• Tidak ada hasil yang ditemukan

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

7. Pengembangan Rancangan

3.6. Teori Pengambilan Sampel 13

3.6.1. Teknik Sampling

Sampel ialah sebagian dari populasi yang diambil secara seksama untuk diteliti ciri-cirinya dan hasilnya diharapkan mampu mewakili ciri-ciri populasi. Namun, sebagian dari populasi itu hanya bisa disebut sebagai sampel jika memenuhi syarat:

2. Sampling tersebut harus cukup sederhana untuk bisa dilaksanakan. 3. Mampu memberikan gambaran yang teliti mengenai populasi. 4. Sampel itu harus mewakili populasi.

Terdapat tiga alasan pokok perlunya mengadakan sampling: 1. Penghematan biaya, waktu dan tenaga.

2. Pengamatan yang lengkap kurang atau tidak ada faedahnya. 3. Pencacahan lengkap tidak mungkin dilaksanakan.

3.6.1. Teknik Sampling

Teknik-teknik pengambilan sampel dapat dibedakan menjadi dua, yakni: 1. Sampel acak (random sampling/probability sampling)

2. Sampel tidak acak (nonrandom sampling/nonprobability sampling)

Teknik-teknik sampling ini harus disesuaikan dengan tujuan penggunaannya, situasi yang berbeda membutuhkan teknik sampling yang berbeda pula.

13

3.6.1.1. Random Sampling

Random Sampling merupakan teknik pengambilan sampel secara acak yang hanya dapat dilaksanakan apabila elemen populasi bersifat homogen, maksudnya semua elemen tersebut memiliki kesempatan terpilih yang sama dalam populasi. Misalnya besar populasi adalah N, sedang unsur dalam sampel (sample size) adalah n, maka besarnya kesempatan bagi tiap satuan elementer untuk

terpilih dalam sampel adalah

N n

.

Terdapat beberapa teknik Random Sampling, antara lain: 1. Simple Random Sampling

Simple Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana objek yang diamati bersifat homogen dan setiap objek yang diamati memiliki kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.

2. Systematic Random Sampling

Systematic Random Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana terdapat interval-interval angka dari setiap objek yang diamati.

3. Stratified Random Sampling

Dalam teknik ini, sampel yang akan dipelajari mula-mula dibagi-bagi ke dalam lapisan-lapisan atau strata yang relatif homogen, sehingga keragaman dalam lapisan atau stratum lebih kecil daripada keragaman antar lapisan atau antar stratum. Dengan kata lain Stratified Random Sampling adalah suatu sampel yang diperoleh melalui pemisahan unit-unit populasi ke dalam kelompok yang tidak bersifat tumpang-tindih, di mana kelompok-kelompok ini disebut sebagai strata

atau lapisan-lapisan, dan kemudian dipilih sampel acak sederhana dari setiap stratum atau lapisan.

4. Cluster Sampling

Cluster Sampling adalah teknik pengambilan sampel dimana sampel dibagi berdasarkan letak demografi wilayah. Secara garis besar dapat dikemukakan langkah-langkah untuk menggunakan teknik penarikan sampel berkelompok, antara lain :

a. Menetapkan kelompok-kelompok (cluster) yang sesuai dengan permasalahan yang dihadapi.

b. Apabila semua cluster yang tepat telah ditentukan, maka kerangka penarikan sampel dapat berupa daftar semua cluster dalam populasi harus disusun.

c. Lakukan pemilihan sampel cluster dengan menggunakan teknik penarikan sampel acak sederhana.

d. Setelah sampel cluster telah dipilih, maka dilakukan sensus (pencacahan secara menyeluruh) terhadap seluruh elemen yang terdapat di dalam cluster tersebut. Hal inilah yang membedakan Cluster Sampling dengan Stratified Sampling.

5. Multi Stage Sampling

Sesuai dengan namanya, Multi Stage Sampling merupakan teknik pengambilan sampel yang menggabungkan dua teknik sampling yang dilakukan secara bertahap, bisa saja pertama dilakukan Stratified Sampling kemudian diikuti dengan Cluster Sampling, ataupun sebaliknya.

3.6.1.2. Non-Random Sampling14

1. Accidental Sampling

Non-Random Sampling berbeda dengan Random Sampling dalam hal sampel dipilih bukan berdasarkan sistem acak. Pengambilan sampel secara tidak acak terdiri atas:

Teknik penarikan sampel yang memilih sampel secara kebetulan. Misalnya, akan dilakukan penelitian terhadap dampak meningkatnya harga sembako, maka peneliti pergi ke pasar untuk meneliti, dan langsung mengambil pengunjung yang secara kebetulan ditemui sebagai sampel.

2. Purposive Sampling

Dalam sampling tipe ini pemilihan satuan sampling dilakukan atas dasar pertimbangan sekelompok pakar di bidang yang sedang diteliti. Misalnya, peneliti akan menyusun IBH (Indeks Biaya Hidup), untuk mengetahui hubungan antara biaya yang dikeluarkan untuk hidup sehari-hari (mobil, kulkas, garam dan lain-lain), maka diperlukan pakar ekonomi.

3. Quota Sampling

Tipe sampling ini sangat banyak digunakan dalam penelitian pemasaran dan dalam penelitian pengumpulan pendapat (opinion poll). Langkah kerjanya sebagai berikut:

a. Ditentukan sebuah Quota-1, yaitu berapa besarnya ukuran sampel berdasarkan keadaan waktu, biaya dan tenaga. Misalnya, Quota-1 adalah akan diteliti 500 orang ibu rumah tangga.

14

b. Ditentukan Quota-2, yaitu bahwa dalam 500 ibu rumah tanga itu haruslah terdiri dari 250 orang ibu rumah tangga yang berumur di atas 50 tahun dan 250 orang kurang atau sama dengan 50 tahun.

c. Ditentukan Quota-3, yaitu bahwa dari 250 orang ibu rumah tangga berumur di atas 50 tahun harus ada yang berpendidikan Perguruan Tinggi (PT), SLTA dan SLTP. Demikian juga untuk ibu rumah tangga di bawah atau sama dengan 50 tahun.

4. Convenience Sampling

Dalam memilih sampel, peneliti tidak mempunyai pertimbangan lain kecuali berdasarkan kemudahan saja. Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Oleh karena itu ada beberapa penulis menggunakan istilah accidental sampling – tidak disengaja – atau juga captive sample (man-on-the-street) Jenis sampel ini sangat baik jika dimanfaatkan untuk penelitian penjajagan, yang kemudian diikuti oleh penelitian lanjutan yang sampelnya diambil secara acak (random). Beberapa kasus penelitian yang menggunakan jenis sampel ini, hasilnya ternyata kurang obyektif.

5. Snowball Sampling

Teknik pengambilan sampel yang memilih sampel secara berantai, dari ukuran kecil sampai dengan ukuran besar. Misalnya, dilakukan penelitian terhadap menyebarnya penyakit gonorhoe di kalangan PSK, maka peneliti memulainya dari satu PSK yang dijumpai. Dari PSK tersebut, peneliti kemudian mengembangkan

jaringan penelitiannya hingga teman-teman PSK tersebut sampai jumlah sampel yang dibutuhkan mencukupi.

6. Judgment Sampling

Sampel dipilih berdasarkan penilaian peneliti bahwa dia adalah pihak yang paling baik untuk dijadikan sampel penelitiannya.. Misalnya untuk

memperoleh data tentang bagaimana satu proses produksi direncanakan oleh suatu perusahaan, maka manajer produksi merupakan orang yang terbaik untuk bisa memberikan informasi. Jadi, judment sampling umumnya memilih sesuatu atau seseorang menjadi sampel karena mereka mempunyai

“information rich”. Dalam program pengembangan produk (product

development), biasanya yang dijadikan sampel adalah karyawannya sendiri, dengan pertimbangan bahwa kalau karyawan sendiri tidak puas terhadap produk baru yang akan dipasarkan, maka jangan terlalu berharap pasar akan menerima produk itu dengan baik

Dokumen terkait