• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Landasan Teori

2.2.6. Tenaga Kerja

2.2.6.1. Pengertian Penduduk

Definisi penduduk menurut ( Anonim, 1997 : 11 ), adalah sejumlah orang yang mendiami suatu tempat atau wilayah tertentu. Dalam hal ini penduduk adalah manusia yaitu yang memgang peranan penting dalam

kegiatan ekonomi karena penduduk merupakan tenaga kerja, tenaga ahli, pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan. Berikut ini beberapa factor yang mempengaruhi factor penduduk dalam pembangunan, yaitu :

1. Jumlah penduduk

Jumlah penduduk yang samgat besar, apabila dapat dibina dan dikerahkan sebagai tenaga kerja yang efektif akan merupakan modal pembangunan yang besar dan sangat menguntungkan bagi usaha pembangunan di segala bidang. Jika tidak demikian, maka akan timbul pengangguran dan problem social yang dapat melemahkan ketahanan social.

2. Komposisi Penduduk

Komposisi penduduk adalah susunan penduduk berdasarkan suatu pendekatan tertentu. Masalah-masalah yang muncul dari komposisi penduduk yang tidak seimbang jika tidak teratasi maka akan timbul kegoncangan social.

3. Persebaran penduduk

Persebaran penduduk yang ideal adalah persebaran yang sekaligus dapat memenuhi persyaratan kesejahteraan dan keamanan yaitu persebaran dan proporsional.

4. Kualitas Penduduk

Faktor yang mempengaruhi kualitas penduduk ialah factor fisik meliputi kesehatan gizi dan kebugaran sedangkan factor non fisik meliputi mentalitas dan intelektualitas.

Jadi, penduduk adalah sejumlah orang yang mendiami suatu tempat atau wilayah tertentu. Dalam hal ini manusia yaitu yang memegang peranan penting dalam kegiatan ekonomi. ( Anonim, 1997 : 11 ),

2.2.5.2. Pengertian Tenaga Kerja

Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggp bekerja. Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. (Sumarsono, 2003 : 5).

Tenaga kerja (man power) adalah penduduk dalam usia kerja (16-64 tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu Negara yang dapat memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. (Subri, 2003:57).

Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir (pencari kerja, bersekolah dan mengurus rumah tangga) walaupun sedang

tidak bekerja, mereka dianggap fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut bekerja. (Simanjuntak, 2001 : 2 ).

Dengan demikian dalam konteks ketenagakerjaan, penduduk dipilah-pilah menurut angkatan kerja yaitu sebagai berikut :

Gambar 1 : Komposisi Penduduk, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja

Tenaga Kerja (berusia ≥ 10 tahun)

Angkatan Kerja : • Pekerja

• Pengangguran

Bukan Tenaga Kerja (berusia < 10 tahun)

Bukan Angkatan Kerja : • Pelajar

• Pengurus rumah tangga • Penerima pendapatan lain Penduduk

Sumber : Dumairy, 1997. Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal 75.

Keterangan :

Gambar 1 diatas menunjukkan bahwa tenaga kerja ( man power ) dipilah menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja dibedakan pula menjadi dua sebab, yaitu :

1. Pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan memang sedang bekerja, serta orang-orang yang mempunyai pekerjaan namun untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja

2. Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan, lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari pekerjaan.

Sedangkan tenaga kerja yang bukan angkatan kerja dibedakan menjadi beberapa kelompok, yaitu penduduk dalam usia kerja yang sedang bersekolah, mengurus rumah tangga (tanpa mendapat upah), serta penerimaan pendapatan lain. ( Dumairy, 1997 : 75 ).

Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja

2.2.6.3. Pengertian Angkatan Kerja

Menurut ( Dumairy, 1997: 75 ).ngkatan kerja adalah bagian penduduk yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini menunjukkan kepada tiga hal, yaitu :

a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat dan tidak mempunyai cacat mental.

b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak memiliki kelainan untuk melakukan pekerjaan normal.

c. Mampu Yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia untuk memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti orang yang bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas kemauannya sendiri mencari pekerjaan.

Menurut Irawan dan Suparmoko(1999 : 67), angkatan kerja adalah penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku. Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh.

Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari pekerjaan.

2.2.6.4. Pengertian Bukan Angkatan Kerja

Menurut Dumairy (1997 : 75). Bukan Angkatan kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia yang tidak bekerja, tidak mempunyai pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan.

Menurut Soemarsono (2003 : 116). Bukan Angkatan kerja adalah bagian dari tenaga kerja yang tidak bekerja atau sedang mencari pekerjaan.

Kelompok ini merupakan bagian dari tenag kerja yang sebenarnya tidak terlibat, tidak berusaha terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu memproduksi barang dan jasa. Terdiri dari :

1. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatanya hanya sekolah 2. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus

rumah tangga tanpa memperoleh upah

3. Golongan yang menerima pendapatan, yaitu mereka yang tidak melakukan suatu kegiatan ekonomi, tapi memperoleh pendapatan seperti tunjangan pension, lanjut usia, cacat. ( Simanjuntak, 2001 : 6 ).

2.2.6.5. Permintaan Tenaga Kerja

Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian kerja bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan dengan kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam permintaan ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku dalam masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan. (Suroto, 1992 : 21).

Suatu perusahaan dalam membeli atau menggunakan tenaga kerja tidak dapat menentukan tingkat upah tenaga kerja, melainkan hanya akan mengikuti upah, pada umumnya yang berlaku di pasar tenaga kerja. Misalnya

tingkat upah tenaga kerja itu setinggi W, maka jumlah tenaga kerja yang akan digunakan oleh perusahaan agar jumlah laba yang didapatnya maksimum adalan sebanyak N*, yaitu ditentukan oleh perpotongan antara kurva VMPN dan kurva w* W*. Jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak sebanyak N1, karena N1 terlihat bahwa tingkat upah merupakan biaya atau pengorbanan yang harus dibayar oleh perusahaan lebih tinggi daripada manfaat dalam bentuk nilai produksi yang disumbangkan terakhir.

Dengan demikian hal ini tidak menguntungkan bagi perusahaan. Sebaliknya bila jumlah tenaga kerja yang dipakai hanya sebanyak N2, ini berarti bahwa nilai produksi marginal lebih tinggi daripada tingkat upah yang harus dibayar perusahaan, artinya perusahaan mendapat manfaat yang lebih tinggi daripada korban yang harus dipikulnya dengan sendirinya perusahaan akan terdorong untuk menambah tenaga kerja lebih banyak lagi. Kedudukan keseimbangan tercapai pada posisi jumlah tenaga kerja N*

Gambar 2 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja W

w* W*

VMPN

0 N N* N1

Sumber : Suparmoko. M, 2000, Pengantar Ekonomika Makro, Penerbit BPFE, UGM, yokyakarta, hal 161

2.2.6.6. Penawaran Tenaga Kerja

Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum dihubungkan dengan factor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga kerja sudah ikut dipertimbangkan factor upahnya. Dalam hal ini pencari kerja bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan tenaganya apabila kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu.

Misalnya dengan menggunakan teknologi tertentu, seseorang pengusaha mungkin membutuhkan 500 orang tenaga kerjanya. Akan tepai karena upah yang dituntut terlalu tinggi, mungkin ia hanya mampu mempekerjakan atau meminta 400 orang saja, sedangkan yang lainnya ditunda dahulu atau dibatalkan, karena kebutuhan tenaga kerja merupakan permintaan

potensial. Dari uraian diatas menjadi jelas, bahwa persediaan tenaga kerja merupakan penawaran potensial ( Suroto, 1992 : 22 ).

Penawaran tenaga kerja yang datangnya dari pemilik tenaga atau katakanlah buruh. Mereka ini mencari pekerjaan untuk mendapatkan penghasilan dengan cara menjual tenaga mereka atau pada saat mereka mencari pekerjaan dikatakan bahwa mereka menawarkan tenaga kerja mereka. Pada saat tingkat upah tinggi, akan sedikit jumlah tenaga kerja yang ditawarkan, sedangkan pada tingkat upah rendah, akan banyak tenaga kerja yang ditawarkan. Pada tingkat upah W1, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan lebih banyak yaitu sebanyak N2. Pada tingkat upah W2, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan lebih sedikit yaitu sebanyak N

Gambar 3 : Kurva Penawaran Tenaga Kerja W NS

W 2

W1

0

N1 N2

N

Sumber : Suparmoko. M, 2000, Pengantar Ekonomika Makro, Penerbit BPFE, UGM, Yokyakarta, hal 163.

Dokumen terkait