BAB III GAMBARAN UMUM LEMBAGA
C. Program Lembaga
3. Teknik Perencanaan
1. Teknik perencanaan penyembuhan pada klien
Penyembuhan merupakan fokus utama yang dilakukan setiap rumah sakit bagi para pasiennya. Begitupun RSKO yang menggunakan beberapa cara dalam menyembuhkan pasien yang berhubungan dengan zat beserta penyakit-penyakit yang menyertainya. Untuk para pasien rawat inap akan melalui proses
detoksifikasi yang lebih dikenal dengan Medical Psikiatik Evaluation (MPE) pasien menjalani pemulihan fisik selama 1 sampai 3 minggu atau yang lebih di kenal dengan program detoksifikasi. Setelah menjalani program detoksifikasi, pasien dapat meneruskan perawatan rehabilitasi yang masih satu instansi dengan program detoksifikasi. Model program rehabilitasi yang dipakai oleh RSKO adalah TC yang berbasis Rumah Sakit. Artinya ada sentuhan-sentuhan medis dalam prakteknya. Selain itu ada pula penerapan 12 Steps Narcotic
Anonymous.
TC merupakan suatu kumpulan/komunitas orang dengan masalah yang sama tinggal di tempat yang sama, memiliki seperangkat peraturan, filosofi dan norma dan nilai serta kultur yang disepakati, dipahami, dan dianut bersama. Hal tersebut dijalankan demi pepemulihan diri masing-masing. Artinya dalam program ini kelompoklah yang berperan penting dalam penyembuhan setiap pasien GBZ. Tujuan dari program tersebut adalah mengembalikan dari tingkah laku yang negatif ke arah tingkah laku yang positif.
Terdapat dua jenis bentuk penyembuhan yang ada di RSKO, yaitu subsitusi dan simptomatis. Subsitusi adalah dengan memberikan zat pengganti NAPZA, sedangkan simptomatis adalah memberikan pengobatan sesuai dengan keluhan pasien. Pasien yang menjalani pengobatan di RSKO ada dua pilihan program yaitu program rawat jalan dan program rawat inap. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut:
a. Program Rawat Jalan
Dalam instalansi rawat jalan terdapat berbagai jenis layanan salah satu diantaranya adalah Program Terapi Rumatan Metadon (PTRM). Dalam program ini proses perencanaan penyembuhan dilakukan dengan cara substitusi dimana para pasien GBZ diberikan penganti NAPZA berupa
methadone. Mereka yang mendaftarkan diri sebagai pasien methadone akan mempunyai perlindungan hukum tersendiri
dan mempunyai kartu IPWL (Institusi Penerimaan Wajib Lapor), yaitu kartu tanda bukti status pasien methadone.
Dalam meningkatkan progres penyembuhan pasien, dosis methadone akan dikurangi secara berkala sesuai dengan perkembangan positif yang ada pada pasien. Selain itu pengurangan juga harus berdasarkan rujukan dari dokter. Sedangkan mereka yang diketahui mencampur methadone-nya dengan bahan lain.76
b. Instalasi Rawat Inap
Langkah awal yang dilakukan dalam penanganan pasien rawat inap adalah, pasien akan menjalankan proses detoksifikasi atau penghilangan racun-racun yang terdapat didalam tubuh pasien. Setelah melakukan detoksifikasi, jika pasien merupakan rujukan dari keluarga maka pasien bisa memilih apakah akan melanjutkan ke program selanjutnya,
yaitu program rehabilitasi atau langsung kembali ke lingkungannya masing-masing, namun biasanya pihak Rumah Sakit akan memberikan rekomendasi untuk melanjutkan ke program rehabilitasi. Jika pasien merupakan putusan pengadilan maka dirinya wajib melanjutkan program rehabilitasi untuk menjalani perawatan sesuai dengan keputusan pengadilan. Pasien yang diutuskan melanjutkan ke program rehabilitasi maka mereka akan menjalankan beberapa program dan fase. Namun sebelum itu, pasien juga akan menjalani evaluasi psikososial untuk menyesuaikan program yang akan didapatkan oleh pasien sesuai dengan hasil diagnosa atau evaluasi psikososial kesehatan tersebut. Di dalam rehabilitasi terdapat dua program yang diperuntukkan untuk pasien NAPZA, diantaranya sebagai berikut:
a. Spesial Program
Merupakan program yang diperuntukkan bagi pasien atau klien yang mempunyai masalah dengan diagnosa kecanduan terhadap NAPZA dan dengan gangguan fisik dan atau gangguan mental (dual diagnosis). Dalam penerapnnya spesial program tidak menggunakan metode TC, tetapi terdapat metode tersendiri untuk menangani para pasiennya.
b. Program Reguler
Merupakan tahap adaptasi guna menyesuaikan diri klien terhadap program pemulihannya yang akan dijalani. Dalam
penerapan program reguler RSKO menggunakan metode TC dengan dibantu para pekerja profesional yakni konselor yang sudah berpengalaman. Pemilihan pasien reguler program untuk mengikuti metode TC, pasien harus sehat secara medis yang artinya pasien tidak boleh mempunyai gangguan fisik ataupun mental yang di derita karena dengan begitu pasien akan lebih bisa menjalani program TC dengan lebih baik.
Selama menjalani proses pemulihan di program reguler, pasien akan menjalani 2 tahapan program dan terdiri dari beberapa fase dengan menunjukkan tingkat kemajuan dari proses pemulihan, meliputi:
1. Program primary, yang terdiri dari beberapa fase yakni:
a). Fase induction
Merupakan tahap adaptasi yang bertujuan untuk penyesuaian diri pasien terhadap program pemulihannya yang akan dijalani. Dalam fase ini biasanya dibutuhkan waktu selama satu setengah bulan.77 Pasien induction mendapatkan tantangan yang mungkin terbesar di hidupnya ketika dia harus melepaskan ketergantungannya terhadap NAPZA dan subtitusi NAPZA, memisahkan dirinya dari lingkungan lama yang lebih nyaman, sementara itu beradaptasi kedalam suatu lingkungan “asing” yang kesannya “intimidatif”. Sifat-sifat negatif seorang pecandu
77Brosur Rumah Sakit Ketergantungan Obat Jakarta, Profil Halmahera House Rehabilitation Center.
masih nampak kental seperti banyaknya penyangkalan, manipulasi, berbohong, mencari alasan, tidak menerima dan lain-lain.78
b). Fase primary
Bertujuan untuk mengarahkan pasien untuk menerima dan menyadari bahwa dirinya adalah seorang pecandu yang membutuhkan pertolongan. Motivasi dari dalam diri, serta menyadari bahwasanya di samping masalah penyalahgunaan NAPZA ada masalah yang jauh lebih penting yaitu masalah prilaku dan bagaimana cara merubahnya. Biasanya dalam fase ini membutuhkan waktu dua sampai dengan tiga bulan.
c). Fase Pre-Re-Entry
Merupakan stabilisasi sikap dan prilaku hidup sehat. Pemantapan kondisi emosi dan keseimbangan psikologi. Proses simulasi fungsi-fungsi kognitif, pemantapan sikap dan prilaku bertanggung jawab serta proses interaksi sosial dengan keluarga sebagai basis utama. Fase ini merupakan masa persiapan untuk menjalani fase Re-Entry yang biasanya dibutuhkan waktu selama satu sampai dengan dua bulan untuk menjalaninya. Tujuan dari fase ini adalah untuk melatih jiwa kepemimpinan (leader skill) dan dapat berkoordinasi dengan sesama familly dan staff. Belajar
78Buku Panduan Instalasi Halmahera House RSKO Jakarta, Walking Paper Reguler Program.
untuk lebih memahami secara mendalam berbagai komponen program, belajar untuk dapat menjelaskan inti dari berbagai macam permasalahan (issue), yang menyangkut rumah, tingkah laku, pola pikir dan perasaan yang ada. Belajar untuk mulai berinteraksi dengan masyarakat luar, dengan keluarga sebagai basis utama.79
2. Program re-entry, merupakan pengembangan sikap dan prilaku bertanggung jawab dan proses pengenalan serta pemantapan sikap dan prilaku hidup sehat di dalam keluarga dan lingkungan sosial. Menambah wawasan untuk mempersiapkan diri untuk masa depan. Mendaya gunakan penalaran, dan mengembangkan keterampilan sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Mengimplementasikan kemampuan dan keterampilan yang telah dicapai. Mampu mewujudkan sikap dan prilaku yang bertanggung jawab dengan kualitas hidup yang lebih baik di dalam integrasinya dalam masyarakat dalam status pemulihannya. Dalam fase ini biasanya membutuhkan waktu sesuai kebutuhannya. Dalam program Re-Entry terdiri dari beberapa fase yakni sebagai berikut:
a). Fase orientasi
Terdiri dari pengenalan terhadap program primary, assesment ulang pada klien untuk melihat peningkatan/perubahan yang telah dicapai. Target dan
evaluasi dalam fase ini adalah pasien telah memahami dan mengerti maksud dan tujuan fase orientasi pasien di program re-entry. Pasien mengerti memahami tujuan dari program re-entry secara umum. Telah memahami dan mengaplikasikan peraturan, prosedur, budaya yang ada di program re-entry.
b). Fase A
Pada fase ini pasien mulai melakukan interaksi dengan masyarakat umum, bermula dari keluarga sebagai lingkungan kecil. Pasien di persiapkan untuk menghadapi berbagai hambatan dalam bersosialisasi (konflik nilai/norma/pandangan masyarakat, keluarga maupun antar individu). Pelaksanaan sesi edukasi dan pengaplikasian relapse prevention. Pelaksanaan sesi individual konseling yang terfokus pada perencanaan klien. Percobaan kembali ke rumah tanpa pendamping dengan waktu 24 jam, saat weekend.
Target dan evaluasi dalam fase ini adalah pasien tetap menunjukan sikap dan prilaku yang bertanggung jawab, dapat dipercayai baik komunitas terapi maupun keluarga. Pasien memiliki rencana yang cukup matang, jelas dan rasional berkaitan dengan education/vocational.
c). Fase B
Dalam fase ini pengintegrasian konsep pemulihan kedalam kehidupan sehari-hari tertanam jauh, sejalan
dengan pasien bergerak maju ke arah pengembangan karir dan tujuan hidup seperti yang telah di rencanakan dalam fase A. Fase ini lebih mengarah kepada penyempurnaan target fase A sekaligus transisi ke fase C dimana pasien akan jauh lebih sering berada diluar fasilitas. Pasien terus mendapat bimbingan untuk menyelesaikan berbagai permasalahan yang mungkin timbul dari sosialisasinya dengan masyarakat umum. Proses pengaplikasian nilai-nilai TC yang telah didapat dilingkungan masyarakat yang lebih luas.
Target dan evaluasi dalam fase ini adalah pasien secara konsisten menunjukan peningkatan kemampuan untuk memecahkan masalah. Pasien menunjukan peningkatan performa dalam kegiatan homeleave nya, pasien menunjukan peningkatan kemampuan dalam menghadapi situasi dan kondisi beresiko tinggi untuk relapse.
d). Fase C
Merupakan fase dimana pasien
mengimplementasikan seluruh kemampuan dan keterampilan yang didapat selama menjalani resindential treatment baik bagi dirinya sendiri maupun bagi lingkungan sosialnya (masyarakat umum). Dalam fase ini pasien akan lebih banyak tinggal diluar. Pelaksanaan edukasi dan pengaplikasian relapse prevention makin intens. Persiapan
penyelesaian program re-entry dan masuk kedalam aftercare program.
Target dan evaluasi dalam hal ini adalah pasien dapat memahami peran dan fungsinya dimasyarakat, sesuai dengan kemampuan dan keterampilannya. Pasien memiliki status identitas. Pasien memiliki tujuan dan arah yang jelas dalam educational/vocational. Pasien memahami bagaimana cara terus memelihara pemulihannya. Pasien mampu menunjukan sikap dan prilaku sosial yang secara konsisten bertanggung jawab serta dapat dipercaya.80
Setelah menjalani program primary dan re-entry pasien juga harus menjalani fase aftercare. Aftercare program merupakan satu tingkat dimana seoarang pecandu kembali membangun hidup dengan keluarga di lingkungan masyarakat, pasien yang telah menyelesaikan program residensial secara otomatis menjadi bagian dari aftercare dan dibawah monitor komunitas aftercare.
Adapun tujuannya menyediakan dukungan bagi anggotanya kembali ke masyarakat serta bertujuan untuk memastikan penyelesaian keseluruhan program pemulihannya. Secara terus menerus memberikan motivasi untuk melanjutkan pemulihannya dan mencegah terjadinya relapse atau kambuh kembali. Dalam fase ini dibagi menjadi dua yang pertama adalah in house atau didalam rumah rehabilitasi dan yang kedua adalah reguler program biasanya
80Buku Panduan Instalasi Halmahera House RSKO Jakarta, Walking Paper Reguler Program.
satu bulan sekali untuk test urin dan konseling dengan konselor sesuai dengan kesepakatan.81
Didalam penerapan program TC di RSKO Jakarta mempunyai banyak peraturan utama yang harus di ikuti oleh para pasien rehabilitasi yakni peraturan pertama adalah Cardinal Rules. 1. No Drugs (tidak dibenarkan memakai narkotika, alkohol, dan
zat adiktif lainnya) 2. No Sex (tidak ada sex)
3. No Violence (tidak melakukan kekerasan)
4. No Vandalism (tidak boleh melakukan pengrusakan barang/property fasilitas).82