• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tema 3: Mengetahui pengobatan yang dijalani

DAFTAR PUSTAKA

Tema 2:Melakukan kegiatan untuk pengalihan masalah psikologis

3. Tema 3: Mengetahui pengobatan yang dijalani

Sub Tema: Kategori:

1. Mengetahui pengobatan yang dijalani

2. Mengetahui asupan nutrisi yang diterima selama di rumah sakit

a.Mengetahui jenis obat yang dikonsumsi b.Mengetahui jadwal pengobatan c.Mengetahui dampak pengobatan d.Mengetahui prosedur pengobatan a.Mengetahui pembatasan asupan

4. Tema 4: Mendapat dukungan dari orang

terdekat

1. Mendapat dukungan dari orang tua

2. Mendapat dukungan dari sanak keluarga

3. Mendapat dukungan orang sekitar

a. Orangtua menemani di rumah sakit

b. Orangtua membantu memilih tindakan pengobatan yang sesuai untuk anak c. Orangtua membantu mengurangi rasa nyeri pada anak

a. Sanak keluarga mengunjungi anak di rumah sakit

a. Mendapat hadiah

4.4 Pembahasan

Dalam pembahasan ini diuraikan 4 tema yang telah dijelaskan oleh peneliti, meliputi: 1) Mengalami masalah psikologis, 2) Melakukan kegiatan untuk pengalihan masalah psikologis, 3) Mengetahui pengobatan yang dijalani, dan 4) Mendapat dukungan dari orang terdekat.

4.4.1 Mengalami masalah psikologis

Anak memiliki keterbatasan pengetahuan dan mekanisme koping dalam menghadapi berbagai stressor yang mungkin terjadi selama hospitalisasi. Seluruh proses selama hospitalisasi yang memungkinkan terjadinya gangguan fisik, luka dan nyeri dapat memberikan efek secara psikologis kepada anak (Kyle, 2013). Beberapa hal yang dirasakan anak usia sekolah dengan penyakit kronis yang mengalami hospitalisasi adalah perasaan sedih, takut, bosan, cemas, marah, stress, dan merasakan kesakitan pada beberapa bagian tubuh.

Perasaan sedih anak usia sekolah dengan penyakit kronis disebabkan oleh perasaan rindu kepada teman-teman dan tindakan pengobatan yang dijalani. Anak usia sekolah mungkin merasa rindu pada sekolah dan teman-teman ketika

mereka menyesuaikan diri pada lingkungan rumah sakit yang asing (Kyle, 2013). Lamanya perawatan di rumah sakit dan jarak antara rumah dan rumah sakit yang jauh menyebabkan anak kehilangan waktu bermain dengan teman-temannya. Keseluruhan partisipan merupakan pasien dari luar kota Medan sehingga teman-teman partisipan tidak bisa mengunjunginya ke rumah sakit. Menurut Wong (2013) masalah psikologis yang dialami anak lebih diakibatkan oleh perpisahan daripada berfokus pada penyakit, pengobatan dan lingkungan rumah sakit.

Mayoritas partisipan mengalami rasa takut selama di rumah sakit akibat tindakan pengobatan yang dijalani, misalnya pemberian obat melalui suntikan. Selain itu, sikap perawat yang suka marah-marah juga menyebabkan ketakutan pada anak. Menurut Boyse et al., (2012) hospitalisasi dapat menjadi tempat yang menakutkan dan menimbulkan rasa kesepian pada dirinya.

Perasaan bosan yang dirasakan anak usia sekolah disebabkan oleh tidak adanya kegiatan seperti, tidak memiliki teman untuk diajak bermain dan tidak adanya hiburan seperti televisi dan permainan. Tugas perkembangan anak pada usia 6 tahun seperti: bermain, menggunting, melipat, menempel kertas dan suka bermain kasar. Tugas perkembangan anak usia 7 tahun seperti: anak laki-laki lebih suka bermain dengan anak laki-laki, anak perempuan lebih suka bermain dengan anak perempuan. Tugas perkembangan anak 8-9 tahun seperti: bermain dengan teman sesama jenis, tetapi mulai bermain dengan teman lawan jenis (Wong, 2013).

Perasaan cemas yang dirasakan anak usia sekolah biasanya muncul saat akan dilakukannya tindakan pengobatan dan saat ditinggal oleh orangtuanya. Hal yang menyebabkan anak cemas saat ditinggal orangtua adalah karena tidak ada

yang menemani anak selain orangtua. Menurut Wong (2013) anak mengalami cemas sebelum dilakukannya prosedur pengobatan karena ketidaktahuan anak tentang prosedur yang akan dijalani.

Perasaan stress yang dialami partisipan selama hospitalisasi diakibatkan oleh beberapa faktor seperti: tindakan pengobatan, tidak bisa bermain, terlalu lama di rumah sakit dan belum diperbolehkan pulang oleh dokter. Tindakan pengobatan yang menyebabkan partisipan stres misalnya seperti pemberian obat melalui suntikan, pemasangan infus, dan pengambilan sampel darah.

Tindakan pengobatan yang dijalani menyebabkan anak merasakan sakit pada beberapa bagian tubuh. Anak usia sekolah biasanya dapat menceritakan tipe, lokasi dan intensitas nyeri yang dirasakan. Anak diatas usia 8 tahun dapat menggunakan kata yang lebih spesifik untuk menggambarkan nyeri yang dialaminya, misalnya seperti: “tajam seperti pisau”, “terbakar”, dan “sakit seperti ditarik-tarik” (Kyle, 2013). Saat proses wawancara anak mampu menunjukkan lokasi nyeri, dimana mayoritas partisipan menunjukkan lokasi nyeri pada bagian tangan dan kaki akibat suntikan, nyeri pada bagian punggung akibat prosedur BMP (Bone Marrow Puncture). Beberapa partisipan menggambarkan rasa sakit akibat suntikan seperti digigit semut, sedangkan untuk nyeri yang lebih hebat, misalnya akibat prosedur BMP, partisipan menggambarkan rasa sakit seperti digigit harimau.

Dalam sebuah penelitian kualitatif pada anak berusia 5-9 tahun, anak menggambarkan hospitalisasi dalam pengalaman merasa takut, sedih, atau marah dan sendirian. Anak juga mendeskripsikan kebutuhan akan perlindungan dan ditemani selama hospitalisasi (Wilson, Megel, Enenbach et al., 2010 dalam Wong

2013). Sedangkan menurut Wong (2013) penyakit yang diderita anak mungkin juga dapat menyebabkan perasaan anak lepas control. Salah satu masalah yang paling signifikan pada anak usia sekolah adalah kebosanan.

4.4.2 Melakukan kegiatan untuk pengalihan masalah psikologis Saat merasakan masalah psikologis selama hospitalisasi, partisipan biasanya melakukan beberapa kegiatan untuk mengalihkan perasaan tersebut. Kegiatan yang biasanya dilakukan oleh anak saat mengalami masalah psikologis misalnya seperti: bermain, jalan-jalan, tidur, menangis, nonton tv dan berteriak.

Pengalihan rasa bosan yang dilakukan anak selama hospitalisasi adalah bermain, tidur dan jalan-jalan disekitar rumah sakit. Pada saat dilakukan wawancara, salah satu partisipan mengatakan terkadang membaca buku jika sedang merasa bosan.

Pengalihan rasa cemas yang dilakukan anak selama hospitalisasi adalah bermain dan tertawa. Saat proses wawancara, salah satu partisipan mengatakan untuk menghilangkan cemas saat akan dilakukan penyuntikan, partisipan bermain untuk melupakan rasa sakit saat penyuntikan.

Pengalihan stres yang dilakukan anak selama hospitalisasi adalah bermain, menonton, menangis, dan berteriak. Saat dilakukan proses wawancara, salah satu partisipan mengatakan untuk menghilangkan stres hal yang dilakukan menonton televisi, bermain, menangis dan berteriak.

Pengalihan rasa sakit yang dilakukan anak selama hospitalisasi adalah istighfar, bermain, menonton tv dan tidur. Saat dilakukan proses wawancara, salah satu partisipan mengatakan hal untuk menghilangkan rasa sakit adalah dengan tidur.

Menurut Hatfield et al., (2007) bermain adalah kegiatan anak dan merupakan hal yang penting dimana mereka belajar bertumbuh, berkembang dan dapat mengalihkan anak dari masalah dan perasaan yang tidak menyenangkan. Bermain dapat membantu anak menghilangkan rasa sakit, kecemasan, dan perpisahan yang biasa terjadi selama hospitalisasi. Perawat harus meyakinkan keluarga untuk membawa mainan anak seperti boneka favorit anak dan mainan binatang sebagai hiburan anak di rumah sakit sehingga akan mengurangi perasaan kesepian dan kebosanan (Hatfield et al., 2007).

4.4.3 Mengetahui pengobatan yang dijalani

Anak usia sekolah yang menjalani hospitalisasi tidak lepas dari pengobatan. Menurut Boyse et al., (2012), anak dengan penyakit kronis akan lebih sering menjalani hospitalisasi, pengobatan, dan kunjungan untuk kunjungan pemeriksaan kesehatan dengan paramedik. Pengobatan yang diterima mulai dari pengambilan darah, memasukkan obat melalui suntikan, BMP, memasukkan selang kedalam tubuh pada prosedur pemasangan NGT dan kateter urin. Anak usia sekolah lebih mampu untuk mengerti tentang penyakit dan pengobatan yang mereka jalani (Boyse et al., 2012).

Saat ditanya tentang pengobatan yang diterimanya, beberapa partisipan dapat menyebutkan jenis obat yang dikonsumsi, jadwal pengobatan, dampak pengobatan dan prosedur pengobatan. Mereka juga dapat menjelaskan tentang asupan yang diterima, misalnya seperti pembatasan asupan cairan bagi partisipan yang menderita gagal ginjal kronik untuk mencegah rasa sesak. Mayoritas partisipan memperoleh informasi tentang penyakit yang diderita, pengobatan dan asupan yang diterima dari orangtua. Menurut Kyle (2013) biasanya, anak usia

sekolah memiliki pemahaman yang realistis tentang alasan penyakitnya dan dapat memahami penjelasan yang diterima dengan lebih baik. Mereka ingin tahu mengapa mereka harus menjalani berbagai prosedur dan tes serta dapat mengerti sebab dan akibat dan bagaimana hal tersebut berhubungan dengan penyakit yang mereka alami.

Usia, tingkat kognitif dan tingkat perkembangan akan mempengaruhi persepsi anak tentang keadaan yang dialaminya dan hal tersebut juga mempengaruhi reaksinya terhadap penyakit dan hospitalisasi (Kyle, 2013).

Dilihat dari sisi kognitif, perkembangan anak usia sekolah sudah mulai memandang secara realistis terhadap dunianya dan mengetahui tujuan rasional tentang kejadian (Hurlock, 2004).

4.4.4 Mendapatkan dukungan dari orang terdekat

Anak dengan hospitalisasi sangat membutuhkan dukungan dari orang terdekat, seperti dukungan dari orangtua dan dukungan dari sanak keluarga. Menurut Wong (2013) dukungan keluarga seperti: perawatan, dan kunjungan dari keluarga dapat mengurangi efek buruk dari hospitalisasi pada anak. Keluarga harus menyesuaikan diri dengan perawatan pada anak dengan penyakit kronis, misalnya dengan mempelajari bagaimana melakukan perawatan dan memberikan obat (Hatfield et al., 2007). Dukungan dari orangtua seperti: orangtua menemani di rumah sakit, dan membantu mengurangi rasa nyeri pada anak.

Beberapa dukungan orang terdekat yang diterima partisipan selama di rumah sakit antara lain dengan menemani selama di rumah sakit. Sesuai dengan pernyataan partisipan ”apabila mama kerja, bapak yang menjaga”. Peran keluarga dalam membantu mengurangi rasa sakit seperti orangtua mengusap bagian yang

nyeri. Dukungan yang didapatkan partisipan dari sanak keluarga misalnya seperti dikunjungi di rumah sakit, serta mendapatkan motivasi untuk sembuh.

Dukungan dari lingkungan sekitar selama anak mengalami hospitalisasi sangat diperlukan. Salah satu contoh dukungan dari lingkungan sekitar adalah anak mendapatkan hadiah berupa permainan seperti puzzle dan buku mewarnai. Menurut Purwandi (2009) melalui bermain dan mewarnai, perhatian anak dapat teralih yang menyebabkan ketegangan anak berkurang. Pada kondisi tubuh rileks, tubuh akan mengeluarkan hormon endorphin yang bersifat menenangkan dan memberikan pengaruh terhadap rangsang emosi di sitem limbic yang menimbulkan perasaan senang.

Ada banyak manfaat positif yang didapatkan anak jika menerima dukungan orang terdekat. Menurut Hatfield et al., (2007) dukungan keluarga, teman sebaya dan teman sekolah dapat mempengaruhi adaptasi anak selama hospitalisasi. Seringnya melakukan interaksi dengan keluarga, tenaga medis dan teman-teman anak akan mengurangi rasa terisolasi yang dirasakan anak.

BAB 5

Dokumen terkait