• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ditetapkannya kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) diawali dengan dibentuknya Cagar Alam Laut Pasir Tengger seluas 5.250 Hektar yang ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda tanggal 21 Februari 1919 No. 6 Stbl. 1919 No.90. Pada perkembangan selanjutnya kawasan ini mengalami perubahan bentuk dan status kawasan. Melalui surat Keputusan Menteri Pertanian No. 198/Kpts/Um/5/1981 tanggal 13 Maret 1981 kawasan ini ditunjuk sebagai Taman Wisata Alam Tengger Laut Pasir dengan luas 2,67 Hektar. Hingga pada akhirnya kawasan ini pertama kali dinyatakan sebagai kawasan Taman Nasional berdasarkan Surat Pernyataan Menteri Pertanian Nomor. 736/Mentan/X/1982 tanggal 14 Oktober 1982 seluas 58.000 Hektar. Dalam proses perkembangan dan pemantapan kawasan, pengelolaan Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dikelola secara intensif mulai tahun 1984/1985 oleh Balai Konservasi Sumber Daya Alam IV melalui Proyek Pengembangan Suaka Alam dan Hutan Wisata Taman Nasional Bromo Tengger Semeru sampai dengan tahun 1992/1993.

Pada tahun 1992 TNBTS resmi menjadi Unit Pelaksana Teknis (UPT) Direktorat Jenderal Perlindungan Hutan dan Pelestarian Alam (PHPA) berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 1049/Kpts-II/1992 tanggal 12 Nopember 1992. Pada Tahun 1997 kawasan ini mengalami perubahan struktur organisasi menjadi Taman Nasional Bromo Tengger Semeru melalui Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 185/Kpts-II/1997 tanggal 31 Maret 1997. Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 278/Kpts-VI/1997 yang dikeluarkan tanggal 23 mei 1997 kawasan Bromo Tengger Semeru ditunjuk sebagai kawasan taman nasional dengan luas 50,276,20 hektar. Sejak keluarnya surat penunjukan kawasan hingga kini TNBTS menjadi salah satu dari 50 kawasan taman nasional yang ada di Indonesia yang disamping berfungsi sebagai kawasan pelestarian alam juga memiliki pemandangan alam yang menakjubkan dan kekayaan alam hayati yang sangat beragam (BTNBTS 2005).

Berikut ini adalah rangkaian singkat sejarah pembentukan TNBTS dari berstatus sebagai cagar alam hingga menjadi taman nasional:

1. Cagar Alam Laut Pasir Tengger seluas 5.250 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda tanggal 21 Februari 1919 No. 6 Stbl. 1919 No.90.

2. Cagar Alam Ranu Pani dan Ranu Regulo seluas 96 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat keputusan Gubernur Jenderal Hindia Belanda tanggal 8 Desember 1922 No. 25 Sbtl.1922 No.765.

3. Cagar Alam Ranu Kumbolo seluas 1.340 Hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Gubernur Hindia Belanda Tanggal 4 Mei 1936 No. 18 Sbtl.1936 N0. 209.

36

4. Taman Wisata Tengger Laut Pasir seluas 2,67 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 13 Maret 1981 No. 198.Kpts/Um/5/1981.

5. Taman Wisata Ranu Darungan seluas 380 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 2 Mei 1981 No. 508/Kpts/Um/6/1981. 6. Taman Wisata Ranu Pani-Regulo seluas 96 hektar, ditunjuk berdasarkan

Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 12 Juni 1981 No. 442/Kpts/Um/6/1981.

7. Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seluas 58.000 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian tanggal 14 Oktober 1982 No. 736/mentas/X/1982.

8. Balai Taman Nasional Bromo Tengger Semeru seluas 50.276,20 hektar, ditunjuk berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan tanggal Kehutanan Nomor 278/Kpts-II/1997 tanggal 23 Mei 1997.

9. Melalui Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P.03/Menhut-II/2007, tanggal 01 Februari 2007 Tentang Organisasi Dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis TamanNasional Bromo Tengger Semeru menjadi Balai Besar Taman Nasional Bromo Tengger Semeru dengan tipe IIB.

Kondisi Fisik Lapangan Luas dan Letak

Berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor 278/Kpts-II/1997 tanggal 23 Mei 1997, luas Taman Nasional Bromo Tengger Semeru adalah 50.276,20 hektar yang terdiri dari 50.265,95 hektar daratan dan 10,25 perairan (danau). Secara geografis kawasan TNBTS terletak antara 70 51" 39' - 80 19" 35' LS dan 1120 47" 44' - 1130 7" 45' BT. Berdasarkan wilayah administrasi pemerintahan TNBTS terdapat di Provinsi Jawa Timur dan masuk dalam 4 (empat) wilayah kabupaten, yaitu Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. Adapun batas-batas kawasan TNBTS adalah:

 Barat: Kabupaten Malang meliputi lima wilayah Kecamatan antara lain Tirtoyudo, Wajak, Poncokusumo, Tumpang dan Jabung.

 Timur: Kabupaten Probolinggo meliputi Kecamatan Sumber dan Kabupaten Lumajang wilayah Kecamatan Gucialit dan Senduro.

 Utara: Kabupaten Pasuruan wilayah Kecamatan Tutur, Tosari, Puspo dan Lumbang. Kabupaten Probolinggo wilayah Kecamatan Lumbang dan Sekarpura.

 Selatan: Kabupaten Malang antara lain wilayah Kecamatan Ampelgading dan Tirtoyudo serta Kabupaten Lumajang wilayah Kecamatan Pronojiwo dan Candipuro.

Untuk mencapai kawasan TNBTS dapat ditempuh melalui empat pintu masuk, yaitu dari Kabupaten Malang, Pasuruan, Probolinggo dan Lumajang. Sebagian jalan masuk menuju kawasan taman nasional cukup bagus dan mudah dilewati, dan sebagian lainnya masih berupa jalan makadam/tanah. Jalur masuk dan perhubungan menuju kawasan TNBTS dapat dilihat pada Tabel 5.

37

Iklim

Kawasan TNBTS memilki suhu yang relatif rendah dan kadar udara yang tipis. Suhu udara di kawasan TNBTS berkisar antara 50 sampai 220 C. Suhu terendah terjadi dini hari di puncak musim kemarau antara 30 - 50 C bahkan di beberapa tempat sering bersuhu di bawah 00C (min), khususnya di Ranu Kumbolo dan Puncak Mahameru. Suhu maksimum berkisar antara 200-220 C.

Berdasarkan klasifikasi iklim menurut Schmidt Ferguson adalah tipe iklim yang ada di TNBTS terbagi menjadi beberapa tipe, yaitu Tipe A meliputi daerah Semeru bagian Tenggara, Tipe B dengan nilai Q sebesar 14,36% meliputi daerah Semeru bagian Selatan, Puncak, lereng Semeru bagian Timur. Tipe C daerah Argowulan, Penanjakan, Keciri, Blok Argosari, Ranu Kumbolo, dan Jambangan dan Tipe D dengan nilai Q sebesar 43,86% meliputi daerah Laut Pasir, Ngadas, Ranupani, blok Watu Pecah sampai dengan Poncokusumo. Selain itu TNBTS di

Tabel 5 Jalur/Rute Pintu Masuk menuju Kawasan TNBTS No Rute Transportasi Jarak

(Km) Sarana Angkutan Kondisi Jalan Jarak Tempuh Keterangan I. Surabaya - Malang 89 Umum Aspal 90 Menit Bus/Taxi

Malang - Tumpang 18 Umum Aspal 30 menit Taxi Tumpang-Gubugklakah 12 Umum Aspal 30 Menit Jeep/Taxi Gubugklakah - Ngadas 16 Sewa Aspal/Cor 40 Menit Jeep Ngadas - Jemplang 1 Sewa Beton/Cor 10 Menit Jeep Jemplang – G. Bromo 10 Sewa Tanah/Pasir 1 Jam Jeep /Kuda Jemplang-Ranupani 6 Sewa Tanah/Aspal 1 Jam Jeep R.Pani-R.Kumbolo 10 - Setapak 4 Jam Jalan Kaki R.Kumbolo-Kalimati 5 - Setapak 3 Jam Jalan Kaki Kalimati-Arcopodo 1 - Setapak 1 Jam Jalan Kaki Arcopodo-Mahameru 2 - Setapak 3 Jam Jalan Kaki II. Surabaya-Pasuruan 40 Umum Aspal/Baik 45 Menit Bus/Taxi

Pasuruan-Warungdowo 4 Umum Aspal/Baik 15 Menit Bus/Taxi Warungdowo-Tosari 36 Umum Aspal/Baik 60 Menit Taxi Wonokitri-Dingklik 6 Sewa Aspal/Baik 25 Menit Jeep Dingklik-Pananjakan 4 Sewa Aspal/Baik 20 Menit Jeep Dingklik-Laut Pasir 3 Sewa Aspal/Baik 20 Menit Jeep Laut Pasir-Gunung Bromo 4 Sewa Aspal/Baik 20-60 Menit Jeep/Kuda III. Surabaya-Probolinggo (Tongas)

100 Umum Aspal/Baik 120 Menit Bus/Taxi Tongas-Sukapura 16 Umum Aspal/Baik 30 Menit Bus/Taxi Sukapura-

Cemorolawang

27 Umum Aspal/Baik 60 Menit Bus/Taxi C.Lawang-G. Bromo 2,5 Sewa Batu/Pasir 40 Menit Kuda IV. Surabaya-Probolinggo-

Lumajang

170 Umum Aspal 150 Menit Bus/Taxi Lumajang-Sundoro 22 Umum Aspal 45 Menit Taxi Sundoro-Burno 4 Sewa Aspal 15 Menit Taxi Burno-Ranupani 24 Sewa Aspal 75 Menit Taxi/Jeep R.Pani-R.Kumbolo 10 - Setapak 4 jam Jalan Kaki R.Kumbolo-Kalimati 4,5 - Setapak 3 jam Jalan Kaki Kalimati-Arcopodo 1 - Setapak 1 Jam Jalan Kaki Arcopodo-Mahameru 1,5 - Setapak 4 Jam Jalan Kaki

38

sekitaran laut pasir mempunyai kelembaban udara yang cukup tinggi yaitu maksimal mencapai 90-97% dan minimal 42-45% dengan tekanan udara 1007- 1015,7 mm Hg (TNBTS, 2005)

Topografi

Lokasi TNBTS pada dasarnya berada pada puncak pegunungan Tengger (kawasan Gunung Bromo) dan pegunungan Jambangan (kawasan Gunung Semeru) yang membentang dari utara ke selatan sepanjang ± 40 Km dan dari timur ke barat sepanjang ± 20-30 Km. Topografi TNBTS didominasi gunung- gunung dan bukit terjal. Gunung-gunung yang terdapat di komplek pegunungan Jambangan antara lain yaitu Gunung Gentong (2.951 mdpl), Gunung Malang (2.491 mdpl), Gunung Widodaren (2.000 mdpl), Gunung Pengangon cilik (2.833 mdpl, Gunung Ayek-ayek (2.819 mdpl) dan Gunung Semeru (3.676 mdpl) yang merupakan gunung tertinggi di TNBTS. Gunung-gunung yang terdapat di komplek pegunungan Tengger adalah Gunung Jantur (2.705 mdpl), Gunung Ider- Ider (2.617 mdpl), Gunung Penanjakan (2.724 mdpl), Gunung Batok (2.470 mdpl), Gunung Widodaren (2.650 mdpl) dan Gunung Bromo (2.392 mdpl). Kemiringan kawasan TNBTS bervariasi mulai dari bergunung, berbukit-bukit dengan lereng landai sampai curam dan bergelombang.

Geologi dan Tanah

Secara umum kawasan TNBTS merupakan daerah vulkanis dengan formasi geologi dari kegiatan gunung api kuarter muda dan gunung api kuarter tua. Kawasan TNBTS memiliki jenis batuan abu pasir/tuf dan vulkan intermedia sampai basis dengan fisiografi vulkan dan asosiasi andosol kelabu dan regosol kelabu dengan bahan induk abu/pasir dan tuf intermedian sampai basis. Bentuk struktur geologi ini menghasilkan batuan yang tidak padat dan tidak kuat ikatan butirannya, sehingga mudah tererosi terutama pada musim penghujan.

Dari batuan yang ada membentuk jenis tanah yang cukup beragam di TNBTS. Jenis tanah yang ada adalah Andosol, Regosol, Latosol, Litosol, Komplek Meditarian Merah Kuning, Regosol dengan Latosol, Komplek Mediterian dengan Litosol. Jenis tanah yang ada merupakan tanah yang termasuk subur karena terbentuk dari abu vulkanis dan aktivitas gunung api yang ada di kawasan TNBTS (Rencana Pengelolaan TNBTS 1995-2020).

Hidrologi

Sebagai daerah vulkanik kawasan TNBTS mempunyai pola tata air permukaan (Radical Drainage Pattern) dimana air terdapat berlimpah pada saat musim penghujan sedangkan pada saat musim kemarau air permukaan sulit diperoleh bankan tidak ada sama sekali. Hal ini disebabkan karena semua air yang menggenang dipermukaaan tanah selama musim hujan cepat hilang merembes atau terserap kedalam lapisan tanah yang lebih bawah. Air tanah yang ada

39 merupakan air hujan yang merembes melalui sebaran batu gunung, bergerak masuk ke dalam lapisan batuan di bawah yaitu batuan lempung yang kedap air. Pada musim penghujan, sungai yang ada di daerah batuan gunung api tidak akan langsung meluap tetapi sebagain air yang ada akan terserap dalam tanah dan akan mulai meluap jika air tanah di daerah rembesan mulai penuh. Pada saat musim kemarau, maka seluruh permukaan yang terdiri dari sebaran batu lempung akan terbuka dan daerah rembesan yang tidak terlalu terlindung akan cepat menjadi kering dan mata air yang ada debitnya akan menurun.

Sumber air dari TNBTS berupa sungai dan anak sungai. Tercatat lebih dari 50 (lima puluh) sungai/mata air dan 6 (enam) ranu/danau di dalam kawasan TNBTS yaitu Ranu Pani, Ranu Kuning, Ranu Darungan, Ranu Regulo, Ranu Kumbolo dan Ranu Tompe (TNBTS, 2012). TNBTS mempunyai peranan yang sangat penting dalam pengaturan tata air untuk daerah sekitarnya, terutama dalam memenuhi kebutuhan air bersih bagi masyarakat, untuk keperluan pertanian, perkebunan, peternakan, perikanan, hingga industri di Kabupaten Malang, Kabupaten Pasuruan, Kabupaten Lumajang, dan Kabupaten Probolinggo.

Keadaan Biologi Ekosistem

Ekosistem dari suatu kawasan ditentukan oleh unsur pendukung ekosistem itu sendiri, terutama jenis tumbuhan dan satwa yang dominan terdapat dalam area tersebut baik jumlah ataupun persebarannya. Secara umum ekosistem kawasan TNBTS terbagi menjadi ekosistem daratan dan ekosistem perairan.

Ekosistem Daratan

Ekosistem daratan yang ada di TNBTS pada umumnya berupa hutan, meskipun demikian dapat dijumpai tipe-tipe khusus seperti Laut Pasir dan ekosistem puncak gunung (Bromo dan Semeru). Berdasarkan perbedaan tinggi tempat dan perbedaan suhu, formasi hutan TNBTS dibagi menjadi 3 tiga zona, yaitu:

1) Zona Sub Montane (750 –1.500 m.dpl)

Pada zona ini secara keseluruhan tergolong tipe hutan hujan tropis dataran rendah sampai pegunungan dengan tingkat keanekaragaman jenis dan kerapatan yang paling tinggi. Formasi ini merupakan hutan primer dan bisa dijumpai di kawasan TNBTS bagian Semeru Selatan, Semeru Timur (Burno) dan Semeru Barat (Patok Picis). Kawasan ini termasuk dalam zona inti TNBTS. Tegakan pada hutan ini terdiri dari pohon-pohon besar dan tinggi berusia ratusan tahun, sehingga membentuk lapisan tajuk yang dominan. Pada zona ini lapisan tajuk didominasi oleh jenis-jenis dari famili Fagaceae,

40

bawah dan liana sangat melimpah, antara lain terdiri dari berbagai genus

Calamus, Piper, Asplenium, Begonia, serta famili Anacardiaceae, Araceae,

Poaceae dan Zingiberaceae. Di samping potensi di atas, pada zona ini terdapat

ekosistem hutan bambu yang cukup luas (500 ha), serta merupakan habitat berbagai jenis anggrek alam baik yang tumbuh sebagai epifit maupun terestrial. 2) Zona Montane (1.500 –2.400 m.dpl)

Pada zona ini sebagian besar merupakan hutan sekunder yang keanekaragaman jenisnya sudah mulai berkurang dan didominasi jenis tumbuhan pioner yang tidak dapat hidup di bawah tajuk yang tertutup. Secara umum jenis pohon yang mudah dijumpai di zona ini antara lain: cemara (C.

junghuhniana), mentigi (V. varingifolium), kemlandingan gunung (A.

lophanta), akasia (A. decurrens), serta tumbuhan bawah seperti tanah

layu/edelweis (A. longifolia), senduro (A. javanica), alang-alang (I. cylindrica), paku-pakuan (Pteris sp.), rumput merakan (Themeda sp.) dan calingan/cantigi

(C. asiatica). Jenis cemara (C. junghuhniana) di beberapa tempat/blok

merupakan jenis pohon yang sangat dominan sehingga membentuk ekosistem hutan yang homogen (Blok Cemorokandang, Arcopodo).

Di Kaldera Tengger terdapat ekosistem yang khas yaitu Ekosistem Laut Pasir yang massa tanahnya merupakan endapan vulkanik dengan bahan induk abu dan pasir/batuan hasil aktivitas Gunung Bromo yang sudah mengalami pelapukan bertahun-tahun. Laut Pasir Tengger ditumbuhi oleh vegetasi yang tahan terhadap kondisi alam pegunungan serta pengaruh asap belerang yang keluar dari kawah Gunung Bromo, seperti: cemara gunung, mentigi, kemlandingan gunung, akasia (A. decurrens) dan tumbuhan bawah seperti tanah layu/edelweis, senduro (A. javanica), alang-alang, paku-pakuan (Pteris

sp.), rumput merakan (Themeda sp.), adas (F.vulgare) dll. Selain itu TNBTS merupakan habitat anggrek tanah tosari yang endemik yaitu Habenaria

tosariensis.

3) Zona Sub Alpin (2.400 m.dpl. ke atas).

Pada zona ini ditumbuhi pohon-pohon yang kerdil pertumbuhannya dan miskin jenis. Jenis yang dominan pada ketinggian ini adalah mentigi (V.

varingifolium), dan cemara gunung (C. junghuhniana). Di beberapa tempat

juga dapat dijumpai kemlandingan gunung (A. lophanta), dan bunga edelweis

(A. longifolia). Di Gunung Semeru pada ketinggian lebih dari 3.100 m.dpl

kondisinya merupakan hamparan abu, pasir, dan batuan, tanpa vegetasi sama sekali.

Ekosistem Perairan

Di dalam kawasan TNBTS terdapat 5 buah Danau (Ranu), 2 buah Air Terjun, 28 Mata Air dan 25 Sungai. Tambahan 1 buah danau adalah setelah

41 dilakukan inventarisasi tersebut, yaitu danau Tompe (0,5 ha). Sebuah telaga terletak di ketinggian 900 m.dpl yaitu Ranu Darungan (Pronojiwo, Lumajang) dan 4 lainnya di atas ketinggian 2000 m.dpl yaitu Ranu Pani dan Ranu Regulo (Ds. Ranu Pani) serta Ranu Tompe dan Ranu Kumbolo (Lereng Gunung Semeru). Ranu Pani, Regulo, Tompe dan Kumbolo merupakan danau vulkanik yang secara geologis terbentuk dari celah kawat dari gunung berapi yang sudah mati. Danau yang berada di kawasan pada umumnya berupa danau tadah yang merupakan kubangan air, tidak mempunyai sumber sendiri. Ranu Kuning yang terletak di Desa Ranu Pani juga merupakan danau tadah hujan hanya Ranu Regulo yang diduga mempunyai sumber sendiri (TNBTS 2006)

Flora dan Fauna

Hutan tropis di kawasan TNBTS adalah habitat bagi hampir sekitar 1.026 jenis flora dimana 226 diantaranya merupakan famili Orchidaceae (anggrek) yang memiliki nilai ilmiah tinggi, serta 260 tanaman obat-obatan/tanaman hias. Dari 226 famili anggrek yang terdapat dalam kawasan TNBTS, 18 jenis diantaranya adalah jenis endemic Jawa Timur dan 7 jenis diantaranya merupakan jenis endemik TNBTS.

Jenis lain yang banyak terdapat di kawasan TNBTS antara lain: C.

junghuhniana, A. lophanta, A. decurrens, Quercus sp, E. pallescens, Crotalaria

striata, A. javanica, A. longifolia, F. vulgare, V. varingifolium, S. pungeus,

Sphagum sp, Mimosa sp, P. herba, Myrisca sp, dll. Selain itu dari famili anggrek

terdapat beberapa jenis anggrek yang banyak terdapat di TNBTS antara lain yaitu

M. purpureonervosa, M. wetteana, dan L. rhodocila yang merupakan anggrek

langka dan khas kawsan semeru. Selain itu terdapat pula C. fornicatus (anggrek mutiara merah) dan M. petola yang merupakan anggrek yang dilindungi Undang- Undang.

Sampai saat ini di kawasan TNBTS belum diketemukan adanya jenis satwa liar yang endemik. Potensi fauna yang terdapat di TNBTS relatif kecil baik dari jumlah jenis maupun kerapatannya. Dari berbagai macam satwa yang terdapat dalam kawasan TNBTS beberapa diantaranya merupakan satwa yang dilindungi baik yang termasuk dalam daftar CITES ataupun dilindungi oleh pemerintah Republik Indonesia melalui Peraturan Pemerintah No. 7 Tahun 1999 Tentang Pengawetan Jenis Tumbuhan dan Satwa. Dari hasil inventarisasi terakhir tahun 1996 dan dari informasi yang diperoleh, di TNBTS terdapat 158 jenis satwa liar yang terdiri dari klas mamalia 22 jenis (20 jenis dilindungi Undang-Undang), aves 130 jenis (27 jenis dilindungi Undang-Undang) dan Reptilia 6 jenis. Dari hasil inventarisasi tahun 2007 di Ranupane ditemukan 47 jenis burung (Lapoan Tahunan TNBTS 2012).

Berdasarkan hasil inventarisasi mamalia, tahun 2008, beberapa jenis yang terdapat di kawasan TNBTS baik yang ditemui langsung maupun tidak langsung ditemukan 8 (delapan) jenis mamalia (kecuali primata) yaitu : Macan Tutul

42

(Panthera pardus), Landak Jawa (Hystrix javanica), Babi Hutan (Sus scrofa),

Musang Luwak (Paradosurus hermaproditus), Tupai (Annatana elliot), Kucing Hutan (Prionailurus bengalensis), Kijang (Muntiacus muntjak), Teledu Sigung

(Mydaus javanensis).

Kondisi Umum Masyarakat Sekitar TNBTS Kependudukan, Luas Wilayah dan Mata Pencaharian

Taman Nasional Bromo Tengger Semeru secara langsung berbatasan dengan 72 desa yang terletak di 18 Kecamatan yang termasuk dalam empat wilayah kabupaten yang berbeda. Secara administrasi desa-desa tersebut masuk ke dalam wilayah Kabupaten Malang sebanyak 25 desa (34,27%), Kabupaten Lumajang sebanyak 22 desa (30,56%), Kabupaten Pasuruan sebanyak 12 desa (16,67%) dan Kabupaten Probolinggo sebanyak 13 desa (18,06%). Selain itu terdapat dua desa yang berada di dalam kawasan (enclave) yaitu desa Ngadas (Kabupaten Malang) dan Ranupani (Kabupaten Lumajang). Desa di sekitar kawasan TNBTS memiliki ketinggian antara 300 mdpl sampai dengan 2.000 mdpl dengan topografi yang berlereng dan berbukit-bukit

Sampai dengan tahun 2011, total jumlah penduduk di seluruh desa sekitar kawasan TNBTS adalah 267.927 jiwa yang terdiri dari 132.708 jiwa pria (49,53%) dan 135.219 jiwa wanita (50,47%) dengan kepadatan penduduk rata-rata 411,02 jiwa/Km2. Luas total desa sekitar kawasan TNBTS mencapai 941,02 Km2, dengan desa-desa Argosari, Pasrujambe dan Burmo merupakan desa yang memiliki wilayah terluas yaitu masing masing 56,05 km2, 43,89 km2 dan 40,72 km2. Desa yang memiliki wilayah terkecil yaitu desa Wonoayu, Bedayutalang dan Kenongo dengan masing-masing luas yaitu 2,61 km2, 2,92 km2 dan 3,38 km2. Bila dikaitkan dengan jumlah penduduk, maka Desa Oro Oro Ombo merupakan desa dengan penduduk terpadat yaitu 245,99 jiwa/Km2 dengan luas wilayah yang termasuk kecil yaitu hanya 6,85 Km2 sedanngkan Desa Ranupani merupakan desa dengan penduduk terjarang yaitu 36,18 jiwa/Km2 dengan wilayah yang cukup luas yaitu 35,79 Km2.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pada masing-masing kabupaten sebagian besar penduduk desa sekitar kawasan TNBTS mempunyai mata pencaharian utama sebagai petani, dengan komoditi pertanian utama yaitu tanaman holtikultura (51,39%), tanaman perkebunan (15,28), petani padi (15,28), dan hanya sedikit yang bekerja di bidang peternakan (1,39%).

Agama

Sebagian besar desa di sekitar kawasan TNBTS memiliki penduduk yang mayoritas beragama Islam (79,17%) dan Hindu (19,44%). Dan terdapat satu desa (1,39%) dengan mayoritas penduduknya beragama Budha yaitu Desa Ngadas.

43 Desa dengan mayoritas beragama Hindu merupakan desa dengan masyarakat atau penduduk asli suku tengger yang masih teguh memegang adat istiadat mereka dan terletak relatif lebih dekat dengan kawasan TNBTS terutama kawasan Laut Pasir Tengger dan gunung Bromo. Meskipun secara umum masyarakat desa sekitar kawasan TNBTS memeluk agama yang beragam, namun masih mengikuti tata cara adat istiadat suku tengger baik dalam kehidupan sehari-hari (upacara-upacara yang berkaitan dengan siklus hidup manusia) maupun hari besar yang juga merupakan upacara keagamaan umat Hindu Tengger.

Pendidikan Masyarakat Sekitar Kawasan TNBTS

Prasarana pendidikan dari TK sampai SMU tersedia di desa sekitar kawasan TNBTS baik berstatus negeri maupun swasta walaupun prasarana pendidik tersebut tidak tersedia di semua desa terutama di desa dengan akses transportasi yangn sulit dan jauh dari kota kecamatan. Bila dilihat dari partisipasi penduduk desa sekitar TNBTS semakin kecil dengan semakin tingginya jenjang pendidikannya. Hal ini berkaitan dengan fasilitas sekolah yang ada, yaitu semakin tinggi jenjang pendidikan maka fasilitas pendidikan yang tersedia semakin sedikit/terbatas.

Tingkat pendidikan masyarakat desa sekitar kawasan TNBTS berdasarkan data masing-masing kecamatan terdapat 1.921 (0,66%) penduduk dengan tingkat pendidikan DI/DIII/S1/S2 dan 11.077 (3,82%) penduduk tamat SLTA, sedangkan mayoritas penduduk lainnya tamat SLTP sebanyak 35.526 orang (12,25%), tamat SD sebanyak 103.506 orang (35,70%), tidak sekolah/tidak tamat SD sebesar 49.506 orang (17,07%) dan belum atau sedang sekolah sebesar 88.251 orang (30,50%). Artinya sebagian besar penduduk minimal sudah mengenyam pendidikan dasar 6 tahun. Bahkan bila dilihat dari data ini tampak bahwa persentase penduduk yang mengenyam pendidikan 9 tahun jumalahnya sudah mencapai 47,95%.

Objek dan Kegiatan Wisata Alam Kawasan TNBTS

Kawasan Taman Nasional Bromo Tengger Semeru (TNBTS) merupakan salah satu kawasan konservasi yang terkenal karena keindahan alamnya. Selain itu TNBTS telah menjadi salah satu tujuan wisata alam utama Provinsi Jawa Timur secara umum dan khususnya bagi keempat kabupaten yang berada di sekitarnya. Lokasi objek dan daya Tarik wisata alam di kawasab TNBTS secara umum dibagi menjadi dua komplek, yaitu Komplek Pegunungan Tengger dan Komplek Pendakian Gunung Semeru. Peta sebaran objek dan daya tarik wisata alam di kawasan TNBTS secara keseluruhan seperti pada Gambar 8.

44

a. Komplek Gunung Semeru

Gunung Semeru merupakan gunung berapi tertinggi (3.676 m.dpl) di Pulau Jawa. Mahameru adalah nama lain dari puncak Gunung Semeru dengan kawahnya yang menganga lebar yang disebut Jonggring Saloko. Beberapa obyek di sepanjang rute menuju Gunung Semeru yang biasa dilalui pendaki adalah:

 Ranu Kumbolo, merupakan danau yang terletak pada ketinggian 2390 m.dpl dengan luas 17 ha, merupakan tempat pemberhentian/istirahat sebelum ke puncak.

 Kalimati, merupakan tempat berkemah terakhir bagi para pendaki sebelum melanjutkan perjalanannya menuju puncak Mahameru.

 Arcopodo, terletak pada pertengahan Kalimati dan Gunung Semeru. Di tempat ini terdapat dua buah arca kembar yang dalam bahasa Jawa dinamakan arcopodo/recopodo. Disamping itu juga terdapat beberapa monumen korban meninggal atau hilang pada saat pendakian Gunung Semeru.

 Padang Rumput Jambangan, daerah padang rumput ini terletak di atas 3200

Dokumen terkait