• Tidak ada hasil yang ditemukan

PAPARAN DATA DAN ANALISIS HASIL PENELITIAN

B. Temuan Hasil Penelitian

a. Implementasi Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam

Seperti yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya bahwa teori belajar humanistik dirasa penting untuk diterapkan dalam proses belajar mengajar disekolah, dan telah sedikit banyak diterapkan oleh pendidik dalam mengajar baik secara langsung/terencana maupun secara tidak langsung/mengalir begitu saja, karena sebenarnya pada dasarnya setiap pembelajaran menganut aliran teori belajar humanistik. Konsep belajar dengan teori humanistik efektif diterapkan untuk pembelajaran dengan materi-materi pelajaran yang bersifat membentuk kepribadian, hati nurani, perubahan sikap, dan analisis terhadap fenomena sosial, salah satunya

71

adalah mata pelajaran Pendididikan Agama Islam, karena agama merupakan salah satu pondasi pembentukan kepribadian dan akhlak manusia.

Sebelum mengetahui lebih lanjut tentang pembelajaran dengan konsep humanistik, kita perlu mengetahui konsep atau pengertian pendidikan humanistik itu sendiri. Sesuai dengan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi dilapangan yaitu di SMP N 1 Tengaran peneliti menemukan beberapa hal yang berkaitan dengan pembahasan dalam skripsi ini. Konsep pembelajaran humanistik menurut ibu W selaku Wakil Kepala Bagian Kurikulum ialah:

“Human disini menurut saya pribadi lebih mengedepankan sisi kebutuhan dari anak itu sendiri. Karena disini anak didik itu unik, tidak bisa kita paksakan dia harus suka pelajaran ini pelajaran itu, masing-masing punya ciri sendiri dimana kita mencoba ikuti arusnya tetapi tentu saja dengan

kondisi sekolah disini.” (wawancara tanggal 14 Desember 2017)

Begitu pula Pendapat dari bapak NK selaku guru mata pelajaran PAI:

“Menurut saya, pembelajaran humanistik ialah pembelajaran yang membebaskan anak untuk belajar sesuai dengan kebutuhannya, jadi disini guru berusaha memfasilitasi dan mengembangkannya tanpa adanya paksaan, dengan konsep memanusiakan manusia dan menganggap bahwa setiap peserta didik itu memiliki keunikan tersendiri, baik cara belajar maupun yang lainnya”. (wawancara tanggal 07 Desember 2017)

Pernyataan yang sama pula diungkapkan oleh ibu SNR, selaku guru Pendidikan Agama Islam:

“Pembelajaran dengan konsep humanistik menurut saya ialah pembelajaran yang menganut konsep memanusiakan manusia, tidak memaksakan kehendak guru terhadap siswa, tidak menjugde anak bodoh dan sebagainya, karena siswa bukan mesin yang bisa kita gerakkan semau kita. Disini kita membebaskan siswa untuk belajar sesuai dengan

72

kemampuan dan dengan cara mereka sendiri, kita buat pembelajaran itu enjoy dan menyenangkan mungkin dengan metode dan model pembelajaran tertentu yang sesuai dengan kebutuhan materi, maka dengan

begitu materi bisa maksimal diserap oleh siswa.” (wawancara tanggal 9 januari 2018)

Dengan bekal pemahaman tersebut sekolah ini berusaha menerapkan sistem pembelajaran dengan mengacu pada konsep humanistik, khususnya pada mata pelajaran Pendidikan Agama Islam. Hal ini dikemukakan oleh bapak NK selaku guru pendidikan agama Islam:

“Iya, sekolah ini telah menerapkan konsep pembelajaran humanistik, pada mata pelajaran PAI sendiri. Perwujudannya berupa mengajarkan siswa untuk aktif dalam pembelajaran, melatih siswa untuk bersikap mandiri, bertanggung jawab, belajar memahami keadaan disekitar, dan berusaha menciptakan suasana belajar yang tidak kaku dan tidak membosankan, belajar secara lebih santai sehingga jika suasananya saja sudah kondusif

siswa akan lebih bisa menyerap materi pelajaran” (wawancara tanggal 7 desember 2017).

Dibuktikan dengan kondisi didalam kelas selama pelajaran sesuai dengan observasi yang dilapangan. Sebelum pelajaran dimulai siswa diminta mengamati lingkungan tempat duduknya apakah sudah bebas dari sampah-sampah kertas dan lainnya, jika masih terdapat sampah, peserta didik memungutnya dan membuangnya ketempat sampah, sehingga kondisi lingkungan belajar menjadi bersih dan nyaman. Setelah itu pelajaran diawali dengan bersholawat, membaca asmaul husna, kemudian doa-doa sehari-hari. Hal ini dilakukan untuk merangsang peserta didik dan untuk memperkuat hafalan peserta didik baik surat-surat dalam Al qur‟an,

doa sehari-hari, maupun sholawat-sholawat nabi, agar siswa terbiasa dengan bersholawat.

73

Penyataan serupa pun diungkapkan oleh ibu SNR:

“Iya sudah, konsep pembelajaran humanistik ini sudah diterapkan disekolah ini. Sebenarnya saya rasa konsep pendidikan humanistik ini secara disadari maupun tidak, ada dalam setiap pembelajaran, apalagi dengan kurikulum 2013 ini, anak diajarkan untuk lebih aktif dalam

pembelajaran.” (wawancara tanggal 9 januari 2018).

Dengan memberikan ruang bebas kepada peserta didik dalam pembelajaran dapat lebih meningkatkan pemahaman anak terhadap materi yang disampaikan, disini anak diajarkan untuk berani berpendapat, percaya diri, dan tanggung jawab. Anak juga dapat mengekplore lebih dalam tentang materi yang disampaikan. Seperti halnya model pembelajaran active learning, yang memiliki 4 semboyan, yaitu apa yang saya dengar dengan mudah saya lupakan, apa yang saya dengan dan saya lihat akan saya ingat sedikit atau sebentar, apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan, dan laksanakan, maka saya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan, dan ketika saya bisa mengajari orang lain, berarti saya menguasai. Seperti halnya yang disampaikan oleh ibu W:

“Ya, disekolah ini sudah menerapkan pembelajaran dengan konsep humanistik. Disini kita membebaskan anak dan mencoba memfasilitasinya, sehingga ia bisa meraih apa yang diharapkan. Kita disini juga mengacu pada kurikulum dan tujuan pendidikan saat ini dimana akhlak dan budi pekerti menjadi yang utama. Dengan kurikulum 2013 yang sebenarnya sangat menyenangkan, melatih keaktifan dan kemandirian anak dalam belajar, anak bisa berkreasi didalamnya, menumbuhkan semangat solidaritas, komunikasi, nasionalisme dan juga semangat juang diajarkan, meskipun agak sedikit repot bagi para guru untuk menerapkannya, karena mungkin keterbatasan waktu.” (wawancara tanggal 14 desember 2017)

74

Dalam pelaksanaan pembelajaran humanistik perlu adanya kegiatan yang nyata. Sekolah ini berusaha mewujudkan kegiatan-kegiatan yang mendukung penerapan konsep pembelajaran humanistik seperti yang disampaikan oleh ibu SNR :

“Perwujudan dari konsep pembelajaran humanistik itu sendiri disini khususnya dalam konteks keagamaan adalah dengan dilaksanakannya sholat dhuha berjamaah sebelum mulai pelajaran dan sholat dzuhur berjamaah, namun untuk kegiatan disini butuh perhatian khusus dalam pelaksanaanya masih belum berjalan secara rutin, lalu pada setiap bulan ramadhan ada penarikan zakat, bakti sosial dibeberapa wilayah sekitar yang dirasa membutuhkan, dan juga qurban bersama-sama dengan bapak/ibu guru setiap tahunnya. Maka dari sini anak bisa belajar secara nyata melalui kegiatan-kegiatan tersebut untuk kemudian bisa

memahaminya.” (wawancara tanggal 9 januari 2018) Pernyataan serupa juga disampaikan oleh bapak NK :

“Disekolahan ini sudah rutin dilaksanakan bakti sosial setiap bulan ramadhan, siswa diajak untuk peduli terhadap lingkungan sekitar, lalu juga zakat setiap bulan ramadhan dan qurban bersama bapak ibu guru setiap

idul adha.” (wawancara tanggal 7 Desember 2017)

Bukan hanya kegiatan-kegiatan tersebut saja siswa-siswa yang tidak mematuhi peraturan seperti halnya membolos, terlambat, berambut gondrong bagi laki-laki dan pelanggaran-pelanggaran lainnya juga diberikan peringatan dan hukuman. Seperti penuturan bapak NK berikut ini:

“Ya, dalam suatu pembelajaran perlu adanya reward dan panishment untuk memberikan semangat belajar kepada siswa dan juga mengajarkan

kedisiplinan kepada siswa.” (wawancara tanggal 7 desember 2017).

Sejatinya reward dan panishment itu dirasa penting dalam suatu pembelajaran, reward dan panishment melatih siswa tentang tanggung

75

jawab dan kedisiplinan, memotivasi siswa, hal serupa ditegaskan oleh ibu SNR:

“Dalam pembelajaran memang harus ada yang namanya reward dan panishment tersebut saya rasa. Seperti yang saya lakukan dikelas, dengan memberikan penghargaan berupa tambahan nilai kepada siswa yang berani menjawab pertanyaan yang saya ajukan, dengan begitu anak akan terpancing dan memiliki semangat dalam belajar. Lalu sebelum memulai pelajaran saya selalu memeriksa kerapian anak-anak dan kebersihan kelas

untuk kenyamanan jalannya pelajaran.” (wawancara tanggal 9 januari

2018)

Hal tersebut terlihat didalam kelas ketika pelajaran PAI dimulai, guru masuk kedalam ruangan, lalu memperhatikan kebersihan lingkungan kelas, menyuruh siswa untuk memungut setiap sampah yang ada dibawah tempat duduk mereka dan membuangnya kedalam tempat sampah. Begitu pula dengan kerapian baju peserta didik. Terdapat beberapa peserta didik yang tidak taat peraturan, yaitu tidak memakai ikat pinggang dan siswa yang rambutnya tidak rapi atau gondrong, guru memanggil anak-anak tersebut kedepan dan menanyakan satu persatu mengapa mereka tidak memakai ikat pinggang. Setelah siswa mengemukakan alasan masing-masing, kemudian guru menasehati siswa agar tidak mengulanginya lagi dan segera memotong rambut bagi siswa yang rambutnya tidak rapi. Jika peserta didik yang sudah dinasehati tetapi enggan mengindahkannya guru pun mengambil tindakan tegas dengan memotong sendiri rambut siswa tersebut, untuk memberikan efek jera.

Bukan hanya pendisiplinan siswa saja, akan tetapi ketika pembelajaran berlangsung, Untuk memancing agar peserta didik aktif,

76

guru memberikan penghargaan kepada setiap siswa yang berani menjawab pertanyaan yang diajukan dengan memberikan tambahan point, siswa akan berebut untuk menjawab pertanyaan yang diajukan. Dengan demikian melatih keberanian siswa untuk berpendapat dan rasa percaya dirinya akan terus meningkat.

Selain menumbuhkan semangat belajar peserta didik didalam kelas, peserta didik juga diajarkan kemandirian dengan model pembelajaran yang mengacu pada guru sebagai fasilitator. Seperti pernyataan ibu W :

“Dengan mengacu kepada kurikulum 2013, disini anak diajarkan untuk belajar mandiri, dengan metode-metode pembelajaran yang sangat beragam dan menyenangkan menurut saya. Jadi anak diharuskan untuk aktif disini. (wawancara tanggal 14 Desember 2017)

Pernyataan tersebut diperkuat oleh ibu SNR, beliau mengatakan bahwa:

“Dalam setiap pembelajaran saya selalu menggunakan metode pembelajaran yang berbeda tentunya sesuai dengan materi itu sendiri. Misalnya dengan menyuruh anak membuat main map, dengan membuat main map mau tidak mau anak harus membaca dan memahami materi tersebut, dengan membaca dan memahaminya maka proses belajar berjalan disini, dan anak pun akan lebih memahaminya daripada hanya mendengarkan keterangan dari guru, meskipun ada materi yang membutuhkan metode ceramah misalnya materi tentang akhlak yang membutuhkan metode ceramah agar anak bisa memahaminya dengan benar karena ini akan membentuk kepribadian siswa.” (wawancara tanggal 9 Januari 2018)

Adapun hasil penelitian menunjukkan dalam dalam pelaksanaan pembelajaran PAI di SMP N 1 Tengaran dalam perencanaanya dapat dilihat dari kegiatan pembelajaran melalui RPP dan pelaksanaan pembelajran yang dilaksanakan oleh guru. Dalam pengelolaan

77

pembelajaran PAI guru menerapkan beberapa metode, diantaranya: ceramah, diskusi dan presentasi, main maping, demostrasi.

b. Dampak Penerapan Pembelajaran Humanistik Terhadap Siswa dalam Pembelajaran PAI

Suatu pembelajaran akan dirasa berhasil jika setiap tujuan dari pembelajaran itu sendiri telah tercapai. Untuk mencapai tujuan-tujuan dari pembelajaran itu sendiri perlu adanya strategi dalam pembelajaran, baik dari segi metode dan model pembelajaran yang diterapkan maupun dari segi sumber daya manusianya. Dalam pembelajaran dengan konsep humanistik ini kedua aspek tersebut saling berkaitan, agar apa yang diharapkan dalam pembelajaran dapat terwujud dengan hasil yang maksimal. Dalam hal ini bapak NK selaku guru mata pelajaran pendidikan agama Islam mengemukakan:

“Siswa itu harus terus dimotivasi ketika belajar, didorong untuk terus semangat dalam belajar, dengan menciptakan suasana yang menyenangkan dalam belajar maka anak akan nyaman dan cenderung lebih bisa menerima apa yang disampaikan. Sejauh ini dalam pembelajaran PAI khususnya sudah berjalan secara baik dan hasilnya pun saya rasa sudah memenuhi apa yang menjadi tujuan dari pembelajaran itu sendiri, hal ini terlihat pada perilaku sehari-hari siswa. Menurut saya pribadi konsep pembelajaran humanistik ini sangat baik diterapkan disekolah.” (wawancara 7 Desember

2017)

Pernyataan tersebut sesuai dengan keadaan didalam kelas, dimana ketika pelajaran berlangsung peserta didik menunjukkan antusias dan semangatnya dengan berebut menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru. Sebelum pelajaran dimulai biasanya guru melakukan beberapa

78

peregangan untuk sekedar memberikan semangat untuk peserta didik agar mereka fresh kembali dan tidak loyo dan mengantuk, jika suasana tubuh dan lingkungan sudah nyaman maka belajar pun akan menyenangkan dan lebih maksimal.

Dalam menjelaskan materi pelajaran, guru sering kali mengkaitkan dengan pengalaman dan kehidupan sehari-hari ataupun diselingi dengan cerita-cerita yang berhubungan dengan materi yang dipelajari, sehingga peserta didik akan lebih memahami apa yang disampaikan.

Seperti yang dikemukakan oleh ibu SNR selaku guru agama:

“Sejauh ini tidak ada kendala yang berarti dalam proses belajar mengajar, khususnya PAI. Anak-anak mampu memahami apa yang disampaikan dan mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari mereka, seperti contoh

misalnya sholat berjamaah, membaca alqur‟an, hafalan, toleransi antar

umat beragama, menghormati orang yang lebih tua, dan lain sebagainya.”

(wawancara tanggal 9 Januari 2018)

Dalam kegiatan belajar mengajar metode dan model pembelajaran juga memiliki peran penting didalamnya, untuk mempermudah siswa dalam memahami materi yang disampaikan. Ibu W berpendapat bahwa:

“Dengan guru sebagai fasilitator belajar, memfasilitasi anak untuk

bertanya, mengemukakan pendapatnya, hal-hal tersebut akan membuat anak menjadi lebih berani dan percaya diri, dengan anak bertanya, berpendapat, ini akan memancing anak untuk berfikir tidak hanya menerima saja apa yang disampaikan oleh guru maka tingkat pemahaman siswa akan lebih tinggi. Anak-anak pun mulai memahaminya dengan menggunakan tekhnologi dalam menunjang belajarnya, seperti menggunakan laptop untuk mengakses materi pelajaran yang dibutuhkan.Mereka mulai belajar mandiri.” (wawancara tanggal 14 desember 2017)

79

Peserta didik mampu memahami apa yang disampaikan oleh guru, dibuktikan dengan perilaku sehari-hari yang ditunjukkan, yaitu saling menghormati, mulai membiasakan diri sholat berjamaah, menghafal, toleransi, danperubahan sikap yang berangsur-angsur membaik. Bukan hanya itu nialai-nilai pelajaran pun juga semakin meningkat. Hasil evaluasi yang peroleh peserta didik sebagian besar telah mencapai KKM.

c. Problematika dan Solusi Penerapan Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran PAI

Dalam penerapan konsep pembelajaran humanistik ini tentunya tidak lepas dari problematika atau faktor-faktor yang menghambatnya. Faktor penghambat tersebut bisa datang dari pendidik itu sendiri, peserta didik, maupun lembaga sekolah. Faktor yang datang dari diri sendiri misalnya kurangnya pemahaman tentang konsep humanistik itu sendiri. Sedangkan faktor yang berasal dari lembaga, misalnya terbatasnya sarana dan prasarana yang menunjang penerapan pembelajaran dengan konsep humanistik, kurangnya jumlah guru pendidikan agama Islam. Seperti halnya pernyataan ibu W:

“Faktor yang menjadi penghambat dalam menerapkan konsep humanistik

ini adalah terbatasnya guru untuk berinteraksi dengan siswa, sehingga pemahaman terhadap siswaitu tidak maksimal, menginggat tugas bapak ibu guru yang banyak , lalu juga untuk guru yang sudah senior yang

kurang menguasai IT itu sedikit menghambat” (wawancara tanggal 14

80

Seperti halnya ibu W, bapak NK pun memberikan pernyataan yang demikian:

“Terbatasnya ruang untuk guru bisa memahami siswa satu per satu karena

jumlah siswa yang sebegitu banyaknya sedangkan jumlah bapak ibu guru yang terbatas, apalagi untuk guru agama. Membuat kita kurang maksimal dalam hal pengawasan kepada siswa sendiri. Disini dibutuhkan guru yang tidak hanya memahami materi pembelajaran saja, tetapi guru yang peka terhadap keadaan siswanya, perhatian terhadap siswa itu penting.”

(wawancara tanggal 7 desember 2017).

Tidak hanya dari sisi guru saja, akan tetapi dari sisi siswanya pun juga mempengaruhi penerapan pembelajaran yang sesuai dengan konsep humanistik ini. Hal ini disampaikan oleh WAKA Kurikulum ibu W:

“Anak, antara satu dengan yang lainnya kan berbeda. Terkadang ada siswa yang memiliki sikap tertutup kepada gurunya. Hal ini menyulitkan kita dalam upaya untuk membantu anak menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi. Untuk itu biasanya untuk mengatasinya kita dekati terlebih daluhu anak tersebut,kita berusaha memasuki dunianya.Biasanya

dalam agenda juma‟at sehat kan dalam keadan yang santai sehabis kita olahraga kita mencoba untuk bermain dengan anak-anak, mencipakan suasana yang nyaman, dari situ pelan-pelan kita dekati dan kita pancing dia untuk bercerita tentang keluh kesahnya, ya semacam menjelma

menjadi teman curhatnya, seperti itu.” (wawancara tanggal 14 desember

2017).

Ibu SNR selaku guru mata pelajaran pendidikan agama Islam, mengatakan:

“Terkadang anak itu ketika datang kesekolah dia sudah membawa masalah dari rumahnya, masalah dengan orangtua, dengan teman, dan lain sebagainya. Hal-hal semacam itu akan mengganggu pikiran anak tersebut sehingga ketika menerima pelajaran tidak akan maksimal. Lalu dengan banyaknya orang tua yang sibuk dalam bekerja sehingga anak menjadi kurang perhatian, kurang kasih sayang, kurang komunikasi dengan orang tua, sedangkan anak-anak usia smp itu masih labil pola pikirnya, sehingga perlu diberikan perhatian yang khusus sebenarnya. Seperti contoh misalnya dalam hal mengaji jika tidak diperhatikan oleh orang tuanya, anak akan mengalami kesulitan bahkan mungkin cenderung malas. Untuk

81

itu disini setiap pelajaran PAI anak diharuskan membaca al-qur an,atau sekedar surat pendek, doa sehari-hari, kemudian juga hafalan jus 30 dengan system setoran hafalan, dengan begitu diharapkan kemampuan

bacaan al qur‟an dan kemampuan menghafal anak akan

bertambah.”(wawancara tanggal 9 Januari 2018)

Dalam pembelajaran pendidikan agama Islam dibutuhkan sarana dan prasarana yang mendukung, seperti halnya ketika materi sholat atau wudhu yang membutuhkan alat praktek yaitu tempat wudhu dan mushola atau alat lain untuk penunjang penerapan konsep pembelajaran humanistik sendiri. Hal ini sesuai dengan penuturan bapak NK:

“Untuk sarana penunjang pembelajaran sendiri disini dirasa masih kurang maksimal, seperti air yang terkadang tidak mengalir, ketersediaan tempat, kesadaran dari individu itu sendiri. Hal tersebut sedikit menghambat jalannya pembelajaran. Maka dari itu dibutuhkan pembenahan, dalam hal ini komunikasi antara sekolah, masyarakat dan wali murid menjadi sangat penting.” (wawancara tanggal 7 desember 2017)

Konsep humanistik dalam pembelajaran yang diterapkan oleh guru dapat berhasil dengan adanya faktor yang mendukung. Faktor pendukung penerapan konsep humanistik dalam pembelajaran pendidikan agama Islam diantaranya adalah dari pola pikir siswa. Pola fikir terutama semangat dan kemauan berfikir untuk belajar dan mengikuti perkembangan jaman menjadi salah satu modal terwujudnya pembelajaran yang humanis. Hal ini sesuai dengan pernyataan dari guru pendidikan agama Islam sendiri, ibu SNR:

“Semangat belajar siswa, semangat untuk maju mengikuti perkembangan zaman, karena sekarang tekhnologi sudah berkembang pesat, seperti laptop, internet, gedjet sehingga memudahkan siswa dalam belajar dan

82

Selain dari sisi diri siswa, adanya peran serta dari pihak wali siswa pun turut mendukung terwujudnya pembelajaran yang sesuai dengan konsep humanistik ini,hal tersebut dikemukakan oleh WAKA Kurikulum SMP Negeri 1 Tengaran, ibu W:

“Disini pihak sekolah bekerja sama dengan komite dan wali siswa dengan mengadakan paguyuban yang nanti didalam paguyuban tersebut kita sharing dengan orang tua tentang keadaan putra putrinya di sekolah dan apa yang dibutuhkan untuk menunjang kemajuan sekolah dan kemajuan

siswa.” (wawancara 14 Desember 2017).

Selain itu peserta didik diharapkan dapat menumbuhkan sikap mandiri, bertanggung jawab pada setiap perbuatan yang dilakukan, menghargai serta selalu menjaga hubungan baik dengan sesama teman maupun dengan guru. Akan tetapi jika hanya mengandalkan guru saja tanpa adanya dukungan dari pihak lain maka konsep humanistik ini tidak akan berhasil diterapkan. Untuk itu perlu dijalin kerjasama antara guru dengan pihak-pihak terkait.

C. Analisis Data

1. Implementasi Teori Belajar Humanistik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam di SMP Negeri 1 Tengaran

Berbicara tentang pendidikan, tentunya tak lepas dari hakikat manusia. Sebab manusia merupakan subjek sekaligus objek dalam pendidikan. Dalam pandangan psikologi, “pandangan manusia terhadap dirinya sangat mempengaruhi pendidikannya”. Demikian halnya dengankajian filsafat pendidikan, manusia merupakan kajian ontology

83

yang mesti jelas sehingga konsep pendidikan yang ditawarkan dan dikembangkan jelas pula. Ibn Khaldun, dalam kitab Muqaddimah-nya mengemukakan bahwa manusia adalah makhluk berfikir. Hal ini membedakannnya dari hewan dan makhluk lainnya. Kesanggupan berfikir ini merupakansumber dari segala kesempurnaan, puncak dari segala kemuliaan, dan ketinggian di atas makhluk lain (Kosim, 2012: 42).

Konsep pendidikan Humanistik merupakan teori belajar yang pada dasarnya memiliki tujuan memanusiakan manusia, yang meliputi tujuan hidup manusia, hak dan kewajiban hidup manusia, serta potensi-potensi yang dimiliki manusia itu sendiri. Dalam pendidikan agama Islam konsep pembelajaran humanistik ini sangat berkaitan erat, karena agama Islam yang menganggap bahwa manusia adalah makhluk yang paling sempurna dimuka bumi ini diantara makhluk-makhluk ciptaan Allah lainnya.

Aplikasi teori belajar humanistik ini sebenarnya lebih menunjuk pada roh atau spirit selama pembelajaran yang mewarnai penerapan metode-metode pembelajaran. Peran pendidik dalam pembelajaran humanistik adalah sebagai fasilitator dengan memotivasi peserta didik terkait dengan kesadaran mengenai makna belajar, guru hanyalah sebagai pendamping untuk memperoleh tujuan pembelajaran. Namun bukan berarti disini pendidik bertindak pasif karena hanya sebagai pendamping peserta didik saja, akan tetapi pendidik juga harus berperan aktif dalam suatu proses pembelajaran melalui metode-metode pembelajaran yang digunakan.

84

Guru yang fasilitatif dipandang mampu mengurangi angka membolos, meningkatkan upaya untuk meraih prestasi akademik, mengurangi tingkat masalah yang berkaitan dengan disiplin, serta menjadikan siswa lebih spontan dan menggunakan daya pikir yang lebih tinggi (Sukardjo dan komarudin, 2009: 63).

Guru yang professional bukanlah hanya untuk satu kompetensi saja yaitu kompetensi professional, tetapi guru profesional semestinya meliputi