• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

C. Temuan Studi yang Dihubungkan dengan Teor

Dalam bab ini, peneliti menganalisa data yang berhasil dikumpulkan di lapangan sesuai dengan rumusan permasalahan, yang selanjutnya dihubungkan dengan teori yang sudah ada. Rumusan permasalahan yang ada pada penelitian ini adalah tentang faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, bagaimana faktor-faktor terseebut mempengaruhi kepuasan kerja karyawan, faktor manakah yang lebih dominan, gejala ketidakpuasan kerja, serta bagaimana usaha- usaha yang dilakukan perusahaan untuk meningkatkan kepuasan kerja karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia.

1. Faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia

a. Faktor Materi Pekerjaan

Menurut Ashar Sunyoto M. (2002: 357-358) ciri-ciri pekerjaan yang dapat memberikan kepuasan kerja adalah:

lxxxiv 1) Keseragaman ketrampilan

Kegiatan karyawan dalam melakukan pekerjaan pada Housewares Furniture Indonesia terutama bagian produksi cukup beragam, walaupun pada bagian administrasi gudang, karyawan menganggap pekerjaannya cukup mempunyai seni, sehingga karyawan bagian produksi tidak cepat mengalami kebosanan dalam melakukan aktivitas pekerjaannya.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, ternyata terdapat kesesuaian antara teori dengan kenyataan yang ada di Housewares Furniture Indonesia yaitu ragam ketrampilan bemberikan rasa tidak cepat bosan dalam melakukan pekerjaan.

2) Jati diri tugas

Merupakan tingkat di mana suatu pekerjaan membutuhkan penyelesaian sebagai satu kesatuan dan dapat diidentivikasikan, yang dimaksud di sini adalah dapat melakukan pekerjaan dari awal sampai akhir dengan hasil yang nyata. Karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia dapat melaksanakan tugas masing-masing dari awal sampai akhir atas beban kerja yang mereka tanggung.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan peneliti, ternyata ada kesesuaian antara teori dengan kenyataan yang ada di Housewares Furniture Indonesia, mereka mampu memenuhi jati diri tugas pekerjaan mereka.

3) Tugas yang penting

Rasa pentingnya tugas bagi seorang karyawan akan aktivitas pekerjaan yang dilakukannya memberikan keberartian bagi karyawan. Semakin seorang karyawan menganggap bahwa pekerjaan yang dilakukannya adalah penting maka karyawan cenderung mempunyai kepuasan kerja.

Karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia merasakan bahwa tugas pekerjaannya mempunyai andil yang penting bagi perusahaan, karena tanpa adanya mereka produksi tidak akan berjalan dan produk yang dipasarkan juga tidak akan pernah ada. Hal ini sesuai dengan teori yaitu rasa penting tugas berpengaruh terhadap kepuasan karyawan.

lxxxv 4) Otonomi

Pekerjaan yang memberikan kebebasan dan ketidak ketergantungan, serta memberikan peluang mengambil keputusan akan lebih cepat menimbulkan kepuasan kerja. Karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia merasakan adanya kebebasan dalam berkreasi dalam pekerjaannya akan tetapi tetap mengacu pada pesanaan konsumen. Pekerjaan yang dilakukan karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia sudah sesuai dengan teori yaitu pekerjaan yang memberikan otonomi dapat memberikan kepuasan bagi karyawan.

5) Pemberian balikan atau umpan balik

Merupakan tingkat di mana dalam melakukan pekerjaannya seorang karyawan mendapatkan hasil tentang prestasi yang telah dilakukannya, secara langsung dan jujur. Karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia merasakan adanya upaya perusahaan dalam menghargai hasil kerja para karyawan yang bisa diungkapkan dengan pemberian pujian atas hasil kerja karyawan yang sesuai dengan keinginan perusahaan pemberian bonus-bonus. Hal ini sesuai dengan teori yaitu pemberian balikan menyebabkan karyawan memperoleh kepuasan.

b. Faktor Pembayaran atau Gaji

Pengertian upah menurut Payaman Simanjuntak (2003: 129) adalah “Imbalan yang diterima pekerja atas jasa kerja yang diberikannya dalam proses memproduksi barang atau jasa di perusahaan”. Setiap bulan karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia menerima upah yang dapat dikatakan cukup layak, adil, dan sesuai bagi mereka dalam memenuhi kebutuhan minimal sehari-hari. Kelayakan dan kesesuaian upah dapat tercermin dari kemampuan upah itu sendiri untuk mencukupi kebutuhan keluarga selama satu bulan. Sedangkan upah yang adil tampak dari pembagian upah yang sesuai dengan tenaga yang di keluarkan dalam melakukan aktivitas pakerjaan, selain itu juga disesuaikan dengan UMK yang berlaku pada wilayah Klaten. Lama masa kerja di perusahaan terutama prestasi kerja yang dilihat dari segi

lxxxvi

pendidikan karyawan, kelayakan dan keadilan pembayaran upah membrikan kepuasan karyawan dalam bekerja dan bersemangat dalam bekerja.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, ternyata terdapat kesesuaian antara teori dengan kenyataan yang ada di Housewares Furniture Indonesia yaitu pemberian upah yang pantas dan bahkan lebih memberikan kepuasan bagi karyawan.

c. Faktor Kesempatan Promosi

Kesempatan promosi merupakan kesempatan untuk mengambangkan kemampuan yang ada pada diri karyawan merupakan usaha-usaha untuk menuju ke arah yang lebih baik melalui kesempatan promosi yang ditawarkan perusahaan, kesempatan promosi itu sendiri dirasakan besar manfaatnya akibat dari tuntutan pekerjaan sebagai efek dari kemajuan teknologi. Kesempatan promosi juga diarahkan untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki, pengalaman yang dimiliki dapat pula dijadikan landasan bagi perusahaan untuk melakukan promosi. Malayu S. P. Hasibuan (2003: 108) ”Promosi adalah perpindahan dari satu jabatan ke jabatan yang lebih tinggi di dalam suatu organisasi sehingga kewajiban, hak, status, dan penghasilannya semakin besar.”

Kesempatan promosi yang diberikan perusahaan didasarkan atas prestasi kerja karyawan, apabila prestasi kerja karyawan selalu mengalami kenaikan berarti ia cukup menguasai pekerjaan sehingga karyawan tersebut layak mendapatkan promosi. Kemudian dilihat dari pendidikan karyawan, biasanya di perusahaan untuk menduduki posisi yang penting seperti manajer, kepala staf, kasi, Diambilkan dari para karyawan yang memiliki pendidikan yang tinggi minimal strata I.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, ternyata terdapat kesesuaian antara teori dengan kenyataan yang ada di Housewares Furniture Indonesia.

d. Faktor Pengawasan

Pengawasan terhadap aktivitas pekerjaan karyawan sangatlah diperlukan untuk menghindari adanya penyimpangan-penyimpangan serta menjamin

lxxxvii

bahwa semua sumber daya yang dimiliki perusahaan dapat digunakan secara efektif dan efisien guna mencapai tujuan perusahaan.

Pengawasan adalah suatu usaha sistematik untuk menetapkan standar pelaksanaan dengan tujuan-tujuan perencanaan, merancang sistem informasi, umpan balik, membandingkan kegiatan yang nyata dengan standar yang telah ditetapkan sebelumnya, menentukan dan mengukur penyimpangan, serta mengambil tindakan koreksi yang diperlukan untuk menjamin bahwa semua sumber daya perusahaan dipergunakan dengan cara efektif dan efisien dalam pencapaian tujuan perusahaan (Robert J. Mockler dalam Yohanes Yahya, 2006: 134).

Sesuai dengan pendapat di atas bahwa pengawasan yang dilakukan atasan terhadap aktivitas pekerjaan karyawan di perusahaan sudah terlaksana dengan baik artinya dari pelaksanaan pengawasan atasan tersebut tidak terjadi penyimpangan-penyimpangan dalam pelaksanaan pekerjaan dan sumber daya yang dimiliki perusahaan dipergunakan sebagaimana mestinya, sehingga tujuan perusahaan dapat tercapai. Pada saat pengawasan dilaksanakan oleh pimpinan perusahaan, perilaku para karyawan sama seperti pada waktu tidak ada pengawasan, hal itu seolah-olah sudah menjadi hal yang biasa karena memang pekerjaan mereka memerlukan konsentrasi dan tingkat keterampilan yang cukup tinggi, sehingga ada atau tidak pengawasan dari atasan mereka tetap bekerja dengan baik. Bentuk pengawasan yang dilakukan atasan terhadap aktivitas pekerjaan, dilaksanakan secara langsung yaitu atasan terjun sendiri untuk mengawasi aktivitas-aktivitas pekerjaan karyawan, maupun secara tidak langsung, yaitu dengan menugaskan orang kepercayaan atasan untuk mengawasi pekerjaan karyawan. Pengaruh bentuk pengawasan yang mana akan menumbuhkan semangat kerja yang tinggi, rasa disiplin, ketelitian, serius dalam bekerja, dan karyawan merasa pekerjaannya terkontrol, sehingga dapat mencapai target ataupun sesuai dengan deadline atasan. Dengan adanya hal yang demikian dapat menjamin karyawan dapat bekerja dengan baik dan bisa menumbuhkan kepuasan dalam bekerja.

lxxxviii

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, ternyata terdapat kesesuaian antara toeri dengan kenyataan yang ada di Housewares Furniture Indonesia.

e. Faktor Teman Kerja

Manusia merupakan makhluk sosial, oleh karenanya mereka mempunyai kebutuhan-kebutuhan untuk ikut serta dan diterima oleh macam-macam kelompok. Menurut Mayo dan teman-teman dalam J. Winardi (2002: 69) mengatakan bahwa “Menemukan fakta berperasan bosan dan pengulangan banyak macam tugas sesungguhnya mengakibatkan menyurutnya semangat, sedangkan kontak-kontak sosial membantu menciptakan dan mempertahankan semangat maupun kepuasan kerja karyawan”. Betapa pentingnya sebuah kontak sosial dalam pribadi para karyawan karena mampu mennciptakan dan mempertahankan adanya kepuasan kerja karyawan. Hubungan antar rekan kerja karyawan yang baik dimungkinkan karena sebagian besar usia yang tidak jauh berbeda antar karyawan satu dengan yang lainnya. Hal itulah yang membuat hubungan dengan rekan kerja sangat baik seperti adanya komunikasi yang lancar dan menyenangkan dikarenakan mereka mempunyai pengalaman dan permasalahan yang tidak jauh berbeda antara satu dengan yang lainnya.

Ashar S. Munandar (2006:396) menyatakan bahwa ”Hubungan yang baik antar anggota dari suatu kelompok kerja dianggap sebagai faktor utama dalam kesehatan individu dan organisasi”. Penulis selama melakukan penelitian melihat hubungan antar rekan kerja terjalin dengan baik. Kondisi ini sangat menguntungkan perusahaan dan karyawan. Dengan adanya konflik bisa mengakibatkan hubungan kerja para karyawan bisa terganggu serta mengakibatkan kegiatan perusahaan dapat terhenti. Tidak adanya konflik menunjukkan hubungan antar rekan kerja terjalin baik sehingga karyawan dapat bekerja lebih tenang dan kegiatan produksi bisa berjalan lancar.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, ternyata terdapat kesesuaian antara teori dengan kenyataan yang ada di Housewares Furniture Indonesia.

lxxxix f. Faktor Kondisi Kerja

Menurut Ashar Sunyoto M. kondisi kerja meliputi beberapa aspek sebagai barikut:

1) Penerangan

Penerangan yang baik adalah penerangan yang cukup dan tidak menyilaukan mata. Penerangan yang ada di Housewares Furniture Indonesia sangat baik yaitu berasal dari penerangan listrik maupun dari sinar matahari, karena di perusahaan karyawan dalam melakukan pekerjaan mulai dari pagi sampai sore dan jika lembur sampai malam, untuk jam kerja pagi sampai sore mulai pukul 08.00 WIB- 16.00 WIB dengan istirahat pada pukul 12.00 WIB- 13.00 WIB. Untuk jam kerja tambahan atau lembur, dimulai pukul 16.30 WIB- 20.00 WIB, sehingga untuk dua waktu tersebut membutuhkan penerangan yang baik terutama dari penerangan listrik.

2) Suhu udara

Suhu udara pada ruang kerja perusahaan akan sangat mempengaruhi produktivitas kerja karyawan. Suhu udara sangat berpengaruh terhadap aktivitas pekerjaan karyawan dan suhu udara dipengaruhi oleh pergantian sirkulasi udara yang ada. Suhu udara di Housewares Furniture Indonesia cukup nyaman untuk bekerja karena tidak terlalu panas dan tidak terlalu dingin, sehingga karyawan merasa nyaman dalam melaksanakan aktivitas pekerjaannya. Ventilasi udara yang ada dirasakan para karyawan sudah sesuai dan dan berfungsi dengan baik yang bisa membuat sinar matahari masuk ke ruang kerja dan membuat sirkulasi udara cukup baik.

3) Tingkat kebisingan

Tingkat kebisingan yang ada pada Housewares Furniture Indonesia sendiri tergolong bising sedang, karena walaupun jauh dari jalan raya, suara mesin yang beroperasi cukup membuat ruangan sedikit bising. Tetapi walaupun dengan ruangan yang sedikit bising, komunikasi karyawan tetap berjalan lancar.

xc 4) Keamanan kerja

Pemberian fasilitas keamanan kerja merupakan bentuk dari penghargaan yang diberikan perusahaan terhadap karyawan. Keamanan kerja berhubungan dengan keselamatan kerja. Menurut Wulfram I. Ervianto (2005: 195) menyatakan pendapatnya bahwa ”Keselamatan kerja adalah suatu keadaan dalam lingkungan atau tempat kerja yang dapat menjamin secara maksimal keselamatan orang-orang yang berada atau di tempat tersebut”. Keamanan kerja bertujuan menghindarkan karyawan dari kecelakaan kerja, karena kecelakaan kerja dapat merugikan perusahaan.

Keamanan kerja di Housewares Furniture Indonesia sendiri sangat bagus, hal ini ditunjukkan dengan penyediaan alat pemadam kebakaran, tanda bahaya, pakaian kerja, maupun keamanan barang-barang bawaan karyawan terjaga dengan baik karena selama ini belum pernah terjadi laporan kehilangan dari para karyawan.

Berdasarkan pengamatan yang telah dilakukan oleh peneliti, ternyata terdapat kesesuaian antara toeri dengan kenyataan yang ada di Housewares Furniture Indonesia.

2. Bagaimana faktor-faktor tersebut mempengaruhi kepuasan kerja karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia

a. Faktor materi pekerjaan

Penempatan karyawan sudah sesuai dengan keahlian, latar belakang, bakat, dan minat dari karyawan, sehingga pekerjaan dapat diselesaikan karyawan dengan lebih baik dan lancar, sehingga karyawan memperoleh kepuasan dalam bekerja. Dengan memperoleh kepuasan dalam bekerja para karyawan dapat menjalankan peran, tugas, tanggung jawab, maupun beban dari pekerjaan meskipun ada kesulitan, tapi kesulitan tersebut rata-rata bisa diatasi oleh para karyawan.

b. Faktor Pembayaran atau Upah

Pembayaran atau upah yang diterima karyawan dari perusahaan sudah memenuhi standar kelayakan hidup minimal sehari-hari. Upah yang diterima

xci

pun disesuaikan maupun dipertimbangkan dari lama masa kerja, tenaga yang dikeluarkan dalam melaksanakan aktivitas pekerjaan di perusahaan. Dari faktor kesesuaian tersebut karyawan merasa dihargai atas jerih payah yang dikeluarkan sehingga karyawan memperoleh kepuasan dalam melaksanakan pekerjaan.

c. Faktor kesempatan Promosi

Kesempatan promosi yang ditawarkan oleh perusahaan kepada karyawan selama ini merupakan kesempatan yang dinanti-nanti oleh para karyawan, dengan kesempatan promosi kemampuan yang dimilikinya berkembang dengan lebih baik, yang mana semula di posisi yang lebih rendah dengan adanya promosi bisa menduduki posisi yang lebih tinggi. Kesempatan promosi yang diberikan perusahaan berdasarkan pertimbangan-pertimbangan yang dilihat dari lama masa kerja dan tingkat pendidikan para karyawan. Karyawan yang memiliki masa kerja yang cukup lama akan mendapat kesempatan promosi dari perusahaan dan karyawan yang memiliki tingkat pendidikan yang tinggi juga mendapatkan kesempatan promosi untuk menduduki jabatan dalam perusahaan. Dari pertimbangan-pertimbangan tersebut dirasakan karyawan sudah memenuhi tingkat keadilan dalam pelaksanaan promosi, dengan tingkat keadilan tersebut karyawan dapat memperoleh tingkat kepuasan dalam melaksanakan aktivitas pekerjaan

d. Faktor Pengawasan

Pengawasan yang dilaksanakan perusahaan terhadap aktivitas pekerjaan karyawan merupakan kewajiban atasan untuk menghindari penyelewengan- penyelewengan dari pekerjaan yang dilaksanakan para karyawan. Pengaruh dari pengawasan atasan terhadap aktivitas pekerjaan dirasakan sangat besar karena bisa menjadikan karyawan termotivasi untuk dapat melaksanakan pekerjaan. dan pengawasan yang sesuai dengan kondisi karyawan bisa menimbulkan karyawan memperoleh kepuasan dalam bekerja.

e. Faktor Kondisi Kerja

Kondisi kerja yang menunjang dan mendukung dari segi penerangan, suhu udara yang sejuk, tingkat kebisingan yang rendah, keamanan kerja, dan keamanan barang-barang yang dimiliki karyawan menjadikan para karyawan

xcii

dapat melaksanakan aktivitas pekerjaan dengan lebih baik dan menimbulkan para karyawan mendapatkan kepuasan dalam bekerja di perusahaan.

3. Gejala timbulnya ketidakpuasan kerja karyawan bagian produksi pada Housewares Furniture Indonesia

Apabila seorang pemimpin perusahaan berbicara masalah kepuasan kerja, maka pimpinan perusahaan tersebut tidak bisa lepas dari masalah ketidakpuasan kerja. Dengan mengetahui gejala-gejala ketidakpuasan kerja dari karyawan maka seorang pemimpin akan dapat mencari jalan agar ketidakpuasan kerja bisa diminimumkan sehingga kepuasan kerja akan dapat ditingkatkan.

Menurut Ashar Sunyoto Munandar (2006:366-367) ketidakpuasan karyawan dapat diungkapkan ke dalam berbagai macam cara, misalnya : a) Keluar (Exit). Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan

meninggalkan pekerjaan, termasuk mencari pekerjaan baru.

b) Menyuarakan (Voice). Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui usaha aktif dan konstruktif untuk memperbaiki kondisi, termasuk memberikan saran perbaikan, mendiskusikan masalah dengan atasannya. c) Mengabaikan (Neglect). Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan melalui

sikap membiarkan keadaan menjadi lebih buruk, termasuk misalnya sering absen, atau datang terlambat, upaya berkurang, kesalahan yang dibuat semakin banyak.

d) Kesetiaan (Loyalty). Ketidakpuasan kerja yang diungkapkan dengan menunggu secara pasif sampai kondisinya menjadi lebih baik, termasuk membela perusahaan terhadap kritik dari luar dan percaya bahwa organisasi dan manajemen akan melakukan hal yang tepat untuk memperbaiki kondisi.

Pada dasarnya bekerja pada Housewares Furniture Indonnesia ini para karyawan merasakan adanya kenyamanan dalam bekerja, selama ini yang terjadi pada proses bekerja di perusahaan Housewares Furniture Indonesia adalah suatu pekerjaan yang menuntut ketelitian, keuletan, kesabaran dari para karyawannya akan tetapi walaupun mendapat tuntutan yang dalam hal ini dapat dikatakan sebagai kewajiban yang harus dilakukan oleh para karyawan akan tetapi dari pihak perusahaan sendiri mampu memberikan hak-hak dari para karyawan dengan cukup baik diantaranya pemberian upah yang sesuai dengan

xciii

pengorbanan para karyawan, fasilitas-fasilitas perusahaan yang digunakan oleh karyawan sebagaimana mestinya dengan catatan bisa bertanggung jawab jika terjadi kerusakan, maupun pemberian tunjangan-tunjangan terhadap diri pribadi karyawan maupun bagi keluarga karyawan. Selain itu keamanan yang terjamin juga mampu memberikan kenyamanan para karyawan dalam bekerja.

Beban kerja yang dirasakan para karyawan cukup berat akan tetapi diimbangi dengan pemberian hak-hak dari para karyawan menimbulkan kenyamanan tersendiri bagi karyawan dalam bekerja, walaupun terkadang mereka juga merasakan kepenatan dalam bekerja. Apabila terjadi kepenatan dalam bekerja, dan apabila memang situasi dan kondisi sangat memungkinkan maka biasanya perusahaan akan mengadakan rekreasi bersama untuk mengurangi kepenatan tersebut.

Jika terjadi kekurangpuasan dalam bekerja, para karyawan mengungkapkannya dengan cara mereka memberikan saran dan masukan kepada perusahaan melalui prosedur-prosedur yang telah ada di perusahaan yaitu melalui HRD. Mereka memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun bagi perusahaan, terkadang mereka secara langsung dapat berkomunikasi dengan pimpinan perusahaan dan pada saat itulah mereka memanfaatkan pertemuan tersebut untuk berdiskusi tentang permasalahan- permasalahan mereka. Terkadang terbersit di benak mereka untuk pindah kerja akan tetapi keinginan mereka ini bukanlah disebabkan dari ketidakpuasan pada pekerjaan akan tetapi keinginan mereka untuk menambah mengembangkan kemampuan dan untuk menambah pengalaman kerja mereka. Dengan pertimbangan-pertimbangan yang ada para karyawan biasanya mengurungkan niatnya untuk pindah kerja, karena mereka berpikir apakah nantinya di perusahaan yang mereka tempati kelak mereka akan mendapatkan sesuatu yang lebih baik dari kondisi yang ada sekarang.

4. Usaha-usaha yang dilakukan Housewares Furniture Indonesia dalam usaha meningkatkan kepuasan kerja karyawan

Setiap perusahaan selalu berusaha untuk dapat mengembangkan kepuasan kerja karyawan semaksimal mungkin, dalam batas kemampuan perusahaan tersebut, dengan dana dan kemampuan yang terbatas perusahaan harus memilih suatu cara yang paling tepat untuk mengembangkan kepuasan kerja karyawan

xciv

semaksimal mungkin. Menurut Wexley &Yulk (1992) ”Ada beberapa pendekatan yang dapat digunakan untuk mengembangkan kepuasan kerja karyawan yaitu :

a) Pendekatan non directive counselling kadang-kadang efektif untuk menangani pekerja secara individual yang merasa kesal terhadap sesuatu, penting kiranya untuk menemukan apakah pekerja tidak puas dengan beberapa aspek pekerjaan atau masalah pribadi yang tidak berhubungan langsung dengan pekerjaan.

b) menghindarkan pekerja tetap mempertahankan diri, serta memungkinkan baginya untuk menurunkan ketegangan dengan membicarakan masalahnya dan memperkaya penghargaan diri dengan memberikan kesempatan kepadanya mengembangkan penyembuhan dirinya, namun bila masalahnya menyangkut pekerja yang lain maka pemecahannya pekerja seharusnya diserahkan kepada konselor profesional.

c) Pendekatan mengadakan perubahan-perubahan dalam kondisi kerja, pengawasan, kompensasi, atau rancangan pekerjaan yang tentunya tergantung pada faktor pekerjaan mana yang menjadi penyebab ketidakpuasan kerja.

d) Pendekatan memindahkan pekerja ke pekerjaan yang lain untuk mendapatkan pasangan yang lebih baik antar karakteristik pekerja dengan karakteristik pekerjaannya.

e) Pendekatan untuk mengubah persepsi atau harapan dari pekerja yang tidak puas, pendekatan ini cocok bila para pekerja memiliki kesalahan konsepsi yang didasarkan pada informasi yang tidak memadai atau tidak benar.

Sesuai dengan observasi peneliti, dalam hal ini usaha yang dilakukan perusahaan untuk mengembangkan kepuasan kerja karyawan adalah dengan pendekatan tidak langsung, non directive approach, perubahan, dan dengan pendekatan pengubahan persepsi yang salah dari para karyawan. Pendekatan tidak langsung dilakukan dengan cara perusahaan mengadakan tatap muka langsung antara pimpinan perusahaan dengan para karyawan. Dalam pertemuan tersebut dibicarakan keluhan-keluhan yang mereka rasakan selama bekerja di perusahaan untuk selanjutnya dapat ditindak lanjuti oleh pihak yang berwenang di perusahaan. Non directive approach dilakukan dengan pemberian solusi atas masalah yang dihadapi karyawan. Perubahan hanya berlaku pada faktor upah yang disesuaikan dengan UMK yang berlaku. Sedangkan pendekatan pengubahan persepsi dilakukan dengan jalan jika ada kesalahan informasi yang sampai kepada karyawan yang biasanya terjadi

xcv

karena human error, karena terkadang informasi perusahaan hanya disampaikan melalui mulut ke mulut maka akan disampaikan informasi yang sebenarnya melalui informasi tertulis.

xcvi BAB V

Dokumen terkait