serta hidayah-Nya yang telah dilimpahkan sehinga penulis bisa menyelesaikan skripsi ini. Penyusunan skripsi ini merupakan salah satu kewajiban mahasiswa untuk memenuhi tugas dan syarat akhir akademis di Perguruan Tinggi Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur Fakultas Ekonomi khususnya Jurusan Ekonomi Pembangunan. Dalam penulisan skripsi ini penulis mengambil
judul “ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
TINGKAT PENGAGURAN DI KABUPATEN JOMBANG)”.
Peneliti menyadari sepenuhnya bahwa didalam penyusunan skripsi ini masih banyak kekurangannya. Hal ini disebabkan karena masih terbatasnya kemampuan dan pengetahuan yang ada. Walaupun demikian berkat bantuan dan bimbingan yang diterima Drs. Ec. Marseto, Msi Selaku Dosen Pembimbing yang dengan penuh kesabaran telah mengarahkan dari awal untuk memberikan bimbingan kepada peneliti, sehingga skripsi ini dapat tersusun dan terselesaikan dengan baik.
Atas terselesainya skripsi ini, penulis menyampaikan rasa hormat dan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. Dr. Ir. Teguh Soedarto, MP selaku Rektor Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
2. Bapak Dr. Dhani Ichsanuddin Nur, MM, selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “ Veteran” Jawa Timur.
4. Bapak M. Rofik Dimjatie DRS. EC. MM, selaku Dosen Wali Fakultas Ekonomi Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN“ Jawa Timur.
5. Bapak DRS. Ec.Marseto .Msi selaku Dosen Pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberikan bimbingan dan masukan-masukan yang berarti bagi penulis.
6. Segenap staf pengajar dan staf kantor Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Jawa Timur. Yang telah dengan ikhlas memberikan ilmu dan pelayanan akademik bagi penulis dan semua mahasiswa UPN.
7. Segenap keluarga khususnya Kedua orang tua tercinta yang telah sabar mendidik dan membesarkan dengan penuh kasih sayang baik moral, material, maupun spiritual.
Akhir kata yang dapat terucapkan semoga penyusunan skripsi ini dapat berguna bagi pembaca dan pihak-pihak lain yang membutuhkan, semoga Allah SWT memberikan balasan setimpal.
Wassallamualaikum Wr.Wb
Surabaya,MEI 2010
Penulis
DAFTAR ISI ……….. iii
DAFTAR TABEL ……… vii
DAFTAR GAMBAR ……… viii
DAFTAR LAMPIRAN……….. ix
ABSTRAKSI ………. x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… 1
1.2. Perumasan Masalah………. 5
1.3. Tujuan Penelitian……… 6
1.4. Manfaat Penelitian……….. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu……….……….... 8
2.2. Landasan Teori……….……….. 12
2.2.1. Pengangguran…….……….……… 12
2.2.1.1. Pengertian Pengagguran…..………... 12
2.2.1.2. Jenis-jenis Pengangguran………. 14
2.2.1.3. Pengaruh Pengangguran.……….... 16
2.2.2. Inflasi…….………... 17
2.2.2.1. Pengertian Inflasi……….….... 17
2.2.2.2. Pembagian Inflasi………....…. 19
2.2.2.6. Cara Mengatasi Inflasi………. 23
2.2.3. Pertumbuhan Ekonomi………….…...……... 25
2.2.3.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonom…… 25
2.2.3.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi... 25
2.2.3.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi……….. 26
2.2.3.4. Pengukuran Pertumbuhan Ekonmi…. . 29
2.2.4. Kurs Valuta Asing……….………..……….….. 29
2.2.4.1. Pengertian Kurs Valuta Asing………. 29
2.2.4.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing……… 29
2.2.4.3. Sistem Penetapan Kurs Valuta Asing.. 33
2.2.5. Produksi………..…… 34
2.2.5.1. Pengertian Produksi……….. 34
2.2.5.2. Sistem Produksi…….……….….. 34
2.2.5.3. Proses Produksi………….……… 35
2.2.5.4. Jenis Proses Produksi………... 36
2.2.6. Tenaga Kerja………..…… 37
2.2.6.1. Pengertian Penduduk……….. 37
2.2.6.2. Pengertian Tenaga Kerja……… 38
2.2.6.6. Penawaran Tenaga Kerja……….. 44
2.2.7. Pengertian Investasi……….. 46
2.2.7.1. Teori Investasi………. 47
2.2.7.2. Macam-macam Investasi……… 49
2.2.7.3. Faktor-faktor Yang Menentukan Investasi……… 51
2.3. Kerangka Pikir……… 53
2.4. Hipotesis………....…………. 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...…... 57
3.2. Tehnik Penentuan Sampel……….... 58
3.3. Tehnik Pengumpulan Data………... 59
3.3.1. Jenis Data……… 59
3.3.2. Sumber Data………. 59
3.4. Tehnik Pengumpulan Data...……...…………... 59
3.5. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis……… 60
3.5.1. Teknik Analisis………..………... 60
3.5.2. Uji Hipotesis………... 61
3.6. Pendekatan Asumsi BLUE (Best Linier Unbiased Estimator)……..………. 65
4.2. Deskripsi Hasil Penelitian... 70
4.2.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran... 70
4.2.2. Perkembangan Tingkat Inflasi... 72
4.2.3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonmi... 74
4.2.4. Perkembangan Kurs Valas... 76
4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik BLUE... 78
4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis... 82
4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan... 83
4.3.3. Pembahasan... 84
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1. Kesimpulan... 86
5.2. Saran... 88 DAFTAR PUSTAKA
Tabel 1. Perkembangan tingkat pengangguran di Kabupaten Jombang… 71
Tabel 2. Perkembangan inflasi di Kabupaten Jombang…………... 73
Tabel 3. Perkembangan pertumbuhan ekonomi di Kabupaten Jombang………... 75
Tabel 4. Perkembangan Kurs Valas………... 77
Tabel 5. Tes Multikolinier ... 81
Tabel 6. Analisis varian (anova)………... 81
Tabel 7.hasil analisis variabel inflasi (X1) pertumbuhan ekonomi (X2) dan nilai tukar rupiah (X3) terhadap tingkat pengangguran di kabupaten Jombang………... 83
Tabel 8. Hasil koefisien varibel independen... 83
Gambar 1. Komposisi penduduk, Angkatan kerja,
dan bukan angkatan kerja... 39
Gambar 2. Kurva permintaan tenaga kerja………..………... 44
Gambar 3. Kurva penawaran tenaga kerja... 45
Gambar 4. Paradikma inflasi, pertumbuhan ekonomi dan fluktusi nilai rupiah terhadap tingkat pengangguran ... 56
Gambar 5. Kurva distribusi F... 63
Gambar 6. Kurva distribusi t... 64
Gambar 7. Statistik Durbin Watson... 68
Gambar 8. Kurva statistik Durbin Watson………... 79 Gambar 9. Distribusi Kriteria Penerimaan/Penolakan hipotesis…..
Gambar 10. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial
Inflasi (X1) terhadap Tingkat Pengaguran (Y)…….. Gambar 11.Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial
Faktor Pertumbuhan Ekonomi(X2) Terhadap Tingkat Pengangguran (Y)……… Gambar12. Kurva Distribusi Hasil Analisis secara Parsial
Fluktuasi nilai rupiah(X3) Terhadap
Tingkat Pengangguran (Y)……….
ix Lampiran
1. Data Dari Tahun Ke Tahun 2. Regression
3. Tabel Uji F 4. Tabel Uji T
x ABSTRAKSI
Di negara yang sedang berkembang seperti negara kita ini yang sebagian besar masyarakatnya hidup dalam kemiskinan maka perlu adanya perbaikan hidup agar masyarakat menjadi lebih giat dalam membangun bangsanya agar pembangunan dapat lebih cepat dan lancar agar dapat mengejar ketinggalan dari masyarakat di negara lain yang lebih maju.
Berdasarkan hasil analisis yang telah diuraikan pada bab IV , maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : (1) setelah di lakukan uji statistik untuk mengetahui pengaruh secara simultan antara variabel bebas inflansi (X1),Pertumbuhan ekonomi (X2), dan kurs valuta asing (X3), dan terhadap variabel terikatnya tingkat pengaguran (Y) di peroleh F hitung = 5,390 > F tabel =4,35 maka Ho ditolak dan Hi diterima, yang berarti bahwa secara keseluruhan faktor-faktor variabel bebas berpengaruh secara simultan dan nyata terhadap tingkat pengangguran . (2) Pengujian secara parsial atau individu inflansi (X1) Tingkat pengangguran (Y) diketahui hasil perhitungan secara parsial di peroleh t hitung = 3,134> t tabel = 2,365, maka Ho ditolak dan Hi diterima pada level signifikan 5% sehingga secara parsial inflansi (X1) berpengaruh secara nyata dan positif terhadap Tingkat Pengangguran (Y). Hal ini disebabkan karena inflasi yang tinggi maka daya beli masyarakat akan menurun dan produksi barang jasa yang dihasilkan juga akan menurun sehingga banyak perusahaan yang tidak bisa melanjutkan usahanya/gulung tikar yang menyebabkan tingkat pengangguran akan semakin banyak. Pengujian secara parsial atau individu pertumbuhan ekonomi (X2) terhadap tingkat pengangguran (Y).diketahui hasil perhitungan secara parsial diperoleh t. Nilau r2 parsial untuk kurs valuta asing sebesar 0,395 yang artinya kurs valuta asing (X3)secara parsial mampu menjelaskan variabel terikat tingkat pengangguran (Y) sebesar 39,5%, sedangkan sisanya 60,5% tidak mampu dijelaskan oleh variabel tersebut. Kemudian untuk mengetahui mana yang berpengaruh paling dominan tiga variabel bebas terhadap tingkat pengangguran di kabupaten jombang : inflansi(X1),Pertumbuhan ekonomi (X2), dan kurs valuta asing (X3) dapat diketahui dengan melihat koefisien determinasi parsialyang paling besar, dimna dalam perhitungan ditunjukkan oleh variabel pertumbuhan ekonomi dengan koefisien determinasi parsial (r2)sebesar 0,660 atau sebesar 66%.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……… i
DAFTAR ISI ……….. iii
DAFTAR TABEL……….. vii
DAFTAR GAMBAR……….. viii
DAFTAR LAMPIRAN……….. ix
ABSTRAKSI……… x
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang……… 1
1.2. Perumasan Masalah………. 5
1.3. Tujuan Penelitian……… 6
1.4. Manfaat Penelitian……….. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Hasil Penelitian Terdahulu……….……….... 8
2.2. Landasan Teori……….……….. 12
2.2.1. Pengangguran…….……….……… 12
2.2.1.1. Pengertian Pengagguran…..………... 12
2.2.1.2. Jenis-jenis Pengangguran………. 14
2.2.1.3. Pengaruh Pengangguran.……….... 16
2.2.2. Inflasi…….………... 17
2.2.2.1. Pengertian Inflasi……….….... 17
2.2.2.3. Pengaruh inflasi……… 20
2.2.2.4. Teori Inflasi……….. 21
2.2.2.5. Faktor Yang Menimbulkan Inflasi….. 22
2.2.2.6. Cara Mengatasi Inflasi………. 23
2.2.3. Pertumbuhan Ekonomi………….…...……... 25
2.2.3.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonom…… 25
2.2.3.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi... 25
2.2.3.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi……….. 26
2.2.3.4. Pengukuran Pertumbuhan Ekonmi…. . 29
2.2.4. Kurs Valuta Asing……….………..……….….. 29
2.2.4.1. Pengertian Kurs Valuta Asing………. 29
2.2.4.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing……… 29
2.2.4.3. Sistem Penetapan Kurs Valuta Asing.. 33
2.2.5. Produksi………..…… 34
2.2.5.1. Pengertian Produksi……….. 34
2.2.5.2. Sistem Produksi…….……….….. 34
2.2.5.3. Proses Produksi………….……… 35
2.2.5.4. Jenis Proses Produksi………... 36
2.2.6. Tenaga Kerja………..…… 37
2.2.6.1. Pengertian Penduduk……….. 37
2.2.6.3. Pengertian Angkatan Kerja……….… 40
2.2.6.4. Pengertian Bukan Angkatan Kerja... 42
2.2.6.5. Permintaan Tenaga Kerja………. 42
2.2.6.6. Penawaran Tenaga Kerja……….. 44
2.2.7. Pengertian Investasi……….. 46
2.2.7.1. Teori Investasi………. 47
2.2.7.2. Macam-macam Investasi……… 49
2.2.7.3. Faktor-faktor Yang Menentukan Investasi……… 51
2.3. Kerangka Pikir……… 53
2.4. Hipotesis………....…………. 56
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel...…... 57
3.2. Tehnik Penentuan Sampel……….... 58
3.3. Tehnik Pengumpulan Data………... 59
3.3.1. Jenis Data……… 59
3.3.2. Sumber Data………. 59
3.4. Tehnik Pengumpulan Data...……...…………... 59
3.5. Teknik Analisis Dan Uji Hipotesis……… 60
3.5.1. Teknik Analisis………..………... 60
3.5.2. Uji Hipotesis………... 61
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Obyek
4.1.1. Gambaran Umum Wilayah Jombang………… 4.2. Deskripsi Hasil Penelitian
4.2.1. Perkembangan Tingkat Pengangguran……… 4.2.2. Perkembangan Tingkat Inflasi……… 4.2.3. Perkembangan Pertumbuhan Ekonomi…….. 4.2.4. Perkembangan Kurs Valas………. 4.3. Hasil Analisis Asumsi Regresi Klasik
4.3.1. Analisis Dan Pengujian Hipotesis………….. 4.3.2. Uji Hipotesis Secara Simultan……….
4.3.3. Pembahasan………..
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan……….. 5.2. Saran………..
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang
Dinegara yang sedang berkembang seperti Negara kita ini yang sebagian besar masyarakatnya hidup dalam kemiskinan maka perlu adanya perbaikan hidup agar masyarakat menjadi lebih giat dalam membangun bangsanya agar pembangunan dapat lebih cepat dan lancar agar dapat mengejar ketinggalan dari masyarakat di Negara lain yang lebih maju
Rendahnya taraf hidup masyarakat di suatu negara termasuk Indonesia sebagai salah satu negara berkembang adalah penggunaan tenaga kerja yang tidak sesuai dan tidak efisien dibanding negara maju. ini terwujud dengan semakin meningkatnya pengangguran dari tahun ke tahun dalam bentuk pengangguran semu (under employment) yang ditujukkan oleh orang pedesaan dan perkotaan yang bekerja baik (harian, mingguan atau musiman). Pengangguran semu ini juga termasuk mereka yang bekerja secara penuh (full time) tapi produktifitasnya rendah sedangkan pengangguran terbuka (open employment). Orang yang mampu dan sangat ingin bekerja tetapi tidak ada pekerjaan yang tersedia. Masalah pengangguran ini tidak lepas dari masalah ekonomi lainnya sepeti inflasi, pertumbuhan ekonomi dan fluktuasi nilai rupiah (Lincolin arsyat, 1997;9)
menjadi tambah tinggi dengan jumlah anggota keluarga bertambah lebih besar menyebabkan pertambahan penduduk yang tidak seimbang (Suparmoko,1998;39) bertambahnya penduduk maka pendapatan perkapita akan berkurang kecuali bila pendapatan rill bertambah untuk mempertahankan kesempatan kerja penuh. masalah kependudukan merupakan masalah yang sangat serius diperhatikan karena pertambahan jumlah penduduk yang sangat tinggi di Indonesia sebagai salah satu negara sedang berkembang, pertambahan penduduk ini akan menimbulkan berbagai masalah dan hambatan bagi upaya-upaya pembanggunan yang dilakukan karena pertumbuhan penduduk yang tinggi tersebut akan menyebabkan cepatnya pertambahan jumlah tenaga kerja, sedangkan kemampuan Indonesia dalam menciptakan kesempatan kerja baru sangat terbatas akibatnya, dapat menimbulkan masalah-masalah seperti inflasi, menurunya pertumbuhan ekonomi dan turunya fluktuasi nilai rupiah, jumlah pengangguran yang semakin meningkat dari tahun ke tahun.
tingkat inflasi 650%. Inflasi yang sangat tinggi tersebut disebut hiper inflasi (hyper inflation). (Amri Amir,1995).
laju inflasi yang mencapai 15,65% (periode Januari-Oktober2006), bisa menjadi awal dari resesi perekonomian nasional. Sebab hal itu akan mendorong Bank Indonesia menaikkan suku bunga, sehingga kontraksi (pertumbuhan negatif) di sektor riil tak terhindarkan, dan akibat lebih jauh pengangguran akan membengkak (Suara Pembaruan,Oktober2006) Dengan tingginya harga (inflasi) maka untuk memenuhi permintaan tersebut produsen meningkatkan kapasitas produksinya dengan menambah tenaga kerja (tenaga kerja merupakan satu-satunya input yang dapat meningkatkan output). Akibat dari peningkatan permintaan tenaga kerja maka dengan naiknya harga-harga (inflasi) maka, pengangguran dapat berkurang. Dan di perkirakan tingkat inflasi pada 2009 berada pada level 7,6-8,0% lebih rendah dari realisasi inflasi selama tahun 2008 yaitu 11,06%. Perkiraan inflasi tersebut masih lebih tinggi dari target inflasi Bank Indonesia sebesar 4,5+1% dan asumsi makro APBN 2009 sebesar 6,2%
misalnya pertumbuhan ekonomi yang tinggi yang diikuti dengan meningkatnya jumlah penganggur. Padahal berdasarkan teori pertumbuhan ekonomi yang tinggi seharusnya menambah jumlah investasi-investasi baru yang gilirannya akan menyerap para penganggur. Pertumbuhan ekonomi Indonesia yang tumbuh hingga 6% sejak triwulan IV 2004 hingga triwulan I 2005, ternyata tidak mampu menekan pengangguran yang malah naik 10,3%. Menurut kajian indef pertumbuhan selama ini dinilai semu karena kesejahteraan masyarakat tidak semakin membaik, karena kontribusi penggerak ekonomi pada periode tersebut lebih disebabkan oleh berlangsungnya penurunan impor, sehingga ekspor bersih Indonesia seolah-olah membaik. Kondisi ini memudahkan bahwa terdapat sesuatu yang kurang tepat pada pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut. (Wijino, 2005 : 1 - 2 ).
Kurs valas merupakan nilai tukar mata uang asing yang biasanya di pakai dalam pertukaran atau perdagangan dengan mengunakan mata uang USD sejak tahun 1998 nilai tukar rupiah terhadap USD mengalami depfresiasi atau turunya mata uang. Pada tahun 2008 nilai tukar USD (1 USD = Rp.9.412,20) tetapi sejak tahun 2009 nilai tukar menjadi lebih tinggi Rp 10.337,40/USD dengan keadaan ini maka industri atau kegiatan usaha mangalami penurunan sehingga banyak meningkatnya pengangguran atau banyak terjadi PHK. Dan untuk Menghadapi PHK massal yang diperkirakan terjadi pada tahun depan, pemerintah juga akan mengeluarkan kebijakan ekonomi baru untuk meningkatkan daya beli masyarakat.
Pengangguran di kebupaten Jombang rata- rata pengangguran adalah 500 jiwa, rata-rata dalam 5 tahun dan di (BPS 2008;2)
1.2 Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang diatas tersebut, maka perumusan masalah adalah sebagai berikut :
1. Apakah inflasi, pertumbuhan ekonomi dan fluktuasi nilai rupiah mempengaruhi tingkat pengangguran di Kabupaten Jombang?
2. factor- factor apa yang mempunyai hubungan yang terbesar dengan pengangguran di Kabupaten Jombang?
1.3 Tujuan Penelitian
Sesuai dengan latar belakang dan perumusan masalah yang telah di kemukakan sebelumnya, maka perlu diketahui tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. Untuk mengetahui pengaruh inflasi,pertumbuhan ekonomi dan fluktuasi nilai rupia terhadap tingkat penganguran di Kabupaten Jombang
2. untuk mengetaui factor-faktor mana yang mempunyai hubungan yang paling besar terhadap penganguran di Kabupaten Jombang
1.4 Manfaat Penelitian
Adapun manfaat penelitian yang dapat diambil dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :
1. sebagai alat pengukur untuk mengutahui pengaruh-pengaruh terhadap tingkat pengangguran di Kabupaten Jombang
3. Sebagai bahan informasi bagi mehasiswa dan dosen pada kajian penelitian yang sama yang mungkin dapat mengembangkan variable-variable yang lain.
4. Dapat berguna untuk menambah pengalaman dan pengetahuan, serta dapat menetapkan teori-teori yang telah diperoleh di bangku kuliah.
5. Sebagai tambahan acuan akademis dan literature pengetahuan yang bersifat membangun di luar ruang lingkup akademis perkuliahan Ekonomi Pembangunan, sekaligus untuk koleksi perpustakaan Universitas Pembangunan Nasional “VETERAN” Jawa Timur.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Penelitian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis selain memperoleh informasi dari berbagai
literature perpustakaan dan instansi terkait, juga memperoleh informasi lain dari
penelitian sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut adalah sebagai berikut :
1. Noura (1995;x). Penelitian yang berjudul “Faktor-faktor yang mempengaruhi
tingkat pengangguran di jawa timur“. Disimpulkan bahwa hasil dari uji F
menunjukkan Fhitung=16,238>Ftabel 6,59. Berarti secara keseluruhan
factor-faktor variable bebas berpengaruh secara nyata dan simultan terhadap
variable terikat. Sedangkan hasil uji t menunjukkan variable Inflasi (X1)
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran dengan
nilai t hitung 3,268 > 2,776, Variabel Pertumbuhan Ekonomi (X2) memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran dengan nilai t
hitung 2,931 > 2,776 dan Variabel Kesempatan kerja (X3) tidak memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap tingkat pengangguran dengan nilai t
hitung 3,019 > 2,776.
2. Rahma Widiyati (2003;ix). Dengan judul penelitian “Analisis beberapa faktor
yang mempengaruhi tingkat pengangguran di indonesia“. Bahwa dari analisis
tersebut dapat disimpulkan nilai dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0.754
menunjukkan bahwa inflasi, pendapatan nasional dan kesempatan kerja
mampu menjelaskan tingkat pengangguran sebesar 75,4%. Disimpulkan
bahwa hasil dari uji F menunjukkan Fhitung = 11,219 > Ftabel 4,35. Berarti
secara keseluruhan factor-faktor variable bebas berpengaruh secara nyata dan
simultan terhadap variable terikat. Sedangkan hasil uji t menunjukkan
variable Inflasi (X1) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengangguran dengan nilai t hitung 5,055 > 2,365, Variabel Pendapatan
Nasional (X2) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengangguran dengan nilai t hitung -4,210 > -2,365 dan Variabel Kesempatan
kerja (X3) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengangguran dengan nilai t hitung 0,345 < 2,365.
3. wayan budiani (2007;2) dengan judul “Efektifitas program penanggulangan
karang taruna desa sumatra dan kota denpasar” bahwa pada tahun 2007
jumlah pencari kerja \ pengangguran di kecamatan ini adalah sebanyak
19,266 orang dari seluruh angkatan kerja sebanyak 57,019 orang.
Berdasarkan perhitungan hasil t hitung = 4,071 sedangkan t tabel dengan
tingkat kepercayaan 95% atau derajat bebas n-1 dan satu sisi diparoleh nilai t
tabel = 1,684 berdasarkan uji statiatik beda rata-rata berpasangan di ketaui
bahwa nilai t hitung lebih besar dibanding nilai t tabel (4,071>1,684)
4. Imron (2008;x). Dengan judul penelitian “Analisis beberapa faktor yang
mempengaruhi tingkat pengangguran di sidoarjo“. Bahwa dari analisis
tersebut dapat disimpulkan nilai dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0.718
menunjukkan bahwa jumlah industri, pertumbuhan ekonomi, inflasi dan
investasi mampu menjelaskan tingkat pengangguran sebesar 83,5%.
Disimpulkan bahwa hasil dari uji F menunjukkan Fhitung = 6,354 > Ftabel
3,48. Berarti secara keseluruhan factor-faktor variable bebas berpengaruh
secara nyata dan simultan terhadap variable terikat. Sedangkan hasil uji t
menunjukkan variable Jumlah Industri (X1) memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengangguran dengan nilai t hitung 3,090 > 2,228,
Variabel Pertumbuhan Ekonomi (X2) tidak memiliki pengaruh yang
signifikan terhadap tingkat pengangguran dengan nilai t hitung 1,471 <
-2,228, Variabel Inflasi (X3) memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
tingkat pengangguran dengan nilai t hitung -2,312 > -2,228 dan Variabel
Investasi (X4) tidak memiliki pengaruh yang signifikan terhadap tingkat
pengangguran dengan nilai t hitung -1,281 < -2,228.
5. Zaini (2004;ix). Dengan judul penelitian “Pengaruh faktor ekonomi terhadap
pengangguran di indonesia“. Bahwa dari analisis tersebut dapat disimpulkan
nilai dari koefisien determinasi (R2) sebesar 0.776 menunjukkan bahwa
inflasi, pertumbuhan ekonomi, kinerja sector pertanian dan kinerja sector
Disimpulkan bahwa hasil dari uji F menunjukkan Fhitung = 13,895 > Ftabel
3,59. Berarti secara keseluruhan factor-faktor variable bebas berpengaruh
secara nyata dan simultan terhadap variable terikat. Sedangkan hasil uji t
menunjukkan variable Inflasi (X1) tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat pengangguran dengan nilai t hitung 1,120 > 1,7459, Variabel
Pertumbuhan Ekonomi (X2) tidak memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat pengangguran dengan nilai t hitung -0,029 < 1,7459,
Variabel Kinerja Sektor Pertanian (X3) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat pengangguran dengan nilai t hitung 2,202 > 1,7459 dan
Variabel Kinerja Sektor Industri (X4) memiliki pengaruh yang signifikan
terhadap tingkat pengangguran dengan nilai t hitung 6,192 > 1,7459.
Jadi perbedaan penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu
dengan penelitian yang dilakukan sekarang terletak pada ukuran waktu,
tempat penelitian dan ruang lingkup yang di gunakan oleh penelitian.
Berdasarkan penelitian terdahulu seperti yang telah disebutkan diatas, yang
juga merupakan dasar acuan untuk penelitian kali ini dengan judul “analisis
beberapa faktor yang mempengaruhi tingkat pengangguran di kabupaten
jombang dengan variabel bebas yang digunakan dalam penelitian ini adalah
inflasi (X1), pertumbuhan ekonomi (X2), fluktuasi nilai rupiah (X3),
Sedangkan variabel terikat yang di gunakan dalam penelitian ini adalah
2.2. Landasan Teori
Landasan teori ini atau tinjauan pustaka ini dimaksudkan untuk
mengetahui dan menemukan dasar-dasar secara teoritis guna membantu
memecahkan permasalahan.
2.2.1. Pengangguran
2.2.1.1. Pengertian Pengangguran
Pengertian Pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi
sedang mencari pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru, atau
penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan
pekerjaan (discouraged workers) atau penduduk yang tidak mencari pekerjaan
karena sudah diterima bekerja atau mempunyai pekerjaan tetapi belum bekerja. (
Anonim , 2003 : 12 )
Tingkat Pengangguran adalah perbandingan jumlah pengangguran (orang
yang tidak bekerja sama sekali / sedang berusaha mencari pekerjaan) dengan
jumlah angkatan kerja.Apabila jumlah angkatan kerja mengalami kenaikan,
pertumbuhan ekonomi menurun dan upah rendah akan menyebabkan tingkat
pengangguran meningkat.
Menurut ( Mc Eachern 2000 : 66 ), luasnya pengangguran mencerminkan
baik buruknya perekonomian. Indeks yang dipakai adalah tingkat pengangguran
(penganggur) terhadap jumlah orang yang menawarkan tenaga kerjanya
(angkatan kerja) atau dirumuskan sebagai berikut :
Tingkat Pengangguran = Jumlah Penganggur x 100 % Jumlah Angkatan Kerja
Menurut ( Putong, 2003 : 264 ), Pengangguran atau orang-orang yang
menganggur adalah mereka yang tidak mempunyai pekerjaan dan sedang aktif
mencari pekerjaan.
Jadi, dari beberapa pengertian pengangguran diatas dapat disimpulkan
bahwa pengangguran adalah penduduk yang tidak bekerja tetapi sedang mencari
pekerjaan atau sedang mempersiapkan suatu usaha baru, atau penduduk yang
tidak mencari pekerjaan karena tidak mungkin mendapatkan pekerjaan dan
penduduk yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja.
Pengangguran merupakan masalah ketenagakerjaan yang di alami banyak
negara. Begitu seriusnya masalah ini sehingga dalam setiap rencana
pembangunan ekonomi masyarakat selalu dikatakan dengan tujuan menurunkan
angka pengangguran. Namun, kebijakan pemecahannya sudah tentu harus
2.2.1.2. Jenis - Jenis Pengangguran
perbedaan jenis-jenis pengangguran, menurut (Sukirno, 2004: 330
dalam Samuelson 2004 : 366 ) terdapat dua cara untuk menggolongkannya,
yaitu:
1. Jenis Pengangguran Berdasarkan Cirinya
a. Pengangguran Terbuka
Pengangguran ini tercipta sebagai akibat pertambahan lowongan
pekerjaan yang lebih rendah dari pertambahan tenaga kerja.
Pengangguran terbuka ini dapat pula wujud sebagai akibat dari
kegiatan ekonomi yang menurun dan kemajuan teknologi yang
mengurangi penggunaan tenaga kerja atau sebagai akibat dari
kemunduran perkembangan sesuatu industri.
b. Pengangguran Tersembunyi
Keadaan pengangguran yang tidak secara nyata dapat dilihat dan
berlaku pada kegiatan yang jumlah pekerjaan melebihi dari yang
diperlukan.
c. Pengangguran Bermusim
Pengangguran yang tidak berlaku sepanjang waktu tetapi hanya terjadi
ketika kegiatan ekonomi yang dijalankan sedang dalam keadaan tidak
d. Setengah Menganggur
Tenga kerja yang melakukan kerja-kerja atau jam kerja yang jauh lebih
rendah dari masa kerja yang lazim dilakukan dalam sehari atau
seminggu.
2. Jenis Pengangguran Berdasarkan Penyebabnya
a. Pengangguran Friksional
Terjadi karena adanya perpindahan orang-orang di satu daerah ke
daerah lain, dan dari satu jenis pekerjaan ke pekerjaan lain dan melalui
berbagai tingkat siklus kehidupan yang berbeda. Bahkan jika suatu
perekonomian berada pada tingkat dimana tidak ada pengangguran
(full employment), akan terjadi perputaran (turnover) karena adanya
orang-orang yang baru menyelesaikan studi dan mencari pekerjaan.
Atau, karena adanya perpindahan dari satu kota ke kota yang lain.
b. Pengangguran Sruktural
Pengangguran ini terjadi karena ketidaksesuaian antara penawaran dan
permintaan tenaga kerja. Ketidaksesuaian ini terjadi karena permintaan
atas satu jenis pekerjaan bertambah sementara permintaan atas
pekerjaan lain menurun dan penawaran tidak dapat melakukan
c. Pengangguran Siklis
Terjadi apabila permintaan tenaga kerja secara keseluruhan rendah.
Apabila total pembelanjaan dan output menurun maka pengangguran
akan meningkat dengan segera di segala bidang. Pengangguran ini
terjadi bila jumlah kesempatan kerja menurun sebagai akibat dari
terjadinya ketidakseimbangan antara penawaran agregat dan
permintaan agregat.
d. Pengangguran Teknologi
Pengangguran dapat pula ditimbulkan oleh adanya penggantian tenaga
manusia oleh mesin-mesin dan bahan kimia serta kemajuan teknologi
lainnya.
2.2.1.3. Pengaruh Pengangguran
Menurut ( Samuelson, 2004 : 363-364 ), ada dua factor dari pengaruh
pengangguran, antara lain :
1. Pengaruh Ekonomi
Ketika angka pengangguran meningkat, sebagai dampaknya ekonomi
membuang barang dan jasa yang sebenarnya dapat diproduksi oleh
pengangguran. Kerugian ekonomi selama periode tingginya pengangguran
adalah pembuangan terbesar yang didokumentasikan dalam perekonomian
2. Pengaruh Sosial
Biaya ekonomi dari pengangguran jelas besar, namun tidak ada jumlah dolar
yang dapat mengungkapkan secara tepat tentang korban psikologi dan
manusia pada periode panjang pengangguran involuntary yang terus-menerus.
Kondisi kesehatan memburuk dan harapan hidup menurun tajam.
2.2.2. Inflasi
2.2.2.1. Pengertian Inflasi
Di dalam teori ekonomi cukup banyak definisi atau pengertian
mengenai inflasi yang hingga kini belum diperoleh suatu definisi yang baku
yang disetujui oleh seluruh ahli ekonomi.
Definisi inflasi menurut beberapa penulis pada dasarnya sama yaitu
antara lain :
a. Inflasi adalah suatu kondisi, ketika tingkat harga (agregat) meningkat secara
terus-menerus dan mempengaruhi individu, dunia usaha dan pemerintah
(Puspopranoto, 2004 : 38).
b. Inflasi adalah kenaikan harga-harga umum barang secara terus-menerus pada
suatu periode tertentu. ( Nopirin, 2000 : 25 ).
c. Inflasi merupakan kondisi kenaikan harga barang dan jasa secara umum dan
terus-menerus. ( Suparmono, 2004 : 128 ).
d. Inflasi adalah kecenderungan dari harga-harga untuk menaikkan secara
saja tidak desebut inflasi, kecuali bila kenaikan tersebut meluas kepada
sebagian besar dari harga-harga yang lain.( Boediono, 2001 : 161 )
Beberapa pengertian yang patut digaris bawahi dalam definisi tersebut
adalah mencakup tiga aspek yaitu :
1. Adanya kecenderungan (tendency) harga-harga untuk meningkat, yang berarti
mungkin saja tingkat harga yang terjadi pada waktu tertentu naik
dubandingkan dengan sebelumnya.
2. Peningkatan harga tersebut berlangsung terus-menerus (sustained), yang
berarti peningkatan harga tersebut bukan hanya terjadi pada suatu waktu
tertentu atau sekali waktu saja, melainkan secara terus-menerus dalam jangka
waktu yang lama.
3. Mencakup pengertian tingkat harga umum (general level prices), yang
berarti tingkat harga yang meningkat itu bukan hanya pada satu atau beberapa
komoditi saja. ( Anonim, 2000 : 603 ).
2.2.2.2. Pembagian Inflasi
jenis inflasi menurut sifatnya (Noporin, 1994;174) inflasi dibagi
dalam tiga katagori yaitu:
1. Inflasi Menyerap (creeping inflation)
inflasi yang menyerap dapat ditandai dengan laju inflasi yang rendah
(kurang dari 10 persen setahun) kenaikan harga yang terjadi dalam jangka
2. Inflasi Menengah (galloping inflation)
inflasi menengah ditandai dengan kenikan harga yang cukup besar,
terjadi dalam waktu yang relatif pendek dan mempunyai sifat akselerasi.
Harga-harga pada minggu atau bulan yang lalu dan seterusnya. Efeknya
terhadap perekonomian lebih besar dari pada inflasi yang menyerap.
3. Inflasi Tinggi (hyper inflition)
merupakan inflasi yang paling serius atau parah akibatnya.
Harga-harga naik secara berlipat-lipat antara 5 sampai 6 kali. Akibatnya masyarakat
tidak lagi berkeinginan untuk menyimpan uang. Nilai uang merosot dengan
tajam sehingga ingin ditukarkan dengan barang. Perputaran uang makin cepat,
apabila pemerintah mengalami defisit anggaran belanja (misalnya negara
dalam keadaan perang) yang dibelanjakan atau ditutupi dengan mencetak
uang. Akibatnya volume jumlah uang beredar meningkat dan perputarannya
semakin cepat. Inflasi yang tinggi ini berada diatas 30 perse setahun.
2.2.2.3. Pengaruh Inflasi
Menurut Suparmono,(2004:138-139), ada dua pengaruh yang
memungkinkan timbulnya inflasi, antara lain :
1. Pengaruh Menguntungkan
- Bagi kelompok yang memiliki uang lebih, karena uang tersebut dapat
diinvestasikan pada asset tanah, rumah dan dialokasikan di pasar uang. Aset
bentuk asset lainnya sehingga pemilik asset akan mendapatkan keuntungan
dari nilai asset tersebut.
- Peminjam uang (debitur) akan diutangkan apabila terjadi inflasi, terlebih
apabila pinjamannya dalam jangka panjang.
- Pengusaha yang melakukan pembelian barang pada saat ini dan dijual di
waktu yang akan datang juga akan mengalami keuntungan karena harga beli
pada waktu yang lalu lebih murah daripada harga jualnya sekarang.
2. Pengaruh Merugikan
- Kelompok berpendapatan rendah akan mengalami penurunan daya beli
untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Uang yang dimiliki memiliki
penurunan daya beli sehingga secara riil pendapatan akan menurun seiring
kenaikan inflasi.
- Pemilik tabungan di bank juga akan mengalami kerugian apabila bunga
yang diterima dari tabungan tersebut lebih rendah daripada laju inflasi. Nilai
riil tabungan akan terus mengalami pengurangan seiring terjadinya inflasi.
2.2.2.4. Teori Inflasi
Secara garis besar ada tiga kelompok teori mengenai inflasi,
masing-masing menyoroti aspek-aspek tertentu dan bukan teori inflasi yang lengkap
yang mencakup semua aspek penting dari proses inflasi atau kenaikan harga.
pihak lain pendekatan Keynesian dan structural menekankan pada aspek
institusional, yaitu :
1. Teori Kuantitas
Adalah teori yang paling tua mengenai inflasi, inti dari teori ini adalah
sebagai berikut :
a. Inflasi hanya bisa terjadi kalau ada penambahan volume uang yang beredar
(apakah berupa penambahan uang kartal atau uang giral tidak menjadi soal). Bila
jumlah uang tidak ditambah, inflasi akan berhenti dengan sendirinya, apapun
sebab musabab awal dari kenaikan harga tersebut.
b. Laju inflasi ditentukan oleh laju pertambahan jumlah uang beredar dan oleh
harapan masyarakat mengenai kenaikan harga-harga di masa mendatang.
2. Teori Keynesian
Teori ini menyatakan bahwa inflasi terjadi karena masyarakat hidup
diluar batas kemampuan ekonominya. Teori ini juga menyoroti bagaimana
perebutan rezeki antar golongan masyarakat akan bisa menimbukan permintaan
agregat yang lebih besar daripada jumlah barang yang tersedia yaitu I>S.
3. Teori Strukturalis
Teori ini disebut juga teori jangka panjang adalah teori yang menyoroti
sebab-sebab inflasi yang berasal dari kekakuan struktur ekonomi, khususnya
ketegaran supply bahan makan dan barang-barang ekspor. Karena sebab-sebab
dengan pertumbuhan kebutuhannya, sehingga menaikkan harga bahan makanan
dan kalangan devisa. Akibat selanjutnya adalah kenaikan harga-harga barang
lain, sehingga terjadi inflasi yang relative berkepanjangan bila pembangunan
sector penghasilan bahan pangan dan industri barang ekspor tidak dibenahi atau
ditambah. ( Putong, 2003 : 261 ).
2.2.2.5. Faktor Yang Menimbulkan Inflasi
1. Inflasi Tarikan Permintaan ( Demand Pull Inflation )
inflasi ini bermula dari adanya kenaikan permintaan total (agregrat
demand), sedangkan produksi telah berada pada keadaan kesempatan kerja penuh
ataun hampir mendekati kesempatan kerja penuh. Kenaikan permintaan total
disamping menaikkan harga dapat juga menaikkan hasil produksi (output),
apabila kesempatan kerja penuh (full-employment) telah tercapai, penambahan
permintaan selanjutnya hanyalah akan menaikan harga saja (sering disebut
dengan inflasi murni). Apabila kenaikan permintaan ini menyebabkan
keseimbangan GNP pada kesempatan kerja penuh maka akan terdapat adanya
“inflationary gap”.
2. Inflasi Dorongan Penawaran ( Cost Pust Inflation )
berbeda dengan demand pull inflation, cost-push inflation biasanya
ditandai dengan kenaikan harga serta turunya produksi. Jadi, inflasi yang di
barengi dengan resesi. Hal ini terjadi karena dimulai dengan adanya penurunan
2.2.2.6. Cara Mengatasi Inflasi
Menurut Nopirin,(2000 : 34), cara mengatasi inflasi dapat dilakukan
melalui beberapa kebijaksanaan antara lain :
a) Kebijaksanaan Moneter
Sasaran kebijaksanaan moneter dicapai melalui
- Pengaturan jumlah uang beredar, yang salah satu komponennya adalah uang
giral. Bank sentral dapat mengatur uang ini melalui penetapan kenaikan cadangan
minimum, sehingga jumlah uang menjadi kecil.
- Tingkat Dikonto, untuk pinjaman yang diberikan oleh bank sentral kepada bank
umum, yang biasanya berwujud tambahan cadangan umum yang ada pada bank
sentral. Apabila tingkat diskonto dinaikkan oleh bank sentral maka gairah bank
umum untuk meminjamkan makinkecil sehinnga cadangan yang ada pada bank
umum juga kecil. Akibat kemampuan bank dalam memberikan kredit kepada
nasabah makin kecil sehingga jumlah uang beredar turun dan inflasi dapat
dicegah.
- Politik Pasar Terbuka, dengan cara menjual surat berharga bank sentral dapat
menekan perkembangan jumlah uang beredar sehingga laju inflasi dapat lebih
rendah.
b) Kebijaksanaan Fiskal
Menyangkut pengaturan tentang pengeluaran pemerintah serta perpajakan yang
pengurangan, pengeluaran pemerintah serta kenaikkan pajak akan dapat
mengurangi permintaan total sehingga inflasi dapat ditekan.
c) Kebijaksanaan dan yang berkaitan dengan output
Kenaikkan jumlah output dapat dicapai dengan kebijaksanaan penurunan bea
masuk sehingga impor harga cenderung meningkat dan menurunkan harga,
dengan demikian kenaikkan output dapat memperkecil laju inflasi.
d) Kebijaksanaan penentuan harga dan indexing
Kebijaksanaan ini dilakukan dengan celling harga serta berdasarkan pada index
harga tertentu untuk gaji atau upah.
2.2.3. Pertumbuhan Ekonomi
2.2.3.1. Pengertian Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan kapasitas dalam jangka
panjang dari Negara yang bersangkutan untuk menyediakan berbagai barang
ekonomi kepada penduduknya. ( Todaro, 2004 : 99 ).
Pertumbuhan ekonomi berarti perkembangan kegiatan dalam
perekonomian yang menyebabkan barang dan jasa yang diproduksikan dalam
masyarakat meningkat. ( Sukirno, 2002 : 10 ).
Pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan pendapatan nasional secara
berarti (dengan meningkatnya pendapatan perkapita) dalam suatu periode
Melalui penjelasan tentang pengertian pertumbuhan ekonomi diatas,
pengertian pertumbuhan ekonomi dapat kita tarik kesimpulan bahwa pertumbuhan
ekonomi adalah peningkatan kemakmuran masyarakat yang dapat dilihat dari
kenaikan pendapatan perkapita penduduk dari tahun ke tahun.
2.2.3.2. Faktor Yang Mempengaruhi Pertumbuhan Ekonomi
Faktor yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi mayarakat adalah :
a. Akumulasi Modal, termasuk semua investasi baru yang berwujud tanah
(lahan), peralatan fiscal dan sumber daya manusia.
b. Pertambahan penduduk, dan karenanya terjadi pertumbuhan dalam angkatan
kerja walaupun terlambat.
c. Kemajuan teknologi, dalam bentuknya yang paling sederhana, kemajuan
teknologi disebabkan oleh cara-cara baru dan cara-cara lama yang diperbaiki
dalam melakukan pekerjaan-pekerjaan tradisional. ( Todaro, 2000 : 137 ).
Dengan adanya ketiga factor utama tersebut dapat dikatakan bahwa
dengan investasi yang besar dapat memperbaiki mutu fisik dan sumber daya
manusia yang ada, meningkatkan sumber-sumber produktif yang sama dan
mengembangkan semua produktifitas atau sumber-sumber daya spesifik
melalui penemuan, pembaharuan dan kemajuan teknologi yang sudah dicapai
akan terus menjadi factor-factor utama dalam menggerakkan pertumbuhan
2.2.3.3. Teori Pertumbuhan Ekonomi
a. Teori Pertumbuhan Adam Smith
Adam Smith membagi tahapan pertumbuhan ekonomi menjadi lima tahap
yang berurutan, yaitu dimulai dari masa perburuan, beternak, bercocok tanam,
perdagangan dan tahap perindustrian. Menurut teori ini, masyarakat akan
bergerak dari masyarakat tradisional ke masyarakat modern yang kapitalis. Dalam
prosesnya, pertumbuhan ekonomi akan semakin terpacu dengan adanya system
pembagian kerja antarpelaku ekonomi.
Proses pertumbuhan ekonomi sebagai suatu fungsi tujuan pada akhirnya
harus tunduk terhadap fungsi kendala yaitu keterbatasan sumber daya ekonomi.
Pertumbuhan ekonomi akan mulai mengalami perlambatan jika daya dukung alam
tidak mampu lagi mengimbangi aktivitas ekonomi yang ada.
Mengenai Teori Pertumbuhan Adam Smith ini adalah pembagian
kelompok masyarakat yang secara eksplisit dapat menabung dan tidak dapat
menabung hanya didasarkan pada jenis usaha yang digelutinya. ( Kuncoro, 2006 :
46-48 ).
b. Teori Pertumbuhan Schumpeter
Teori ini menekankan tentang pentingnya peranan pengusaha didalam
menciptakan pertumbuhan ekonomi. Dalam teori itu ditunjukkan bahwa para
pengusaha merupakan golongan yang akan terus membuat pembaharuan atau
barang-barang baru, mempertinggi efisiensi dalam memproduksi barang-barang
baru, memperluas pasar suatu barang kepasaran yang baru, mengembangkan
sumber bahan mentah yang baru dan mengadakan perubahan-perubahan dalam
organisasi perusahaan dengan tujuan mempertinggi efisiensinya.
Didalam mengemukakan Schumpeter memulai analisisnya dengan
memisalkan bahwa perekonomian sedang dalam keadaan tidak berkembang. Pada
waktu keadaan tersebut berlaku segolongan pengusaha menyadari tentang
berbagai kemungkinan untuk mengadakan inovasi yang menguntungkan, dimana
mereka akan meminjam modal dan melakukan penanaman modal. Maka
pendapatan masyarakat bertambah dan tingkat konsumsi menjadi bertambah
tinggi. Kenaikan tersebut akan mendorong perusahaan-perusahaan lain untuk
menghasilkan lebih banyak barang dan melakukan penanaman modal baru.
Menurut Schumpeter semakin tinggi tingkat kemajuan suatu
perekonomian maka semakin terbatas kemungkinan untuk mengadakan inovasi.
Maka pertumbuhan ekonomi akan menjadi bertambah lambat jalannya. Yang
pada akhirnya nanti akan tercapai tingkat keadaan tidak berimbang atau
“stationary state”. (Sukirno, 2004 : 434).
c. Teori Pertumbuhan Harrod - Domar
Teori Harrod-Domar bertujuan untuk menerangkan syarat yang harus
dipenuhi supaya suatu perekonomian dapat mencapai pertumbuhan yang teguh
Dalam analisisnya Harrod-Domar menunjukkan bahwa walaupun pada
suatu tahun tertentu barang-barang modal sudah mencapai kapasitas penuh,
pengeluaran agregat dalam tahun itu akan menyebabkan kapasitas barang modal
menjadi semakin tinggi pada tahun berikutnya. Dengan perkataan lain, investasi
yang berlaku dalam tahun tersebut akan menambah kapasitas barang modal untuk
mengeluarkan barang dan jasa pada tahun berikutnya.
Dalam teori Harrod-Domar tidak diperhatikan syarat untuk mencapai
kapasitas penuh apabila ekonomi terdiri dari tiga atau empat sektor. Walau
bagaimanapun berdasarkan teorinya diatas dengan mudah dapat disimpulkan hal
yang perlu berlaku apabila pengeluaran meliputi komponen lebih banyak, yaitu
meliputi pengeluaran pemerintah dan ekspor. (Sukirno, 2004 : 435-436).
2.2.3.4 Pengukuran Pertumbuhan Ekonomi
Untuk menentukan Pertumbuhan ekonomi yang dicapai suatu Negara,
dihitung berdasarkan laju perubahan Pendapatan Nasional riil per tahun dalam
persentase atau besarnya pertambahan riil Pendapatan Nasional riil tahun t
(sekarang) dari tahun t-1 (sebelumnya), kemudian dikalikan 100% atau dengan
menggunakan rumus persamaan sebagai berikut :
Gt = PNRt − PNRt-1
PNRt-1
Dimana :
Gt = Pertumbuhan ekonomi tahun t
PNRt-1 = Pendapatan Nasional riil tahun t-1
2.2.4. Kurs Valuta Asing
2.2.4.1. Pengertian Kurs Valuta Asing
Valuta asing atau foreign exchange atau foreign currency dapat diartikan
sebagai mata uang asing dan alat pembayaran lainnya yang digunakan untuk
melakukan atau membiayai transaksi ekonomi dan keuangan internasional dan
biasanya mempunyai catatan kurs resmi pada Bank Sentral atau Bank Indonesia.
(Hady, 2001 : 24)
Mata uang yang sering digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan
hitung dalam transaksi ekonomi dan keuangan internasional disebut hard
currency, yaitu mata uang yang nilainya relatif stabil dan kadang-kadang mengalami apresiasi atau kenaikan nilai terhadap mata uang lainnya. Hard
currency pada umumnya berasal dari negara-negara industri maju. Sedangkan soft currency dalah mata uang lemah yang jarang digunakan sebagai alat pembayaran dan kesatuan hitung karena nilainya relatif tidak stabil dan sering mengalami
depresiasi atau penurunan nilai terhadap mata uang lainnya. Soft currency pada
umumnya berasal dari negara-negara yang sedang berkembang. (Hady, 2001 : 24)
Kurs valuta asing atau kurs mata uang asing menunjukkan harga atau nilai
mata uang suatu negara dinyatakan dalam nilai mata uang negara lain. Kurs valuta
banyaknya rupiah yang dibutuhkan, untuk memperoleh satu unit mata uang asing.
(Sukirno, 2004 : 392)
2.2.4.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kurs Valuta Asing
Perubahan dalam permintaan dan penawaran suatu valas, yang selanjutnya
menyebabkan perubahan dalam kurs valuta, disebabkan oleh faktor-faktor sebagai
berikut :
a. Perubahan dalam citarasa masyarakat
Citarasa masyarakat mempengaruhi corak konsumsi mereka. Maka
perubahan citarasa masyarakat akan mengubah corak konsumsi mereka atas
barang-barang yang diproduksikan di dalam negeri maupun yang diimpor.
Perbaikan kualitas barang-barang dalam negeri menyebabkan keinginan
mengimpor berkurang dan ia dapat pula menaikkan ekspor. Sedangkan perbaikan
kualitas barang-barang impor menyebabkan keinginan masyarakat untuk
mengimpor bertambah besar. Perubahan-perubahan ini akan mempengaruhi
permintaan dan penawaran valuta asing. (Sukirno, 2004 : 402)
b. Perubahan harga barang ekspor dan impor
Harga suatu barang merupakan salah satu faktor penting yang menentukan
apakah suatu barang akan diimpor atau diekspor. Barang-barang dalam negeri
yang dapat dijual dengan harga yang relatif murah akan menaikkan ekspor dan
apabila harganya naik maka ekspornya akan berkurang, pengurangan harga
barang impor akan mengurangi jumlah impor. Dengan demikian perubahan
harga-harga barang ekspor dan impor akan menyebabkan perubahan dalam penawaran
dan permintaan atas mata uang negara tersebut. (Sukirno, 2004 : 402)
c. Kenaikan harga umum (inflasi)
Infalasi sangat besar pengaruhnya terhadap kurs pertukaran valuta asing.
Inflasi yang berlaku pada umumnya cenderung untuk menurunkan nilai suatu
valuta asing. Kecenderungan seperti ini disebabkan efek inflasi yang : 1). Inflasi
menyebabkan harga-harga di dalam negeri lebih mahal dari harga-harga di luar
negeri dan oleh sebab itu infalasi berkecenderungan menambah impor. Dan
keadaan ini menyebabkan permintaan atas valuta asing bertambah, 2). Inflasi
menyebabkan barang-barang ekspor menjadi lebih mahal, oleh karena itu inflasi
berkecenderungan mengurangi ekspor. Dan keadaan ini menyebabkan penawaran
atas valuta asing berkurang, maka harga valuta asing akan bertambah yang berarti
harga mata uang negara yang mengalami inflasi merosot. (Sukirno, 2004 : 402).
d. Perubahan suku bunga atau tingkat pengembalian investasi
Suku bunga dan tingkat pengembalian investasi sangat penting peranannya
dalam mempengaruhi aliran modal. Suku bunga dan tingkat pengembalian
investasi yang rendah cenderung akan menyebabkan modal dalam negeri
mengalir ke luar negeri. Sedangkan suku bunga dan tingkat pengembalian
investasi yang tinggi cenderung akan menyebabkan modal luar negeri masuk ke
uangnya bertambah, maka nilai mata uang tersebut bertambah. Nilai mata uang
suatu negara akan merosot apabila lebih banyak modal negara dialirkan ke luar
negeri karena suku bunga dan tingkat pengembalian investasi yang lebih tinggi di
negara-negara lain. (Sukirno, 2004 : 402)
e. Pertumbuhan ekonomi.
Efek yang akan diakibatkan oleh suatu kemajuan ekonomi kepada nilai
mata uangnya tergantung pada corak pertumbuhan ekonomi yang berlaku.
Apabila kemajuan ini terutama diakibatkan oleh perkembangan ekspor, maka
permintaan atas mata uang negara itu bertambah lebih cepat dari penawarannya
dan oleh karenanya nilai mata uang negara itu naik. Sebaliknya, apabila kemajuan
tersebut menyebabkan impor bertambah dari permintaannya dan oleh karenanya
nilai mata uang negara tersebut akan merosot. (Sukirno, 2004 : 403).
2.2.4.3. Sistem Penetapan Kurs Valuta Asing
Sistem penetapan kurs valuta asing terdiri dari :
a) Sistem Kurs Tetap (Fixed Exchange Rate)
Sistem kurs tetap, baik yang disetarakan oleh suatu lembaga keuangan
internasional (IMF) maupun oleh masing-masing negara sesuai dengan
kemampuan ekonominya (biasanya berdasarkan nilai dari hard currency) adalah
yang bersangkutan dengan nilai tertentu yang selalu sama dalam periode tertentu.
(Putong, 2003 : 278)
b) Sistem Kurs Mengambang (Floating Exchange Rate)
Sistem kurs ini menentukan bahwa nilai mata uang suatu negara ditentukan
oleh kekuatan permintaaan dan penawaran pada pasar uang (resmi). Sistem ini
dibagi menjadi dua macam yaitu, clean float (mengambang murni), merupakan
penentuan nilai kurs tanpa adanya campur tangan pemerintah dan dirty float
(mengambang terkendali), merupakan penentuan nilai kurs dengan adanya
campur tangan pemerintah secara langsung (melalui pasar uang) maupun tidak
langsung (melalui himbauan dan semacamnya).
c) Sistem Kurs Terkait (Pegged Exchange Rate)
Penentuan nilai kurs dalam sistem ini dikaitkan dengan nilai mata uang negara
lain, atau sejumlah mata uang tertentu yang mana menggunakan nilai kurs tengah
mata uang tertentu yang mensyaratkan lebih atau kurang dari kurs tengah sebesar
2,5%. (Putong, 2003 : 278)
2.2.5 Produksi
2.2.5.1 Pengertian Produksi
Produksi dapat diartikan sebagai cara, metode, dan teknik untuk
menciptakan atau menambah kegunaan suatu barang atau jasa dengan
yang ada. Suatu kegiatan atau proses yang mentransformasikan masukan
(input) menjadi keluaran output. ( Assauri, 1993 : 11 ).
2.2.5.2. Sistem Produksi
Menurut ( Assauri, 1993 : 28 ). Yang dimaksud system produksi
adalah suatu keterkaitan unsur-unsur yang berbeda secara terpadu, menyatu
dan menyeluruh dalam pentrasformasian masukan menjadi keluaran.
Sistem produksi yang sering dipergunakan dapat dibedakan atas dua
macam, yaitu :
a. Sistem seri, dimana dua atau lebih merupakan system satu system yang
lebih besar
b. Sistem pararel, dimana perusahaan memproduksi barang-barang yang
serupa di beberapa pabrik dengan lokasi yang berbeda tetapi saat
pengerjaan yang sama, sehingga dapat berproduksi dengan jumlah yang
lebih besar.
2.2.5.3. Proses Produksi
Menurut ( Assauri, 1993 : 28 ).Proses produksi dapat dibedakan atas
1. Proses produksi yang terus-menerus (Continuous Processes)
Dimana peralatan produksi yang digunakan disusun dan diatur dengan
memperhatikan urt-urutan kegiatan atau routing dalam menghasilkan
produk tersebut, serta arus bahan dalam proses telah distandarisir.
2. Proses produksi yang terputus-putus (Intermittent Processes)
Dimana kegiatan produksi dilakukan tidak standart, tetapi didasarkan pada
produk yang dikerjakan sehingga peralatan produksi yang digunakan
disusun dan diatur dapat bersifat luwes (flexible) untuk dapat
dipergunakan untuk menghasilkan produk dan berbagai ukuran.
3. Proses produksi yang bersifat proyek
Dimana kegiatan produksi yang dilakukan pada tempat dan waktu yang
berbeda-beda, sehingga peralatan produksi yang digunakan ditempatkan
ditempat atau lokasi dimana proyek tersebut dilaksanakan dan pada saat
yang direncanakan.
2.2.5.4. Jenis Proses Produksi
1. Proses produksi yang terus-menerus (Continuous Processes)
Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah besar / produksi massa
dengan variasi yang sangat kecil dan susah distandartisasi
Apabila terjadi salah satu alat / mesin terhenti atau rusak maka seluruh
Persediaan bahan mentah dan bahan dalam proses adalah lebih rendah
dari intermittent process
Oleh karena mesin-mesin bersifat khusus dan variasi dari produksinya
kecil maka job strukturnya sedikit dan jumlah tenaga kerjanya tidak
perlu banyak
2. Proses produksi yang terputus-putus (Intermittent Processes)
Biasanya produk yang dihasilkan dalam jumlah yang sangat kecil
dengan variasi yang sangat besar (berbeda) dan didasarkan atas pesanan
Proses produksi yang tidak mudah / terhenti walaupun terjadi kerusakan
atau peralatan
Persediaan bahan mentah biasanya tinggi, karena tidak dapat ditentukan
pesanan apa yang akan dipesan oleh pembeli dan juga persediaan bahan
dalam prosesnya lebih tinggi dari continuous process, karena prosesnya
terputus-putus.
2.2.6. Tenaga Kerja
2.2.6.1. Pengertian Penduduk
Definisi penduduk menurut ( Anonim, 1997 : 11 ), adalah sejumlah
orang yang mendiami suatu tempat atau wilayah tertentu. Dalam hal ini
kegiatan ekonomi karena penduduk merupakan tenaga kerja, tenaga ahli,
pimpinan perusahaan dan tenaga usahawan. Berikut ini beberapa factor yang
mempengaruhi factor penduduk dalam pembangunan, yaitu :
1. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk yang samgat besar, apabila dapat dibina dan dikerahkan
sebagai tenaga kerja yang efektif akan merupakan modal pembangunan yang
besar dan sangat menguntungkan bagi usaha pembangunan di segala bidang.
Jika tidak demikian, maka akan timbul pengangguran dan problem social yang
dapat melemahkan ketahanan social.
2. Komposisi Penduduk
Komposisi penduduk adalah susunan penduduk berdasarkan suatu pendekatan
tertentu. Masalah-masalah yang muncul dari komposisi penduduk yang tidak
seimbang jika tidak teratasi maka akan timbul kegoncangan social.
3. Persebaran penduduk
Persebaran penduduk yang ideal adalah persebaran yang sekaligus dapat
memenuhi persyaratan kesejahteraan dan keamanan yaitu persebaran dan
proporsional.
4. Kualitas Penduduk
Faktor yang mempengaruhi kualitas penduduk ialah factor fisik meliputi
kesehatan gizi dan kebugaran sedangkan factor non fisik meliputi mentalitas
Jadi, penduduk adalah sejumlah orang yang mendiami suatu tempat
atau wilayah tertentu. Dalam hal ini manusia yaitu yang memegang peranan
penting dalam kegiatan ekonomi. ( Anonim, 1997 : 11 ),
2.2.5.2. Pengertian Tenaga Kerja
Tenaga kerja adalah semua orang yang bersedia untuk sanggp bekerja.
Pengertian tenaga kerja ini meliputi mereka yang bekerja untuk diri sendiri
ataupun untuk anggota keluarga yang tidak menerima bayaran berupa upah
ataupun mereka yang bersedia dan mampu untuk bekerja, dalam arti mereka
menganggur dengan terpaksa karena tidak ada kesempatan kerja. (Sumarsono,
2003 : 5).
Tenaga kerja (man power) adalah penduduk dalam usia kerja (16-64
tahun) atau jumlah seluruh penduduk dalam suatu Negara yang dapat
memproduksi barang dan jasa jika ada permintaan terhadap tenaga kerja
mereka dan mereka mau berpartisipasi dalam aktivitas tersebut. (Subri,
2003:57).
Tenaga kerja adalah mencakup penduduk yang sudah atau sedang
bekerja, sedang mencari pekerjaan dan melakukan kegiatan lain seperti
bersekolah dan mengurus rumah tangga. Tiga golongan yang disebut terakhir
tidak bekerja, mereka dianggap fisik mampu dan sewaktu-waktu dapat ikut
bekerja. (Simanjuntak, 2001 : 2 ).
Dengan demikian dalam konteks ketenagakerjaan, penduduk
dipilah-pilah menurut angkatan kerja yaitu sebagai berikut :
Gambar 1 : Komposisi Penduduk, Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja
Tenaga Kerja
(berusia ≥ 10 tahun)
Angkatan Kerja : • Pekerja
• Pengangguran
Bukan Tenaga Kerja
(berusia < 10 tahun)
Bukan Angkatan Kerja : • Pelajar
• Pengurus rumah tangga • Penerima pendapatan lain Penduduk
Sumber : Dumairy, 1997. Perekonomian Indonesia, Penerbit Erlangga, Jakarta, hal 75.
Keterangan :
Gambar 1 diatas menunjukkan bahwa tenaga kerja ( man power )
dipilah menjadi dua kelompok, yaitu angkatan kerja dan bukan angkatan
1. Pekerja adalah orang-orang yang mempunyai pekerjaan dan memang
sedang bekerja, serta orang-orang yang mempunyai pekerjaan namun
untuk sementara waktu kebetulan sedang tidak bekerja
2. Pengangguran adalah orang yang tidak mempunyai pekerjaan,
lengkapnya orang yang tidak bekerja dan masih atau sedang mencari
pekerjaan.
Sedangkan tenaga kerja yang bukan angkatan kerja dibedakan menjadi
beberapa kelompok, yaitu penduduk dalam usia kerja yang sedang bersekolah,
mengurus rumah tangga (tanpa mendapat upah), serta penerimaan pendapatan
lain. ( Dumairy, 1997 : 75 ).
Tenaga Kerja = Angkatan Kerja + Bukan Angkatan Kerja
2.2.6.3. Pengertian Angkatan Kerja
Menurut ( Dumairy, 1997: 75 ).ngkatan kerja adalah bagian penduduk
yang mampu dan bersedia melakukan pekerjaan. Kata “mampu” disini
menunjukkan kepada tiga hal, yaitu :
a. Mampu fisik, yaitu sudah cukup umur, jasmani, sudah cukup kuat dan
tidak mempunyai cacat mental.
b. Mampu mental, yaitu mempunyai mental yang sehat dan tidak memiliki
c. Mampu Yuridis, yaitu tidak kehilangan kebebasan dan bersedia untuk
memiliki dan melakukan pekerjaan. Kata “bersedia” berarti orang yang
bersangkutan dapat secara aktif mampu dan pasif atas kemauannya sendiri
mencari pekerjaan.
Menurut Irawan dan Suparmoko(1999 : 67), angkatan kerja adalah
penduduk yang bekerja dan penduduk yang belum bekerja, namun siap untuk
bekerja atau sedang mencari pekerjaan pada tingkat upah yang berlaku.
Sedangkan penduduk yang bekerja adalah mereka yang melakukan pekerjaan
guna menghasilkan barang dan jasa untuk memperoleh penghasilan, baik
bekerja penuh maupun tidak bekerja penuh.
Dari beberapa pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa angkatan
kerja adalah tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja yang bekerja atau
mempunyai pekerjaan, namun untuk sementara sedang tidak mencari
pekerjaan.
2.2.6.4. Pengertian Bukan Angkatan Kerja
Menurut Dumairy (1997 : 75). Bukan Angkatan kerja adalah tenaga
kerja atau penduduk dalam usia yang tidak bekerja, tidak mempunyai
pekerjaan dan sedang tidak mencari pekerjaan.
Menurut Soemarsono (2003 : 116). Bukan Angkatan kerja adalah
Kelompok ini merupakan bagian dari tenag kerja yang sebenarnya
tidak terlibat, tidak berusaha terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu
memproduksi barang dan jasa. Terdiri dari :
1. Golongan yang bersekolah, yaitu mereka yang kegiatanya hanya sekolah
2. Golongan yang mengurus rumah tangga, yaitu mereka yang mengurus
rumah tangga tanpa memperoleh upah
3. Golongan yang menerima pendapatan, yaitu mereka yang tidak
melakukan suatu kegiatan ekonomi, tapi memperoleh pendapatan seperti
tunjangan pension, lanjut usia, cacat. ( Simanjuntak, 2001 : 6 ).
2.2.6.5. Permintaan Tenaga Kerja
Permintaan tenaga kerja adalah kebutuhan yang sudah didasarkan atas
kesediaan membayarkan upah tertentu sebagai imbalan pemberian kerja
bermaksud menggunakan atau meminta sekian orang karyawan dengan
kesediaan membayar upah sekian rupiah setiap waktu. Jadi, dalam permintaan
ini sudah ikut dipertimbangkan tinggi rendahnya upah yang berlaku dalam
masyarakat atau yang dibayarkan kepada tenaga kerja yang bersangkutan.
(Suroto, 1992 : 21).
Suatu perusahaan dalam membeli atau menggunakan tenaga kerja
tidak dapat menentukan tingkat upah tenaga kerja, melainkan hanya akan
tingkat upah tenaga kerja itu setinggi W, maka jumlah tenaga kerja yang akan
digunakan oleh perusahaan agar jumlah laba yang didapatnya maksimum
adalan sebanyak N*, yaitu ditentukan oleh perpotongan antara kurva VMPN
dan kurva w* W*. Jumlah tenaga kerja yang digunakan tidak sebanyak N1,
karena N1 terlihat bahwa tingkat upah merupakan biaya atau pengorbanan
yang harus dibayar oleh perusahaan lebih tinggi daripada manfaat dalam
bentuk nilai produksi yang disumbangkan terakhir.
Dengan demikian hal ini tidak menguntungkan bagi perusahaan.
Sebaliknya bila jumlah tenaga kerja yang dipakai hanya sebanyak N2, ini
berarti bahwa nilai produksi marginal lebih tinggi daripada tingkat upah yang
harus dibayar perusahaan, artinya perusahaan mendapat manfaat yang lebih
tinggi daripada korban yang harus dipikulnya dengan sendirinya perusahaan
akan terdorong untuk menambah tenaga kerja lebih banyak lagi. Kedudukan
Gambar 2 : Kurva Permintaan Tenaga Kerja
W
w* W*
VMPN
0 N N* N1
Sumber : Suparmoko. M, 2000, Pengantar Ekonomika Makro, Penerbit BPFE, UGM, yokyakarta, hal 161
2.2.6.6. Penawaran Tenaga Kerja
Persediaan tenaga kerja adalah istilah yang biasanya juga belum
dihubungkan dengan factor upah. Sedangkan dalam istilah penawaran tenaga
kerja sudah ikut dipertimbangkan factor upahnya. Dalam hal ini pencari kerja
bersedia menerima pekerjaan itu atau menawarkan tenaganya apabila
kepadanya diberikan upah sekian rupiah setiap waktu.
Misalnya dengan menggunakan teknologi tertentu, seseorang
pengusaha mungkin membutuhkan 500 orang tenaga kerjanya. Akan tepai
karena upah yang dituntut terlalu tinggi, mungkin ia hanya mampu
mempekerjakan atau meminta 400 orang saja, sedangkan yang lainnya ditunda
potensial. Dari uraian diatas menjadi jelas, bahwa persediaan tenaga kerja
merupakan penawaran potensial ( Suroto, 1992 : 22 ).
Penawaran tenaga kerja yang datangnya dari pemilik tenaga atau
katakanlah buruh. Mereka ini mencari pekerjaan untuk mendapatkan
penghasilan dengan cara menjual tenaga mereka atau pada saat mereka
mencari pekerjaan dikatakan bahwa mereka menawarkan tenaga kerja mereka.
Pada saat tingkat upah tinggi, akan sedikit jumlah tenaga kerja yang
ditawarkan, sedangkan pada tingkat upah rendah, akan banyak tenaga kerja
yang ditawarkan. Pada tingkat upah W1, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan
lebih banyak yaitu sebanyak N2. Pada tingkat upah W2, jumlah tenaga kerja
yang ditawarkan lebih sedikit yaitu sebanyak N
Gambar 3 : Kurva Penawaran Tenaga Kerja
W NS
W 2
W1
0
N1 N2N
2.2.7. Pengertian Investasi
Kata investasi berasal dari bahasa Inggris, yaitu “Investment”, apabila
dalam bahasa Indonesia investasi adalah “penanaman modal” investasi
adalah suatu kegiatan yang sangat penting bagi kelangsungan hidup suatu
kegiatan usaha, karena ini sangat dibutuhkan sebagai faktor penunjang di
dalam memperlancar proses produksi.
Menurut pendapat Prof. Robinson yang dikutip oleh Suherman Rosyidi
dalam bukunya yang berjudul Pengantar Teori Ekonomi mengatakan bahwa
investasi itu penambahan barang-barang modal baru, sedangkan membeli
selembar kertas saham bukanlah investasi (Rosyidi, 1994: 158).
Investasi adalah pengeluaran yang ditunjukkan untuk meningkatkan
atau mmpertahankan stok barang modal. Stok barang modal terdiri dari
pabrik mesin dan produk-produk tahan lama yang digunakan dalam proses
produksi. (Dornbusch dan Fischer, 1995: 46).
Menurut Sukirno (2001: 107), investasi diartikan sebagai pengeluaran
atau pembelanjaan penanaman modal atau perusahaan untuk membeli
barang-barang modal dan perlengkapan-perlengkapan produksi untuk
menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang
tersedia dalam perekonomian. Dalam prakteknya, suatu usaha untuk