• Tidak ada hasil yang ditemukan

Telaah Media Preparat

Dalam dokumen STUDI INDEKS MITOSIS MERISTEM UJUNG AKAR (Halaman 147-165)

akar Allium fistulosum dengan pewarna hematoksilin

4. Telaah Media Preparat

Media preparat yang telah dibuat ditelaah berdasarkan aspek keintensifan penyerapan warna hematoksilin maupun filtrat Syzygium cumini pada kromosom dan aspek kelayakan preparat. Pada penelitian ini dilakukan hingga tahap telaah preparat karena salah satu tujuan dari penelitian ini adalah mengetahui filtrat kulit buah Syzygium cumini sebagai pewarna alterrnatif pewarna baku (hematoksilin) sebagai pewarna inti sel / kromosom sehingga tidak ada tahap perbaikan preparat. Preparat mitosis yang menggunakan pewarna hematoksilin digunakan sebagai pembanding.

a. Telaah pewarnaan hematoksilin dan pewarna filtrat kulit buah Syzygium cumini pada preparat mitosis squash meristem ujung akar Allium

Berdasarkan tabel 4.11; 4.13; dan 4.15 secara umum hasil penyerapan zat warna seluruh preparat mitosis meristem ujung akar 3 spesiesAllium dengan pewarna hematoksilin (Preparat 1-9) maupun dengan pewarna filtrat kulit buah Syzygium cumini (Preparat 10-18) menampakkan inti sel / kromosom sel Allium yang terlihat jelas dalam satu lapang pandang maupun secara menyeluruh.

Hasil pewarnaan inti sel / kromosom dengan menggunakan filtrat kulit buah Syzygium cumini memperlihatkan hasil pewarnaan yang sama dengan pewarna baku inti sel / kromosom yang umum digunakan pada histoteknik. Pewarna hematoksilin maupun filtrat kulit buah Syzygium cumin memulas kromosom sel Allium dengan kuat sehingga kromosom tampak terlihat jelas. Penggunaan hematoksilin sebagai pewarna membuat kromosom tampak berwarna biru kehitaman sedangkan pewarnaan menggunakan filtrat kulit buahSyzygium cumin membuat kromosom tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Sitoplasma yang tidak terwarnai dalam satu lapang pandang membuat warna kromosom tampak kontras sehingga kromosom sangat mudah untuk diamati.

Proses pewarnaan pada hakikatnya adalah proses pembentukan senyawa kompleks melalui ikatan kovalen koordinasi antara logam dengan satu atau lebih ligan pada senyawa pewarna dan jaringan yang sangat berhubungan dengan asam dan basa lewis dimana asam lewis adalah senyawa yang bertindak sebagai penerima pasangan bebas sedangkan basa lewis adalah senyawa yang bertindak sebagai penyumbang pasangan elektron (Day dan Underwood, 1998).

Senyawa sianidin memiliki dua gugus katekol (orto hidrokuinon). Gugus katekol memiliki gugus hidroksil berdekatan yang dapat bereaksi dengan ion logam membentuk ikatan kompleks yang stabil (Day dan Underwood, 1998). Pada pewarnaan dengan

penambahan mordan iron alum (Fe), atom O pada gugus fosfat DNA dan atom O pada gugus -OH katekol akan berfungsi agen pengkelat(ligan)ion Fe3+. Ikatan pewarna dan mordant membentuk ikatan kompleks disebut lake (Baker, 1958). Lake yang terbentuk adalah senyawa kompleks (CyFe)2+. Lake kemudian akan membentuk ikatan dengan jaringan kromosom.

Kompleks (CyFe)2+ bertindak sebagai penyumbang elektron dengan adanya elektron bebas dari atom Fe akan menyumbangkan satu ion Fe3+ (bertindak sebagai basa Lewis) pada fosfat anion (bertindak sebagai asam Lewis). Atom O pada ikatan fosfat akan bertindak sebagai agen pengkelat (ligan) pada senyawa kelat (ikatan kompleks pewarna sianidin, mordan iron alum dan fosfat anion pada polinukleotida).

Satu elektron pada ion Fe3+ pada pewarna (CyFe)2+ akan berikatan dengan atom-atom O pada fosfat anion membentuk ikatan kovalen. Ikatan yang terjadi antara ikatan tunggal atom O anion pada fosfat dengan logam Fe adalah ikatan ionik, sedangkan ikatan rangkap dua atom O pada fosfat dengan logam Fe adalah ikatan kovalen koordinasi dengan atom O sebagai penyumbang elektron.

Penilaian tingkat kekuatan penyerapan warna hematoksilin (Preparat1 1-9) maupun filtrat kulit buah Syzygium cumini (Preparat 10-18) pada inti sel / kromosom sel meristem ujung akar 3 spesies Allium oleh penelaah 1, 2 dan 3 secara umum mendapatkan skor tiga tanda plus (+++) yang artinya pewarna

terpulas kuat pada inti sel / kromosom sehingga kromosom inti sel / kromosom dapat terlihat dengan jelas. Namun, beberapa preparat ada yang mendapatkan skor dua tanda plus (++) yang artinya pewarna terpulas lemah pada inti sel / kromosom sehingga kromosom inti sel / kromosom terlihat kurang jelas. Perbedaan kekuatan pewarnaan ini dapat disebabkan oleh terlalu lamanya waktu saat tahap hidrolisis sehingga mengurangi afinitas pewarna terhadap kromosom (Setyawan dan Sutikno, 2000). Berdasarkan beberapa pendapat penelaah, ada beberapa preparat mitosis dengan pewarna hematoksilin maupun dengan pewarna filtrat kulit buahSyzygium cuminiyang warnanya tampak kurang jelas. Perbedaan ini dapat disebabkan terdegradasinya warna dari pigmen hematoksilin maupun sianidin. Hematoksilin dan sianidin merupakan senyawa flavonoid, stabilitas warna senyawa flavonoid utamanya antosianin cenderung tidak stabil disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya pH, temperatur, cahaya dan oksigen (Robinson, 1991). Pada pengamatan terhadap warna, adanya sinar matahari menyebabkan degradasi pigmen yang ditunjukkan penurunan absorbansi dimana secara visual warna tampak semakin memudar dibandingkan pada saat awal pembuatan preparat. b. Telaah kelayakan preparat mitosis meristem ujung

akar Allium dengan pewarna hematoksilin dan pewarna filtrat kulit buahSyzygium cumini

Berdasarkan tabel 4.12; 4.14; dan 4.16, secara umum hasil tampilan seluruh preparat mitosis meristem ujung akar 3 spesies Allium dengan

pewarna hematoksilin (Preparat1 1-9) maupun dengan pewarna filtrat kulit buah Syzygium cumini (Preparat 10-18) menunjukkan kategori sangat layak. Aspek kelayakan preparat dinilai dari hasil telaah aspek tampilan secara umum dan aspek manfaat. Kriteria yang dinilai pada aspek tampilan umum meliputi kriteria tampilan media preparat, keakuratan materi dan penilaian secara mikroteknik. Pada aspek manfaat media preparat kriteria yang dinilai yaitu meliputi kriteria manfaat media preparat dalam mengatasi perbedaan pengalaman siswa dan manfaat media preparat dalam mengatasi keterbatasan ruang.

Pada aspek tampilan umum, sub aspek tampilan media preparat pada kriteria identitas, semua preparat menunjukkan skor 4 yang berarti semua preparat memiliki identitas preparat. Identitas preparat diperlukan untuk mengetahui informasi yang terdapat dalam preparat mikroskopis, umumnya informasi di dalam identitas preparat yaitu jenis preparat, nama objek preparat, jenis pewarna, nama pembuat dan waktu pembuatan. Pada subkriteria gelembung udara memiliki variasi skor 3 dan 4. Skor 3 diperoleh oleh preparat 14, 15, 8, 16, 17, dan 18 sedangkan preparat lainnya mendapatkan skor 4. Adanya gelembung udara pada preparat dapat menghalangi pandangan saat melakukan pengamatan. Gelembung udara dapat disebabkan oleh adanya gelembung udara pada mountant maupun pada saat pemberian mountant. Teknik squashing yang kurang baik juga dapat menyebabkan terdapatnya gelembung udara.

Pada sub aspek keakuratan materi pada kriteria kelengkapan fase dalam satu unit preparat, semua preparat menunjukkan skor 4 yang berarti pada semua preparat terdapat interfase dan fase mitosis lengkap. Secara umum preparat mendapatkan skor 4 pada kriteria kelengkapan fase mitosis dalam satu lapang pandang dan kemudahan menemukan fase kecuali pada preparat 4 dan 5 yang mendapatkan skor 3. Preparat dibuat dengan mengacu pada waktu acu pemotongan dimana ditemukan indeks mitosis (IM) terbesar pada setiap spesies tanaman. Nilai IM tertinggi Allium sativum, A. cepa dan A. fistulosum secara berturut-turut terjadi pada jam 09.00 WIB, 12.00 WIB dan 06.00 WIB.

Pada saat IM tertinggi banyak sel-sel meristem yang aktif bermitosis, sehingga secara keseluruhan lapang pandang pengamatan pada semua preparat ditemukan fase interfase dan fase lengkap mitosis. Ketidaklengkapan fase pada pengamatan dalam satu lapang pandang disebabkan sel-sel mitosis tersebar secara acak dan tidak merata saat melakukan squashing, namun pengamatan secara cermat pada beberapa titik lapang pandang dalam satu preparat akan didapatkan fase interfase dan fase lengkap mitosis. Persebaran sel-sel mitosis yang tidak merata menyebabkan pengamatan membutuhkan waktu yang lebih lama. Squashing juga dipengaruhi oleh proses hidrolisis. Tujuan hidrolisis yaitu untuk melarutkan lamela tengah sel-sel meristematis yang belum kuat perlekatannya sehingga sel dapat dipisah-pisahkan hingga ketebalannya tinggal selapis saja (Setyawan dan Sutikno, 2000). Perlakuan hidrolisis

yang terlalu lama menyebabkan sel-sel mudah lepas satu sama lain, sehingga pemejetan cover glass yang terlalu kuat menyebabkan jarak antar sel jauh.

Penilaian kriteria-kriteria pada sub aspek mikroteknik semua preparat menunjukkan skor 4 yang menunjukkan kategori sangat baik. Pewarna hematoksilin maupun filtrat kulit buah Syzygium cumin memulas kromosom sel Allium dengan kuat sehingga kromosom tampak terlihat jelas dalam satu lapang pandang. Penggunaan hematoksilin sebagai pewarna membuat kromosom tampak berwarna biru kehitaman sedangkan pewarnaan menggunakan filtrat kulit buahSyzygium cuminmembuat kromosom tampak berwarna ungu tua di bawah mikroskop. Sitoplasma yang tidak terwarnai dalam satu lapang pandang membuat warna kromosom tampak kontras sehingga kromosom sangat mudah untuk diamati. Penyebaran sel-sel dalam satu lapang pandang pada semua preparat tampak merata satu per satu dan tidak menumpuk sehingga sel-sel meristem yang sedang dalam tahapan interfase maupun mitosis tampak dengan jelas.

Pada kriteria perbesaran mikroskop, sel yang sedang mengalami fase interfase maupun fase-fase mitosis pada semua preparat sudah dapat diamati pada perbesaran 100-400 kali, ini karena ukuran kromosom sel Allium yang memiliki kromosom bertipe besar, sehingga dengan perbesaran 100-400 kali sudah dapat diamati dengan jelas.

Pada aspek manfaat media preparat, semua preparat telah memenuhi kriteria sebagai syarat manfaat media preparat yang baik yaitu mengatasi

perbedaan pengalaman siswa dan mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera. Preparat mitosis meristem ujung akar Allium menyajikan secara konkret bentuk sel tumbuhan, bentuk kromosom dan keadaan kromosom interfase maupun keadaan selama pembelahan mitosis sel akar Allium. Kegiatan pengamatan pembelahan mitosis sel melalui media preparat mitosis meristem ujung akar Allium akan dapat menyamakan persepsi siswa bentuk kromosom, interfase dan fase-fase mitosis sehingga menyamakan dan mengatasi perbedaan pengalaman yang diperoleh siswa selama pengajaran (Budiono, 1992).

Guru maupun siswa dapat membuat preparat mitosis dengan metode yang mudah dan tidak membutuhkan waktu yang lama. Bahan utama untuk membuat preparat mitosis Allium mudah ditemukan dan harganya relatif terjangkau. Media preparat yang dihasilkan dapat memvisualkan morfologi dan fase mitosis sel secara konkret. Preparat mitosis Allium dapat mengatasi keterbatasan daya indera penglihat untuk mengamati objek berupa morfologi dan fase mitosis sel yang berukuran sangat kecil melalui mikroskop sehingga preparat mitosis Allium dapat mengatasi keterbatasan ruang, waktu dan daya indera (Budiono, 1992).

131 A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat disimpulkan bahwa:

1. Tanaman alternatif yang dapat digunakan sebagai bahan utama pembuatan preparat mitosis squash untuk pengamatan mitosis adalah spesies tanaman dari genus AlliumyaituAllium sativum(2n=16),A. cepa(2n=16) danA. fistulosum(2n=14).

2. Waktu pemotongan ujung akar tanaman bawang untuk digunakan sebagai acuan dalam pembuatan preparat mitosis ditemukan dalam waktu yang berbeda-beda berdasarkan pada waktu ditemukannya nilai Indeks Mitosis (IM) tertinggi. Nilai IM tertinggi masing-masing tanaman Allium sativum, A. cepa dan A. fistulosum yang muncul pada waktu yang berbeda-beda sekalipun dalam satu genus. Nilai IM A. sativumtertinggi sebesar 11.410% yang ditemukan pada jam 09.00 WIB; IMA. cepatertinggi sebesar 11.326% yang ditemukan pada jam 12.00 WIB; sedangkan IM A. fistulosum tertinggi sebesar 12.617% yang ditemukan pada jam 06.00 WIB.

3. Kelayakan filtrat kulit buah Syzygium cumini sebagai pewarna alternatif untuk pembuatan preparat mitosis squash dapat diketahui dari hasil telaah preparat mitosis squash Allium sativum, A. cepa, A. fistulosum yang memperlihatkan hasil pewarnaan yang sama dengan hematoksilin sebagai pewarna baku inti sel / kromosom yang umum digunakan pada histoteknik sehingga dapat digunakan sebagai pewarna alternatif untuk mewarnai inti sel inti sel / kromosom.

4. Kelayakan media preparat mitosis tentang indeks mitosis yang menggunakan pewarna filtrat kulit buahSyzygium cuminidapat diketahui dari hasil telaah seluruh preparat mitosis squash Allium sativum, A. cepa, A. fistulosum (Preparat 10, 11, 12, 13, 14, 15, dan 16) memperoleh nilai bervariasi antara 81% - 100% dengan kategori sangat layak sehingga dapat digunakan sebagai media preparat untuk pengamatan pembelahan mitosis sel.

B. Saran

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan, disarankan:

5. Lebih memerhatikan teknik squashing agar tidak berdampak dengan hancurnya sel-sel dan kromosom sel. 6. Adanya penelitian lanjutan mengenai stabilitas pewarna

filtrat kulit buah Syzygium cuminidalam penggunaannya untuk mewarnai inti sel / kromosom.

7. Adanya penelitian lanjutan mengenai penggunaan pewarna filtrat kulit buah Syzygium cumini dalam pewarna inti sel / kromosom hewan dan jaringan hewan. 8. Adanya penelitian lebih lanjut yang serupa dengan

penelitian ini dengan memanfaatkan pewarna alternatif lain selain dari filtrat kulit buahSyzygium cumini.

9. Adanya penelitian lebih lanjut dari penelitian ini sampai ke tahap keterpakaian oleh guru dan siswa.

133

of some accessions of African yam bean Sphenostylis stenocarpa (Hochst. Ex. A. Rich.) Harm. African Journal of plant Science, (Online), Vol 5, No 14, (http://www. academicjournals.org/ajps), diakses 17 September 2013). Agustin, Wiji. 2009. Pengembangan Media Preparat Mitosis untuk

Mendukung Pembelajaran Biologi Berbahasa Inggris Pada konsep Pembelahan Sel. Skripsi tidak diterbitkan. Surabaya: Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Surabaya. Akinloye, A.J., Illoh, H.C., dan Olagoke A.O. 2010. Screening of

some Indigenous Herbal Dyes for Use in Plant Histologicalstaining. Journal of Forestry research, (Online), Vol. 21, No. 1,(https://www.academia.edu/689862/ Screening_of_some_indigenous_herbal_dyes_for_use_in_p lant_histological_staining, diakses 17 September 2013). Anggarwulan, E., Etikawati, N., Setyawan, A. D. 1999. Karyotip

Kromosom pada Tanaman Bawang Budidaya (Genus Allium; Familia Amaryllidaceae).Journal BioSMART, Vol. 1, No. 2, (http://biosmart.mipa.uns.ac.id/index.php/biosma rt/article/download/52/25.pdf, diakses 17 September 2013).

Arsyad, Azhar. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Ayyanar, Muniappan dan Babu, Pandurangan. 2012. Syzygium cumini (L.) Skeels: A Review of Its Phytochemical Constituents and Traditional Uses. Journal of Asian Pacific Journal of Tropicak Biomedicine, (Online), Vol. -, No. 15, (http://www.apjtb.com/zz/20123/15.pdf, diakses 13 Desember 2013).

Baker, John R. 1958.Principles of Biological Microtechnique a Study of Fixation and Dyeing. Great Britain: Richard Clay and Company Ltd.

Bechtold, Thomas. 2009. “Natural Colorants in Hair Dyeing”. Dalam Bechtold, Thomas, Mussak, Rita (Eds.). 2009. Handbook of Natural Colorants. United Kingdom: John Willey & Sons Ltd.

Becker, W. M., Kleinsmith, L. J., Hardin, J., Bertoni, G. P. 2009.The World of the Cell Seventh Edition. United States: Pearson Benjamin Cummings.

Bracale, Marcella, dkk. 1997. Water Deficit in Pea Root Tips: Effects on the Cell Cycle and on the Production of Dehydrin-Like Proteins. Journal of Annals of Botany, (Online), Vol. 79, No. 6,(http://aob.oxford journals.org/ content/79/6/593.full.pdf, diakses 13 Desember 2013). BSNP, 2013. Peraturan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan

Nomor 69 Tahun 2013 tentang Standar Kompetensi Lulusan untuk Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah. Budiono, J. Djoko. 1992.Pembuatan Preparat Mikroskopis (Teori dan

Praktek). Surabaya: University Press IKIP Surabaya.

Butkhup, Luchai and Samappito, Supachai. 2009. Changes in Physico-Chemical Properties, Polyphenol Compounds and Antiradical Activity During Development and Ripening of Maoluang (Antidesma bunius L. Spreng) Fruits. Journal of Fruit and Ornamental Plant Research(Online), Vol. 19, No. 1, (http://www.inhort.pl/files/journal_pdf/journal_2011_1/ full8%202011_1_.pdf, diakses 25 Juli 2014).

Cairns, Donald. 2004. Intisari Kimia Farmasi Edisi 2. Terjemahan oleh Rini Maya Puspita. 2008. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Campbell, N. A., Reece, J. B. dan Mitchell L. 1987. Biologi Jilid 1 Edisi ke Lima. Terjemahan oleh Rahayu Lestari. 2002. Jakarta: Erlangga.

Chuanguang Qin, Yang Li, Weining Niu, Yan Ding, Ruijie Zhang dan Xiaoya Shang. 2010. Analysis and Characterisation of Anthocyanins in Mulberry Fruit. Journal of Food Science, (Online), Vol. 28, No. 2, (http://www.agriculturejournals. cz/publicFiles/18881.pdf, diakses 25 Juli 2014).

Chwan-Fwu Lin, yu-Ling Huang, Lee-Ying Cheng, Shuenn-Jyi Sheu dan Chien-Chih Chen. 2006. Bioactive Flavonoids from Ruellia tuberosa. Journal of Chinese Medicine,(Online), Vol. 17, No. 3, (http://www.nricm.edu.tw/jcm/17-3/d103.pdf, diakses 25 Juli 2014).

Cistue, L. dan Lasa, J. M. 1979. Partial Mitotis Index and Phase Indexes in Sugar Beet (Beta vulgaris L.). Journal of Anales, Vol. 14, No. Tanpa Nomor (http://digital.csic.es/bitstream /10261/20953/1/ANALES%20VOL.%2014%20N%C2%AA 3-4Cistu%C3%A9,Lasa.pdf, diakses 13 Desember 2013) Dane, Feruzan dan Aktas, Yildis Kalebasi. 2006. The Effect of

Waste Water on Root Growth and Mitosis in Onion(Alium cepa) Root Apical Meristem. Asian Journal of Plan Science, (Online), Vol. 5, No. 2, (http://docsdrive.com/pdfs/ ansinet/ajps/2006/331-334.pdf, diakses 13 Desember 2013). Day, R.A. dan Underwood, A.L. 1998. Analisis Kimia Kuantitatif Edisi Keenam. Terjemahan oleh Iis Sopyan. 2001. Jakarta: Erlangga.

Dewi, Rahayu Kurnia. 2010. Pengamatan Inti Sel Ujung Akar Allium Cepa sPerasan Rimpang Kunyit (Curcuma domestica). Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Pendidikan Biologi FMIPA Universitas Muhammadiyah Surakarta. Dorland, W.A Newman. 2010.Kamus Kedokteran Dorland Edisi 31.

Terjemahan oleh Tim Penerjemah EGC. 2010. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Fukui, Kiichi. 1996. “Plant Chromosomes at Mitosis”. Dalam Fukui, Kiichi dan Nakayama, Shigeki (Eds). 1996. Plant Chromosomes Laboratory Methods. United States of America: CRC Press, Inc.

Gharravi, Anneh Mogammad, Golalipour, Mohammad Jafar, Ghorbani, Rostam, Khazaei, Mozaffar. 2006. Natural Dye For Staining Atrocytes and Neurons.Journal of Neurological Sciences, (Online), Vol. 23, No. 3, (http://www.jns.dergisi. org/text.php3?id=110, diakses 17 September 2013).

Harborne, J.B. 1973. Metode Fitokimia. Terjemahan oleh Kosasih Padmawinata dan Iwang Soediro. 2006. Bandung: Ganesha. Henry, B. S. 1992. “Natural Food Colours”. Dalam Hendry, G. A. F. Dan Houghton, J. D. (Eds). 1996. Natural Food Colorants.Cornwall: Hartnolls.

Jones, Robert Neil dan Rickards, Geoffrey Keith. 1991. Practical Genetics. England: Open University Press.

Jurcak, Jaroslav. 1999. A Modification to the Acetocarmine Method of Chromosomes Colouring in the School Practice. Journal of Biologica, (Online), Vol. 37, No. 2, (publib.upol.cz/~obd/fulltext/biolog37 /biolog37-01.pdf, diakses 17 September 2013).

Kardi, Soeparman dan Budipramana, Lukas S. 1992. Mikroteknik dan Pembuatan Peraga Biologi. Surabaya: University Press IKIP Surabaya.

Kiernan, John A. 2010. “General Oversight Stains for Histology and Histopathology”. Dalam Kumar, George L. dan Kiernan, John A. (Eds). 2010.Education Guide: Special Stains and H&E. California: Dako.

Kristanti, Alfinda Novi, Aminah, Nanik Siti, Tanjung, Mulyadi, dan Kurniadi, Bambang. 2008. Buku Ajar: Fitokimia. Surabaya: Airlangga University Press.

Kusumawati, Retno. 2008. Pemanfaatan Preparat Stomata sebagai Media Pembelajaran Konsep Struktur dan Fungsi Organ tumbuhan pada SMP Kelas VIII. Skripsi tidak diterbitkan. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Loveless, A. R. 1983.Prinsip-prinsip Biologi Tumbuhan untuk Daerah Tropik. Terjemahan oleh Kartawinata, K., Danimiharja, S., Soetisna, U. 1987. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Manitto, Paolo. 1981. Biosintesis Produk Alami. Terjemahan oleh

Koensoemardiyah.1992. Semarang: IKIP Semarang Press. Matias, Ambrocio Melvin A. dan Fontanilla, Ian Kendrich C. 2011.

Optimizing the Utility of Allium cepa L. var. aggregatum (sibuyas Tagalog) for the Allium Test by Elucidating its Mitotic Periodicity and Rhythmicity Under Varying Light Conditions.Journal of Science Diliman, (Online), Vol 23, No 1, (http://connection.ebscohost.com/

c/articles/74645405/optimizing-utility-allium-cepa-l-var- aggregatum-sibuyas-tagalog-allium-test-by-elucidating- mitotic-periodicity-rhythmicity-under-varying-light-conditions, diakses 17 September 2013).

Mehta, Bhupinder dan Mehta, Manju. 2005. Organic Chemistry. New Delhi: Prentice-Hall of India Pvt.Ltd.

Minghui, Zhang, Baozhan Zheng, Hongyan Yuan dan Dan Xiao. 2010. A Spectrofluorimetric Sensor Based on Grape Skin Tissue for Deternination of Iron (III). Journal of Bulletin of the Chemical Society of Ethiopia, (Online), Vol 1, No. 24, (http://www.ajol.info/index.php/bcse/article/viewFile/ 52958/ 41557, diakses 17 Desember 2013).

Moreiras, Adela Sánchez. 2001.“Mitotic Index”. Dalam Reigosa, Manuel J. (Ed.).Handbook of Plant Ecophysiology Techniques. Dordrecht: Kluwer Academic Publishers.

Mutaqin, Zaenal. 2008.Pemanfaatan Preparat Awetan sebagai Media Pembelajaran pada Materi Sistem Ekskresi. Skripsi tidak dipublikasikan. Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Semarang.

Naithani, S. P. dan Sarbhoy, R. K.. 1973. Cytological Studies in Lens esculenta Moench. Journal of Cytologia, (Online), Vol 38, No. Tanpa Nomor, (http://www.jstage.jst.go.jp/article / cytologia 1929 /38/2/ 38 _ 2 _ 195/ _ pdf, diakses 17 September 2013).

Osuji, Julian O. dan Owei, Sweet D. Jnr. 2010. Mitotic index studies on Treculia africana Decne. in Nigeria. Australian Journal of Agricultural Enginering, (Online), Vol 1 No 1, (http: // www.sciencej.com / osujo _ 1 _ 1 _ 2010 _ 25 _ 28.pdf), diakses 17 September 2013).

Robinson, Trevor. 1991. Kandungan Organik Tumbuhan Tinggi. Terjemahan oleh Kokasih Padmawinata. Bandung : FMIPA ITB.

Sacks, Mollie M., Silk, Wendy K. dan Burman, Prabir. 1997. Effect of Water Stress on Cortical Cell Division Rates within the Apical Meristem of Primary Roots of Maize.Journal of Plant Physiology, (Online), Vol. 114, No. 2, (http://www.plant physiol.org/content/114/2/519. full.pdf, diakses 13 Desember 2013).

Sah, Abhisek Kumar dan Verma, Vinod K. 2011.Syzygium cumini: An Overview. Journal of Chemical and Pharmaceutical Research, (Online), Vol. 3, No. 3, (http://jocpr.com/vol3-iss3-2011/JCPR-2011-3-3-108-113.pdf, diakses 13 Desember 2013).

Schuppler, U., He, Ping-Hua, John, Peter C. L., Munns, R. 1998. Effect of Water Stress on Cell Division and Cell-DivisionCycle2-Like Cell-Cycle Kinase Activity in Wheat Leaves.Journal of Plant Physiology,(Online), Vol. 117, No. 2, (http://www.plantphysiol.org/content

/117/2/667.full.pdf, diakses 13 Desember 2013).

Setyawan, Ahmad Dwi dan Sutikno. 2000. Karyotip Kromosom padaAllium sativumL. (Bawang Putih) danPisum sativumL. (Kacang Kapri). Jurnal BioSMART: Journal of Biological Science, Volume 2, No. 1, (http://biosmart.mipa.uns.ac.id/ index.php/biosmart/article/download/59/33.pdf, diakses 17 September 2013)

Shikara, Mukaram, Al-Khafagi, Hiba Muneer, dan Mohammed Wasnaa hatif. 2009. Extraction and Characterization of A Chromosomal Stain From Black Mulberry (Morus Nigra). Journal of English and Technology, (Online), Vol. 28, No. 7, (http://www.iasj.net/iasj?func=fulltext&aId =27222.pdf, diakses 17 September 2013).

Singh, Ram J. 2003.Plant Cytogenetics Second Edition. United States of America: CRC Press LLC.

Southon, I. W. 1994. Phytochemical Dictionary of the Leguminosae, Volume 1. United Kingdom: Chapman and Hall.

Srivastava, Vankar. 2010. Canna indica flower: New source of anthocyanins.Journal of Plant Physiol Biochem, (Online), Vol. 48, No. 12, (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pubmed /20926305, diakses 25 Juli 2014).

Steenis, C.G.G.J. Van. 1973. Flora. Terjemahan oleh Moeso Surjowinoto, et.al. 2008. Jakarta: PT. Percetakan Penebar Swadaya.

Stern, K. R., Bidlack, J. E., Jansky, S. H. 2008. Introductory plant

Dalam dokumen STUDI INDEKS MITOSIS MERISTEM UJUNG AKAR (Halaman 147-165)