HASIL PENELITIAN DAN PEMBHASAN
B. Temuan Penelitian
2. Temuan berdasarkan Multi Situs
Temuan penelitian disimpulkan sesuai kasus yang ada di 15 PTKIS Kopertais Wilayah II Jawa Barat. Ditemukan berbagai fenomena dari perkembangan sistem informasi manajemen pendidikan dan pemanfaatannya di dalam dunia pendidikan saat ini, maka
bagaimana seharusnya pihak-pihak terkait mengantisipasi
perkembangan sistem informasi manajemen pendidikan (EMIS), serta pemanfaatannya tanpa kehilangan kontrol dan landasan organisasi pendidikan yang antara lain menyangkut efektivitas dan efisiensinya,
khususnya dalam implementasi sistem informasi manajemen
pendidikan EMIS di PTKIS. Sesuai desain dan tujuan penelitian, maka temuan penelitian ini mengacu pada empat faktor (komunikasi, sumber
Penelitian Kolaboratif Lintas Fakultas Internal Universitas
memegaruhi suksesnya implentasi kebijakan EMIS.
Atas dasat itu, maka dalam bagian ini, berturut-turut akan disasjikan deskripsi temuan penelitian, yang dinggapap mewakili 115 PTKIS di lingkungan Kopertais Wilayah II Jabar Bnaten, yaitu:
a. Komunikasi/informasi sebagai pendukung kebijakan pengambilan keputusan
Komunikasi dalam konteks imlementasi kebijakan, adalah penyampaian informasi, ide, ketrampilan, peraturan dan lain-lain menggunakan sarana tertentu kepada pihak yang berhak menerimanya (Arifin, 2005: 5). Idealnya peran komunikasi dan informasi dalam proses pengambilan keputusan harus tepat waktu, lengkap, relevan, dan komprehensif
Kominikasi program implementasi EMIS di PTKIS hanya dapat dilaksanakan dengan baik apabila jelas bagi para pelaksana a. Hal ini menyangkut karakteristik, proses penyampaian informasi, kejelasan dan konsistensi informasi yang disampaikan.
Adapun temuan di lapangan, utilisasi informasi
kinerja/pemanfaatan informasi dibentuk paling sedikit oleh lima macam faktor. Faktor-faktor tersebut meliputi: (1) karakteristik informasi, (2) .perbedaan dalam cara penyelidikan yang digunakan untuk menghasilkan informasi, (3) struktur masalah kebijakan, (4) variasi dalam struldur politik dan birokrasi, (5) sifat interaksi diantara analisis kebijakan, pembuat kebijakan, dan pelaku kebijakan lainnya. 1) Karekteristik informasi yang dihasilkan oleh analisis kebijakan
kadang-kadang menentukan penggunaannya oleh pengambil
kebijakan. Hal ini sesuai dengan penuturan Ketua STAI
Babunnajah Pandeglang Banten, yaitu:60
“....Informasi yang sesuai dengan spesifikasi produk dari
60Aman S: Intervew, Senin 11 Juli, 2016 di Ruang Kerja STAI Babunnajah Pandeglang Banten.
Implementasi Kebikajan EMIS dalam Mewujudkan Akuntabilatas PTKIS
pengambil kebijakan akan lebih banyak digunakan dibandingkan informasi yang tidak sesuai, karena spesifikasi hasil mencerminkan kebutuhan, nilai-nilai dan kesempatan yang dipersepsikan oleh para pengambil kebijakan”. (IF.I. 1. 01).
2) Cara Pengkajian, dalam pemanfaatan informasi oleh para
pengambil kebijakan juga ditentukan oleh proses pengkajian yang
digunakan oleh analis dalam menghasilkan dan
menginterpretasikan informasi tersebut. Hal ini sesuai dengan penuturan Ketua STAI Laroiba, yaitu:61 “...bahwa informasi yang sesuai dengan standar kualitas penelitian dan analisis lebih sering digunakan oleh para pengambil kebijakan, dapat membantu terhadap kelancaran pelaksana EMIS di PTHIS. (IF. I. 2. 01). 3) Struktur dan masalah pemanfaatan informasi oleh pengambil
kebijakan juga dipengaruhi oleh tingkat kecocokan antara cara penyelidikan dan tipe masalah. Masalah yang relatif terstruktur dengan baik (suatu masalah yang ditandai oleh kesamaan tujuan, sasaran, alternatif dan konsekuensinya) memerlukan metodologi yang berbeda dengan masalah yang tidak terstruktur. Hal ini sesuai dengan penuturan STEI BCM Karawang, yaitu:62
“...masalah yang tidak terstruktur (yaitu masalah yang ciri utamanya adalah konflik), memerlukan metodologi yang bersifat holistik yang cenderung menerapkan berbagai perspektif untuk mendekati masalah yang sama dalam mendefmisikan sifat dari masalah itu sendiri”. (IF. I. 3. 01).
4) Birokrasi dan politik dalam pemanfaatan informasi juga dibentuk oleh perbedaan antara struktur formal, prosedur, dan sistem insentif organisasi publik Menurut Ketua Sekolah Tinggi Agama IslamAl-Masthuriyah; bahwa;63
“....kehadiran elit pembuat kebijakan, birokratisasi peranan,
61
Yusrie Abady, Intervew, Rabu 13 Juli, 2016 di Ruang Kerja STAI Laroiba. 62Hamdun, Intervew, Kamis 14 Juli, 2016 di Ruang Kerja STAI Al-Masturiyah 63Candra, Intervew, Kamis 14 Juli, 2016 di Ruang Kerja STAI Al-Masturiyah
Penelitian Kolaboratif Lintas Fakultas Internal Universitas
formalisasi prosedur dan pelaksana aan sistem insentif yang
menguntungkan kaum konservatif dan menghambat inovasi
semuanya memberi kontribusi kepada kurang atau tidak
dimanfaatkannya informasi yang dihasilkan' oleh analisis kebijakan, berpengaruh terhadap pelaksana aan EMIS, yang sesuai dengan harapan:. (IF. I. 4. 01).
5) Interaksi di antara Pelaku Kebijakan; Pemanfaatan informasi oleh para pembuat kebijakan yang dipengaruhi oleh sifat dan tipe interaksi diantara pelaku kebijakan dalam berbagai tahap proses pembuatan kebijakan yang bermacam-macam. Menurut Ketua STAI Riyaduljanah Subang, bahwa:64
“..Analisis kebijakan tidak hanya merupakan proses yang bersifat ilmiah dan teknis, analisis juga merupakan proses sosial dan politis dimana jangkauan dan intensitas interaksi diantara pelaku kebijakan menentukan cara bagaimana informasi
dihasilkan, ditransformasikan, dan digunakan, diperlukan
pengawasan, pembinaan, pengebalian dan pemberdayaan”. (IF. I.5. 01).
Implementasi akan berjalan efektif bila ukuran-ukuran dasar dan
tujuan-tujuan kebijakan dipahami oleh individu-individu yang
bertanggung jawab dalam kinerja kebijakan. Komunikasi di dalam dan antar organsasi merupakan suatu proses yang komplek dan sulit. Dalam meneruskan pesan-pesan ke bawah dalam suatu organisasi atau dari satu organisasi ke organisasi yang lain, para komunikator dapat menyimpangkannya atau menyebarluaskannya, baik secara sengaja atau tidak disengaja. Dengan demikian peran komunikasi dan informasi dalam proses pengambilan keputusan di PTKIS Kopertais Wilayah II Jabar Banten, belum sepenuhnya tepat waktu, namun sudah lengkap, relevan, dan komprehensif. Disnilah peran WASDALBIN Kpertais, menjadi penting dalamrangka menunjang PTKIS yang akuntabel.
64 Sefulloh, Intervew, Jum’at 15 Juli, 2016 di Ruang Kerja STAI Riyaduljanah Subang
Implementasi Kebikajan EMIS dalam Mewujudkan Akuntabilatas PTKIS
b. Sumberdaya menjamin dukungan efektivitas implementasi kebijakan
Sumber daya dalam suatu organisasi Menurut Edwar (Widodo, 1980:9-10), komponen sumber daya, dalam implemtasi kebijakan, meliputi; sumber daya manusia, sumber daya perangkat keras, perangkat lunak, dan proses pengolahan data menjadi informasi.