• Tidak ada hasil yang ditemukan

TELAAH RTRW DAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

Dalam dokumen PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH (Halaman 75-80)

PELAYANAN DINAS PENDIDIKAN

D. TELAAH RTRW DAN LINGKUNGAN HIDUP STRATEGIS

Secara geografis, letak Provinsi Jawa Tengah berada pada 5040”8030” lintang Selatan dan 108030 – 111030” Bujur Timur, dan secara administrarif berbatasan dengan Daerah Istimewa Yogyakarta di sebelah Selatan; Provinsi Jawa Barat di Sebelah Barat; Provinsi Jawa Timur di sebelah Timur. Batas wilayah yang langsung berbatasan dengan tiga provinsi tentu akan berdampak pada APK

Renstra Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 70

maupun APM pendidikan di Jawa Tengah. Kondisi ini sebagai sebuah akibat ketiga provinsi yang langsung berbatasan dengan Jawa Tengah tersebut cukup maju dalam pembangunan pendidikan, sehingga anak usia sekolah mempunyai lebih banyak peluang untuk melanjutkan pendidikan di Provinsi tentangga ataupun sebaliknya.

Pada kondisi fisiografis Jawa Tengah terbagi menjadi 7 (tujuh) klasifikasi fisiografis yaitu Perbukitan Rembang, Zone Randublatung, Pegunungan Kendeng, Pegunungan Selatan Jawa Tengah bagian Timur, Pegunungan Serayu Utara, Pegunungan Serayu Selatan, dan Pegunungan Progo Barat. Jenis tanah yang ada di wilayah Jawa Tengah meliputi organosol, aluvial, planosol, litosol, regosol, andosol, grumosol, mediteran, latosol, dan podsolik, serta didominasi jenis tanah latosol, aluvial, dan gromosol, yang tersebar di seluruh wilayah. Jenis tanah ini merupakan jenis tanah dengan tingkat kesuburan yang cukup tinggi. Sedangkan jumlah gunung di Jawa Tengah relatif banyak, beberapa diantaranya masih aktif,

sehingga sewaktu-waktu masih mengeluarkan lava/gas beracun. Terdapat 6 (enam) gunung berapi yang masih aktif yakni Gunung Merapi (di Boyolali),

Gunung Slamet (Pemalang), Gunung Sindoro (Temanggung-Wonosobo), Gunung Sumbing (Temanggung-Wonosobo), Gunung Dieng (Banjarnegara), dan Gunung Merbabu (Salatiga-Boyolali). Gunung berapi di sepanjang wilayah Jawa Tengah rata-rata mempunyai tingkat kerentanan terhadap bahaya bencana vulkanik tinggi, sehingga memerlukan pengawasan terus menerus. Kondisi yang demikian ini tentu akan sangat berpengaruh pada tingkat pengelolaan lahan yang langsung berhasilguna dengan memanfaatkan tenaga kerja yang semestinya masih harus mengikuti pendidikan di bangku sekolah, dan pada sisi lain kondisi Jawa Tengah yang dikelilingi oleh banyak gunung yang masih aktif memerlukan penanganan secara hati-hati agar jangkauan layanan pendidikan tetap dapat dinikmati ketika terjadi suatu bencana yang disebabkan oleh keberadaan gunung berapi tersebut.

Disisi lain, wilayah Jawa Tengah dengan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang cukup banyak yang terdiri dari 19 DAS Prioritas serta jumlah sungai yang cukup besar serta tersebar di hampir seluruh wilayah Jawa Tengah antara lain Sungai Bengawan Solo, Juwana, Progo, Pemali, Sungai Tuntang, Kali Klawing, Kali Lusi, Kali Bogowonto, Kaligung, Kali Comal, Kali Bodri, dan lain-lain. Bengawan Solo merupakan sungai terpanjang di Pulau Jawa, memiliki mata air di Pegunungan Sewu (Kabupaten Wonogiri), sungai ini mengalir ke utara melintasi Kota

Renstra Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 71

Surakarta, dan akhirnya menuju ke Jawa Timur dan bermuara di daerah Gresik (dekat Surabaya). Sungai lainnya yang cukup besar adalah Sungai Serayu, yang

melintasi 6 (enam) kabupaten yaitu Wonosobo, Banjarnegara, Banyumas, Purbalingga, Kebumen, dan Cilacap dengan panjang sekitar 30 km dan lebar sekitar 12-25 meter. Sungai-sungai di wilayah Provinsi Jawa Tengah yang memiliki luas daerah pengairan lebih dari 1.000 km2 perlu diwaspadai karena daerah alirannya cukup luas dengan debit yang cukup besar, sehingga mengakibatkan wilayah di sekitarnya rawan banjir limpasan. Berdasarkan kondisi tersebut di atas, maka penyelenggaraan pembangunan pendidikan harus mempertimbangkan faktor alam yang menjadi bagian dari wilayah Jawa Tengah, dan dalam hal ini diuperlukan kearifan lokal untuk mampu bersahabat dengan alam sekitar.

Berdasarkan hasil kajian dari Badan Lingkungan Hidup Provinsi Jawa Tengah, Bidang Pendidikan tidak masuk dalam Lingkungan Hidup Strategis (LHS) yang dapat memberikan dampak strategis terhadap lingkungan hidup. Namun demikian di dalam perencanaan pembangunan pendidikan di Jawa Tengah tetap memperhatikan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) dan berkomitmen tidak mengorbankan kelestarian lingkungan, tetapi justru melalui pendidikan diarahkan untuk menjaga kelestarian lingkungan. Penambahan Unit Sekolah Baru (USB), Penataan Lingkungan Sekolah, Pembangunan Akses Sekolah selalu memperhatikan tata ruang yang telah ditetapkan oleh pemerintah kabupaten/kota dengan tidak memanfaatkan ruang hijau yang ada.

E. PENENTUAN ISU-ISU STRATEGIS

Berangkat dari berbagai permasalahan pembangunan pendidikan di Jawa Tengah yang dihadapi, tantangan, peluang dan potensi pembangunan yang dapat dikembangkan, maka dirumuskan isu strategis pembangunan pendidikan di Jawa Tengah melalui berbagai pertimbangan, antara lain : (1) memiliki pengaruh yang besar terhadap pencapaian sasaran, (2) luasnya dampak yang ditimbulkan, (3) memiliki daya ungkit terhadap pembangunan pendidikan, (4) kemudahan untuk dikelola. Isu-isu strategis tersebut antara lain adalah :

1. Masih terbatasnya ketersediaan dan kualitas layanan Pendidikan

Anak Usia Dini (PAUD)

Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) merupakan salah satu program strategis sebagai dasar dalam pembentukan dan pengembangan potensi anak sebagai

Renstra Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 72

usia emas (golden age). Oleh karena itu Pemerintah Provinsi Jawa Tengah berkomitmen untuk mengembangkan sarana prasarana, kurikulum dan potensi siswa PAUD. Belum semua Desa/Kelurahan mempunyai lembaga PAUD yang sesuai standar sehingga APK PAUD belum maksimal baru mencapai 70,50% dan perlu ditingkatkan.

2. Belum optimalnya ketersediaan dan kualitas Pendidikan Dasar

(Dikdas)

Meskipun Program Wajib Belajar Pendidikan Dasar 9 Tahun telah berhasil dicapai dengan APK 100,50%, namun kualitas sarana prasarana belum memadai khususnya jenjang SD/MI. Sampai dengan tahun 2012 persentase ruang kelas yang baik baru mencapai 63,14% bahkan yang rusak berat mencapai 13,63%. Disamping itu penerapan kurikulum 2013 harus segera dilaksanakan.

3. Belum optimalnya kualitas Pendidikan Menengah (Dikmen) yang

terjangkau.

Jenjang Pendidikan Menengah merupakan program transisi yang perlu mendapatkan perhatian serius, karena harus dipersiapkan secara matang dalam memasuki dunia kerja dan studi lanjut. Dengan banyaknya pengangguran usia produktif, menjadi tantangan kita dalam menyiapkan lulusan SMK yang siap kerja, oleh karena itu pembinaan dan peningkatan kompetensi SMK perlu ditingkatkan dengan menjalin kerjasama dengan Dunia Usaha. Disamping itu pembinaan dan peningkatan SMA/MA juga perlu ditingkatkan khususnya bagi siswa yang akan melanjutkan ke jenjang Perguruan Tinggi. Data APK tahun 2012 baru mencapai 67 % masih dibawah nasional sebesar 76,40%. Hal ini disebabkan diantaranya karena masih tingginya biaya pendidikan.

4. Masih terbatasnya ketersediaan dan kesetaraan Pendidikan Khusus

(Diksus)

Berdasarkan PP No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan Antara Pemerintah, Pemerintah Daerah Provinsi dan Pemerintah Kabupaten/Kota, diamanatkan bahwa Pendidikan Khusus (Diksus) menjadi kewenangan Pemerintah Provinsi. Namun demikian sampai saat ini masih banyak lembaga Sekolah Luar Biasa (SLB) yang dikelola oleh

Renstra Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Tengah Tahun 2013-2018 73

Kabupaten/Kota. Hal ini menyebabkan pembinaan SLB kurang maksimal, sehingga kualitas sarana prasarana SLB sangat kurang, bahkan ketersediaan SLB ini juga belum merata dan menjangkau ke seluruh daerah khususnya daerah terpencil. Disamping itu peran masyarakat juga perlu ditingkatkan, karena masih ada sebagian orang tua yang malu menyekolahkan anaknya.

5. Masih terbatasnya ketersediaan dan kepastian dalam pelayanan

Pendidikan Non Formal (PNF)

Program Pendidikan Non Formal dititik beratkan pada pelayanan Pendidikan Masyarakat, khususnya yang terkait dengan Pembinaan Lembaga Kursus, Penuntasan Buta Aksara dan lain-lain. Program Penuntasan Buta Aksara di Jawa Tengah belum menggembirakan, karena berdasarkan data dari BPS, jumlah penduduk yang melek huruf baru mencapai 90,45%, sehingga masih ada 9,55% yang buta aksara dan perlu mendapatkan perhatian dan penanganan yang serius. Disamping itu kepastian/penjaminan mutu lembaga kursus juga perlu ditingkatkan, sebagai upaya dalam pengurangan pengangguran melalui pelatihan dan peningkatan kompetensi agar mampu terserap pada Dunia Kerja atau Berwiraswasta.

6. Belum meningkatnya kualitas dan kesetaraan pendidik dan tenaga

kependidikan

Kualifikasi dan kompetensi pendidik dan tenaga kependidikan perlu ditingkatkan sesuai dengan peraturan dan ketentuan yang telagh ditetapkan. Sampai saat ini kualifikasi pendidik masih rendah khususnya Guru SD baru mencapai 51,58% dan Guru TK baru mencapai 31,05 %. Disamping itu persentase pendidik yang bersertifikasi juga masih rendah khususnya Guru SD baru mencapai 47% dan Guru TK baru mencapai 15%.

7. Belum optimalnya kepastian dalam pembinaan pendidikan karakter

Berdasarkan tayangan media massa pada akhir-akhir ini, sering dipertontonkan perilaku menyimpang oleh para pelajar kita, diantaranya : tawuran antar pelajar, penyalahgunaan narkoba, minuman keras, perilaku sex menyimpang dan lain-lain, sungguh sangat memprihatinkan dan perlu penanganan yang serius. Disamping itu budaya sopan santun anak-anak kita mulai menurun, sehingga perlu ditingkatkan pembinaan karakter bagi pelajar melalui para pendidik di tingkat SD, SMP, SMA/SMK di Jawa Tengah.

KONDISI

AWAL TARGET KINERJA SASARAN PADA TAHUN

2013 2014 2015 2016 2017 2018

1) APK PAUD/TK (4-6 th) 70,55 72,00 75,00 77,00 79,00 80,00 2) APK PAUD (0-6 th), 40,10 50,00 53,00 56,00 59,00 65,00 3) % lembaga PAUD yang terakreditasi 47,00 50,00 53,00 56,00 59,00 62,00 1) Angka lulus pendidikan kesetaraan paket A 94.47 95,35 95,40 95,45 95,50 96,00 2) Angka lulus pendidikan kesetaraan paket B 90,80 96,20 96,25 96,30 96,35 96,50 3) Angka lulus pendidikan kesetaraan paket C 75,20 98,20 98,25 98,30 98,40 98,50 4) Persentase Lembaga Kursus dan Pelatihan

(LKP) berkinerja A dan B

2,00 2,60 3,20 3,80 4,40 5,00 5) Persentase Buta Aksara > 15 tahun 4,00 3,50 3,00 2,50 2,00 1,50 6) Persentase Kecamatan memiliki PKBM dan

TBM

14,00 15,00 15,50 16,00 17,00 17,50 7) Jumlah Desa Vokasi yang dikembangkan 286 35 35 35 35 35

2 1) % APK SD/ SDLB/MI/Paket A 109,08 109,10 109,13 109,17 109,20 109,25

2) % APM SD/ SDLB/MI/Paket A 98,60 99,42 100,00 100,00 100,00 100,00 3) % APK SMP/SMPLB/MTs/ Paket B 100,52 100,54 100,56 100,58 100,60 100,60 4) % APM SMP/SMPLB/MTs/ Paket B 79,00 79,20 79,30 79,50 79,75 80,00 5) Angka Putus Sekolah SD/SDLB/MI 0,11 0,09 0,08 0,07 0,06 0,05 6) Angka Putus Sekolah SMP/SMPLB/ MTs 0,34 0,30 0,25 0,20 0,15 0,10 7) Angka Kelulusan SD/MI 99,95 99,96 99,97 99,97 99,98 99,98 8) Angka Kelulusan SMP/MTs 99,14 99,17 99,19 99,21 99,23 99,25 9) Nilai Rata-Rata UN SD/SDLB/MI 7,20 7,09 7,11 7,13 7,14 7,15 10) Nilai Rata-Rata UN SMP/SMPLB/MTS 6,80 6,86 6,87 6,88 6,89 6,90 11) % Ruang kelas SD/MI sesuai standar nasional

pendidikan

61,53 64,50 65,00 65,50 70,00 70,50 12) % Ruang kelas SMP/MTs sesuai standar

nasional pendidikan

78,06 78,40 79,00 79,55 80,25 80,75 13) % SD/MI yang memiliki perpustakaan sesuai

standar

43,55 44,50 45,50 46,50 47,50 48,50 14) % SMP/MTs yang memiliki perpustakaan

sesuai standar

73,22 76,00 78,00 80,00 82,00 84,00 15) % SD/MI yang memiliki sanitasi layak 48,00 69,50 70,50 71,50 72,50 73,50 16) % SMP/MTs yang memiliki sanitasi layak 50,00 68,10 70,10 72,25 76,12 80,00 17) % SD yang melaksanakan Kurikulum 2013 3,00 5,00 10,00 25,00 50,00 100,00 18) % SMP yang melaksanakan Kurikulum 2013 5,00 10,00 20,00 40,00 80,00 100,00

TABEL 4.1

TARGET DAN SASARAN JANGKA MENENGAH

Dalam dokumen PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH (Halaman 75-80)