BAB V PEMBAHASAN
5.1. Masukan (Input)
5.1.2. Tenaga Kesehatan
5.1.2 Tenaga Kesehatan
Tenaga Kesehatan adalah setiap orang yang mengabdikan diri dalam bidang kesehatan serta memiliki pengetahuan dan keterampilan melalui pendidikan di bidang kesehatan yang untuk jenis tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan. Sumber daya manusia Puskesmas terdiri atas Tenaga Kesehatan dan tenaga non kesehatan (Permenkes RI No.75 Tahun 2014). Sebagai pelaksana upaya kesehatan, diperlukan sumber daya manusia kesehatan yang mencukupi dalam jumlah, jenis dan kualitasnya, serta terdistribusi secara adil dan merata, sesuai tuntutan kebutuhan pembangunan kesehatan.
Puskesmas Tapian Dolok yang menyediakan fasilitas rawat inap ini memiliki 6 dokter umum, 1 dokter gigi, 47 bidan termasuk bidan desa, 18
Universitas Sumatera Utara perawat, 1 perawat gigi, 1 petugas farmasi, 4 petugas gizi, 2 sanitarian/petugas kesehatan lingkungan, 1 petugas analis, 1 petugas tata usaha dan 1 tenaga kesehatan masyarakat.
Menurut Depkes (2003) tentang kebijakan dan strategi desentralisasi Bidang Kesehatan disebutkan bahwa dalam memantapkan sistem manajemen sumber daya manusia kesehatan perlu dilakukan peningkatan dan pemantapan perencanaan, pengadaan tenaga kesehatan, pendayagunaan dan pemberdayaan profesi kesehatan. Dalam meningkatan kualitas kemampuan tenaga kesehatan dapat dilakukan dengan memberikan pendidikan dan pelatihan bagi tenaga kesehatan yang
sudah ada. Pengembangan pendidikan kesehatan diarahkan untuk menghasilkan
tenaga kesehatan yang memiliki kemampuan yang berkualitas dalam melaksanakan
pelayanan promotif dan preventif.
Menurut Kepala Puskesmas Tapian Dolok kesiapan dari tenaga kesehatan belum maksimal karena kemampuan atau skill SDM yang ada di Puskesmas dalam memberikan pelayanan promotif dan preventif masih perlu ditingkatkan lagi. Selain itu, menurut pernyataan beberapa informan, tenaga penyuluh kesehatan terutama tenaga kesehatan masyarakat masih belum mencukupi menyebabkan kegiatan promotif dan preventif berjalan kurang optimal. Namun dari beberapa informan ada yang beranggapan bahwa untuk jumlah tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Tapian Dolok sudah mencukupi.
Tenaga kesehatan seharusnya dalam memberikan pelayanan kesehatan memiliki kompetensi yang berkualitas dan taat dengan prosedur. Dilihat dari pengamatan didapat bahwa saat ini masih banyak masyarakat yang menerima
Universitas Sumatera Utara pelayanan kesehatan promotif dan preventif tidak memenuhi syarat yang dijelaskan sebelumnya. Keterbatasan kemampuan atau skill dari tenaga kesehatan dalam melaksanakan upaya promotif dan preventif melalui UKM dan UKP terjadi karena kurangnya tenaga kesehatan sesuai dengan kompetensi dan kurangnya pelatihan yang diberikan oleh Pemerintah terkait.
Kurangnya pengetahuan dan rendahnya pengawasan sering menjadikan pelaksanaan pelayanan promotif dan preventif di Puskesmas belum dikerjakan secara baik. Masyarakat pun cenderung menjadi menerima kondisi tersebut karena ketidaktahuan dan keterpaksaan. Walaupun pemerintah telah melakukan perbaikan mutu pelayanan kesehatan baik melalui peraturan standar kompetensi tenaga kesehatan maupun menyediakan pelatihan atau program peningkatan pengetahuan dan kemampuan tenaga kesehatan serta pemerataan distribusi tenaga kesehatan dalam mengadakan upaya promotif dan preventif sebagai contoh melaksanakan penyuluhan ke semua Desa yang ada di wilayah kerja Puskesmas tanpa alasan letak geografis atau jarak Desa yang jauh dari Puskesmas, tetapi belum pasti seluruhnya tenaga kesehatan mendukung.
Hal tersebut di atas terkait dengan tenaga kesehatan yang masih menyimpang dari tujuan awal keberadaannya dalam meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, serta belum mendukung dan tidak melaksanakan pelayanan promotif dan preventif secara maksimal. Sehingga pelayanan kuratif masih memimpin sedangkan aspek upaya promotif dan preventif dalam pelayanan kesehatan yang seharusnya lebih diutamakan belum dominan terlaksana. Perilaku
Universitas Sumatera Utara sehat masyarakat pun mengikuti paradigma sehat yang dikalahkan oleh perilaku sakit, yaitu memanfaatkan pelayanan kesehatan hanya pada saat sakit.
Namun, memang di sini tenaga kesehatan harus berjuang keras dalam melaksanakan pelayanan preventif. Apalagi berhadapan dengan masyarakat yang ekonomi dan pendidikan yang rendah sangat diakui susah sekali untuk merubah perilaku hidup bersih dan sehat. Sebagai tenaga kesehatan yang bertugas diharapkan melakukan pelayanan kesehatan tepat sasaran seperti melaksanakan penyuluhan kesehatan terhadap masyarakat di desa.
Tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas Tapian Dolok didominasi oleh tenaga kesehatan medis sehingga lebih mengutamakan upaya kesehatan yang menekankan pada penyembuhan penyakit. Sebaliknya tenaga kesehatan yang menekankan masalah upaya promotif dan preventif yaitu SKM di Puskesmas ini masih sangat minim sekali. Pengelolaan upaya kesehatan dan pembinaan masyarakat yang sehat memerlukan pendekatan holistik yang lebih luas, menyeluruh, dan dilakukan terhadap masyarakat secara kolektif dan tidak individual.
Pada kenyataannya dalam upaya promotif dan preventif di Puskesmas Tapian Dolok belum didukung oleh tenaga kesehatannya sendiri. Terlihat di lapangan bahwa tenaga kesehatannya belum berhasil untuk mengajak, memotivasi dan memberdayakan masyarakat, dan masih kurang melibatkan kerja sama lintas sektoral, serta mengelola sistem pelayanan kesehatan yang belum efektif dan efisien. Sebagai contoh ketika peneliti melihat pelaksanaan beberapa Posyandu di lapangan, didapati bahwa tenaga kesehatan yang bertugas melaksanakan
Universitas Sumatera Utara Posyandu datangnya sangat lama dan tidak sesuai dengan waktu yang di tetapkan. Sehingga masyarakat yang sudah datang untuk imunisasi merasa tenaga kesehatannya tidak baik dalam memberikan pelayanannya, karena mereka sudah terlalu lama menunggu akhirnya mereka pulang. Penyuluhan yang seharusnya diberikan rutin di Posyandu juga tidak terlihat dilaksanakan. Bahkan tenaga kesehatan hanya memberikan imunisasi dan cenderung ingin cepat-cepat pulang. Kegiatan atau program dari pelayanan promotif dan preventif yang dibentuk oleh Puskesmas melalui UKM dan UKP belum dilaksanakan secara efektif dan efisien oleh tenaga kesehatan Puskesmas sehingga belum mencapai hasil yang maksimal.
Selain itu penyuluhan yang diberikan ke masyarakat dengan terjun langsung ke Desa pada nyatanya tidak memberikan hasil yang bagus. Hal itu terjadi karena antara tenaga kesehatan yang ada di Puskesmas dengan masyarakat terdapat hambatan dalam penyelenggaraan upaya promotif dan preventif. Tenaga-tenaga kesehatan yang diperbantukan di Puskesmas biasanya terdiri dari orang-orang yang terpelajar dan bukan berasal dari daerah atau Desa tempat diadakannya penyuluhan, sehingga masyarakat menganggapnya sebagai orang asing. Apalagi jika tenaga kesehatan menggunakan bahasa yang tidak dimengerti oleh masyarakat, maka akibatnya masyarakat enggan untuk datang dalam kegiatan UKM yang dilaksakan oleh Puskesmas serta masyarakat juga tidak terlalu menanggapi konseling yang diberikan oleh tenaga kesehatan.
Tenaga kesehatan Puskesmas dalam melaksanakan upaya kesehatan perorangan yaitu home visit TB mangkir, home visit gizi buruk/gizi kurang dan pemantauan rumah sehat kurang kooperatif dan distributif. Pada kenyataanya
Universitas Sumatera Utara tenaga kesehatan tidak melakukan kunjungan rumah dengan tepat waktu atau tidak sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan, apalagi jika jarak yang dikunjungi jauh dari Puskesmas atau tempat tinggal mereka sehingga mereka hanya menghubungi bidan desa untuk menggantikan tugan mereka melakukan home visit. Konseling yang seharusnya diberikan kepada pasien atau masyarakat yang datang ke Puskesmas ini tidak begitu diperhatikan dan pelaksanaannya juga masih kurang baik. Dikatakan demikian karena tenaga kesehatan masih mengesampingkan dalam pemberian penyuluhan kesehatan perseorangan atau KIE kepada pasien pada keadaan Puskesmas kedatangan banyak pasien yang ingin menggunakan pelayanan kuratif yaitu pengobatan. Sehingga tenaga kesehatan Puskesmas lebih mengutamakan melayani upaya kuratifnya.