• Tidak ada hasil yang ditemukan

KAJIAN TEORI

C. Teori Humanistik dalam pembelajaran

Aplikasi teori humanistik lebih menunjuk pada roh atau spirit selama proses pembelajaran yang mewarnai metode-metode yang diterapkan dalam pembelajaran. Peran pendidik dalam pembelajaran humanistik adalah sebagai fasilitator bagi para peserta didik dengan memberikan motivasi terkait dengan kesadaran mengenai makna belajar dalam kehidupan peserta didik, guru hanyalah sebagai pendamping peserta didik untuk memperoleh tujuan pembelajaran (Sukardjo dan Komarudin, 2009: 64).

Pendidik sebagai fasilitator bukan berarti ia harus berfikir pasif akan tetapi pendidik harus berperan aktif dalam suatu proses pembelajaran. Belajar bermakna terjadi jika sesuai dengan kebutuhan peserta didik, disertai motivasi intrinsik dan kurikulum yang tidak kaku. Belajar bermakna didorong oleh

34

hasrat dan intensitas keingintahuan peserta didik mempelajari bidang studi tersebut. Pendidik harus aktif dan paham betul atas keunikan peserta didik (Herpratiwi, 2009: 61).

Proses yang umumnya dilalui adalah sebagai berikut. a. Merumuskan tujuan belajar dengan jelas.

b. Mengusahakan partisipasi peserta didik melalui kontrak belajar yang bersifat jelas, jujur, dan positif.

c. Mendorong peserta didik untuk mengembangkan kesanggupan untuk belajar atas inisiatif sendiri.

d. Mendorong peserta didik untuk peka, berfikir kritis, memaknai proses pembelajaran secara mandiri.

e. Peserta didik didorong untuk bebas mengemukakan pendapat, memilih pilihannya sendiri, melakukan apa yang diinginkan dan menanggung resiko dari perilaku yang ditunjukkan.

f. Pendidik menerima peserta didik apa adanya, berusaha memahami jalan pikiran peserta didik, tidak menilai secara normatif tetapi mendorong peserta didik untuk bertanggung jawab atas segala resiko perbuatan atau proses belajarnya.

g. Memberikan kesempatan peserta didik untuk maju sesuai dengan kecepatannya.

h. Evaluasi diberikan secara individual berdasarkan perolehan prestasi peserta didik (Mulyati, 2005: 182).

35

Abraham H. Maslow dikenal sebagai salah satu tokoh psikologi humanistik. Ia menyatakan bahwa dalam diri manusia terdapat dorongan positif untuk tumbuh sekaligus kekuatan yang menghambat. Maslow mengatakan bahwa ada beberapa kebutuhan yang perlu dipenuhi oleh setiap manusia yang sifatnya hirarkis. Pemenuhan kebutuhan dimulai dari kebutuhan terendah, selanjutnya meningkat pada kebutuhan yang lebih tinggi, yaitu kebutuhan jasmaniah, kebutuhan keamanan, kebutuhan kasih sayang, kebutuhan harga diri, kebutuhan aktualisasi diri.

Menurut ahli teori ini, hierarki kebutuhan manusia tersebut mempunyai implikasi penting bagi individu peserta didik. Oleh karenanya, pendidik harus memperhatikan kebutuhan peserta didik sewaktu beraktivitas di dalam kelas. Seorang pendidik dituntut memahami kondisi tertentu, misalnya, ada peserta didik tertentu yang sering tidak mengerjakan pekerjaan rumahnya, atau ada yang berbuat gaduh, atau ada yang tidak berminat belajar. Menurut maslow, minat atau motivasi untuk belajar tidak dapat berkembang jika kebutuhan pokoknya tidak terpenuhi. Peserta didik yang datang kesekolah tanpa persiapan, atau tidak dapat tidur nyenyak, atau membawa persoalan pribadi, cemas atau takut, akan memiliki daya motivasi yang tidak optimal, sebab persoalan-persoalan yang dibawanya akan menganggu kondisi ideal yang dia butuhkan.

Carl R. Rogers yang juga merupakan tokoh dari teori belajar humanistik menyarankan adanya suatu gagasan yang berupaya menjadikan

36

belajar lebih manusiawi. Menurut Sri Rumini (1993: 110-112), gagasan tersebut adalah:

a. Hasrat untuk belajar

Menurut Rogers manusia mempunyai hasrat untuk belajar. Anak memiliki rasa ingin tahu yang tinggi ketika sedang mengeksplorasi lingkungannya. Dorongan ingin tahu dan belajar merupakan asumsi dasar dalam pendidikan humanistik. Didalam kelas yang humanistik, peserta didik diberi kebebasan dan kesempatan untuk memuaskan rasa ingin tahu dan minatnya terhadap sesuatu yang menurutnya bisa memuaskan kebutuhannya. b. Belajar yang berarti

Prinsip ini menuntut adanya relevansi antara bahan ajar dengan kebutuhan peserta didik. Anak akan belajar jika ada hal yang berarti baginya. Sebagai contoh, anak akan cepat belajar menghitung uang karena uang dapat dipergunakan untuk membeli sesuatu yang dia inginkan.

c. Belajar tanpa ancaman

Proses pembelajaran dapat berjalan dengan lancar ketika peserta didik dapat menguji kemampuannya, mencoba pengalaman-pengalaman baru, atau jika membuat kesalahan tidak mendapat kecaman yang menyinggung perasaannya. Jika kenyamanan sudah dia dapatkan, pembelajaran pun akan menjadi

37

kondusif, anak tidak merasa tertekan dan pendidik dianggapnya sebagai fasilitator yang menyenangkan.

d. Belajar dengan inisiatif sendiri

Bagi para humanis, belajar akan sangat bermakna ketika dilakukan atas inisiatif sendiri, sehingga memiliki kesempatan untuk menimbang dan membuat keputusan serta menentukan pilihan dan introspeksi diri. Dia akan bergantung pada dirinya sendiri sehingga kepercayaan dirinya akan menjadi lebih baik. e. Belajar dan perubahan

Prinsip terakhir yang dikemukakan Rogers adalah bahwa belajar paling bermanfaat adalah belajar tentang proses belajar. Menurutnya, di waktu lampau peserta didik belajar mengenal fakta-fakta dan gagasan-gagasan yang statis, dan apa yang didapat disekolah dirasa sudah cukup untuk kebutuhan masa itu. Tetapi sekarang, tuntutan menegubah pola pikir yang datang setiap waktu. Apa yang dipelajari di masa lalu tidak dapat mutlak dijadikan pegangan untuk mencapai sukses di masa sekarang ini. Yang dibutuhkan sekarang adalah orang-orang yang mampu belajar di lingkungan yang sedang berubah dan terus akan berubah.

Aliran dan teori pendidikan ini menjadi warna yang dominan di dunia pendidikan. Meski tidak dianut seluruhnya, minimal ada aliran yang diikuti dan teori yang digunakan sebagai upaya pegembangan pendidikan (Suwarno, 2006: 71-76).

38

Dalam praktiknya, teori ini terwujud dalam pendekatan yang

diusulkan oleh Ausubel (1968) yang disebut “belajar bermakna” atau Meaningful Learning (Sebagai catatan teori Ausebel juga dimasukkan ke dalam aliran kognitif). Teori ini terwujud dalam teori Bloom dan Krathwohl dalam bentuk Taksonomi Blomm. Dalam hal ini, Bloom dan Krathwohl menunjukkan apa yang mungkin dikuasai (dipelajari) oleh siswa, yang mencakup pada tiga kawasan berikut.

a. Kognitif

Kognitif terdiri dari enam tingkatan, yaitu: 1) Pengetahuan (mengingat, menghafal) 2) Pemahaman (Menginterpretasikan)

3) Aplikasi (menggunakan konsep untuk memecah suatu masalah) 4) Analisis (menjabarkan suatu konsep)

5) Sintesis (menggabungkan bagian-bagian konsep menjadi suatu konsep utuh)

6) Evaluasi (membandingkan nilai, ide, metode, dan sebagainya). b. Psikomotor

Psikomotor terdiri dari lima tingkatan, yaitu 1) Peniruan (meniru gerak)

2) Penggunaan (menggunakan konsep untuk melakukan gerak) 3) Ketepatan (melakukan gerak dengan benar)

4) Perangkaian (melakukan beberapa gerakan sekaligus dengan benar)

39

5) Naturalisasi (melakukan gerak secara wajar) c. Afektif

Afektif terdiri dari lima tingkatan, yaitu

1) Pengenalan (ingin menerima, sadar akan adanya sesuatu) 2) Merespons (aktif berpartisipasi)

3) Penghargaan (menerima nilai-nilai, setia kepada nilai-nilai tertentu)

4) Pengorganisasian (menghubungkan nilai-nilai yang dipercayai) 5) Pengamalan (menjadikan nilai-nilai sebagai bagian dari pola

hidup) ( B.Uno, 2008: 13-14).

Dalam penerapan teori pembelajaran humanistik ini mengacu pada beberapa metode pembelajaran yang sesuai dengan konsep pembelajaran humanistik. Metode tidak hanya diartikan sebagai cara mengajar dalam proses pembelajaran, Tetapi dipandang sebagai upaya perbaikan komprehensif dari semua elemen pendidikan sehingga menjadi pendukung tercapainya tujuan pendidikan. Secara teknis guru harus menggunakan metode sebagai berikut :

a. Role Model

Guru sebagai suri tauladan bagi kehidupan sosial akademis murid, baik didalam kelas maupun diluar kelas.

b. Kasih sayang

Guru harus memiliki rasa kasih sayang, antusiasisme, dan ikhlas mendengar atau menjawab pertanyaan. Serta menjauhkan

40

sikap emosional dan foedal, seperti mudah marah dan mudah tersinggung.

c. Adult Education

Menekankan belajar mandiri, kemampuan membaca, dan berfikir kritis. Menerapkan proses pembelajaran yang dialog dan interaktif.

d. Promotor Of Learning

Membimbing, menumbuhkan kreatifitas, interaktif, dan komunikatif dengan siswa. Hal tersebut dapat dilakukan dengan feedback dari siswa baik secara langsung maupun tidak langsung. Dibawah ini adalah model pembelajaran humanistik:

a) Student Centered Learning

Konsep ini diajukan oleh Carl Rogers, yang isinya adalah: 1) Kita tidak bisa mengajar orang lain tetapi hanya

memfasilitasi saja.

2) Seseorang akan belajar secara signifikan hanya pada hal-hal yang memperkuat dirinya.

3) Manusia tidak bisa belajar jika dibawah tekanan. b) Humanizing Of The Classroom

Dicetuskan oleh Jhon P. Miller yang terfokus pada pengembangan model pendidik afektif. Pendidikan model ini bertumpu pada tiga hal, yaitu: Menyadari diri sebagai suatu proses pertumbuhan yang sedang dan akan terus

41

berubah, mengenali konsep dan identitas diri, dan menyatukan kesadaran hati dan pikiran. Perubahan yang dilakukan terbatas pada substansi materi saja, tetapi lebih penting pada aspek metodologis yang dipandang sangat manusiawi.

c) Active Learning

Dicetuskan oleh Melvin L. Siberman, asumsi dasar yang dibangun dari model pembelajaran ini ialah bahwa belajar merupakan konsekuensi otomatis dari penyampaian informasi kepada siswa. Belajar membutuhkan keterlibatan mental dan tindakan. Pada saat kegiatan belajar aktif, siswa melakukan sebagian besar pekerjaan belajar. Mereka mempelajari gagasan-gagasan, memecahkan masalah dan menerapkan apa yang mereka pelajari. Dalam Active Learning cara belajar dengan mendengarkan saja akan sedikit materi yang bisa diingat oleh siswa, sedangkan dengan cara mendengar, melihat, dan berdiskusi dengan siswa lain maka tingkat pemahaman siswa akan lebih besar. Dalam kaitannya dengan penentuan strategi belajar, maka pendekatan humanistik lebih menekankan kepada active learning (pembelajaran aktif), yang memiliki semboyan sebagi berikut:

42

1) What I hear, I forget, yakni apa yang saya dengar dengan mudah saya lupakan, karena guru berbicara 100-200 kata per menit, sedangkan peserta didik mendengar 50-100 kata per menit, lama kelamaan semakin berkurang.

2) What I hear and see, I remember a little, apa yang saya dengar dan saya lihat akan saya ingat sedikit atau sebentar, lama kelamaan lupa lagi.

3) What I hear, see, and ask question about or discuss with someone else, I begin to understand, yakni apa yang saya dengar, lihat, dan tanyakan atau diskusikan, dan laksanakan, maka saya memperoleh pengetahuan dan ketrampilan

4) When I teach to another, I master, yakni ketika saya bisa mengajari orang atau teman lain, berarti saya menguasai.

Selain itu kegiatan pembelajaran harus dilandasi oleh prinsip-prinsip: (1) berpusat pada peserta didik; (2) mengembangkan kreatifitas peserta didik; (3) menciptakan kondisi yang menyenangkan dan menantang; (4) mengembangkan beragam kemampuan yang bermuatan nilai; dan (5) menyediakan

43

pengalaman belajar yang beragam serta belajar memulai berbuat (Muhaimin, 2007: 162-163).

d) Quantum Learning

Dalam prakteknya quantum learning menggabungkan teknik pemercepatan belajar dan neurologuistik dengan teori keyakinan dan metode tertentu. Quantum learning mengasumsikan bahwa jika siswa mampu menggunakan potensi nalar dan emosinya secara jitu akan membuat loncatan prestasi yang tidak terduga sebelumnya. Dengan metode belajar yang tepat, siswa bisa meraih prestasi belajar secara berlipat ganda. Salah satu konsep dasar dari metode ini adalah belajar itu harus mengasikkan dan berlangsung dalam suasana gembira, sehingga pintu masuk untuk informasi akan lebih besar dan terekam dengan baik. e) The Accelerated Learning

Merupakan, pembelajaran yang dipercepat. Konsep dasar dari pembelajaran ini berlangsung dengan cepat, menyenangkan, dan memuaskan. Pemilik konsep ini Dave Meiver menyarankan kepada guru dalam mengelola kelas menggunakan pendekatan somantic, auditory, visual, dan intellectual (SAVI). Somantic dimaksudkan sebagai learning by moving and doing (belajar dengan bergerak dan berbuat). Auditory adalah learning by talking and hearing

44

(belajar dengan bergerak dan berbuat). Visual diartikan learning by observing and picturing (belajar dengan mengamati dan mengambarkan). Intelectual maksudnya ialah learning by problem solving and reflecting (belajar dengan pemecahan masalah dan melakukan refleksi). Bobbi De Porter menganggap accelerated learning dapat memungkinkan siswa untuk belajar dengan kecepatan yang mengesankan, dengan upaya yang normal dan dibarengi dengan kegembiraan. Cara ini menyatukan unsur-unsur yang sekilas tampak berbeda namun semua unsur ini bekerja sama untuk menghasilkan pengalaman yang efektif.

D. Implementasi Pembelajaran Humanistik Dalam Pendidikan Islam