• Tidak ada hasil yang ditemukan

PRESTASI MAHASISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI IAIN SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PRESTASI MAHASISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI IAIN SALATIGA SKRIPSI Diajukan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam"

Copied!
130
0
0

Teks penuh

(1)

PRESTASI MAHASISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI IAIN SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

OLEH

SOFYA CHAIRUNNISA

NIM: 11111089

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

SALATIGA

(2)
(3)

PRESTASI MAHASISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI IAIN SALATIGA

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memperoleh Gelar

Sarjana Pendidikan Islam

OLEH

SOFYA CHAIRUNNISA

NIM: 11111089

JURUSAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SALATIGA (IAIN)

SALATIGA

(4)
(5)
(6)
(7)

MOTTO





Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya

jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu,

dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya

(8)

PERSEMBAHAN

Seribu nama takkan cukup mewakili persembahan skripsi ini...

Bapak dan Ibundaku tercinta, Abdul Manaf dan Amiratul Muflichah yang telah dipilih Allah untuk aku

dititipkan dalam kehidupannya, yang berkorban tanpa letih dan pamrih demi

kesuksesan putrinya.

Adikku, Muhammad Alfaniam Alfaied

Imamku, Muhammad Hanif Jefriyan yang mampu membuatku jatuh cinta berkali-kali,

Para guru dan kiyaiku...

Sebuah keistimewaan bagi Icha, karena telah dididik oleh orang-orang

istimewa seperti kalian.

Sahabat-sahabat terkasih..

Sungguh berada di sisi kalian adalah luar biasa.

Peri-peri kecilku yang tak henti membuatku berimajinasi,

Dan untuk semua…

(9)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb

Dengan menyebut nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha

Penyayang. Segala puji dan syukur senantiasa penulis haturkan kepada Allah Swt.

Atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat diberikan

kemudahan dalam menyelesaikan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga

tercurah kepada Rasulullah Saw, keluarga, sahabat dan para pengikut setianya.

Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi tugas dan melengkapi

syarat guna untuk memperoleh gelar sarjana pendidikan Islam. Skripsi ini adalah

“PRESTASI MAHASISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS DI IAIN

SALATIGA”. Penulisan skripsi ini tidak terlepas dari berbagai pihak yang telah

memberikan dukungan moril maupun materiil. Dengan penuh kerendahan hati,

penulis mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Rahmat Hariyadi, M.Pd., selaku Rektor IAIN Salatiga.

2. Bapak Suwardi, M.Pd. selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan.

3. Ibu Siti Rukhayati M.Ag. , selaku Ketua Jurusan Pendidikan Agama Islam

(PAI).

4. Ibu Dr. Muna Erawati M.Si. sebagai Dosen Pembimbing skripsi yang telah

memberikan bantuan dan bimbingan dengan ikhlas dan sabar serta

pengorbanan waktunya dalam upaya membimbing penulis untuk

(10)

5. Ibu Siti Farikhah, M.Pd. selaku Dosen pembimbing akademik yang telah

membantu peneliti selama menuntut ilmu di IAIN Salatiga.

6. Bapak dan Ibu Dosen IAIN Salatiga yang telah membekali berbagai ilmu

pengetahuan, sehingga penulis mampu menyelesaikan penulisan skripsi ini.

7. Karyawan-karyawati IAIN Salatiga yang telah memberikan layanan serta

bantuan.

8. Sahabat-sahabatku Zizul, Anul, Titik, Ema, Mba Diyah, Mba Fajar, Mba

Feny terima kasih atas dukungan, motivasi serta inspirasinya.

9. Teman-teman seperjuangan angkatan 2011, khususnya teman-teman PAI C

Semua pihak yang telah membantu dan mendukung dalam penyelesaian

skripsi ini semoga amal kebaikannya diterima di sisi Allah Swt.

Semoga amal mereka diterima sebagai amal ibadah oleh Allah Swt serta

mendapatkan balasan yang berlipat ganda amiin. Peneliti sadar bahwa dalam

penulisan ini masih banyak kekurangan dan jauh dari kesempurnaan. Oleh karena

itu, dengan kerendahan hati peneliti mohon saran dan kritik yang sifatnya

membangun demi kesempurnaan penelitian skripsi ini. Semoga skripsi ini dapat

bermanfaat bagi peneliti pada khususnya maupun pembaca pada umumnya dan

memberikan sumbangan bagi pengetahuan dunia pendidikan. Aamiin ya robbal

„alamiin.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb

(11)

ABSTRAK

Chairunnisa, Sofya. 2015. Profil Mahasiswa Berkebutuhan Khusus di IAIN

Salatiga. Skripsi. Jurusan Pendidikan Agama Islam, Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan. Institut Agama Islam Negeri Salatiga. Pembimbing: Dr. Muna Erawati, M.Si..

Kata Kunci: Prestasi, Mahasiswa Berkebutuhan Khusus, Tunadaksa

Anak berkebutuhan khusus apapun jenis dan karakteristiknya, bukanlah suatu aib yang harus disembunyikan. Anak berkebutuhan khusus berhak mendapatkan layanan pendidikan sebagaimana yang didapatkan oleh anak normal, Seperti yang dijelaskan juga dalam undang-undang No.20 tahun 2003 memberi landasan yang kuat bahwa anak berkelainan semestinya berhak memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran hingga jenjang pendidikan tinggi. Seperti halnya dalam perguruan tinggi keagamaan islam negeri (PTKIN). Walaupun IAIN Salatiga menerima calon mahasiswa berkebutuhan khusus tetapi beberapa kondisi dimana fasilitas belajar kampus belum memadai bagi mahasiswa berkebutuhan khusus. Hal ini mendorong peneliti mengenai beberapa pertanyaan sebagai berikut. : 1. Bagaimana penyesuaian diri dan sosial mahasiswa berkebutuhan khusus di IAIN Salatiga. 2. Hambatan-hambatan apa saja yang dialami mahasiswa berkebutuhan khusus baik internal maupun eksternal di IAIN Salatiga. 3. Bagaimana prestasi akademik dan non akademik mahasiswa berkebutuhan khusus. 4. Harapan yang dicita-citakan mahasiswa berkebutuhan khusus.

Penelitian ini merupakan penelitian pendekatan deskriptif kualitatif. Pendekatan ini digunakan karena data yang dikumpulkan berupa kata-kata, dan bukan angka-angka. Data yang berasal dari naskah, wawancara, catatan, lapangan, dokumentasi, dideskripsikan sehingga sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap keadaan atau realitas. Sedangkan dalam pengumpulan datanya menggunakan metode wawancara mendalam (Depth interview) wawancara mendalam (depth interview) adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa menggunakan pedoman (guide) wawancara di mana pewawancara dan informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

(12)

DAFTAR ISI

Halaman

SAMPUL ... i

LEMBAR BERLOGO ... ii

JUDUL ... iii

PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iv

PENGESAHAN KELULUSAN ... v

PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ... .. vi

MOTTO ... vii

PERSEMBAHAN ... viii

KATA PENGANTAR ... ix

ABSTRAK ... xi

DAFTAR ISI ...xii

DAFTAR LAMPIRAN ... xiv

BAB I PENDAHULUAN ... 1

G. Sistematika Penulisan Skripsi ... 10

BAB II KAJIAN PUSTAKA ... 14

A. Percaya Diri ... 14

1. Pengertian Percaya Diri ... 14

2. Ciri-ciri Seseorang Percaya Diri ... 15

B. Interaksi Sosial ... 15

1. Pengertian Interaksi Sosial ... 16

2. Faktor-faktor Terjadinya Interaksi Sosial ... 16

C. Teori Dasar Kepribadian ... 17

1. Faktor yang Mempengaruhi Teori Kepribadian ... 18

D. Perkembangan Emosi ... 18

1. Faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi ... 19

2. Pola-pola Emosi yang Umum ... 19

E. Anak Berkebutuhan Khusus ... 22

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus ... 22

2. Jenis Anak Berkebutuhan Khusus ... 23

F. Pengertian, Karakteristik, dan Masalah Perkembangan Tunadaksa 27 1. Pengertian Tunadaksa ... 27

2. Cacat Fisik ... 29

3. Klasifikasi Tunadaksa ... 29

(13)

BAB III PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN ... 38

A. Kisah Hidup ... 38

1. Lilik Supriyono………. ... 38

2. Rahmat……….. ... 42

B. Temuan Penelitian ... 45

1. Cara Menyesuaikan Diri……… .. 45

2. Hambatan-hambatan……….. .. 48

3. Hasil Prestasi……….. . 48

4. Harapan dan Cita-cita………. . 50

C. Pendapat Orang Terdekat………. 50

1. Karakter yang Paling dikenal……….. 50

2. Cara Menjaga Percaya Diri……….. 51

3. Mengagumkan……….. 51

4. Hasil Prestasi Akademik Non Akademik………. 51

5. Harapan dan Cita-cita………... 52

BAB IV ANALISIS DATA ... 53

A. Cara Menyesuaikan Diri ... 53

B. Hambatan-hambatan ... 56

C. Prestasi Akademik dan Non Akademik……… 57

D. Harapan yang diCita-citakan………. 60

BAB IV PENUTUP ... 61

A. Kesimpulan ... 61

B. Saran ... 62

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Tugas Pembimbing Skripsi

Lampiran 2 Daftar Nilai SKK

Lampiran 3 Lembar Bimbingan Skripsi

Lampiran 4 Riwayat Hidup Penulis

Lampiran 5 Surat Permohonan Izin Penelitian

Lampiran 6 Surat Keterangan Setelah Penelitian

Lampiran 7 Surat Keterangan Nama Responden diPublikasikan

Lampiran 8 Verbatim

(15)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Manusia diciptakan oleh Sang Khaliq diturunkan ke dunia ini

dilengkapi dengan berbagai perangkat dan potensi. Baik dalam arti fisik

maupun non fisik, semua diciptakan Allah Swt sesuai dengan porsinya agar

manusia dapat mengembangkan diri sebaik mungkin dan dapat mengabdi

kepada Tuhan dengan sepenuhnya.

Ketika dokter mengabarkan ke dunia adalah saat-saat yang pasti

membahagiakan dalam hidup anda sebagai orang tua. Namun bagaimana jika

ternyata anak anda tersebut dilahirkan dengan “kekurangan”, kekurangan

karena tidak memilki anggota tubuh yang lengkap seperti orang normal

kebanyakan atau kekurangan-kekuranngan lain. Anak tersebut biasa disebut

dengan anak berkebutuhan khusus (ABK). Sebagai orang tua seharusnya anda

berbangga hati karena anda dipilih untuk menjadi orang tua dari anak yang

terlahir “istimewa” jadikan “kekurangan” anak tersebut bukan halangan untuk

meraih masa depannya (Smart, 2010: 6).

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak dengan karakteristik khas

yang berbeda dengan anak pada umumnya yang menunjukkan kelainan pada

aspek fisik, mental kognitif, emosi dan sosial. Yang termasuk ABK antara

lain:tuna rungu, tuna grahita, tuna netra, tuna daksa, tuna laras, kesulitan

(16)

Pendidikan memegang peran yang sangat penting dalam kehidupan

suatu negara untuk menjamin kelangsungan hidup berbangsa dan bernegara.

Karena bagaimanapun juga, pendidikan merupakan sarana untuk mencetak

Sumber Daya Manusia (SDM) yang berkualitas (Suhartono, 2008: 43).

Pendidikan merupakan hak dan kewajiban bagi setiap individu untuk

memanfaatkan semua potensi yang dimilikinya. Maka sangat wajar apabila

pendidikan memiliki posisi penting dalam kehidupan manusia. Dalam ajaran

islam juga mengutamakan tentang keimanan dan ilmu pengetahuan, hal ini

sesuai dengan firman Allah SWT dalam Q.S Al Mujadalah ayat 11 yang

Artinya: Hai orang-orang beriman apabila kamu dikatakan kepadamu:

"Berlapang-lapanglah dalam majlis", maka lapangkanlah niscaya

Allah akan memberi kelapangan untukmu. Dan apabila dikatakan:

"Berdirilah kamu", maka berdirilah, niscaya Allah akan

meninggikan orang yang beriman di antaramu dan

orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah

Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.

Dalam pengertian ayat di atas Allah memerintahkan bahwa hambanya

(17)

kedudukan yang penting. Pendidikan juga bermakna luas tidak memandang

fisik seseorang baik dia normal ataupun memiliki keterbatasan fisik, mental,

maupun perilaku, anak berkebutuhan khusus juga berhak mendapatkan

pendidikan.

Seperti yang dijelaskan juga dalam undang-undang No.20 tahun 2003

bagi anak penyandang kelainan, memberi landasan yang kuat bahwa anak

berkelainan perlu memperoleh kesempatan yang sama sebagaimana yang

diberikan kepada anak normal lainnya dalam hal pendidikan dan pengajaran.

Namun, anak berkebutuhan khusus yang hanya mempunyai kelainan

fisik bukan kelainan mental biasa disebut juga dengan “tuna daksa” ada dari

mereka lebih memilih sekolah atau kuliah di lembaga pendidikan umum.

Bukan lembaga pendidikan khusus inklusi maupun SLB dan mereka juga

mempunyai hak pendidikan yang sama seperti orang normal lainnya. Seperti

contohnya di IAIN Salatiga ini ada beberapa dari mahasiswanya yang

berkebutuhan khusus lebih tepatnya “tuna daksa”.

Penulis menyebut bahwa diantara ribuan mahasiswa, terdapat

mahasiswa berkebutuhan khusus yang mempunyai semangat mencari ilmu

walaupun memiliki kekurangan tidak seperti selayaknya orang normal.

Mereka mempunyai sifat percaya diri yang sangat besar malah terkadang kita

yang normal kalah dengan mereka yang memiliki kekurangan. Sepatutnya kita

malu terhadap mereka, contoh terkecil saja mereka bisa berangkat sampai

kampus tepat waktu dengan kekurangan fisik yang mereka miliki sedangkan

(18)

bisa bergaul seperti layaknya mereka tidak memliki kekurangan apapun bisa

mempunyai banyak teman itu yang terkadang membuat penulis menitikan air

mata.

Tidak bisa dibayangkan bagaimana mahasiswa berkebutuhan khusus

ini mampu bersaing dengan teman-teman di kampus dalam mengikuti

pembelajaran mata kuliah, mengikuti organisasi di kampus, mempunyai

banyak teman, mampu melakukan hal yang sama dengan orang normal pada

umumnya. Dari ketertarikan diatas penulis berinisiatif untuk menyusun skripsi

dengan judul “PRESTASI MAHASISWA BERKEBUTUHAN KHUSUS

DI IAIN SALATIGAB. Pertanyaan Penelitian

Berdasarkan permasalahan diatas dapat diambil rumusan masalah

sebagai berikut:

1. Bagaimana penyesuaian diri dan sosial mahasiswa berkebutuhan khusus di

IAIN Salatiga?

2. Apa saja hambatan-hambatan yang dihadapi mahasiswa berkebutuhan

khusus di lingkungan IAIN Salatiga dalam hal :

a. Interaksi/pergaulan internal maupun eksternal dengan teman sebaya

dan lawan jenis?

b. Pembelajaran di kelas dan luar kelas?

3. Bagaimana prestasi akademik dan non akademik yang diperoleh

mahasiswa berkebutuhan khusus selama menjadi mahasiswa di IAIN

(19)

4. Apa harapan yang dicita-citakan mahasiswa berkebutuhan khusus?

C. Tujuan penelitian

Tujuan penelitian ini adalah:

1. Untuk mengetahui bagaimana cara menyesuaikan diri mahasiswa

berkebutuhan khusus selama di IAIN Salatiga.

2. Untuk mengetahui hambatan apa saja yang dihadapi mahasiswa

berkebutuhan khusus dalam hal interaksi/pergaulan dan pembelajaran di

kelas maupun di luar kelas?

3. Untuk mengetahui bagaimana prestasi akademik dan non akademik

mahasiswa berkebutuhan khusus.

4. Untuk mengetahui harapan yang dicita-citakan mahasiswa berkebutuhan

khusus.

D. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini setidaknya memiliki dua kontribusi,

yaitu:

1. Manfaat teoretis

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya khasanah dalam

kajian pendidikan islam. Lebih khususnya pada topik pendidikan bagi

peserta berkebutuhan khusus dalam bidang pendidikan islam.

2. Secara praktis

a. Diharapkan bisa menjadi rujukan bagi lembaga pendidikan secara

umum yang memiliki fasilitas dan memberi layanan pendidikan yang

(20)

b. Memberikan sumbangan ilmiah bagi kalangan akademis yang

mengadakan penelitian berikutnya maupun mengadakan riset baru

tentang peserta didik berkebutuhan khusus.

E. Penegasan Istilah

1. Anak berkebutuhan khusus

Anak berkebutuhan khusus adalah anak dengan karakteristik khas

yang berbeda dengan anak pada umumnya yang menunjukkan kelainan

pada aspek fisik, mental kognitif, emosi dan sosial. Anak berkebutuhan

khusus terbagi menjadi; tuna rungu, tuna netra, tuna daksa, tuna grahita,

tuna laras, autis, down syndrome, kemunduran (retradasi mental).

Anak berkebutuhan khusus menurut lynch lewis dalam Yusuf dkk

(2003: 7) mengelompokkan anak berkebetuhan khusus menjadi: anak

berkesulitan belajar, gangguan wicara, retradasi mental, gangguan emosi,

gangguan fisik dan kesehatan, gangguan pendengaran, gangguan

penglihatan, dan tuna ganda.

Anak berkebutuhan khusus (ABK) dapat dimaknai dengan

anak-anak tergolong cacat atau menyandang ketunaan, dan juga anak-anak berbakat.

Dalam perkembangannya saat ini konsep ketunaan berubah menjadi

berkelainan (exception) atau luar biasa (Sujiono, 2009: 166).

Mahasiswa berkebutuhan khusus yang dimaksud dalam penelitian

ini adalah khususnya kelainan pada bagian tangan.

(21)

1. Pendekatan dan jenis penelitian

Dalam penulisan skripsi ini, penulis menggunakan pendekatan

deskriptif kualitatif. Pendekatan ini digunakan karena data yang

dikumpulkan berupa kata-kata, dan bukan angka-angka.

Sedangkan yang disebut kualitatif menurut Lexy Moleong adalah

prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata

tertulis, gambar, dan bukan angka, yang mana data diperoleh dari

orang-orang dan perilaku yang dapat diamati (Moleong, 2011: 4). Data yang

berasal dari naskah, wawancara, catatan, lapangan, dokumentasi,

dideskripsikan sehingga sehingga dapat memberikan kejelasan terhadap

keadaan atau realitas.

Dengan demikian laporan penelitian akan berisi kutipan-kutipan

data untuk memberikan gambaran penyajian laporan secara jelas. Dalam

hal ini penulis akan mengkaji permasalahan secara langsung dengan

sepenuhnya melibatkan diri pada situasi yang diteliti dan mengkaji

buku-buku yang berhubungan dengan permasalahan sebagai berikut.

2. Kehadiran Peneliti

Sesuai dengan pendekatan yang digunakan, yakni deskriptif

kualitatif maka kehadiran peniliti dikancah menjadi mutlak adanya.

Karena dalam penelitian kualitatif peneliti menjadi “key instrumen” atau

alat peneliti utama. Peneliti mengadakan sendiri pengamatan atau

wawancara tak berstruktur, sering hanya menggunakan buku catatan.

(22)

menggunakan alat rekam atau kamera, dan peneliti tetap memegang

peranan utama sebagai alat penelitian.

3. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian yang dijadikan sebagai objek kajian dalam

penyusunan skripsi ini adalah IAIN Salatiga. Lokasi kampus

mempermudah penulis untuk melakukan observasi dan bertemu langsung

dengan mahasiswa berkebutuhan khusus yang bersangkutan.

4. Sumber data

Sumber data yang digunakan peneliti adalah:

a. Sumber Data Primer (utama)

Sumber data utama adalah sumber informasi yang langsung

mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap pengumpulan

dan penyimpanan data (Ali, 1993: 42).

Digunakan untuk mendapatkan data tentang profil mahasiswa

Berkebutuhan Khusus di IAIN Salatiga. Adapun untuk memperoleh

data dengan melakukan wawancara dengan para informan mahasiswa

berkebutuhan khusus yang mempunyai kelainan tuna daksa untuk

menggali data.

b. Sumber Data Sekunder (pendukung)

Sumber data sekunder adalah sumber data pendukung atau

(23)

yang digunakan untuk memperkuat sumber data utama atau data yang

didapat dari sumber bacaan dan berbagai sumber lainnya.

Sumber data pendukung disini adalah buku-buku yang terkait

dengan anak berkebutuhan khusus, tuna daksa, dan buku karya ilmiah

lainnya.

5. Prosedur Pengumpulan Data

Data diperoleh dengan cara:

a. Wawancara mendalam (Depth interview)

Dalam penelitian dikenal dengan wawancara

mendalam (Hariwijaya 2007: 73-74). Teknik ini biasanya melekat erat

dengan penelitian kualitatif. Wawancara mendalam (depth interview)

adalah proses memperoleh keterangan untuk tujuan penelitian dengan

cara tanya jawab sambil bertatap muka antara pewawancara dengan

responden atau orang yang diwawancarai, dengan atau tanpa

menggunakan pedoman (guide) wawancara di mana pewawancara dan

informan terlibat dalam kehidupan sosial yang relatif lama.

Keunggulannya ialah memungkinkan peneliti mendapatkan jumlah

data yang banyak, sebaliknya kelemahan ialah karena wawancara

melibatkan aspek emosi, maka kerjasama yang baik antara

pewawancara dan yang diwawancari sangat diperlukan.

Tujuan dari wawancara dalam penelitian ini adalah untuk

(24)

sebagai acuan pokok untuk mendapatkan informasi tentang mahasiswa

berkebutuhan khusus di IAIN Salatiga.

b. Dokumentasi

Dokumentasi merupakan suatu teknik pengumpulan data

dengan menghimpun data dan menganalisis dokumen-dokumen baik

dokumen tertulis, gambar, maupun elektronik (Sukmadianata, 2007:

221).

Catatan kegiatan yang menunjukkan sejumlah fakta dan data

tersimpan dalam bahan penelitian yang bisa terbentuk gambar foto,

video atau rekaman wawancara, naskah atau berkas-berkas dan

dokumentasi pendukung lainnya. Seluruhnya dapat digunakan sebagai

penguat seluruh informasi.

c. Analisis Data

Analisis data kualitatif (Bogdan & Taylor 1992) adalah upaya

yang dilakukan dengan jalan bekerja dengan data, mengorganisasikan

data memilah-milahnya menjadi satuan yang dapat dikelola,

mensintesiskannya, mencari dan menemukan pola, menemukan apa

yang penting dipelajari dan memutuskan apa yang dapat diceritakana

kepada orang lain. Dengan menggunakan langkah-langkah sebagai

berikut:

1. Display data, peneliti menyajikan semua data yang diperolehnya

(25)

2. Reduksi data, peneliti memotong data-data yang tidak perlu untuk

dibuang. Laporan-laporan yang dimabil hanya yang pokok saja,

difokuskan pada hal-hal yang penting.

3. Verifikasi data, sejak mulanya peneliti berusaha untuk mencari

makna data yang dikumpulkannya, kemudian disimpulkan untuk

menjawab tujuan penelitian.

d. Pengecekan Keabsahan Data

Agar data dalam suatu penelitian dapat dikatakan valid, maka

diperlukan adanya uji keabsahan data. Keabsahan data merupakan

konsep penting yang harus diperbarui dari konsep kesahihan data

(validitas) dan keandalan (realibilitas). Untuk mendapatkan keabsahan

data diperlukan teknik pemeriksaan, salah satunya adalah derajat

kepercayaan (creadibility).

Dalam penelitian ini dilakukan uji keabsahan data dengan

menggunkan teknik triangulasi adalah teknik yang paling banyak

digunakan untuk pemeriksaan melalui sumber lainnya untuk

keperluan pembanding dengan tujuan meningkatkan kualitas

penelitian. Triangulasi merupakan salah satu teknik pemeriksaan dari

kriteria kredibilitas atau cara untuk meningkatkan keabsahan data

dalam penelitian kualitatif.

Terdapat enam macam teknik triangulasi, yaitu sebagai teknik

pemeriksaan yang memanfaatkan teori, data, sumber, metode,

(26)

triangulasi. Sedangkan pengumpulan data yang dilakukan dalam

penelitian ini adalah metode wawancara, dan dokumentasi.

e. Tahap-tahap penelitian

Dalam penelitian kualitatif ada beberapa tahap yang perlu

dilakukan, yaitu:

1. Tahap Pra Lapangan (menyusun rencana penelitian dan memilih

lapangan, mengurus perizinan, menjajaki dan menilai keadaan

lapangan, memilih dan memanfaatkan informasi, menyiapkan

kelengkapan penelitian, memperhatikan etika penelitian).

2. Tahap Pekerjaan Lapangan (memahami latar penelitian dan

persiapan diri, memasuki lapangan, berperan aktif sambil

mengumpulkan data).

3. Tahap Analisis Data (menyusun secara sistematis data yang

diperoleh dari interview, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain

sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dapat

diinformasikan kepada orang lain. Tahap ini dilakukan peneliti

sesuai dengan cara yang telah ditentukan).

4. Tahap Pelaporan Data (merupakan tugas akhir dari rangkaian

proses penelitian. Pada tahap ini peneliti menyusun laporan hasil

penelitian dengan format tulisan dan bahasa yang mudah dipahami

oleh pembaca).

G. Sistematika Penulisan

(27)

rumusan masalah, pertanyaan penelitian, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, penegasan istilah,

metode penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II : Penegasan istilah adalah teori yang digunakan untuk

landasan kerja penelitian tentang topik yang diambil

untuk diteliti.

BAB III : Gambaran umum tentang mahasiswa berkebutuhan

khusus yang mempunyai kelainan fisik tuna daksa, yang

berisi tentang bagaimana cara menyesuaikan diri di

kampus IAIN Salatiga, hambatan-hambatan apa saja

yang dialami mahasiswa berkebutuhan khusus di

lingkungan kampus IAIN Salatiga, bagaimana hasil IPK

Akademik dan non akademik, apa harapan yang

dicita-citakan mahasiswa berkebutuhan khusus.

BAB IV : Analisis hasil penelitiannya berisikan tentang profil

Mahasiswa Berkebutuhan Khusus di IAIN Salatiga.

BAB V : Penutup yang terdiri dari beberapa kesimpulan yang

menjawab permasalahan yang telah dirumuskan dalam

(28)

BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kepercayaan

1. Pengertian Percaya Diri

Percaya diri adalah sikap yang timbul dari keinginan

mewujudkan diri bertindak dan berhasil. Dari segi perkembangan,

rasa percaya diri dapat timbul berkat adanya pengakuan dari

lingkungan (Purwadi, 2009: 1).

Menurut Purwadi (2009: 1) percaya diri adalah salah satu

kondisi psikologi seseorang yang berpengaruh terhadap aktifitas

fisik dan mental dalam proses pembelajaran. Rasa percaya diri

umumnya muncul ketika seseorang akan melakukan atau terlibat di

dalam suatu aktifitas tertentu dimana fikirannya terarah untuk

mencapai suatu hasil yang diinginkan. Dari dimensi

perkembangan, rasa percaya diri akan tumbuh dengan sehat apabila

ada pengakuan dari lingkungan.

Menurut (Syaifullah, 2010) membagi percaya diri menjadi

dua yaitu percaya diri batin dan percaya diri lahiriah. Percaya diri

batin adalah kepercayaan diri yang memberikan perasaan dan

anggapan bahwa individu dalam keadaan baik, sedangkan percaya

diri lahiriah adalah suatu sifat keyakinan seseorang atas segala

(29)

Seseorang tersebut akan tampil dan berperilaku dengan

optimis untuk melakukan sesuatu yang diinginkannya dan

menunjukkannya kepada dunia luar bahwa dirinya mampu

melakukan hal tersebut.

Berdasarkan definisi di atas dapat disimpulkan bahwa

percaya diri adalah sikap positif yang dimiliki seorang individu

yang membiasakan dan menampakan dirinya untuk

mengembangkan penilaian positif baik terhadap diri sendiri

maupun terhadap orang lain, lingkungan serta situasi yang dihadapi

untuk meraih apa yang diinginkan.

2. Menurut (Syaifullah, 2000) ciri-ciri pribadi seseorang yang

memiliki sikap percaya diri:

a. Tidak mudah mengalami rasa putus asa.

b. Bisa menghargai dan usahanya sendiri.

c. Mengutamkan usaha sendiri tidak tergantung orang lain.

d. Berani menyampaikan pendapat. Berpendapat merupakan suatu

hak yang dimiliki oleh setiap orang, tetapi tidak semua orang

mempunyai keberanian untuk menyampaikan pendapatnya.

e. Tanggung jawab dengan tugas-tugasnya.

f. Memiliki cita-cita untuk meraih prestasi.

g. Mudah berkomunikasi dan membantu orang lain.

A. Interaksi Sosial

(30)

Interaksi sosial adalah hubungan-hubungan sosial yang

menyangkut antar individu, individu (seseorang), dengan

kelompok dan kelompok dengan kelompok. Tanpa adanya

interaksi sosial maka tidak akan mungkin ada kehidupan bersama.

Menurut Homans dalam Ali (2004: 87) mendefinisikan

interaksi sebagai suatu kejadian ketika suatu aktifitas yang

dilakukan oleh seseorang terhadap individu lain diberi ganjaran

atau hukuman dengan menggunakan suatu tindakan oleh individu

lain menjadi pasangannya.

Maka dapat disimpulkan bahwa interaksi adalah hubungan

timbal balik antara dua orang atau lebih dan masing-masing orang

terlibat di dalamnya memainkan peran secara aktif. Dalam

interaksi juga lebih dari sekedar terjadi hubungan antara

pihak-pihak yang terlibat melainkan terjadi saling mempengaruhi.

2. Faktor-faktor Terjadinya Interaksi Sosial

a. Imitasi merupakan suatu tindakan sosial seseorang untuk

meniru sikap, tindakan, atau tingkah laku dan penampilan fisik

seseorang.

b. Sugesti merupakan rangsangan, pengaruh atau stimulus yang

diberikan seseorang kepada orang lain sehingga ia

melaksanakan apa yang disugestikan tanpa berfikir rasional.

c. Simpati merupakan suatu sikap seseorang yang merasa tertarik

(31)

pikirannya sesuai dengan nilai-nilai yang dianut oleh orang

yang menaruh simpati.

d. Identifikasi merupakan keinginan sama atau identik bahkan

serupa dengan orang lain yang ditiru (idolanya).

e. Empati merupakan proses ikut serta merasakan sesuatu yang

dialami oleh orang lain. Proses empati biasanya ikut serta

merasakan penderitaan orang lain.

B. Teori Dasar Kepribadian

Istilah “kepribadian” personality sesungguhnya memiliki

banyak arti hal ini disebabkan oleh adanya perbedaan dalam

penyusunan teori penelitian dan pengukurannya. Kepribadian menurut

pengertian sehari-hari menunjuk kepada bagaimana individu tampil

dan menimbulkan kesan bagi individu-individu lainnya. Pengertian

kepribadian seperti ini mudah dimengerti dan karenanya juga mudah

dipergunakan (Koeswara, 1991: 10).

Kepribadian menurut psikologi, kepribadian adalah suatu

organisasi yang dinamis dari sistem psikofisik individu yang

menentukan tingkah laku dan pemikira individu secara khas, Allport

menggunakan istilah „sistem psikofisik‟ dengan maksud menunjukkan

bahwa „jiwa‟ dan „raga‟ manusia adalah suatu sitem yang terpadu dan

tidak dapat dipisahkan satu sama lain, serta diantara keduanya selalu

terjadi interaksi dalam mengarahkan tingkah laku (Koeswara, 1991:

(32)

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi Teori Kepribadian

a. Faktor historis masa lampau

Sebagai bagian yang integral dari disiplin ilmu psikologi teori

kepribadian telah dikenai pengaruh oleh semua faktor yang

mempengaruhi psikologi. Dari sekian banyak faktor historis

yang berkaitan dan menghasilkan psikologi, empat diantaranya

tampil sebagai faktor utama yang berpengaruh langsung atas

pembentukan teori kepribadian; pengobatan klinis di Eropa,

psikometrik, behaviorisme, dan psikologi gestalt.

b. Faktor kontemporer

Faktor kontemporer yang mempengaruhi teori kepribadian itu

berasal baik dari dalam maupun dari luar psikologi. Dari dalam

psikologi faktor-faktor itu muncul berupa perluasan dalam area

atau bidang studi, yang dapat dilihat dari adanya area-area baru

seperti psikologi lintas budaya studi tentang proses-proses

kognitif.

C. Perkembangan Emosi

Pentingnya peranan emosi dalam perkembangan diri seseorang

akan terlihat melalui akibat yang muncul sebagai akibat deprivasi

emosi. Deprovasi emosi diartikan sebagai keadaan dimana seorang

anak kurang memperoleh kesempatan untuk mendapatkan pengalaman

emosioanal yang menyenangkan, khususnya kasih sayang,

(33)

1. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perkembangan Emosi

a. Perkembangan emosi secara umum dipengaruhi dua faktor

penting yang berhubungan satu dengan lainnya yaitu

kematangan dan proses belajar. Kematangan intelektual

memungkinkan seorang anak mengerti arti-arti baru yang

sebelumnya tidak dimengerti, memusatkan untuk jangka yang

lebih lama , dan memusatkan ketegangan emosional pada suatu

objek tertentu (Somantri, 2006: 25).

b. Perkembangan imajinasi dan perkembangan pengertian

meningkatkan kemampuan anak untuk mengingat dan

membuat antisipasi. Peningkatan kemampuan ini tentu sangat

berpengaruh terhadap respon-respon emosional anak tersebut.

Dengan demikian anak menjadi lebih respontif

stimulus-stimulus yang sebelumnya tidak mempengaruhinya.

2. Pola-pola Emosi yang Umum

a. Takut

Takut merupakan suatu reaksi perlindungan bagi

anak-anak, pada umumnya takut merupakan hasil dari proses belajar,

takut yang bersifat alamiah adalah takut karena suara yang

keras dan mengejutkan.

b. Malu (Shyness)

Malu merupakan bentuk takut yang ditandai dengan

(34)

lain. Malu selalu ditimbulkan oleh manusia lain yang tidak

kenal, lebih besar, lebih berkuasa, atau apabila tidak tahu harus

bagaimana menghadapinya (Somantri, 2006: 28)

c. Malu (Embarassment)

Seperti pada shyness, embarassment merupakan reaksi

takut kepada orang karena ketidakpastian penilaian orang

terhadap anak atau terhadap tingkah laku anak. Embarassment

biasanya muncul pada usia lima sampai enam tahun sesuai

dengan perkembangan pengetahuan anak mengenai tuntutan

masyarakat dan cara memenuhi tuntutan tersebut. Dengan

bertambah besarnya anak, embarassement meningkat sebagai

akibat ingatan anak mengenai tingkah lakunya yang tidak

memenuhi tingkatan masyarkat.

Embarassment seperti juga shyness mempengaruhi

konsep diri anak dan mempengaruhi penyesuaian diri dan

penyesuaian social anak. Bila anak sering mengalami shyness

dan embarrassment maka anak akan menunjukkan

kecenderungan untuk merasa rendah diri dan merasa ditolak

oleh lingkungan sosialnya (Somantri, 2006: 29).

d. Kekhawatiran

Kekhawatiran adalah takut yang dibayangkan, tidak riil,

merupakan hasil pemikiran anak. Kekhawatiran yang biasanya

(35)

keluarga, rumah tangga, hubungan dengan teman seusia atau

kehidupan sekolah. Respon terhadap kekhawatiran sangat

bervariasi sesuai dengan pola kepribadian anak yang

bersangkutan (Somantri, 2006: 29).

e. Kecemasan

Jersild mendefinisikan kecemasan sebagai keadaan

pikiran yang tidak menyenangkan sehubungan dengan sakit

yang mencekam atau sakit yang diantisipasikan. Kecemasan ini

biasanya disertai dengan perasaan tidak berdaya. Respon umum

yang terlihat sebagai akibat kecemasan adalah perasaan,

tertekan, gelisah, mudah tersinggung (Somantri, 2006: 30).

f. Marah

Reaksi marah merupakan hal yang lebih banyak

dijumpai dibandingkan dengan takut. Cara mengungkapkan

marah ini berbeda-beda tergantung dari intensitas, frekuensi,

dan kemampuan anak untuk mengendalikannya. Dengan

bertambahnya usia anak maka respon marahnya pun makin

meningkat karena anak sudah mengalami proses belajar untuk

mengungkapkan kemarahannya tanpa menimbulkan penolakan

yang terlalu besar baginya (Somantri, 2006: 31).

g. Iri Hati

Iri hati merupakan respon yang sering terjadi terhadap

(36)

orang lain. Respon iri hati bervariasi sesuai dengan situasi,

secara umum dapat dibedakan menjadi respon langsung seperti

menyerang, memukul, dan sebagainya (Somantri, 2006: 31).

h. Sedih

Sedih biasanya muncul bila anak kehilangan sesuatu

yang dicintai dan merupakan emosi yang tidak menyenangkan.

Sedih jarang dijumpai pada anak-anak karena orang-orang

dewasa cenderung untuk menghindarkan anak dari pengalaman

tersebut, juga karena daya ingat anak terbatas, dan

kemungkinan memberikan penggantian atas benda yang hilang

(Somantri, 2006: 31).

i. Hasrat ingin tahu

Hasrat ingin tahu merupakan keadaan emosi yang

menyenangkan yang mendorong anak untuk mengadakan

penjelajahan dan mempelajari arti-arti yang baru. Hasrat ingin

tahu seorang anak meliputi hal yang berhubungan dirinya

sendiri, alat-alat mekanik, misteri hidup, dan

perubahan-perubahan yang terjadi secara tiba-tiba (Somantri, 2006: 33).

D. Anak Berkebutuhan Khusus

1. Pengertian Anak Berkebutuhan Khusus

Anak berkebutuhan khusus merupakan anak dengan

karakteristik khas yang berbeda dengan anak pada umumnya tanpa

(37)

Yang termasuk ABK antara lain ; tuna rungu, tuna grahita, tuna

netra, tuna daksa, tuna laras, kesulitan belajar, gangguan perilaku,

anak berbakat, anak dengan gangguan kesehatan dalam anak

berkebutuhan khusus istilahnya anak cacat dan anak luar biasa.

2. Jenis-jenis Anak Berkebutuhan Khusus

a. Tunarungu

Tunarungu adalah istilah umum yang digunakan untuk

menyebut kondisi seseorang yang mengalami gangguan dalam

indra pendengaran. Pada anak tunarungu ketika dia lahir dia

tidak menangis. Meskipun menggunakan cara adat sekalipun,

misalnya adat jawa, yaitu dengan cara digeblek atau si bayi

dibuat kaget agar bisa menangis (Smart, 2010: 33).

b. Tunanetra

Tunanetra merupakan sebutan untuk individu yang

mengalami gangguan pada indra penglihatan. Pada dasarnya

tunanetra dibagi menjadi dua kelompok yaitu, buta total dan

kurang penglihatan (low vision).

Buta total bila tidak dapat melihat dua jari dari

mukanya atau hanya melihat sinar atau cahaya yang lumayan

dapat dipergunakan untuk orientasi mobilitas mereka tidak bisa

menggunakan huruf lain selain huruf braile.

Sedangkan yang disebut low fision adalah apabila

(38)

memiliki pemandangan kabur ketika melihat objek (Smart,

2010: 36).

c. Tunadaksa

Tunadaksa merupakan sebutan halus bagi orang-orang

yang memiliki kelainan fisik khususnya anggota badan seperti

kaki, tangan, atau bentuk tubuh. Salah seorang guru dari salah

satu sekolah SLB mengatakan tunadaksa adalah istilah lain dari

tunafisik berbagai jenis gangguan fisik yang berhubungan

dengan kemampuan motorik dan beberapa gejala penyerta yang

mengakibatkan seseorang mengalami hambatan dalam

mengikuti pendidikan normal, serta dalam proses penyesuaian

diri dengan lingkungannya. Namun , tidak semua anak tuna

daksa memiliki keterbelakangan mental. Malah ada yang

memiliki kemampuan daya pikir lebih tinggi dibandingkan

anak normal pada umumnya.

Bahkan tak jarang kelainan yang dialami oleh

penyandang tunadaksa tidak membawa pengaruh buruk

terhadap perkembangan jiwa dan pertumbuhan fisik serta

kepribadiannya. Demikian pula ada diantara anak tunadaksa

hanya mengalami sedikit hambatan sehingga mereka dapat

mengikutu pendidikan sebagaimana anak normal lainnya

(39)

d. Tunagrahita

Tunagrahita merupakan istilah yang digunakan untuk

menyebut anak atau orang yang memiliki kemampuan

intelektual dibawah rata-rata atau bisa juga disebut dengan

retradasi mental. Tunagrahita ditandai dengan keterbatasan

intelegensi dan ketidakcakapan dalam interaksi sosial.

Keterbatasan inilah yang membuat para tunagrahita

sulit untuk mengikuti program pendidikan seperti anak pada

umumnya. Oleh karena itu, anak-anak ini membutuhkan

sekolah khusus pendidikan khusus pula (Smart, 2010: 49).

e. Tunalaras

Tunalaras merupakan individu yang mengalami

hambatan dalam mengendalikan emosi dan kontrol sosial.

Individu tunalaras biasanya menunjukkan perilaku

menyimpang yang tidak sesuai dengan norma dan aturan yang

berlaku disekitarnya (Smart, 2010: 53).

f. Autis

Autisme adalah kategori ketidakmampuan yang

ditandai dengan adanya gangguan dalam komunikasi, interaksi

sosial, gangguan indrawi, pola bermain dan perilaku emosi.

Ciri anak autis mulai terlihat sebelum anak-anak berumur tiga

(40)

g. Down syndrome

Down syndrome merupakan kelainan genetik yang

terjadi pada kromosom 21 pada berkas q22 gen SLC5A3 yang

dapat dikenal dengan melihat manifestasi klinis yang cukup

khas. Kelainan yang berdampak pada keterbelakangan

pertumbuhan fisik dan mental ini pertama kali dikenal pada

tahun 1866 oleh Dr. John Longdon Down. Karena ciri-ciri yang

tampak aneh seperti tinggi badan relative pendek, kepala

mengecil, hidung yang datar menyerupai orang mongoloid

maka sering juga dikenal dengan mobgolisme (Smart, 2010:

63).

h. Kemunduran (retradasi) mental

Retradasi mental adalah disabilitas/ketidakmamapuan

yang ditandai denganfungsi intelektual dibawah rata-rata dan

rendahnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (perilaku

adaptif). Ketidakmampuan ini muncul sebelum berusia 18

tahun. Sekitar 2-3% dari populasi dunia mengalami retradasi

mental. Retradasi mental dapat muncul sebagai salah satu

(41)

E. Pengertian, Karakteristik, dan Masalah Perkembangan Anak Tunadaksa

1. Tuna Daksa

Tuna daksa merupakan sebutan halus bagi orang-orang

yang memiliki kelainan fisik, khususnya anggota badan, seperti

kaki, tangan, atau bentuk tubuh. Salah seorang guru dari salah satu

sekolah SLB mengatakan tuna daksa adalah istilah lain dari tuna

fisik yang berhubungan dengan kemampuan motorik dan beberapa

gejala penyerta yang mengakibatkan seseorang mengalami

hambatan dalam mengikuti pendidikan normal, serta dalam proses

penyesuaian diri dengan lingkungannya.(Aqila smart, 2010: 44)

Namun, tidak semua anak-anak tuna daksa memiliki

keterbelakangan mental. Malah, ada yang memiliki kemampuan

daya pikir lebih tinggi dibandingkan anak normal pada umumnya.

Bahkan, tak jarang kelainan yang dialami oleh penyandang tuna

daksa tidak membawa pengaruh buruk terhadap perkembangan

jiwa dan pertumbuhan fisik serta kepribadiannya. Demikian pula

ada diantara anak tuna daksa hanya mengalami sedikit hambatan

sehingga mereka dapat mengikuti pendidikan sebagaimana anak

normal lainnya.

Menurut Djaja Rahaja, tuna daksa digolongkan menjadi dua

golongan. Golongan pertama tuna daksa murni golongan ini

(42)

poliomyelitis serta cacat ortopedis lainnya. Golongan kedua adalah

golongan kombinasi, golongan ini masih ada yang normal namun

kebanyakan mengalai gangguan mental seperti anak cerebral

palsy.

Adapun pendapat lain tuna daksa seseorang atau anak yang

memiliki cacat fisik, tubuh, dan cacat orthopedic. Dalam bahasa

asing sering kali dijumpai istilah crippled, physically disabled,

physically handicapped. Tunadaksa merupakan istilah lain dari

cacat tubuh/tunafisik yaitu berbagai kelainan bentuk tubuh yang

mengakibatkan kelainan fungsi tubuh untuk melakukan

gerakan-gerakan yang dibutuhkan (Misbach, 2012: 15).

Seorang penyandang tunadaksa dapat didefinisikan sebagai

penyandang bentuk kelainan atau kecacatan pada sistem otot,

tulang, dan persendian yang mengakibatkan gangguan koordinasi,

komunikasi, adaptasi, mobilisasi, dan gangguan perkembangan

keutuhan pribadi. Salah satu definisi mengenai anak tunadaksa

menyatakan bahwa anak tunadaksa adalah anak penyandang cacat

jasmani yang terlihat pada kelainan bentuk tulang, otot sendi

maupun saraf-sarafnya.

Dalam definisi yang lain menerangkan bahwa seseorang

dikatakan sebagai anak tunadaksa jika kondisi fisik atau kesehatan

(43)

sehari-hari, sekolah, rumah, dan lingkungannya (Misbach, 2012:

17).

2. Cacat fisik

Fisik seseorang merupakan faktor yang sangat penting

dalam pembentukan gambaran tubuh dan dalam perkembangan

selfconcept. Jika fisik jelas berbeda atau menyimpang dari yang

normal, dengan cacat pada indra atau organ motorik, maka

penyimpangan seperti itu akan sangat memepengaruhi bentuk dari

gambaran diri seseorang. Cara individu mengintegrasikan

selfconcept yang muncul dengan variable lain yang berarti dalam

hidupnya akan menentukan penyesuaian diri yang harmonis atau

tidak harmonis. Harus diperhatikan bahwa cacat fisik yang parah

tidak selalu mengakibatkan kerusakan kepribadian (Semiun, 2006:

296)

Jadi dapat disimpulkan bahwa kelainan fisik seseorang

tidak berpengaruh terhadap kepribadiannya. Tetapi tergantung

orang tersebut bisa atau tidak membuat hubungan yang harmonis

dengan orang lain.

3. Klasifikasi Tunadaksa

Adapun dilihat dari segi tingkat gangguan penyandang

tunadaksa, maka terdiri dari kelainan pada sistem selebrai

(44)

selebrai yang disebabkan pada letak penyebab kelahiran dan

letaknya pada system saraf pusat (Misbach D, 2012: 16)

a. Kelainan pada system serebral

Penggolongan anak tunadaksa dalam kelainan system

(cerebral) disebabkan pada letak penyebab kelahiran yang

terletak dalam system syaraf otak (otak dan sumsum tulang

belakang).

b. Klasifikasi golongan

Klasifikasi dilihat dari sudut pandang cerebral palsy;

1) Golongan ringan adalah mereka yang dapat berjalan tanpa

menggunakan alat , berbicara tegas, dapat menolong

dirinya sendiri dalam kehidupan sehari-hari. Mereka dapat

hidup bersama-sama dengan anak normal lainnya,

meskipun cacat tetapi tidak mengganggu kehidupan dan

pendidikannya.

2) Golongan sedang adalah mereka yang membutuhkan

treatment atau latihan khusus untuk bicara, jalan, dan

mengurus dirinya sendiri, golongan ini memerlukan

alat-alat khusus untuk membantu geraknya, seperti brace untuk

membantu penyangga kai, kruk/tongkat sebagai penopang

berjalan. Dengan pertolongan khusus annak-anak kelompok

(45)

3) Golongan berat adalah anak cerebral palsy golongan ini

yang tetap membutuhkan perawatan dalam ambulasi,

bicara, dan menolong dirinya sendiri mereka tidak dapat

hidup mandiri ditengah-tengah masyarakat (Misbach D,

2012: 17)

c. Klasifikasi golongan menurut topografi

1) Monoplegia hanya satu anggota gerak yang lumpuh missal

kaki kiri dengan kaki kanan dan kedua tangannya normal.

2) Hemiplegia, lumpuh anggota gerak atas dan bawah pada

sisi yang sama misalnya tangan kanan dan kaki kanan atau

tangan kiri dan kaki kiri.

3) Paraplegia lumpuh pada kedua tangkai kakinya.

4) Diplegialumpuh kedua tangan kanan dan kiri atau kaki

kanan dan kiri.

5) Triplegia tiga anggota gerak mengalami kelumpuhan

misalnya tangan kanan dan kedua kakinya lumpuh atau

tangan kiri dan kedua kakinya lumpuh.

6) Quadriplegia anak jenis ini mengalami kelumpuhan

seluruhnya anggota geraknya.mereka cacat pada kedua

tangan dan kedua kakinya, quadriplegia juga disebut juga

(46)

d. Klasifikasi menurut fisiologi (kelainan gerak)

1) Spastic

Tipe penyandang tunadaksa yaitu yaitu yang berkaitan

dengan spastic ini ditandai dengan adanya gejala

kekejangan kekakuan pada sebagian ataupun seluruh otot.

2) Athetoid

Pada tipe ini penyandang tunadaksa tidak terdapat

kekejangan atau kekauan. Otot-ototnya dapat digerakkan

dengan mudah, cirri khas tipe ini terdapat pada system

gerakan.

3) Ataxia

Adapun ciri khas tipe ini adalah seakan-akan kehilangan

keseimbangan, kekakuan memang tidak tampak tetapi

mengalami kekakuan pada waktu berdiri dan berjalan.

4) Tremor

Gejala yang jelas pada tremor adalah senantiasa dijumpai

adanya gerakan-gerakan kecil dan terus menerus

berlangsung sehingga tampak seperti bentuk

getaran-getaran.

5) Rigrid

Pada tipe ini penyandang tunadaksa mendapati gejala

(47)

6) Tipe campuran

Pada tipe ini penyandang tunadaksa akan menunjukkan dua

jenis atau lebih gejala tuna CP, sehingga akibatnya akan

lebih besar bila dibandingkan dengan anak yang hanya

memiliki satu jenis/tipe kecacatan (Misbach D,2012: 19).

e. Klasifikasi pada system rangka (musculus scelatel system)

1) Poliomylitis

Penderita polio adalah penderita mengalami kelumpuhan

otot sehingga otot akan mulai mengecil dan tangannya

melemah, peradangan akibat virus polio yang menyerang

susm-sum tulang belakang pada anak usia 2 (dua) tahun

sampai 6 (enam) tahun.

2) Muscle dystrhopy

Anak mengalami kelumpuhan pada fungsi otot,

kelumpuhan pada penderita muscle dystrhopy sifatnya

progresif semakin hari semakin parah. Kondisi

kelumpuhannya bersifat simestris yaitu pada kedua tangan

atau kedua kaki saja, atau kedua tangan dan kedua kakinya

(Misbach D,2012: 20).

4. Faktor penyebab terjadinya tunadaksa

Adapun berbagai macam sebab yang dapat menimbulkan

kerusakan pada anak hingga menjadi penyandang tunadaksa.

(48)

sumsum tulang belakang, dan pada system musculus selektal.

Adanya keragaman jenis tunadaksa dan masing-masing kerusakan,

karena disebabkan timbulnya berbeda-beda (Misbach D, 2012: 21).

a. Sebab-sebab sebelum lahir (fase prenatal)

1) Infeksi atau penyakit yang menyerang ketika ibu

mengandung sehingga menyerang otak bayi yang sedang

dikandungnya misalnya infeksi syphilis, rubella dan typus

abdominolis.

2) Kelainan kandungan yang menyebabkan peredaran

terganggu tali pusat tertekan sehingga merusak

pembentukan syaraf-syaraf didalam otak.

3) Bayi di dalam kandungan terkena radiasi.

4) Ibu yang sedang mengandung mengalami trauma

(kecelakaan) yang dapat mengakibatkan terganggunya

pembentukan system syaraf pusat.

b. Sebab-sebab pada saat kelahiran (fase natal dan pre natal)

1) Proses kelahiran terlalu lama karena tulang pinggang ibu

kecil sehingga bayi mengalami kekurangan oksigen,

kekurangan oksigen menyebabkan terganggunya system

metabolism dalam otak bayi, akibat jaringan syaraf pusat

(49)

2) Pemakaian alat bantu berupa tang ketika proses kelahiran

yang mengalamimkesulitan sehingga dapat merusak

jaringan syaraf otak pada bayi.

3) Pemakaian anestesi yang melebihi ketentuan.

c. Sebab-sebab setelah proses kelahiran (fase post natal)

Pada tahapan setelah fase kelahiran adalah masa dimana

sebab-sebab prosesi yang dimulai ketika bayi yang dilahirkan

sampai masa perkembangan otak dianggap sempurna, yaitu

ketika anak pada usia 5 tahun. Adapun terdapat suatu indeksi

yang dapat menyebabkan kecacatan setelah bayi lahir adalah

sebagai berikut :

1) Kecelakaan/trauma kepala, sehingga menyebabkan

amputasi.

2) Infeksi penyakit menyerang otak.

3) Anoxia/hypoxia.

5. Karakteristik Anak Tunadaksa

Dalam karakteristik anak tunadaksa mempunyai berbagai

macam klasifikasi yang disesuaikan dengan peran dan fungsinya

masing-masing, setiap karakter memiliki tujuan masing-masing.

Sehingga menjadikan anak tunadaksa bisa berkembang sesuai

(50)

a. Karakteristik akademik

Pada umumnya tingkat kecerdasan anak tunadaksa yang

mengalami kelainan pada system otot dan rangka adalah

normal sehingga dapat mengikuti pelajaran sama dengan anak

normal, sedangkan anak tunadaksa yang mengalami kelainan

pada system celebral, tingkat kecerdasannya berjenjang mulai

dari tingkat idiocy sampai dengan gifted.

Selain tingkat kecerdasan yang bervariasi anak cerebral

palsy juga mengalami kelainan persepsi kognisi dan

simbolisasi. Kelainan persepsi terjadi karena syaraf

penghubung dan jaringan syaraf ke otak mengalami kerusakan

sehingga proses persepsi yang dimulai dari stimulus

merangsang alat maka diteruskan ke otak oleh syaraf sensoris

kemudian ke otak (yang bertugas menerima dan menafsirkan

serta menganalisis) mengalami gangguan.

Kemampuan kognisi terbatas karena adanya kerusakan

otak sehingga menganggu fungsi kecerdasan, penglihtan,

pendengaran, bicara rabaan dan bahasa. Gangguan pada

simbolisasi ini disebabkan oleh adanya kesulitan dalam

menerjemahkan apa yang didengar dan dilihat, kelainan yang

kompleks ini mempengaruhi presatasi akademiknya (Misbach

D, 2012: 43).

(51)

Karakteristik sosial/emosional anak tunadaksa bermula

dari konsep diri anak yang merasa dirinya cacat, tidak berguna

dan menjadi beban orang lain yang mengakibatkan mereka

malas belajar, bermain, dan berperilaku salah lainnya.

Kehadiran anak cacat yang tidak diterima oleh orang tua dan di

singkirkan dari masyarakat akan merusak perkembangan

pribadi anak.

Kegiatan jasmani yang tidak bisa dilakukan oleh anak

penyandang tunadaksa dapat mengakibatkan timbulnya

problem emosi seperti mudah tersinggung, mudah marah,

rendah diri, kurang dapat bergaul, menyendiri dan frustasi.

Problem emosi tersebut banyak ditemukan pada anak

tunadaksa dengan gangguan system cerebral, oleh sebab itu

tidak jarang dari mereka tidak memiliki rasa percaya diri dan

tidak dapat menyesuaikan diri dengan sosialnya (Misbach D,

2012: 43).

c. Karakteristik fisik/kesehatan

Karakteristik fisik kesehatan anak tunadaksa biasanya

selain mengalami cacat tubuh adalah kecenderungan

mengalami gangguan lain seperti sakit gigi, berkurangnya daya

pendengaran, penglihatan, gangguan bicara, dan lain-lain.

Kelainan tambahan itu banyak ditemukan pada anak tunadaksa

(52)

BAB III

PAPARAN DATA DAN TEMUAN PENELITIAN

A. KISAH HIDUP 1. Lilik Supriyono

Ibu mana yang tidak sayang kepada anaknya, bagaimanapun

kondisi sang anak adalah naluri seorang ibu untuk menumpahkan kasih

sayang penuh terhadap anaknya. Tak terkecuali Ibu Umi yang menurut

saya orang hebat dari salah satu mahasiswa IAIN Salatiga yang

bernama Lilik Supriyono, Ibu dari seorang anak yang berkebutuhan

khusus lebih tepatnya tuna daksa. Lilik merupakan anak ke empat dari

empat bersaudara dan ketiga kakanya terlahir normal.

Sejak lahir Lilik sudah dilahirkan dalam keadaan cacat dengan

tidak mempunyai tangan sebelah kanan tangan sebelah kiri hanya

mempunyai tiga jari dan itu berukuran pendek. Menurut cerita bu Umi

ketika beliau mengandung tidak mengetahui sama sekali karena

memang pendidikan beliau dan pengetahuannya masih rendah bahkan

pendidikan sekolah dasar saja tidak lulus, beliau sadar akan

kehamilannya ketika janin berusia 4 bulan (W6 R1 1).

Dari dalam kandungan sudah ada proses kejanggalan, yaitu saat

proses bayi bergerak pada usia 4 bulan karena di tiupkannya ruh, ini

(53)

bergerak pada kandungan usia 8 bulan itupun hanya sekali. Dari

keluarganya tidak ada riwayat tunadaksa sama sekali (W6 R1 5).

Setelah Lilik dilahirkan, ayah kandungnya pergi meninggalkan

dia dan keluarganya alasannya untuk bekerja di Malaysia. Dari

penuturan orang-orang sekitar dan tetangga beliau pergi karena tidak

sanggup untuk menerima kelahiran Lilik dalam keadaan seperti itu.

Lilik kecil hingga usia 6 tahun hanya dibesarkan oleh ibu dan kakek

neneknya. Karena ayah kandungnya tidak menafkahi maka ibu yang

banting tulang untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dengan bekerja

di Semarang seminggu atau sebulan sekali pulang.

Lilik tumbuh seperti anak normal pada umumnya mulai bisa

jalan dalam usia 10 bulan. Dan hebatnya dalam usia 12-20 bulan sudah

bisa menulis, Lilik tergolong anak yang aktif dan cerdas. Pada usia

anak-anak dia juga mempunyai banyak teman bermain seperti anak

normal pada umumnya. Walaupun banyak teman-temannya yang suka

mem-bully dengan ejekan, perlakuan yang tidak semestinya.

Dalam bergaul Lilik tergolong anak yang supel banyak

mempunyai teman dia suka bercanda gampang akrab dengan teman,

ketika ia dibully dia hanya diam tidak pernah membalas. Namun,

terkadang Lilik tidak kuat menahan emosi karena dengan faktor usia

yang juga masih anak-anak ketika dibully ia marah dan perasaan

minder itu terus muncul hingga Lilik pernah berantem dengan teman

(54)

Bahkan kakak kandungnya malu memiliki adik seperti Lilik

dengan keadaan seperti itu, bu Umi tidak hentinya memberi nasihat

pada kakaknya. Namun dengan berjalannya waktu dan dukungan

semangat serta rasa percaya diri yang besar ditumbuhkan oleh sang

ibu, Lilik semakin faham tidak sering marah lagi ketika dibully. Sifat

minder juga sirna dari sikapnya, walaupun melalui proses yang sangat

panjang.

Untuk melakukan aktifitas sehari-hari Lilik tidak mempunyai

banyak kendala semisal makan, minum, mandi, mencuci, menimba air,

bersepeda, bahkan menyetir sepeda motor dan menyetir mobil bisa ia

lakukan. Walaupun sulit untuk meyakinkan kedua orang tua dan

keluarganya supaya diizinkan menyetir motor dan mobil. Namun yang

tidak bisa ia lakukan hingga saat ini adalah mengancingkan kancing

baju paling atas karena ukuran tangan yang pendek. Ia selalu minta

bantuan orang di sekelilingnya (W6 R1 10).

Lilik merupakan anak yang berbakat dan bisa disebut mandiri,

karena dengan kondisi dia yang tunadaksa ia sudah bekerja dan

menghasilkan uang tanpa membebani orang tua, sejak di bangku

sekolah dasar kelas 3 ia sudah menggantikan guru kelas 1 semisal guru

lagi ada kepentingan, semisal membacakan cerita menulis dipapan

tulis. Lilik juga sudah menjadi guru les privat teman-teman di

sekitarnya. Ia juga rajin dan selalu membantu orang tua dalam keadaan

(55)

Hingga dewasa ini ia hidup mandiri, dengan mempunyai

beberapa pekerjaan. Dia sebagai guru SD, SMP, dan SMA di daerah

rumahnya dia bekerja disalah satu shorum di Semarang. Dia juga

menjadi sekertaris kepala desa di rumahnya. Memiliki usaha bengkel

audio musik untuk membantu kakaknya, hingga setelah lulus dari

bangku SMA Lilik berhenti satu tahun untuk bekerja karena jika kuliah

orang tuanya tidak sanggup memberi biaya hidup untuknya (W6 R1

20).

Walaupun Lilik sudah diterima dibeberapa universitas dan

mendapatkan beasiswa bidikmisi, akan tetapi orang tua memang tidak

sanggup untuk membiayai biaya hidup sehari-harinya. Disisi lain

orang tua juga tidak bisa mengizinkan kalau Lilik kuliah terlalu jauh

dari orang tuanya. Tidak bisa dipungkiri akhirnya Lilik memutuskan

untuk bekeja di Kalimantan dan Bogor ,bekerja disalah satu kantor

arsitek sebagai tenaga design grafis.

Mengenai pendidikan sejak SD Lilik sudah sekolah disekolah

formal atau umum, ia juga banyak mempunyai prestasi dengan

mengikuti beberapa lomba. Lomba dimulai ketika ia duduk di bangku

sekolah dasar ia juara pertama dalam lomba bidang pendidikan, Lomba

melukis yang diawali tingkat kecamatan sampai nasional, mulai

berlanjut SMP tepatnya kelas 2 ia meraih juara pertama dalam bidang

catur tingkat kabupaten hingga melaju sampai tingkat nasional. Hobi

(56)

Sewaktu SMP ia juga mempunyai banyak prestasi dalam

bidang pendidikan, hingga berlanjut ketingkat SMA, setelah lulus Lilik

melanjutkan sekolah perguruan tinggi dan ia pun kuliah disalah satu

perguruan tinggi di Salatiga tepatnya IAIN Salatiga. Prestasi itu tidak

berhenti ditingkat SMA saja, ia juga mewakili kampus mengikuti

lomba dalam bidang catur se-IAIN di kota Palu Sulawesi Tengah. Dan

meraih juara dua (W6 R1 30).

2. Rahmat

Menyambung dari kisah hidup Lilik tadi, terdapat kisah dari

seorang mahasiswa yang bernama Rahmat. Salah satu mahasiswa

bidikmisi dari FTIK PAI IAIN Salatiga. Ia juga mengalami tunadaksa

yang memiliki niat dan usaha yang kuat dalam menggapai semua

cita-citanya, dia akan berusaha semaksimal mungkin untuk meraihnya,

menggapainya, dan memenuhinya.

Sejak lahir Rahmat tidak memiliki tangan kiri yang sempurna

hanya berukuran pendek dan tidak mempunyai jari, menurut

penuturannya tidak ada keturunan tunadaksa dikeluarganya. Rahmat

merupakan anak ke lima dari enam bersaudara. Ia tumbuh seperti anak

normal pada umumnya, ketika sang ibu mengandung juga tidak ada

firasat yang aneh atau kejanggalan apapun(W2 R2 5).

Dalam masalah keluarga internal, kelahiran Rahmat justru tidak

membuat keluarga bersikap sedih atau tidak menerima kehadirannya di

(57)

Allah berikan di tengah-tengah keluarganya. Tidak ada kesenjangan

apapun dengan kondisi Rahmat. Justru banyak orang disekitar Rahmat

yang sangat mendukung perkembangan dan pertumbuhannya. Hal

yang paling menguatkan adalah keluarga Ayah, Ibu dan Kakaknya.

lingkungan sekitar seperti saudara dan tetangga juga tidak menganggap

kalau Rahmat itu berbeda.

Ketika kecil teman-teman bermain Rahmat juga banyak,

mereka bermain seperti halnya anak pada umumnya. Tidak ada yang

menanggap aneh dengan keadaan Rahmat tidak ada yang mem-bully.

Rahmat juga merupakan anak yang periang dan mudah bergaul ia

merasa seolah-olah tidak memiliki kekurangan pada dirinya.

Mindset yang orang tua tumbuhkan pada Rahmat mulai sejak

kecil adalah bahwa ia tidak memiliki kekurangan apapun. Jadi rasa

minder itu justru malah tidak ada mulai dari ia kecil hingga dewasa ini,

walaupun ada rasa minder sedikit yang terkadang masih menyelinap

tetapi dengan berjalannya waktu perasaan itu sedikit demi sedikit

hilang. Karena apa yang orang normal bisa lakukan Rahmat bisa

melakukan.

Orang-orang yang ada di sekitar Rahmat khusunya tetangga

masyarakat di desanya mengagumi Rahmat karena walaupun dengan

keadaan Rahmat yang memiliki satu tangan kanan yang sempurna dan

tangan kirinya hanya berukuran pendek ia bisa terampil bisa

(58)

care dengan Rahmat, itu pula penambah rasa percaya dirinya semakin

tinggi.

Untuk melakukan aktifitas sehari-hari Rahmat tidak

mempunyai kesulitan, walaupun dulu waktu kecil ia sedikit mengalami

kesulitan karena memang usia yang masih kecil dan belum bisa

mandiri. Dengan berjalannya waktu sudah hilang dan mulai bisa

melakukan segala aktifitas contohnya menimba, naik sepeda motor,

sepeda. Rahmat bisa melakukan semua aktifitas yang orang normal

bisa lakukan.

Berbeda dengan Lilik, untuk aktifitas di luar kampus seperti

mengajar atau les privat untuk saat ini Rahmat belum ada. Namun

dalam waktu dekat ini ia akan mengajar TPQ dan les privat mengaji.

Mengenai pendidikan Rahmat tidak berbeda dengan Lilik,

sejak bangku sekolah dasar hingga kuliah ia menuntut ilmu disekolah

formal. Walaupun Ketika kelas satu MI guru dari SLB menyarankan

Rahmat untuk sekolah di SLB, namun orang tua dan kakak Rahmat

menentang keras. Rahmat pernah mempunyai pengalaman ketika lulus

sekolah dasar dari kepala desa mengundang Rahmat dalam acara diklat

penca “pendidikan orang cacat”. Disitu ada kegiatan menjait,

mengobras, dan lain-lain. Rahmat diberi peralatan menjait juga.

Ia juga termasuk siswa yang berprestasi disekolahnya, ketika

Referensi

Dokumen terkait

Gejala klinis gizi buruk ringan dan sedang tidak terlalu jelas, yang ditemukan hanya pertumbuhan yang kurang seperti berat badan yang kurang dibandingkan dengan anak

Hasil penelitian yang dilakukan dihasilkan bahwa pengelolaan resolusi konflik yang dilakukan TNGGP di kawasan perluasan TNGGP di Desa Ciputri Blok Sarongge Girang

Dengan adanya keempat produk konversi tersebut, perusahaan dapat mengimplementasikan tacit knowledge yang dimiliki oleh setiap individu untuk dapat di kelola menjadi

Dalam hal pembelian Unit Penyertaan REKSA DANA BNP PARIBAS EKUITASdilakukan oleh Pemegang Unit Penyertaan melalui media elektronik, maka Formulir Pemesanan Pembelian Unit

Menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “Studi Motivasi, Persepsi Dan Konsumsi Minuman Energi Serbuk Di Kalangan Karyawan Bagian Produksi PT Kurnia Adijaya Mandiri

Negara RI telah pula meratifikasi Konvensi Internasional Hak Politik Perempuan melalui UU No.68 tahun 1956 serta Konvensi Penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita

Kaping telu uga Pétrus nyélaki, persis kaya sing dingendikaaké Gusti Yésus sakdurungé.... Malah Pétrus uga ngipat-ipati lan

Hasil pengujian menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan pada konsumsi pakan, bobot badan, konversi pakan, karakteristik karkas, dan persentase kematian antara