• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III METODE PENELITIAN

3.7 Teknik Pengujian Instrumen

Instrumen yang baik harus memenuhi dua persyaratan penting yaitu valid dan reliabel (Arikunto, 1998: 160) dalam Mustafidah (2012: 41). Dalam sub bab ini akan dibahas tentang bagaimana instrumen dalam penelitian ini akan diuji validitas dan reliabilitasnya.

3.7.1Validitas

Dalam Mustafidah (2012: 42) menurut Arikunto (1998: 160), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat kevalidan atau kesasihan suatu instrumen. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mengungkap data dari variabel yang diteliti secara tepat, Mustafidah (2012: 42). Menurut Sarwono (2006: 83-84), ada dua validitas, yaitu validitas internal dan validitas eksternal. Validitas internal adalah tingkatan dimana hasil-hasil penelitian dapat dipercaya kebenarannya, sedangkan validitas eksternal ialah tingkatan dimana hasil-hasil

48

penelitian dapat digeneralisasi pada populasi, latar dan hal-hal lainnya dalam kondisi yang mirip. Validitas internal meliputi validitas isi, validitas kriteria, dan validitas konstruk. Dalam penelitian ini menggunakan dua teknik pengukuran tersebut, yaitu validitas isi dan validitas konstruk.

3.7.1.1 Validitas Isi (Content Validity)

Menurut Margono (dalam Darmadi 2014:85-86) mengungkapkan bahwa validitas isi (content validity) menunjukkan pada suatu instrumen yang memiliki kesesuaian isi dalam mengungkap/ mengukur yang akan diukur. Dalam menilai validitas ini suatu instrumen, perlu diperhatikan beberapa hal penting antara lain seberapa jauh instrumen itu mencerminkan seluruh isi yang diukur. Kuesioner penelitian ini mengukur bentuk metode pengajaran yang digunakan guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Bantul. Validitas isi dilakukan oleh orang yang ahli dalam mengukur konsep ini. Validitas isi dalam penelitian ini dilakukan oleh dua dosen yang dalam ahli dalam anak berkebutuhan khusus dan metode pengajaran. Kuesioner yang telah dikembalikan kemudian diolah untuk mengetahui perlu tidaknya revisi. Skala penilaian terhadapat metode pengajaran 5 (sudah baik),4 (sudah baik, perlu perbaikan), 2 (tidak layak), dan 1 (sangat tidak layak).

Validasi pertama dilakukan oleh dosen PGSD yang ahli dalam anak berkebutuhan khusus. Hasil validasi dari beliau menunjukkan bahwa pada aspek pertama mengenai pengunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah EYD dan mudah dipahami oleh guru diberi nilai 5 tanpa komentar. Pada aspek kedua yaitu

mengenai isi yang menyebutkan bahwa pertanyaan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti diberi nilai 5 tanpa komentar. Artinya, pertanyaan yang disusun sudah baik. Pada aspek pertanyaan bertujuan menggali pemahaman guru sekolah dasar inklusi tentang metode pengajaran dan disusun berkaitan dengan aspek metode pengajaran langsung, pengajaran tak langsung, latihan mandiri dan scaffolding diberi nilai 5 tanpa komentar. Hal ini berarti pertanyaan yang disusun sudah baik. Sedangkan pada aspek terakhir mengenai pertanyaan yang disusun sesuai dengan kekhasan metode pengajaran di sekolah inklusi diberi nilai 4 tanpa komentar. Hal ini menjelaskan bahwa pemberian nilai 4 artinya pertanyaan yang disusun sudah baik, perlu perbaikan.

Validasi kedua, dilakukan oleh dosen PGSD yang ahli dalam metode pengajaran. Hasil validasi dari beliau menunjukkan bahwa pada aspek pertama mengenai pengunaan bahasa yang sesuai dengan kaidah EYD dan mudah dipahami oleh guru diberi nilai 4 tanpa komentar. Pada aspek kedua yaitu mengenai isi yang menyebutkan bahwa pertanyaan berkaitan dengan masalah yang akan diteliti diberi nilai 4 tanpa komentar. Artinya, pertanyaan yang disusun sudah baik namun perlu perbaikan. Pada aspek pertanyaan bertujuan menggali pemahaman guru sekolah dasar inklusi tentang metode pengajaran dan disusun berkaitan dengan aspek metode pengajaran langsung diberi nilai 4 tanpa komentar. Hal ini berarti pertanyaan yang disusun sudah baik, namun perlu perbaikan. Pada aspek pertanyaan yang disusun berkaitan dengan aspek metode pengajaran tak langsung, latihan mandiri diberi nilai 4 dengan komentar

50

“indikator perlu dibuat lebih spesifik. Pada aspek pertanyaan yang disusun berdasarkan scaffolding diberi nilai 4 tanpa komentar. Sedangkan pada aspek terakhir mengenai pertanyaan yang disusun sesuai dengan kekhasan metode pengajaran di sekolah inklusi diberi nilai 4 tanpa komentar. Hal ini menjelaskan bahwa pemberian nilai 4 artinya pertanyaan yang disusun sudah baik, perlu perbaikan.

3.7.1.2Validitas Konstruk (Constuct Validity)

Menurut Margono (dalam Darmadi 2014: 85) mengungkapkan validitas konstruk dapat diartikan sebagai alat ukur yang dipakai untuk mengungkapkan suatu definisi operasional yang tepat, dari suatu konsep teoritis. Validitas konstruk menunjukkan seberapa baik hasil-hasil yang diperoleh dari penggunaan suatu alat ukur sesuai dengan teori-teori yang digunakan untuk mendefinisikan suatu konstruk. Hadi (dalam Sugiyono 2010: 176) mengungkapkan bahwa jika bangunan teorinya sudah benar maka hasil pengukuran dengan alat ukur (instrumen) yang berbasis pada teori itu sudah dipandang sebagai hasil yang valid. Jika ada kecocokan yang logik antara item dengan definisi, item itu dipandang valid. Jika sebaliknya akan dipandang tidak valid (Hadi, 2004:125). Instrumen kuesioner mengenai metode pengajaran yang digunakan oleh guru di sekolah inklusi dalam penelitian ini sebanyak 15 item dengan jumlah sampel sebanyak 7 sekolah inklusi 29 responden. Proses analisis data menggunakan product moment dengan bantuan SPSS versi 21.0 for windows mengingat keterbatasan waktu yang dimiliki oleh peneliti. Hasil uji validitas yang dihitung

menggunakan SPSS menunjukkan bahwa dari kuesioner ada 15 pernyataan akan nada pernyataan yang mendapat bintang satu (*) artinya pernyataan tersebut memiliki taraf kepercayaan sebesar 95%, sedangkan pernyataan yang mendapat bintang dua (**) artinya pernyataan tersebut memiliki taraf kepercayaan sebesar 99%. Pernyataan yang tidak mendapat bintang satu (*) maupun bintang dua (**) berarti pernyataan tersebut tidak valid. Dari 15 soal pernyataan yang sudah divaliadasi, sebanyak 11 pernyataan yang valid, dimana ada 1 pernyataan yang mendapat bintang satu (*), 10 pernyataan mendapat bintang dua (**). Tabel 3.3 menunjukkan hasil validitas konstruk.

Tabel 3.3

Hasil Validitas Konstruk Indikator No. Butir

Soal t tabel r hitung Pearsin Correlation Sig.(2-tailed) Keputusan Metode Pengajaran Langsung 1 0.367 .446* .015 valid 2 0.367 .474** .009 valid 3 0.367 .472** .010 valid 4 0.367 .112 .563 tidak valid 5 0.367 .474** .009 valid Metode Pengajaran Tak Langsung 6 0.367 .522** .004 valid 7 0.367 .092 .635 tidak valid Latihan Mandiri 8 0.367 .594** .001 valid 9 0.367 .687** .000 valid 10 0.367 .261 .172 tidak valid 11 0.367 .508** .005 valid 12 0.367 .581** .001 valid Scaffolding 13 0.367 .797** .000 valid 14 0.367 .124 .523 tidak valid 15 0.367 .522** .004 valid

52

Tabel 3.3 menunjukkan validitas konstruk dari kuesioner yang sudah dibagikan kepada guru di sekolah dasar inklusi se-Kabupaten Bantul. Berdasarkan hasil tabel diatas, dengan menggunakan program IBM SPSS Statistic 21 untuk uji validitas instrumen diperoleh 11 item pernyataan yang dikatakan valid yaitu item 1, item 2, item 3, item 5, item 6, item 8, item 9, item 11, item 12, item 13, dan item 15. Sedangkan item yang tidak valid ada 4, yaitu item 4, item 7, item 10, dan item 14. Item valid dan tidak valid diasalisis dengan membandingkan rhitung > rtabel

(Sugiyono, 2011: 631). Sebanyak 11 item yang valid memliki nilai rhitung > rtabel. Tabel 3.3 merupakan hasil perhitungan proses analisis data validasi konstruk menggunakan product moment dengan bantuan SPSS 21.0, taraf signifikansi dinyatakan tinggi apabila berada pada tingkat 0.01 yang dinyatakan dengan lambang ** (dua bintang), dan taraf signifikansi dinyatakan rendah apabila berada pada tingkat 0.05 yang dilambangkan dengan * (satu bintang).

3.7.2Reliabilitas

Suatu instrumen pengukuran dikatakan reliabel jika pengukurannya konsisten (cermat) dan akurat (Muhidin, 2011: 110). Jadi, uji reliabilitas instrumen dilakukan dengan tujuan mengetahui konsistensi dari instrumen sebagai alat ukur, sehingga hasil pengukuran dapat dipercaya. Uji reliabilitas dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Alpha Cronbach. Berikut rumus koefisien Alpha Cronbach.

Gambar 3.1 Rumus Alpha Cronbach Keterangan :

= Cronbach coofficient alpha k = jumlah pecahan

= total dari varian masing-masing pecahan = varian dari total skor

Masidjo (1995: 209) menyatakan bahwa koefiseien reliabilitas dinyatakan pada bilangan koefisien antara negatif sampai dengan 1,00.

Koefisien suatu reliabilitas dapat dilihat dari tabel 3.4.

Tabel 3.4 Koefisien Reliabilitas Reliabilitas Interpretasi 0,91 – 1,00 Sangat Tinggi 0,71 – 0,90 Tinggi 0,41 – 0,70 Cukup 0,21 – 0,40 Rendah Negatif- 0,20 Sangat Rendah

Tabel 3.4 menguraikan bahwa skor interval koefisien negatif -0,20 memiliki hubungan yang sangat rendah. Skor interval 0,21-0,40 memiliki hubungan yang

54

rendah. Skor interval 0,41-0,70 memiliki hubungan yang cukup. Skor interval 0,71-0,90 memiliki hubungan yang tinggi. Skor interval 0,91-1,00 memiliki hubungan yang sangat tinggi. Item kuesioner yang sudah di uji validitas dan dinyatakan valid sebanyak 11 item. Item yang valid tersebut kemudian diolah reliabilitasnya menggunakan SPSS 21.0. hasil dari pengolahan tersebut dapat dilihat pada tabel 3.5

Tabel 3.5 Hasil Reliabilitas Reliability Statistics Cronbach’s Alpha N of Items .755 11

Tabel 3.5 menunjukkan nilai reliabilitas Cronbach alpha ( ) sebesar 0,755. Masidjo (1995: 209) mengkategorikan termasuk dalam kategori tinggi.

Dokumen terkait