• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penelitian ini dilaksanakan di hutan primer (primary forest) blok RKT 2018, hutan bekas tebangan (logged over area) blok RKT bulan Januari 2011, hutan sekunder (secondary forest) tahun 1984, dan hutan terdegradasi (degraded forest) tahun 2010 pada areal IUPHHK-HA PT. Diamond Raya Timber, Provinsi Riau. Pengujian sampel dilakukan di Laboratorium Kimia Hasil Hutan dan Peningkatan Mutu Kayu, Departemen Hasil Hutan, Institut Pertanian Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Juni-September 2011.

Gambar 1 Peta lokasi penelitian di hutan gambut PT.Diamond Raya Timber. 3.2 Batasan Penelitian

1) Definisi primary forest, logged over area, secondary forest, dan degraded forest.

a) Primary forest (hutan primer) yang menjadi plot penelitian ini merupakan suatu kondisi hutan gambut yang memiliki tingkat kerapatan tajuk pohon tinggi, pohon-pohon berdiameter besar, pohon mati dalam jumlah sedikit,

lantai hutan dalam kondisi lembab sampai tergenang air, serta belum dilakukannya kegiatan penebangan (belum dieksploitasi).

Gambar 2 Kondisi hutan primer (primary forest).

b) Logged over area (hutan bekas tebangan) merupakan suatu kondisi hutan yang telah/baru mengalami kegiatan pemanenan kayu yang menyebabkan keterbukaan areal yang besar. Terdapat bekas jalan ongkak, tunggak pohon bekas penebangan, kerusakan tegakan tinggal, serta pohon-pohon mati berdiameter besar (≤65 cm) yang ditinggalkan karena terdapat gerowong pada kayunya.

(a) (b) (c)

Gambar 3 Kondisi hutan bekas tebangan/LOA : (a) bekas jalan ongkak, (b) pohon tebangan, dan (c) tunggak bekas penebangan

c) Secondary forest (hutan sekunder) merupakan suatu kondisi hutan yang telah menampakan bekas penebangan (sudah dieksploitasi belasan tahun lalu) sehingga keterbukaan arealnya relative lebih kecil dibandingkan hutan

bekas tebangan. Terdapat alur pembalakan kayu yaitu dengan adanya balok-balok dan papan kayu untuk dijadikan bantalan rel dan pondok pekerja, serta terdapat bekas jalan kecil yang dibuat pekerja untuk masuk dan keluar hutan.

(a) (b) (c) Gambar 4 Hutan sekunder : (a) Kondisi hutan sekunder, (b) papan-papan kayu,

dan (b) balok-balok kayu.

d) Degraded forest (hutan terdegradasi) merupakan suatu kondisi hutan yang mengalami penurunan kapasitas produksi kayu, dimana telah terjadi penebangan secara besar-besaran yang menyebabkan keterbukaan areal tinggi. Banyak terdapat pohon-pohon mati dengan diameter yang relatif kecil (<40 cm), serta ditumbuhi semak belukar yang rapat.

Gambar 5 Kondisi hutan terdegradasi (degraded forest).

Berdasarkan definisi keempat kondisi hutan diatas yaitu primary forest/PF, logged over area/LOA, secondary forest/SF, dan degraded forest/DF terdapat beberapa perbedaan yang dapat dilihat pada Tabel 4.

Tabel 5 Perbedaan kondisi hutan pada pimary forest, logged over area, secondary forest, dan degraded forest

Kondisi Hutan Potensi hutan (pohon/ha) Tunggak Pohon Pionir Pohon Komersil Kebakaran hutan Intensitas Tebang PF Tinggi - - Banyak - 0

LOA Sedang Ada - Banyak - < 10

SF Jarang Ada Ada Sedikit Ada/tidak

ada

> 10

DF Tidak ada - Ada - Ada -

Sumber : Lisan Suwarna 2010

Kondisi primary forest akan mengalami kegiatan penebangan secara terencana sesuai dengan rencana kerja tahunan yang telah ditentukan. Hutan primer yang telah mengalami kegiatan penebangan/pemanenan kayu akan menjadi kondisi hutan bekas tebangan (logged over area), dimana telah terjadi pengurangan tegakan yang menyebabkan besarnya keterbukaan areal. Hutan bekas tebangan yang kemudian dibiarkan tanpa gangguan-gangguan (tanpa adanya penebangan/pembalakan) dapat berkembang menjadi hutan sekunder (secondary forest). Hutan sekunder umumnya secara perlahan-lahan dapat pulih kembali menjadi hutan primer, tergantung pada kondisi lingkungannya, dan akan memakan waktu beberapa ratus hingga beberapa ribu tahun lamanya. Hutan sekunder yang mengalami pembalakan (penebangan kayu secara besar-besaran) akan menjadi hutan terdegradasi (degraded forest) karena berkurangnya tegakan pohon dalam jumlah besar.

2) Nekromasa dan tingkat dekomposisi.

Nekromasa merupakan batang pohon yang sudah mati baik yang masih tegak/pohon mati berdiri, pohon tumbang, maupun tunggak pohon.

a) Pohon mati berdiri yaitu memiliki kriteria kelas diameter ≥10 cm dan tinggi ≥5 m baik yang masih memiliki cabang dan ranting maupun pohon mati yang hanya batang utama.

b) Pohon mati tumbang/roboh yaitu memiliki kriteria kelas diameter •10 cm dengan panjang minimal •50 cm.

c) Tunggak pohon yaitu memiliki kriteria kelas diameter •10 cm dengan tinggi tunggak maksimal yaitu <5 m dari permukaan tanah.

(a) (b) (c)

Gambar 6 Nekromasa/pohon mati : (a) pohon mati berdiri, (b) pohon tumbang, dan (c) tunggak pohon.

Tingkat dekomposisi nekromasa dibedakan menjadi tiga kelas dekomposisi yang dimodifikasi dari Woodall & Monleon (2008) dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kelas dekomposisi nekromasa dan ciri-ciri pengenalnya di lapangan

Kelas Struktur Tekstur

Bagian yang Membusuk Warna kayu Akar yang menginva si Cabang dan ranting 1 Tidak lapuk

Utuh atau nyaris utuh,tidak membusuk atau hampir

membusuk

Warna asli

Tidak ada Cabang ada, ranting masih menyatu atau beberapa ada yang terlepas, mempunyai kulit yang kencang dan terlepas 2 Setengah lapuk

Keras hingga lunak, potongan kecil hingga besar,bagian luar kayu dapat dilepas dengan tangan, paku logam dapat di tekan dengan tangan hingga bagian tengah kayu Coklat kemerahan, coklat muda atau warna asli Pada kayu bagian luar maupun pada ke-seluruhan kayu Cabang yang ada tidak bisa/ bisa dilepas dengan tangan

3 Lapuk Lunak, berupa serbuk ketika kering Merah coklat sampai coklat tua Hampir keseluruh an Cabang yang masih ada umumnya sudah membusuk t > 5 Dbh ≥ 10 cm p ≥ 50 cm Ø ≥ 10 cm t < 5 m Ø ≥ 10 cm

3) Kematian alami dan buatan

Kematian pada pohon-pohon di hutan disebabkan oleh kematian alami dan kematian buatan.

a) Kematian alami terjadi akibat factor-faktor alami dari lingkungan seperti angin besar, dan serangan hama. serta faktor dari dalam pohon itu sendiri seperti pohon yang sudah berumur tua, dan terdapatnya kelainan pada kayu (penyakit pohon).

b) Kematian buatan disebabkan oleh kegiatan pemanenan/penebangan pohon yang dilakukan oleh manusia.

4) Serasah dan tingkat dekomposisi

Serasah merupakan sisa-sisa tanaman yang telah mati berupa daun, cabang dan ranting yang berada pada lantai hutan. Kayu mati yang memiliki diameter >2 mm dan <10 cm dengan panjang <50 cm termasuk kedalam serasah. Serasah dibagi menjadi dua dekomposisi yaitu serasah kasar dan halus. a) Serasah kasar merupakan sisa-sisa tanaman yang belum melapuk sempurna (dalam kondisi segar) yang masih dapat mempertahankan bentuk aslinya yang terdapat di lapisan lantai hutan paling atas.

b) Serasah halus merupakan sisa-sisa tanaman serta akar-akar tanaman yang sudah melapuk sempurna sehingga tidak dapat lagi mempertahankan bentuknya (mudah hancur). Serasah halus umumnya berwarna kehitaman yang terdapat di bawah lapisan serasah kasar.

(a) (b)

Gambar 7 Serasah berdasarkan dekomposisi : (a) serasah kasar dan halus di lantai hutan, dan (b) serasah kasar dan halus di dalam plastik.

Dokumen terkait