• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknik-teknik Penaksiran Lainnya

Dalam dokumen Bab 1 Hakikat dan Kegunaan Tes Psikolog (Halaman 45-49)

Prosedur-prosedur yang dikembangkan dalam bab ini pada dasarnya adalah teknik- teknik riset, meskipun sejumlah teknik juga bisa berfungsi sebagai alat penaksiran suplementer dalam konsep terapan, seperti konseling, atau karya psikologi organisasi. Berbagai ragam pendekatan telah diwakili oleh teknik-teknik khusus yang sudah disebutkan. Beberapa diantaranya sulit untuk diklasifikasikan karena pendekatan itu menaksir konstruk yang

merentangi bidang kemampuan dan kepribadian. Tiga kategori utama mencakup ukuran gaya kognitif dan tipe kepribadian; tes situasional; dan teknik-teknik yang dirancang untuk menilai konsep diri dan konstruk personal. Untuk menambahkan perspektif lebih jauh pada survey ini, perhatian diarahkan pada penggunaan teknik nontes pada penaksiran kepribadian, yang meliputi observasi naturalistis, wawancara, pemeringkat, dan analisis atas data secara kehidupan.

Ukuran-ukuran Gaya dan Tipe

Sampel-sampel perilaku yang menghasilkan tes-tes psikologi merupakan

lintas seksi dari repertoire perilaku seseorang; karenanya, sampel-sampel tersebut mengandung informasi tentang semua aspek orang itu sekaligus.

Ada sejumlah cara untuk menghadapi banyak faktor yang inheren dalam perilaku manusia. Kita bisa, misalnya hanya memeriksa korelasi antara ukuran-ukuran ciri-ciri seperti kecemasan dan kemampuan pemecahan masalah (misalnya, Zeidner, 1995). Kita juga bisa menggunakan teknik multivariat, seperti analisis faktor dan penskalaan multidimensi, untuk memisahkan komponen-komponen dalam satu set data perilaku (Jones & Sabers, 1992).

Gaya-gaya kognitif dan tipe keprbadian, yang dibahas dalam dua bagian selanjutnya, juga memberikan contoh pendekatan ini. Pendekatan-pendekatan ini mewakili usaha menangkap perbedaan kualitatif dalam pola atau konfigurasi perilaku manusia.

Gaya Kognitif. Gaya kognitif pada dasarnya merujuk pada cara yang khas dan dipilih seseorang dalam memahami, mengingat, memikirkan, dan memecahkan masalah (Messick et al., 1976). Salah satu sumber utama diferensiasi gaya-gaya kognitif bisa ditemukan dalam bidang fungsi perseptual. Dari berbagai faktor yang diidentifikasi dalam analisis factorial atas persepsi, salah satu faktor yang terbukti amat berguna dalam penelitian kepribadian adalah fleksibilitas penutupan (Pemberton, 1952; Thurstone, 1944).

Tipe Kepribadian. Tipe kepribadian merujuk kepada konstruk-konstruk yang telah digunakan untuk menjelaskan kesamaan dan perbedaan dalam modus pikiran, persepsi, dan perilaku yang disukai di dalam dan melintas individu-individu. Pada dasarnya, tipe- tipe kepribadian adalah kategori-kategori yang dirumuskan oleh konfigurasi dua atau lebih ciri atau atribut tertentu. Dalam psikologi, sejumlah tipologi yang berbeda telah dirancang selama bertahun-tahun. Kebanyakan system tipologis mencakup pembedaan-pembedaan di dalam satu area tunggal seperti kedudukan atau temperamen.

Myers-Briggs Type Indicator. Klasifikasi tipologis ini merupakan

instrument yang digunakan secara luas untuk penaksiran kepribadian dalam orang-orang yang normal. MBTI menggunakan dikotomi terkenal dari Jung atas sikap ekstraver dan introver (E dan I), serta klasifikasinya tas cara-cara persepsi yang berlawanan (sensasi versus intuisi-S vs. N) dan atas pendekatan yang berbeda terhadap penilaian (berpikir versus merasa-T vs. F).

Hasil-hasil MBTI, tidak seperti hasil dari interventori kepribadian lainnya,

terutama dimaksudkan untuk digunakan oleh responden dan disajikan dalam cara yang bersifat tidak menilai. Dua dari premis paling dasar yang digunakan dalam menaksirkan hasil-hasil MBTI adalah (a) semua tipe itu berharga dan niscaya serta memiliki kekuatan dan kelemahan

tertentu; (b) individu lebih termapil dalam fungsi, proses, dan sikap yang mereka sukai.  Tes-tes Situasional

Tes ini merupakan tes yang menempatkan peserta tes dalam situasi yang

cukup mirip atau mensimulasikan situasi kriteria “hidup sesungguhnya”. Akan tetapi, dalam tes- tes yang disebut disini, perilaku kriteria yang dijadikan sampel biasanya lebih bervariasi dan rumit.

Tes Penyelidikan Pendidikan Karakter. Tes-tes ini dirancang , terutama

sebagai instrument riset untuk digunakan dalam proyek yang ekstensif sifat dan perkembangan karakter pada anak. meskipun demikian, tekniknya bisa diadaptasikan pada maksud testing lainnya da nada yang memang sudah diadaptasikan. Tes-tes diselenggarakan dalam bentuk ujian di kelas secara regular, sebagai bagian dari pekerjaan rumah murid, dalam rangka kontes atletik, atau sebgaai permainan-permainan.

Tes-tes CEI dalam cara yang baru dan asli untuk mengukur ciri-ciri

perilaku seperti, kejujuran, kendali diri, dan altruism. Jumlah paling besar menyangkut kejujuran dan mencakup situasi di mana anak-anak diyakinkan bahwa doberi instruksi untuk membuat tanda dalam 10 lingkaran kecil yang diletakkan secara tidak teratur dengan mata tertutup. Kebanyakan te CEI terbukti memiliki daya diskriminatif yang baik, yang menghasilkan perbedaan individu dengan rentang luas dalam skor-skor.

Tes Situasional dalam Pusat Penaksiran Penaksiran dan Teknik-teknik

Memainkan Peran. Tes situasional merupakan bagian utama dari program pusat penaksiran yang diperkenalkan oleh United States Office of Strategic Services (OSS) selama Perang Dunia II. Tes ini mwakili prosedur utama dalam seleksi personel militer untuk tugas kritis di luar negeri (Murray & MacKinnon, 1946; OSS Assessment Staff, 1948). Satu jenis tes yang dikembangkan oleh OSS adalah stress situasional, yang dirancang untuk mengambil sampel perilaku individu di bawah kondisi penuh stress, frustasi, atau terganggu secara emosional. Jenis tes situasional lainnya adalah menggunakan kelompok tanpa pimpinan sebagai alat untuk menguji sifat-sifat, seperti kerja tim, panjangnya akal, inisiatif, dan kepemimpinan.

Sejumlah tes situasional menggunakan permainan peran atau improvisasi

untuk menumbuhkan perilaku minat. Meskipun permainan peran adalah salah satu teknik yang digunakan dalam program penaksiran OSS, teknik ini memiliki asal mula yang lebih dini dan penerapan yang lebih luas.

Konsep Diri dan Konstruktur

Deskripsi diri individu dengan begitu menjadi kepentingan utama dalam dirinya sendiri lebih daripada dipandang sebagai substitusi terbaik kedua untuk observasi perilaku lainnya. Juga ada minat pada lingkup penerimaan diri yang ditunjukkan oleh individu.

Tes Menlengkapi Kalimat Universitas Washington. Interpretasi respon-respo inventori dalam kaitan dengan konseptualisasidiri membentuk dasar pendekatan teoritis pada perkembangan kepribadian yang dirumuskan oleh Loevinger (1966a, 1966b, 1976, 1987, 1993; Loevinger &Ossorio, 1958). Dengan mengumpulkan banyak temuan yang terpisah dari

penelitian sendiri dan penelitian orang lain, Loevinger mengemukakan ciri kepribadian yang ia rumusan sebagai kemampuan untuk mengonseptualisasikan diri sendiri atau untuk “mengambil jarak” dari diri sendiri dan impuls-mpulsnya. Berdasarkan data dari banyak sumber, Loevinger mengemukakan bahwa kemampuan untuk membentuk konsep diri meningkat bersama dengan usia, intelegensi, pendidikan, dan tingkat sosioekonomik. Bersamaan dengan meningkatnya kematangan, individu maju melampaui konsep stereotip ke konsep diri yang teridentifikasikan dan realistik. Pada titik ini, individu sepenuhnya sadar akan keunikan dirinya dan menerima diri apa adanya.

Ciri konseptualisasi diri inilah, yang dinamakan sebagai perkembangan ego atau tingkat ego, yang hendak diukur oleh Loevinger dan rekan-rekan dalam Washington University Sentence Competition Test (WUSCT-Loevinger, 1985, 1987; Loevinger & Wessler, 1970;

Loevinger, Wessler, & Redmore, 1970). Kerangka teoritis pengarang mendalilkan Sembilan tingkat perkembangan ego sebagai berikut: Prasosial, Impulsif, Perlindungan-Diri, Konformis, Sadar-Diri, Sikap hati-hati, Individualistik, Autonom, dan Terpadu.

Inventori Rasa Harga Diri dan Ukuran-ukuran Terkait. Tujuan utama dari penelitian ini berkaitan dengan efek dari evaluasi diri individu atas kinerjanya. Secara khusus ada kesepakatan yang luas bahwa harga diri adalah determinan yang menentukan dari variable- varabel yang secara psikologis penting, seperti kemampuan mengatasi masalah dan perasaan sejahtera. Pengukuran atas harga diri untuk penelitan dan maksud-maksud terapan secara trandisional maju berdasarkan asumsi-asumsi ini.

Daftar Cek Ajektif. Beberapa teknik yang berorientasi luas telah dikembangkan secara khusus untuk melakukan penaksiran atas konsep diri. Instrumen yang bisa diterapkan secara luas dan dewasa ini tersediasecara komersial, yaitu Adjective Check Listn (ACL) atau daftar cek ajektif. Sebagai instrument penelitian, ACL telah diterapkan pada berbagai maslaah, dari bidang-bidang, seperti psikopatologi, pilihan pekerjaan, kreativitas, perilaku politis dan ekonomis, bahkan reaksi pasien terhadap orthodontia dan lensa kotak. ACL juga telah digunakan dalam memeringkat tokoh-tokoh historis dari biografi dan karya mereka yang

diterbitkan (Welsh, 1975a) dan dalam menentukan ciri objek-objek tak berjiwa, seperti kota dan mobil.

Sortasi Q. teknik ini awalnya dikembangkan oleh Stephenson (1953) untuk mengimplementasikan suatu pendekatan pada penelitian yang dikenal sebagai metodologi Q (lihat, misalnya, Kerlinger, 1986, Bab 32; McKeown & Thomas, 1988). Sortasi-sortasi Q telah digunakan untuk mempelajari berbagai masalah psikologis. Dalam penelitian intensif atas kepribadian individu, responden telah diminta untuk memilah-milah kembali perangkat soal yang sama dalam kerangka rujukan yang berbeda.

Semantik Diferensial. Pertama kali dikembalikan oleh Osgood dan rekan-

rekannya (Osgood, Suci, & Tannenbaum, 1957) sebagai alat penelitian tentang psikologi makna, meskipun kemungkinan penggunakan untuk penaksiran kepribadian langsung diterima.

Semantik Diferensial mewakili suatu prosedur standard an kuantitatif untuk konotasi konsep apa pun untuk individu.

Respon-respons pada Diferensial Semantik bisa dianalisis dengan beberapa cara. Untuk penanganan kuantitatif, peringkat-peringkat pada tiap skala bisa diberi angka numeric dari 1 sampai 7 atau dari -3 sampai +3.

Role Construct Repertory Test. Pengembangan Rep Test ini amat dekat terkait dengan teori kepribadian Kelly. Dasar pemikiran dalam teori ini adalah konsep-konsep atau konstruk-konstruk yang digunakan individu untuk memahami objek atau peristiwa

memengaruhi perilakunya. dalam psikoterapi, sering perlu membangun konstruk-konstruk baru dan menyingkirkan konstruk-konstruk lama untuk bisa membuat kemajuan.

Rep Test dirancang untuk membantu ahli klinis mengidentifikasi sejumlah konstruk penting tentang orang dari kliennya. Rep Test menghasilkan data yang bisa disusun dalam sebuah matriks atau kisi-kisi dan hal ini memungkinkan penaksiran atas hubungan antara konstruk-konstruk. Rep Test dalam berbagai modifikasi, telah digunakan dalam banyak

penelitian tentang maslah-maslaah yang terkait dengan, antara lain, teori kepribadian, kognisi social, pendidikan, dan komunikasi, serta dengan psikoterapi dan penaksiran.

Lingkungan yang Dipersepsi dan Iklim Sosial. Skala iklim social dapat diterapkan pada berbagai konteks: program penanganan psikiatris di rumah sakit dan di masyarakat, fasilitas penampungan dan lembaga permasyarakatan, lingkungan militer, tempat tinggal mahasiswa, kelas-kelas sekolah menengah, lingkungan kerja dan keluarga; selain itu juga ada skala lingkungan kelompok yang lebih umum untuk kelompok yang berorientasi kerja, social, dan saling mendukung.

Laporan-laporan Pengamat

Pengamatan langsung atas perilaku memainkan peranan penting dalam

penaksiran kepribadian, entah dalam klinik, pusat konseling, ruang kelas, kantor tenaga kerja, entah konteks lainnya yang memerlukan evaluasi individual. Tetapi, terhadap keuntungan yang jelas dari prosedur standar semacam itu, kita harus menyeimbangkan keuntungan pengambilan sampel yang luas atas perilaku yang tersedia melalui teknik observasi dalam lingkungan alamiah.

Observasi Naturalistik. Teknik-teknik observasi ini telah terbukti berguna di ruang kelas, terutama jika pengamat adalah guru atau orang lain yang sudah cocok dengan lingkungan sekolah yang normal. Penerapan utama teknik-teknik penaksiran semacam ini ditemukan dalam progam modifikasi perilaku yang diadakan diadakan di sekolah, rumah, pusat perawatan anak, klinik, rumah sakit, atau konteks, lainnya. Bisa dicatat juga bahwa observasi naturalistik memilik banyak persamaan dengan tes situasional yang dibahas sebelumnya. keuda alat ini berbeda terutama dalam dua hal: pada observasi naturalistic, tidak ada kendali atas situasi stimulus dan setidaknya-tidaknya dalam kebanyakan metode observasi suatu sampel perilaku yang lebih luas diamati.

Wawancara. Wawancara memenuhi berbagai tujuan dalam psikologi klinis, konseling psikologi personalia, dan pendidikan. Dalam hal bentuk, wawancara bisa berbeda dari

yang berbentuk amat terstruktur samai wawancara berpola atau tertuntun yang mencakup bidang-bidang yang telah ditentukan sebelumnya, dan juga sampai wawancara yang tidak berarah serta mendalam di mana pewawancara semata-mata menggantungkan latarnya dan mendorong orang yang diwawancarai untuk bicara sebebas mungkin.

Peringkat-peringkat. Meskipun peringkat-peringkat bisa diperoleh dalam banyak konteks dan untuk berbagai maksud, bagian ini berurusan dengan penggunaan peringkat- peringkat sebagai evaluasi individu oleh pemeringkat atas dasar observasi yang kumulatif dan tak terkontrol atas hidup sehari-hari.

Salah satu yang memengaruhi validitas pemeringkat adalah lingkup dari kontak relevan memeringkat dengan orang yang harus diperingkat (Freeberg, 1969; Landy & Farr, 1980; Paulhus & Bruce, 1992;Wiggins & Pincus, 1992, hlm. 493-496). Contoh kesalahan-kesalahan dari pemeringkat yaitu efek halo, kesalahan tendensi sentral, kesalahan kemurahan hati.

Teknik-teknik Nominasi. Prosedur penilaian yang amat berguna dalam

memperoleh penaksiran kelompok sebaya adalah teknik nominasi. Teknik yang pada awalnya dikembangkan dalam sosiometri (J. L. Moreno, 1953) untuk meneliti struktur kelompok, bisa digunakan dalam kelompok orang apa pun yang sudah cukup lama bersama-sama untuk mengenal satu sama lain, seperti dalam kelas, pabrik, klub, atau unit militer.

Daftar Periksa dan Sortasi-sortasi Q. Adjective Check List (ACL) telah digunakan secara luas untuk memperoleh evaluasi pengamat dalam program penelitian IPAR (Gough & Heilbrun, 1983). Sortasi Q juga telah digunakan secara luas untuk evaluasi pengamat. Block (1961/1978) awalnya mengembangkan California Q-Sort Deck untuk menyediakan bahasa yang standar bagi evaluasi kepribadian komprehensif oleh pengamat yang terlatih secara

professional.  Biodata

Buku harian dan autobiografis juga merupakan sumber informasi yang kaya bagi pengarang psikobiografi dan orang-orang lain yang tertarik dalam studi atas kehidupan individu. Secara historis, butir soal skala biografis telah diseleksi dan di bobot menurut pengujian kriteria sebagaimana dalam penyusunan inventori, misalnya MMPI dan Strong. Ketika prosedur-

prosedur ini diikuti, inventori biodata terbukti merupakan alat prediksi yang baik secara konsisten atas kinerja pada berbagai konteks.

Disamping pendekatan tradisional pada pengembangan inventori, metode baru untuk memunculkan, menyeleksi, dan mengunci butir-butir soal biodata sedang di coba dalam upaya untuk memuat instrument yang dihasilkan lebih bisa digeneralisasikan dan bisa

dipindahkan.

Bab 17 – Konteks Utama Penggunaan Tes Dewasa Ini

Dalam dokumen Bab 1 Hakikat dan Kegunaan Tes Psikolog (Halaman 45-49)

Dokumen terkait