BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN
B. Temuan Penelitian
1. Bagaimana Cara Menyesuaikan Diri Ketika Menjadi Mahasiswa IAIN Salatiga dengan Lingkungan Kampus yang Terdapat Banyak Mahasiswa dengan Bermacamnya Karakter.
Data yang berhasil dihimpun oleh penulis terkait, didapatkan melalui wawancara kepada sumber yang bersangkutan.
Lilik menuturkan,
“Walaupun saya sejak SD hingga kuliah ini saya
menuntut ilmu di sekolah formal yang dulu ketika SD serimg dibully diejek teman hingga berjalannya waktu teman dan orang disekitar memahami dan lebih
ini saya dengan sendirinya entah itu hanya perasaan
saya atau bagaimana saya memahami mbak,”gimana
orang itu ketika bersama saya dia malu atau tidak dia mau tidak bergaul dengan saya, jadi ketika saya kuliah dan di lingkungan kampus ini saya lebih memilih diam
kalau tidak ditegur atau disapa terlebih dahulu” (W6 R1
60).
Rahmat menuturkan,
“Ya kalo orang yang belum kenal saya
terkadang sungkan, ya saya yang berusaha menegur duluan dan mencairkan suasana. Saya bersikap biasa dengan siapapun tidak merasa bahwa saya memiliki kekurangan, walaupun watak asli saya itu pemalu minder bukan karena fisik ya karena benar-benar malu
karena dari dulu gaul nya itu kurang mbak”(W2 R2
20).
Penulis beranggapan bahwa mereka merupakan anak yang supel santai periang dan gampang bergaul, tetapi ia lebih mementingkan perasaan orang lain terlebih dahulu ketika ia berkomunikasi dengan orang di lingkungan sekitarnya.
Dengan keterangan diatas penulis masih menanyakan lagi bagaimana dengan menjaga rasa percaya diri dan bergaul dengan teman ketika dikampus. Lilik menuturkan,
”Menyambung pertanyaan mbak tadi, saya itu
sampai banyak yang mengira sombong karena kalau tidak disapa dulu saya tidak ngomong mbak, karena kekhawatiran saya tadi, tetapi kalau orang itu nanya dan respect baik, justru saya malah seneng mbak karena
saya diterima.”kalau untuk menjaga rasa percaya diri
sifat itu sudah tumbuh ketika saya SD. Karena faktor pendukung utama ya ibuk saya itu mbak dan lingkungan sekitar contohnya guru di sekolah mengikut sertakan saya lomba, saya di percaya untuk menggantikan guru itu ketika beliau sedang ada kepentingan.
“Alhamdulillah sejauh ini sifat percaya diri saya juga sudah tumbuh dari ketika saya kecil mbak, karena ya dukungan dari keluarga utamanya dan orang
lingkungan sekitar tidak memperlakukan saya
berbeda”.
Terlihat jelas bahwa mereka merupakan anak yang kreatif dan cerdas terbilang sifat dewasanya tumbuh selagi dini , dengan sifat percaya diri yang tinggi ia mampu membuktikan ke semua orang di lingkungannya.
Penulis masih menanyakan lagi tentang kapan rasa minder itu hilang dan benar-benar sudah tidak tersinggung lagi ketika ada yang menanyakan kondisi anda. Lilik menuturkan,
“Rasa itu hilang ketika saya kelas 3 SD mbak,
karena ketika saya mandi terkadang sambil dimandikan
ibu, saya diberi petuah-petuah “jadilah laki-laki yang
kuat buktikan ke mereka kalau kamu itu mempunyai kelebihan kamu sama mereka tidak ada bedanya, kamu
harus jadi anak yang berprestasi”tapi rasa minder yang benar-benar hilang itu semenjak saya SMP.
Rahmat menuturkan,
“Semenjak saya kecil sudah terpupuk oleh
orang tua saya dengan jangan mempunyai rasa minder karena hal fisik. Buktikan kesemua orang kalau kamu itu bisa. Dari situ saya menjadi orang yang percaya dirinya kuat mbak, tetapi kalau watak pemalu itu
hingga saat ini masih ada”.
Apakah anda mempunyai rasa malu. Lilik menuturkan,
“Sama sekali tidak mbak, memang ini yang
Allah berikan kepada saya. Saya syukuri saja masih ada diluar sana yang lebih kurang beruntung dari pada saya,
“tetapi saya dulu pernah mempunyai rasa putus asa
ketika saya SD karena seringnya dibully sama teman, saya lebih baik pergi saja dari rumah daripada di ejek terus pernah mempunyai fikiran seperti itu (w6 R1 65).
“Saya tidak mempunyai rasa malu karena fisik mbak dengan keadaan saya, saya bersyukur dengan apa yang Allah berikan kepada saya. Saya yang harus terus
bersyukur dan bersyukur”.
2. Hambatan-hambatan yang dialami di Kampus Interaksi Sosial, Internal maupun Eksternal.
Tentu ada hambatan yang dialami di kampus dengan lingkungan dan fasilitas kampus yang seperti, banyaknya tangga menuju kelas karena kampus mempunyai 3 lantai, perpustakaan juga menggunakan tangga, masjid juga tangga. Lilik menuturkan,
“Buat saya masalah kampus internalnya dulu ya
mbak, dengan fasilitas meja kuliah didalam kelas, tangga, itu sangat tidak masalah buat saya. Saya malah senang mbak kalau banyak tangga sekalian bisa buat
olah raga,”eksternalnya tidak ada. Untuk sosial saya dengan teman ya baik banyak mempunyai teman juga dan mereka welcome dengan saya untuk sejauh ini.
Dosen juga baik ketika saya terlambat masuk kelas”
(W6 R1 70).
Rahmat menuturkan,
“Tidak ada hambatan mbak buat saya pribadi,
buat saya fasilitas bukan yang membuatku sukses tetapi kesungguhanlah yang membuatku sukses. Jadi yang sudah ada di manfaatkan sebaik-baiknya, eksternalnya semua dosen bahkan teman yang ada di sekeliling saya
semua baik dengan saya” (W2 R2 25).
Tidak ada masalah buat mereka dengan fasilitas kampus yang ada, dengan banyaknya tangga dengan kondisi meja kuliah yang digunakan dikampus, masih terjangkau karena untuk fisik kaki mereka normal tidak mempunyai kekurangan.
Lilik menuturkan,
“Alhamdulillah hingga semester 7 ini 3,64
mbak,,walaupun saya sering absen karena saya kerja tetapi sebelumnya sudah saya komunikasikan dengan dosen yang bersangkutan terlebih dahulu. Seperti minta tugas tambahan.
“Selama saya menjadi mahasiswa disini
Alhamdulillah sejauh ini pada welcome dengan saya
khususnya dosen, teman pada baik dengan saya dan‟
fikiran suudhon saya terhadap orang yang selama ini ada itu sedikit melebur karena respon mereka sangat baik. Yang terpenting saya berdoa sama Allah (jauhkan
dari yang buruk)”.
Pesan dari Lilik, “Kalau bisa itu diperpustakaan
buku-bukunya ditambah karena menurut saya masih
kurang, karena hobi saya membaca” (W6 R1 75).
Rahmat menuturkan, “Alhamdulillah untuk IPK
saya sampai terakhir semester 4 ini 3,80 mbak”.
“Sejauh ini kesan saya kuliah di IAIN saya merasa
senang, saya mempunyai banyak teman disini. Tidak ada juga yang menganggap saya berbeda semua baik
dosen juga baik” (W2 R2 25).
Pesan dari Rahmat, “Seperti yang mas Lilik bilang tadi, saya juga berharap koleksi buku diperpustakaan
supaya ditambah karena sangat kurang mbak”.
Mereka merupakan mahasiswa yang berprestasi dengan hasil IPK yang sudah terbilang cumlaude.
Lilik menuturkan, “Untuk non akademiknya
selama kuliah ini ya saya pernah mewakili lomba catur
se IAIN di Palu Sulawesi Tengah itu mbak.”
Penulis menanyakan lagi, bagaimana bisa mempunyai banyak prestasi dibidang catur apakah
karena hobi atau otodidak. ”Awalnya ya hobi mbak,
kalau tetangga lagi main catur gitu didepan rumah saya suka melihat saya senang gitu mbak. Saya belajar
sendiri belajar jalan aja dipapan catur,”ya bisa di bilang
otodidak juga sih mbak”(W2 R2 30).
Rahmat menuturkan, “Saya belum mengikuti
4. Bagaimana dengan Harapan yang Selama ini diCita-citakan yang Sudah Terwujud Maupun yang Belum Terwujud.
Lilik menuturkan,
“Cita-cita saya yang pasti berguna bagi siapapun, saya bisa manfaat untuk siapapun. Harapan saya, saya bisa merubah sifat saya yang jelek karena memang manusia tidak ada yang sempurna. Kalau cita dan harapan yang condong diwaktu dekat ini saya setelah lulus S1 saya akan melanjutkan pendidikan saya ke jenjang S2 karena saya ingin sekali menjadi dosen. Dan insya allah mau nikah ditahun depan dan mau menghajikan orang tua, tapi kalau waktu dekat umroh
dulu mbak”(W6 R1 90).
Untuk harapan yang dicita-citakan, Rahmat menuturkan,
“Cita-cita saya dalam hal pendidikan dulu ya
mbak, saya akan melanjutkan S2 Insya Allah S3 karena cita-cita kecil saya itu sangat ingin menjadi ilmuwan dan saya ingin mempunyai (foundation) semacam yayasan pendidikan, saya ingin mensejahterakan orang
tua, saya ingin mempunyai usaha swalayan”(W2 R2
35).