• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I. PENDAHULUAN

B. Metodologi Penelitian

7. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang penulis lakukan merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data yang relevan, berkaitan dan mengena. Data penelitian dikumpulkan baik lewat instrumen pengumpulan data dengan angket, wawancara, maupun lewat data dokumentasi (Marzuki, 1982: 55). Dalam pengumpulan data penulis melakukan reduksi, dengan menganalisis data secara keseluruhan, kemudian

bagian terkecil dalam data yang memiliki makna dikaitkan dengan masalah penelitian. Dalam pengumpulan data yang utama penulis menggunakan metode angket sedangkan untuk metode wawancara hanya untuk melengkapi data-data yang hendak dikumpulkan. (Moleong, 2012: 288) mengatakan bahwa “data yang diperoleh dikelompokkan berdasarkan pertannyaan yang telah disiapkan. Pengelompokkan ini bertujuan untuk menemukan arti data dengan cara menarik hubungan-hubungan sesuai dengan permasalahan yang ingin dijawab dalam penelitian”.

Teknik angket dapat disebut mail survey, karena hubungan dengan responden dilakukan melalui daftar pertanyaan yang dikirim kepadanya. Dibedakan dua jenis angket, ada angket langsung, yaitu daftar pertanyaan yang dikirim kepada orang yang diminta keterangan tentang dirinya, sedangkan angket tidak langsung, yaitu daftar pertanyaan dikirim untuk menceritakan tentang keadaan diri orang lain (Marzuki, 1982: 65). Instrument atau alat pengumpulan data yang berisi sejumlah pertannyaan- pertannyaan harus dijawab atau direspon oleh responden. Responden mempunyai kebebasan untuk memberikan jawaban atau respon sesuai dengan persepsinya. Dalam penelitian ini penulis mengambil data dengan cara membagikan angket kepada para siswa. Dalam pengisian angket penulis juga mendampingi secara intensif jika ada siswa yang kurang jelas dalam pengisian angket, penulis dapat membantu siswa dengan menerangkan cara-cara yang baik dan benar kepada siswa. Penelitian yang penulis lakukan dimaksudkan untuk mengetahui seberapa besar upaya pengembangan religiositas yang dilakukan di SMP Kanisius Kalasan Yogyakarta sebagai sekolah Katolik.

Teknik observasi dalam istilah sederhana adalah proses penelitian dalam melihat situasi penelitian. Teknik ini sangat relevan digunakan dalam penelitian kelas yang meliputi pengamatan kondisi interaksi pembelajaran, tingkah laku anak dan interaksi anak dan kelompoknya. Pengamatan dapat dilakukan secara bebas dan terstruktur. Alat yang bisa dugunakan adalah lembar pengamatan dan catatan kejadian (Moleong, 2012: 176).

Teknik wawancara merupakan alat rechecking atau pembuktian terhadap informasi atau keterangan yang diperoleh sebelumnya. Teknik wawancara yang digunakan dalam penelitian kualitatif adalah wawancara mendalam. Wawancara mendalam (in-depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya-jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan informan atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara (Marzuki, 1982: 62-64). Wawancara dalam penelitian ini hanya dilakukan untuk melengkapi data, dan wawancara dilakukan kepada responden yang mempunyai peran dalam upaya pengembangan religiositas siswa, seperti guru di sekolah. Yang dilakukan dengan cara wawancara bebas atau tidak terstruktur, yaitu penulis menggunakan pedoman wawancara yang berisi pertanyaan yang akan diajukan, dan hanya memuat poin-poin penting masalah yang akan digali dari responden.

Beberapa buku dapat membantu penulis dalam membangun teori. Pertama, karya dari Paloutzian, Invitation to the Psychology Of Religion, yang menyatakan bahwa religiositas itu mempunyai 5 (lima) aspek, yang terdiri dari aspek religiositas belief, mengacu pada apa yang diyakini sebagai bagian dari agama, seberapa kuat

keyakinan diadakan, dasar untuk persetujuan intelektual, dan bagaimana menonjol bahwa kepercayaan dalam kehidupan seseorang. Misalnya, keyakinan akan keberadaan Tuhan adalah ideologi agama, dengan kata lain aspek religiositas belief merupakan dimensi ideology, memberikan gambaran sejauh mana seseorang menerima hal-hal yang dogmatik dalam ajaran agamanya. Aspek religiositas practice dapat disebut sebagai dimensi ritual, yakni sejauh mana seseorang mengerjakan kewajiban-kewajiban ritual agamanya. Misalnya: mengikuti Misa Kudus pada hari minggu. Aspek religiositas feeling, berkaitan dengan jiwa dan dunia emosional individu. Selain pengalaman peristiwa yang orang mungkin memberi label "pengalaman religiositas", dimensi perasaan meliputi hal seperti keinginan untuk percaya pada suatu agama, rasa takut tentang tidak religiositas, rasa kesejahteraan yang berasal dari keyakinan, dan sejenisnya merupakan dimensi perasaan, memberikan gambaran tentang perasaan-perasaan keagamaan yang dialami individu. Aspek religiositas knowledge, merupakan dimensi intelektual, yaitu seberapa jauh pengetahuan seseorang terhadap ajaran agama yang dianutnya, terutama yang terdapat dalam Kitab Suci ataupun karya tulis lain yang berpedoman pada Kitab Suci. Aspek religiositas effect, mengacu pada perilaku, tetapi tidak perilaku yang merupakan bagian resmi dari praktik keagamaan itu sendiri. Sebaliknya, referensi di sini adalah untuk efek agama seseorang memiliki di sisi lain "non religiositas" segi kehidupan seseorang. Yakni mengungkapkan sejauh mana perilaku seseorang dimotivasi oleh ajaran agamanya dalam kehidupan sehari-hari.

Karya berikutnya adalah karya Y.B. Mangunwijaya, Sastra dan Religiositas, Religiositas: Bagian Terdalam dari Pribadi Manusia. Menurutnya, religiositas dapat

diungkapkan melalui ritus agama maupun tidak, maksudnya religiositas itu dapat diungkapkan melalui kegiatan yang berciri agama maupun bukan. Kegiatan yang berciri agama itu misalnya seperti membaca Kitab Suci, ibadat dan lain sebagainya. Religiositas yang diungkapkan dalam bahasa non agama misalnya kegiatan kemanusiaan, menolong orang yang sedang membutuhkan pertolongan, berbagi berkat dari Allah yang sudah diterima untuk dibagikan kepada sesama (waktu, tenaga, ekonomi dll).

Pandangan Moedjanto ini sungguh mencerminkan makna religiositas yang sesungguhnya, bahwa religiositas itu melintasi agama-agama dan sekaligus melintasi rasionalisasi. Menurutnya, religiositas: melintasi agama-agama, karena religiositas sangat sulit untuk diukur atau dinilai dari gejala-gejala lahir. Religiositas merupakan isi, dasar dari agama atau hidup keagamaan manusia. Maka jika tanpa religiositas hidup keagamaan jadi tanpa arti, sebab religiositas yang menentukan kualitas hidup beragama. Orang yang rajin mengikuti peraturan keagamaan, belum tentu manusia itu religiositas. Maka dapat disimpukan bahwa religiositas dapat diartikan sebagai suatu keadaan yang ada di dalam diri seseorang yang mendorongnya bertingkah laku, bersikap, dan bertidak sesuai dengan ajarannya. Selain itu juga, menurut Moedjanto religiositas itu melintasi rasionalisasi, sebab hati mempunyai rasionya sendiri. Maka religiositas mengembangkan segi terdalam dari diri manusia, meskipun religiositas itu melintasi rasionalisasi, namun tidak pernah bisa ada satu pertentangan sesungguhnya antara religiositas dan rasionalisasi, tetapi justru yang utama rasionalisasi orang merupakan akal budi menghadapi setiap persoalan, karena Allah

yang mewahyukan rahasia-rahasia dan mencurahkan iman telah menempatkan di dalam roh manusia cahaya akal budi.

Romo Sewaka di dalam bukunya, Ajaran dan Pedoman Gereja Tentang Pendidikan Katolik, mengatakan bahwa, apa yang dapat disumbangkan sekolah Katolik untuk masyarakat? Seperti dikemukakan dalam deklarasi tentang pendidikan Kisten, Konsili Vatikan II (Gravissimum Educationis), sekolah Katolik ikut mengusahakan terwujudnya cita-cita budaya dan perkembangan remaja. Dalam mengejar tujuan itu, sekolah Katolik menekankan empat bidang yang merupakan dimensi pendidikannya: (a) suasana pendidikan; (b) perkembangan pribadi masing- masing siswa; (c) hubungan yang terjalin antara kebudayaan dan Injil, sumber inspirasi pendidikan; dan (d) penerangan segala pengetahuan yang dipelajari oleh cahaya iman. Keempat dimensi itulah yang menjadi pokok permenungan sekolah Katolik. Maksud dari penerbitan keempat dokumen Gereja tentang pendidikan dan sekolah Katolik secara serentak dalam satu buku ialah untuk mempermudah siapapun yang berminat atau berkepentingan untuk mencari dan mempelajari ajaran dan pedoman Gereja tentang pendidikan pada umumnya serta pendidikan Katolik pada khususnya, dan lebih istimewa lagi tentang sekolah Katolik.

Dokumen terkait