar Rp. 6.600.000.
6.2 Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas maka penulis mencoba memberikan saran sebagai berikut :
1. Menerapkan model transportasi sebagai alternatif perhitungan pada pendistribusian herbisida di PT. Bina Agro Nusantara.
2. Sebaiknya tujuan Dharmasraya di supply dari gudang Bukit Tinggi dan untuk tujuan Jambi di supply dari gudang padang dan Bukit Tinggi.