• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teknologi Video di Internet untuk Pemantauan Tingkat Radiasi

Muhammad Kunta Biddinika

Research Laboratory for Nuclear Reactors, Tokyo Institute of Technology, Japan Email: mkuntab@gmail.com 

Video internet

Tidak lama selang waktu antara Will Dalrymple, editor kepala di Nuclear Engineering Magazine , yang menceritakan betapa hebatnya tampilan video di internet sekarang serta berbagai aplikasi sederhananya yang melibatkan teknologi nuklir khususnya PLTN,1 dengan gempa yang diikuti dengan tsunami di Tohoku terjadi. Tsunami itu menjadi penyebab utama kecelakaan PLTN Fukushima Dai-ichi.2  Meski hanya dengan kamera yang murah sekalipun, menurutnya, dapat dihasilkan gambar yang cukup bagus serta menarik untuk dinikmati. Dia menggarisbawahi kekuatan video dibandingkan media-media komunikasi lainnya karena video mencerminkan apa yang kita dengar dan kita lihat secara langsung sehingga bisa membawa sebuah sensasi realisme yang lebih mampu menghadirkan keadaan sebenarnya.

Dalrymple mencontohkan beberapa video yang terkait dengan ketenaganukliran, khususnya PLTN. Tetapi semua yang dia ceritakan adalah yang berbentuk video on demand , di mana sebuah rekaman video sudah diunggah ke server terlebih dahulu, baru kemudian bisa dinikmati rekaman itu dari awal hingga akhir, secara utuh, kapan pun kita ingin menikmatinya. Kita juga bisa mengatur video tersebut, apakah akan dimajukan atau dimundurkan ditengah-tengah pemutarannya. Video seperti ini relatif lebih mudah ditemui di internet. Youtube   adalah penyedia layanan video-on-demand  yang paling terkenal di internet.

Pemantauan tingkat radiasi nuklir melalui vidoe internet

Ada manfaat layanan video lainnya di internet yang sebenarnya bisa diaplikasikan dalam teknologi nuklir, yaitu untuk keperluan pemantauan. Aplikasi ini sangat cocok, khususnya, untuk pasca kecelakaan Fukushima Dai-ichi di mana radiasi nuklir perlu dipantau secara terus menerus; kalau perlu secara real-time . Idenya adalah bahwa kita dapat mengarahkan webcam  ke bagian jendela bacaan detektor radiasi atau survey-meter , dan menyambungkan webcam  tersebut ke personal computer  yang punya akses internet. Kemudian, gambar yang ditangkap webcam tersebut dimasukkan ke penyedia layanan video internet yang punya kemampuan penyiaran secara langsung (live broadcasting ). Hasilnya, video yang ditangkap oleh webcam tersebut dapat ditampilkan secara langsung melalui internet lewat layanan live broadcasting berbasis web.

Beberapa pemantauan radiasi yang dapat dilihat secara langsung melalui fasilitas video internet  tersebut dikumpulkan dalam satu situs seperti yang dapat dilihat di http://future-box.de/.3Meski sekilas situs ini berpenampilan seperti Youtube , tetapi ada perbedaan mendasar yang tidak bisa ditemui pada video dari live broadcasting   tadi, yaitu jendela yang menampilkan video tersebut tidak punya fasilitas untuk memaju-mundurkan video tadi. Jadi pemirsa hanya bisa mengatur ukuran tampilan dan volume suara video tersebut saja. Ini persis dengan layanan televisi melalui internet.

Perbandingan video internet Ventle dan Ustream

Ada dua website yang banyak digunakan layanan live broadcasting nya, yaitu Veetle (http://veetle.com/ ) dan Ustream (http://www.ustream.tv/ ). Ustream lebih ramah kepada hampir semua browser internet, sementara Veetle hanya ramah ke beberapa browser saja. Artinya, Veetle mengharuskan kita meng-install plug-in  terlebih dahulu ke browser  yang dipakai sebelum bisa menggunakan fasilitasnya. Itu pun tidak bisa dari semua browser  internet, misalnya Veetle masih belum bisa dijalankan dengan browser Safari. Sementara Ustream tidak perlu melakukan

instalasi plug-in  apapun ke browser  manapun. Hal ini berlaku baik ketika kita menyiarkan suatu tampilan dari webcam kita maupun ketika kita menonton siaran.

Secara kualitas tampilan, Veetle memang lebih mampu menyiarkan video dengan kualitas high definition   sekalipun; tergantung apakah perangkat kerasnya mendukung atau tidak. Tetapi, tidak demikian dengan Ustream. Tidak peduli sebagus apa perangkat kerasnya, kualitas tampilan dan suara yang dihasilkannya tidak sama dengan kualitasnya dengan yang high definition . Meski begitu, jendela video dari Ustream lebih banyak dipasang (embedded ) di tampilan website.3  Kemudahan ini pula yang menjadikan Ustream lebih bisa dipilih untuk keperluan pemantauan radiasi tersebut.3

Pemantauan tingkat radiasi oleh pemerintah daerah di Jepang

Sebagai ilustrasi, mari kita cermati pemantauan radiasi yang dilakukan oleh pemerintah-pemerintah daerah di seluruh Jepang pasca terjadinya kecelakaan di salah satu PLTNnya. Semua pemerintah provinsi (prefektur) di Jepang memiliki sistem deteksi radiasi. Ketika terjadi kecelakaan di Fukushima Dai-ichi, hasil pemantauan radiasi di tiap prefektur dilaporkan secara periodik kepada pemerintah pusat. Kemudian, pemerintah pusat lewat Kementerian Pendidikan, Sains dan Teknologi (MEXT) melaporkan rekapitulasi pantauan semua prefektur secara periodik. Dalam kasus ini adalah hasil pemantauan dilaporkan dua kali sehari kepada publik melalui website.4  Artinya, ada rentang waktu antara saat detektor menampilkan tingkat radiasinya dengan waktu saat publik melihat hasilnya. Itu pun sudah merupakan hasil rerata bacaan detektor tiap satu jam.

Bandingkan jika publik dapat melihat langsung bacaan detektor radiasi yang dimiliki oleh setiap prefektur tadi. Bahkan, misalnya, dalam satu prefektur terdapat lebih dari satu detektor pun, semuanya bisa ditampilkan secara embedded   dalam website tiap prefektur. Semua hasil detektor dari seluruh prefektur tidak perlu dikumpulkan dalam satu website yang dikelola MEXT, misalnya. Cukup tiap prefektur yang kesemuanya memang sudah punya website yang menampilkan video dari jendela bacaan detektor yang dimilikinya.

Pemantauan tingkat radiasi di KBRI Tokyo

Dengan demikian, MEXT tetap saja terus merekapitulasi seluruh data radiasi per jam dari tiap prefektur dan melaporkannya via website dua kali sehari. Namun publik juga bisa lebih meyakinkan dirinya lagi dengan cara melihat bacaan detektor-detektor milik setiap prefektur yang ditampilkan secara embedded  di website masing-masing prefektur tersebut. Kalau perlu, publik bahkan bisa ikut menghitung tingkat radiasi di prefektur tertentu dengan cara mereratakan hasil yang dia baca langsung dari detektor yang bacaannya dapat dia amati secara real-time .

Kedutaan Besar Republik Indonesia di Tokyo (KBRI Tokyo) juga berencana memanfaatkan teknologi video internet tersebut untuk memberikan informasi paparan radiasi secara real-time . Sebuah detektor radiasi akan dipasang di KBRI Tokyo dan bacaannya akan ditampilkan di websitenya (http://www2.indonesianembassy.jp/ ) dengan teknologi tersebut. Nantinya, masyarakat bisa langsung mengamati tingkat radiasi di Tokyo, khususnya di sekitar lokasi KBRI Tokyo. Meskipun status aman atau tidaknya suatu tempat dari bahaya radiasi tidak dapat ditentukan hanya dengan satu detektor saja, tetapi paling tidak, pemanfaatan teknologi video internet untuk pemantauan radiasi ini dapat mengurangi kekhawatiran masyarakat Indonesia yang ada di Tokyo, khususnya, dan juga masyarakat Indonesia yang berencana bepergian ke Tokyo.

Referensi

1. Dalrymple W. Seeing is believing. Nuclear Engineering International Magazine. 2011; 56(680):5. 2. Japan Nuclear and Industrial Safety Agency. Great East Japan Earthquake and the seismic damage

http://www.meti.go.jp/english/earthquake/nuclear/pdf/110427_0800_factsheet.pdf  diakses pada 30 April 2011.

3. Kumpulan video internet pemantauan radiasi di beberapa tempat diantaranya di Jepang. URL: http://future-box.de/blog/?tag=messnetz diakses pada 30 April 2011.

4. Reading of environmental radioactivity level (English version). URL: http://www.mext.go.jp/english/incident/1303962.htm diakses pada 30 April 2011.

Dokumen terkait