• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

B. Temuan Hasil Analisis

Temuan nilai-nilai pendidikan akhlak tasawuf dalam novel Jack and Sufi adalah hasil analisis peneliti dengan menggunakan teori yang telah dirancang sebelumnya. Adapun nilai-nilai pendidikan akhlak tasawuf yang terdapat dalam novel Jack and Sufi adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1

Temuan Hasil Analisis Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Tasawuf Dalam Novel Jack and Sufi

No. Ruang Lingkup Bentuk Perilaku

1. Kearifan (al-hikmah) Ketajaman Intelegensi Kejernihan Berpikir

2. Menjaga Kesucian (al-iffah) Kedermawanan Keteguhan Hati

Kewira’ian

3. Keberanian (al-syaja’ah) Ketenangan

11

Ibid.

12

Musthofa Bisri, Lukman Hakim MA: “Kalau Tidak Ada “Kebinatangan”, Ya Tidak Ada Politik”, 2013, (http://www.gusmus.net)

13

47

Kesabaran

4. Keadilan (al-„adl) Cinta Kasih Bersahabat

Tawadhu’

Tabel 4.2

Paparan Data Hasil Analisis Nilai-nilai Pendidikan Akhlak Tasawuf Dalam Novel Jack and Sufi

No. Dialog/Monolog Keterangan

1. “………….Sebailknya sama sekali tidak bisa disebut

orang bodoh, jika seseorang mampu mengekang hawa nafsunya, kepentingan dirinya, egoismenya, iri dengkinya, walaupun ia tampak seperti orang bodoh, hakikatnya ia adalah orang yang pandai. Karena betapa pun hebat ilmu seseorang, sepanjang ia masih senang dengan hawa nafsunya, ia tidak akan pernah menyelamatkan kita di dunia hingga akhirat…”.14

Ketajaman Intelegensi

2. “…….“Ya, saya paham atas kebingungan anda.

Sederhananya begini, kalau anda bisa hadir di depan Allah dalam suasana religius di masjid, di tempat majekis zikir, atau di tempat-tempat kebajikan, itu semata karena Allah hadir dengan asma’ dan sifatnya yang Maha Indah, Maha Lembut, Maha Terpuji. Tapi kalau anda datang ke tempat pelacuran, perjudian, di tempat orang KKN, di tempat para preman, maka anda harus melihat Allah atas kehadiranNya yang berasma’ dan bersifat Yang Maha Menghina, yang Maha Menyiksa, yang Maha Menghisab perbuatan hambaNya. Takwalah kepada Allah di manapun anda berada, baik di tempat kebajikan atau kezaliman, dua-duanya jangan sampai menjadi penghalang interaksi anda dengan Allah…….”15

Kejernihan Berfikir

3. “Bersama rombongan jama’ahnya Jack menuju pusat kota, putar-putar di Monas, lalu menuju ke arah selatan, melewati setiap jalan yang macet.

Kedermawanan 14 Ibid., h. 75 15 Ibid., h. 234

“Jack, kita muter-muter melulu sejak tadi,” Tanya Parjo penasaran. Sementara para jama’ah yang menumpang di mobil itu juga penasaran. Apalagi setiap ada peminta-minta di pinggir jalan, Jack kadang malah turun membagi uang, dan makanan kecil. “Ceritanya lagi membayar zakat Jack,” lanjut Parjo. “Iya, Mas Jack, ngapain kasih uang pengamen, anak-anak peminta itu…..”16

4. “….Banyak anak muda Islam yang bercita-cita jadi tokoh Islam, karena kalau jadi tokoh Islam ia jadi bangga. Jadi panutan masyarakat. Sebuah cita-cita keblinger, sebagaimana cita-cita menjadi muballigh kondang karena ingin jadi public figure. Cuap sana cuap sini, seperti politisi, lalu jadi ajang karir, kemudian ada sejumlah fasilitas materi dan budaya yang memanjakan dirinya. Lebih-lebih bercita-cita jadi muballigh sebagai pekerjaan, karir, dan profesi, wah, apa bedanya dengan penjual jamu dan tukang sulap yang bisa menyihir penonton dengan hiburannya?“Ah, wallahu a’lam. Yang penting anak -anak di sini punya akhlaqul karimah, dengan pengetahuan dan pemahaman ilimu-ilmu Islam hebat, “kata Jack bergumam sendiri, sembari mengingat-ingat pesan kakek bertongkat agar Jack mulai mengkader ulama masa depan.17

Keteguhan Hati

5. Jack tertawa lebar. Tiba-tiba selembar cek

berisi milyaran rupiah disodorkan. “Ini, kalau kamu tidak percaya…”

Jack meraih saja lembaran itu tanpa basa-basi. Anda rela ini untuk saya?”

Ikhlas Jack….”

Untuk dan demi rakyat kan?’ Ya, dan untuk suksesmu…” Tidak. Ini untuk mereka…”

Ya…ya..yaa untuk sukses mereka.”

Karena itu uang ini akan saya bagi-bagi untuk mereka. Lagi pula Anda sudah lama tidak bayar zakat kan?”

Alah Jack. Ini bukan uang zakat. Ini uang cuma-cuma.kamu tahulah dari mana uang ini aku

Kewira’ian 16 Ibid., h. 22 17 Ibid., h. 195

49

dapatkan…”

Kalau begitu tepat Bung, Uang ini harus kita bersihkan. Kita cuci. Kita bagi-bagi saja besok

kepada mereka…”18

6. “……Baiklah sobat mulai saat ini anda memasuki markas maksiat di negeri ini. Kamu masih ingat kunci-kunci yang dulu saya berikan?”

“Oh, masih...” “Antara lain?”

“Semua ini juga kehendak Allah, Jack...” “Bagus! Apalagi?”

“Kadang Allah menakdirkan hambaNya berbuat maksiat, dalam rangka si hamba itu lebih dekat

kepadaNya....”

“Asyik, apalagi....?

“Orang yang merasa aneh dengan kekuasaan Allah mengentas seorang ahli maksiat, maniak dosa, menjadi kekasih Allah, berarti tidak paham dengan kekuasaan Ilahi itu sendiri...”

“Jack memeluk si Gendut sekali lagi….”19

Ketenangan

7. “…..jangan berhenti berprofesi. Hanya karena ingin mendekati Allah, lalu anda berhenti meninggalkan semuanya. Keinginan itu adalah hawa nafsu anda yang tersembunyi, emosi anda yang tergesa-gesa. Biarlah Allah menakdirkan dan memposisikan anda di mana, dan bagaimana saat ini. Kelak anda bisa sangat dekat dengan Allah tanpa anda harus berhenti dari profesi anda..20

Kesabaran

8. ..”….Di bulan puasa ini kedatangan Jack selain

membawa oleh-oleh sekedar berbekal untuk buka puasa bagi masyarakat kumuh itu, Jack sedang membawa kabar gembira bagi mereka. Yaitu wujud impian masa depan mereka, yaitu anak-anak mereka. Anak-anak germo, anak pelacur, anak preman, anak maling, anak pemulung, siapa yang memikirkan mereka? Jack hanya geleng kepala pada penguasa negeri ini……”21

Cinta Kasih

9. “…….Siapa yang bersahabat dengan manusia model ini, ia akan mendapatkan tiga hal pula: Meraih kebajikan-kebajikan tersebut sebagai anugerah,

karena seseorang itu sangat erat kaitannya dengan Bersahabat 18 Ibid., h. 84 19 Ibid., h. 166 20 Ibid., h. 161 21 Ibid., h. 11-12

keyakinan agama sahabat dekatnya. Ia juga meraih rasa ringan dalam hatinya, dan mendapatkan keselamatan dunia dan agamanya…….”22

10. “….Apakah anda juga masih menuntut sesuatu dari Allah? Ini sungguh tidak sopan, tidak etis, dan tidak punya adab di hadapan Allah, karena Anda pasti tidak yakin kepada Allah, karena anda pasti sangat mencurigai Allah. Apa modal kita, bekal kita, prestasi amal kita, sehingga kita punya hak menuntut Allah? Padahal kita tidak pernah memiliki modal, tak pernah berbuat, tak pernah membuat bekal. Sebab yang menggerakkan kepatuhan, amal, taat, ibadah kita itu, Allah juga!...”23

Tawadhu’

Dokumen terkait