• Tidak ada hasil yang ditemukan

TEMUAN PENELITIAN DAN ANALISIS

B. Muatan Lokal

2. Temuan Lapangan

a. Kompetensi Guru

Hasil temuan di lapangan mengenai kompetensi guru PAI yaitu kemampuan dalam melaksanakan evaluasi hasil belajar ialah bertolak pada kompetensi pedagogik. Data dari hasil wawancara kepada guru PAI berprestasi Tingkat SMP ini, menunjukkan bahwa dalam menyusun alat penilaian sudah sesuai dengan tujuan pembelajaran untuk mencapai kompetensi tertentu seperti yang tertulis dalam RPP atau silabus dengan cara mengacu pada instrumen yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan dan Kebudayaan atau Kementerian Agama dan sudah disesuaikan dengan kondisi sekolah. Sedangkan dalam melaksanakan penilaian hanya dengan beberapa teknik yang digunakan (wawancara guru: 2016, 9 Mei).

Dalam menganalisis hasil penilaian untuk soal ujian semester jarang dilakukan analisis, mengingat soal sudah dibuat dan dianalisis oleh MGMP Pendidikan Agama Islam atau disdikbud Kabupaten, sedangkan khusus soal harian biasanya diambil dari buku paket yang sudah disesuaikan. Dalam pelajaran berlangsung baik di kelas maupun di luar kelas, guru berprestasi ini dengan senang hati menerima masukan dari peserta didik mengenai penilaian dalam pembelajaran PAI, namun dalam satu semester kebelakang tidak ada masukan secara langsung dari siswa terkait dengan pembelajaran (wawancara guru: 2016, 9 Mei).

Guru Pendidikan Agama Islam berprestasi ini memanfatkan hasil penilaian sebagai bahan penyusunan rancangan pembelajaran yang akan dilakukan selanjutnya, setidaknya untuk mempelajari titik-titik kelemahan dan kelebihan yang ada pada program pembelajaran sebagai bahan perbaikan berikutnya (wawancara guru: 2016, 9 Mei).

b. Evaluasi Hasil Belajar Sekolah

Salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru adalah evaluasi pembelajaran. kompetensi ini sejalan dengan tugas dan tanggung jawab guru dalam pembelajaran, yaitu mengevaluasi pembelajaran termasuk di dalamnya melaksanakan proses dan hasil belajar. Data dari hasil wawancara kepada guru Pendidikan Agama Islam berprestasi ini, tahap yang digunakan dalam melaksanakan proses penilaian terhadap peserta didik adalah perencanaan atau persiapan, pelaksanaan, analisis, dan pelaporan hasil. Dalam perencanaan ini, guru berprestasi ini melakukan enam kegiatan yaitu :

1) Merumuskan tujuan

2) Menentukan aspek-aspek yang akan di evaluasi. Seperti aspek kognitif, afektif atau psikomotorik.

3) Memilih dan menentukan teknik yang akan digunakan dalam pelaksanaan evaluasi. 4) Menyusun instrumen yang dipergunakan dalam pengukuran dan penilaian hasil

belajar peserta didik. 5) Menentukan KKM

6) Menentukan waktu, berapa kali evaluasi hasil belajar itu dilaksanakan(wawancara guru: 2016, 9 Mei).

Pada tahap pelaksanaan evaluasi ini artinya adalah bagaimana cara melaksanakan evaluasi itu sesuai dengan tahap perencanaan yang sebelumnya sudah disiapkan. Pelaksanaan evaluasi ini sangat bergantung pada jenis evaluasi yang digunakan, apakah tes atau non tes (wawancara guru: 2016, 9 Mei).

Jenis soal yang digunakan dalam evaluasi hasil belajar PAI pada aspek kognitif oleh guru PAI berprestasi ini adalah tulis, lisan atau tanya jawab, dan tugas. Sedangkan dalam membuat soal PAI itu diacak yaitu tidak berjenjang. Bisa mulai dari hal yang sederhana sampai dengan hal yang komplek dan mulai dari hal yang mudah sampai dengan hal yang abstrak, ataupun sebaliknya (wawancara guru: 2016, 12 Mei).

Selanjutnya, dalam penilaian ada dua macam yakni penilaian proses dan hasil belajar, terdiri dari:

a) Sikap dan kebiasaan , motivasi, minat, bakat;

b) Pengetahuan dan pemahaman peserta didik terhadap bahan pelajaran; c) Kecerdasan peserta didik;

d) Perkembangan jasmani/ kesehatan ; dan e) Keterampilan (wawancara guru: 2016, 12 Mei).

Guru berprestasi yang bertugas di SMPN 1 Tanara ini dalam penilaian kompetensi pengetahuan guru melakukan penilaian melalui tes tulis, tes lisan, dan penugasan. Dan hanya sebagian, dalam penilaian kompetensi keterampilan guru melakukan penilaian melalui penilaian kinerja, yaitu penilaian yang menuntut peserta didik mendemonstrasikan suatu kompetensi tertentu dengan menggunakan tes praktik, projek, dan penilaian portofolio (wawancara guru: 2016, 12 Mei).

Dengan demikian, dalam menentukan proses nilai akhir mata pelajaran PAI beliau memakai rumus untuk aspek kognitif : Jumlah Nilai Harian + Nilai Mid + Nilai semester dibagi 3. Sedangkan aspek afektif diambil dari rata-rata nilai pengamatan sikap spiritual dan sikap sosial. Sedangkan aspek psikomotorik: jumlah nilai projek + produk + portopolio dibagi 3 (wawancara guru: 2016, 12 Mei). Penilaian projek yang dimaksud adalah kegiatan penilaian yang dikawal oleh guru terhadap tugas siswa yang harus diselesaikan pada waktu tertentu. Tugas tersebut berupa investigasi yang dikawal mulai dari perencanaan, pelaksanaan, hingga penyusunan laporan. Penilaian produk yang dimaksud adalah penilaian terhadap keterampilan siswa dalam membuat produk kerja yang bisa terbuat dari kain, kertas, kayu, dan hasil karyanya seperti kaligrafi. Jadi dalam penilaian produk tidak perlu dikawal, tidak perlu ada perencanaan hingga penyusunan laporan. Dan

penilaian portopolio yang dimaksud adalah gabungan dari projek-projek atau produk-

produk yang menonjol dari siswa; ada karya apa; prestasi apa yang dideskriptifkan (wawancara guru: 2016, 27 Juni). Jadi beliau dalam menentukan nilai akhir semua aspek dinilai dari aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.

Dalam rekomendasi BSNP tentang perbaikan kurikulum 2013, pada penilaian ranah afektif tidak ada nilai rata-rata. Karena teknik penilaian sikap yang paling valid adalah dengan pengamatan dan dideskripsikan dengan kata-kata (BSNP: 2016, 19 April). Guru PAI berprestasi ini menggunakan rata-rata nilai pengamatan sikap spiritual dan sikap sosial pada penilaian afektif karena sesuai dengan format penilaian yang sudah ada dari pemerintah. Namun untuk penilaian afektif, tidak hanya mengandalkan format nilai pengamatan dari pemerintah saja; guru berprestasi ini selalu mencatat dengan mendeskripsikan sikap dan perilaku siswa yang menonjol baik positif atau negatif melalui catatan khusus yang ditulisnya dilaptop.

Beliau dalam melakukan penilaian sebagian besar sudah memperhatikan prinsip- prinsip evaluasi pembelajaran yakni :

a. Sahih, berarti penilaian didasarkan pada data yang diperoleh dengan alat ukur yang sesuai.

b. Objektif, berarti penilaian didasarkan pada prosedur dan kriteria yang jelas, tidak dipengaruhi subjektivitas penilai.

c. Adil, berarti penilaian tidak menguntungkan atau merugikan peserta didik karena berkebutuhan khusus serta perbedaan latar belakang agama, suku, budaya, adat istiadat, status sosial ekonomi, dan gender.

d. Terpadu, berarti penilaian merupakan salah satu komponen yang tidak terpisahkan dari kegiatan pembelajaran.

e. Terbuka, berarti prosedur penilaian, kriteria penilaian, dan dasar pengambilan keputusan dapat diketahui oleh pihak-pihak yang berkepentingan.

f. Menyeluruh dan berkesinambungan, berarti penilaian mencakup semua aspek kompetensi dengan menggunakan berbagai teknik penilaian yang sesuai, untuk memantau perkembangan kemampuan peserta didik.

g. Sistematis, berarti penilaian dilakukan secara terencana dan bertahap dengan mengikuti langkah-langkah baku.

h. Beracuan kriteria, berarti penilaian didasarkan pada ukuran pencapaian kompetensi yang ditetapkan. Dan

i. Akuntabel, berarti penilaian dapat dipertanggungjawabkan, baik dari segi teknik, prosedur, maupun hasilnya (wawancara guru: 2016, 15 Mei).

Karena untuk soal harian atau mid semester biasanya dibuat dengan sangat sederhana, sedangkan untuk soal-soal Semester atau Ujian Sekolah menperhatikan prinsip-prinsip tersebut, tapi untuk soal UAS dan US yang membuat adalah MGMP PAI Kabupaten (wawancara guru: 2016, 15 Mei).

c. Evaluasi Hasil Belajar Afektif

Hasil wawancara dengan guru berprestasi ini, dalam melakukan penilaian afektif sebagian sudah menggunakan prinsip-prinsip evaluasi tersebut dan mengacu pada format yang sudah ada. Beliau menilai bahwa ciri-ciri hasil belajar afektif peserta didik itu dapat dikatakan berhasil apabila ada perubahan sikap, perilaku atau kebiasaan dari peserta didik itu sendiri. Untuk mengetahui perubahan sikap peserta didik tersebut dengan penilaian sikap. Beliau sebagai guru agama Islam sudah membiasakan dan menjadi contoh untuk pembentukan sikap positif kepada siswa, dan memang semua guru seharusnya jadi panutan bagi murid-muridnya, apalagi guru agama. Hal ini sejalan dengan rekomendasi BSNP tentang perbaikan kurikulum 2013, yang menyatakan bahwa “upaya penanaman nilai-nilai spiritual dan nilai-nilai luhur budaya bangsa serta norma-norma sosial yang berlaku dilakukan melalui 5 strategi: memberi keteladanan; memberi nasehat; memberi ganjaran (positive and negative reinforcement); membiasakan; dan mewujudkan suasana yang kondusif bagi perkembangannya sikap spiritual dan sikap sosial pada diri peserta didik” (BSNP: 2016, 19 April). Jadi semua guru harus mengaplikasikan sikap spiritual dan penanaman sikap yang paling efektif adalah dengan keteladanan, sehingga guru agama harus menjadi teladan bagi semua guru dan semua guru harus menjadi teladan bagi peserta didik

Dari hasil penelitian dengan cara wawancara, observasi dan analisis dokumen, bahwa pelaksanaan evaluasi afektif mata pelajaran Pendidikan Agama Islam sama seperti pada proses evaluasi hasil belajar yang dilakukan pada beberapa tahap, dari mulai perencanaan, pelaksanaan, analisis dan pelaporan hasil evaluasi, untuk lebih jelasnya akan diuraikan sebagai berikut:

Dokumen terkait