• Tidak ada hasil yang ditemukan

TENTANG MENJALANKAN KEPUTUSAN-KEPUTUSAN Pasal

Suatu keputusan yang dapat diminta bandingan, berkekuatan sebagai keputusan yang sudah pasti sebentar itu juga setelah pesakitan serta jaksa menyatakan menerima keputusan itu, lagi pula jika yang demikian tidak dinyatakan oleh kedua pihak, jika tempo untuk meminta bandingan tidak dipergunakan atau permintaan bandingan itu dicabut.

Jika keputusan sudah pasti oleh karena tempo untuk meminta bandingan telah lewat dengan tidak dipergunakan maka panitera menambahkan pada surat perkara itu satu surat keterangan yang ditandatangani, yang menyatakan sedemikian.

Dari keputusan-keputusan yang diambil oleh pengadilan negeri dalam perkara pidana, yang terhadapnya tidak dapat diminta bandingan, panitera mengirim dalam tempo satu bulan sesudah surat permintaan untuk itu diterima, salinan surat-surat perkara kepada pengadilan tinggi yang dalam daerah hukumnya pengadilan negeri itu berkedudukan.

Penjelasan:

Dengan mengucapkan keputusannya dalam persidangan yang terbuka untuk umum, maka hakim telah mengakhiri tugasnya sebagai hakim. Sekarang keputusan itu harus dilaksanakan, dijalankan atau dieksekusi. Hakim tidak dapat melaksanakan sendiri. Hal ini diserahkan kepada jaksa sebagai pegawai penuntut umum (pasal 325).

Kalau dalam perkara perdata eksekusi keputusannya tergantung daripada kehendak yang

memenangkan perkara. Ia dapat memohon pelaksanaan keputusan itu kepada hakim, akan tetapi juga dapat membiarkan keputusan itu tidak dijalankan, sebaliknya keputusan pidana mesti dijalankan dengan selekas mungkin, dan yang diserahi dengan pekerjaan itu adalah jaksa. Syarat pertama-tama untuk menjalankan keputusan hakim itu ialah, bahwa keputusan itu telah menjadi tetap, artinya segera setelah terhadap keputusan itu tidak lagi terbuka suatu jalan hukum pada hakim lain atau hakim itu juga untuk mengubah keputusan itu, seperti perlawanan, naik banding atau kasasi. Selama perkara itu masih dapat dilawan, dibanding atau dimintakan kasasi, maka selama itu keputusan tidak dapat dijalankan belum menjadi tetap. Dalam hal-hal manakah keputusan itu menjadi tetap?

Menurut pasal 324 ini maka suatu keputusan hakim itu menjadi tetap:

1. Setelah baik terpidana maupun jaksa menerangkan, bahwa mereka itu masing-masing menerima keputusan itu, atau

2. Jika keterangan untuk menerima itu tidak ada, akan tetapi waktu untuk meminta banding telah lewat dan tidak dipergunakan, atau

3. Jikalau permintaan banding ditarik kembali.

Suatu keputusan yang tidak dapat dimintakan handing (suatu keputusan yang dijatuhkan dalam tingkat ke satu dan tingkat tertinggi pula oleh pengadilan negeri) segera setelah diucapkan menjadi tetap, kecuali jikalau terpidana atau jaksa memohon kasasi kepada Mahkamah Agung.

Pada umumnya suatu keputusan mendapat kekuatan tetap, kalau semua jalan hukum biasa untuk mengubah putusan itu perlawanan, bandingkan, kasasi telah habis atau tidak dipergunakan, baik oleh karena waktu yang tersedia, oleh undang-undang untuk mempergunakan jalan-jalan hukum itu tidak dipakai atau pun oleh karena jalan-jalan hukum tersebut yang dipakai, ditarik kembali. Menurut ayat (2) pasal ini maka jika putusan hakim itu sudah menjadi tetap, karena waktu untuk minta banding telah lewat dengan tidak dipergunakan, maka panitera menambahkan pada surat perkara itu satu surat keterangan yang ditandatangani, yang menyatakan demikian.

Menurut ayat (3) maka dari keputusan yang terhadapnya tidak dapat diminta banding, panitera dalam tempo satu bulan sesudah surat permintaan untuk itu diterima, mengirim salinannya beserta salinan surat-surat perkara kepada pengadilan tinggi dalam daerah hukumnya pengadilan negeri itu berkedudukan.

Pasal 325

Kecuali yang diatur di dalam aturan ampun, demikian juga dalam ayat kedua dari pasal 316, dan jika tidak diatur dengan cara lain pada pasal-pasal yang berikut, maka keputusan-keputusan dijalankan secepat mungkin oleh jaksa pengadilan negeri atau perintahnya.

Dari keputusan-keputusan bandingan panitera menerima pada jaksa satu petikan tentang tiap-tiap pesakitan-pesakitan berasing-asing dalam rangkap dua yang berisi: nama, umur, tempat lahir, pekerjaan, tempat diam atau tempat tinggal dari pesakitan, keputusan hakim pertama dan keputusan dalam bandingan dan hari keputusan-keputusan itu dijatuhkan, demikian juga nama hakim yang turut memutuskan keputusan tentang menetapkan atau mencabut

perintah yang masih ada dalam perkara itu untuk menahan sementara, ataupun tentang memberi perintah demikian.

Dari keputusan pengadilan negeri yang sudah memperoleh kekuatan pasti panitera mengirimkan kepada jaksa satu petikan dalam rangkap dua, yang diperbuat dengan cara yang tersebut di atas ini yang berisi catatan bahwa keputusan telah memperoleh kekuatan pasti, kecuali dalam hal yang tertuduh dibebaskan dari segala tuduhan.

Pelaksanaan keputusan tidak dapat dijalankan, sebelum keputusan dalam bandingan dimaklumkan kepada pesakitan.

Jika belum dapat diperbuat satu petikan dari keputusan pengadilan negeri, yang menjatuhkan hukuman yang telah memperoleh kekuatan pasti, maka panitera mengirim pada pegawai yang dimaksud pada pasal 1 (satu) surat keterangan yang ditandatangani olehnya dan turut ditandatangani oleh hakim untuk tiap-tiap pesakitan masing-masing sendiri, petikan mana disusun menurut ayat 2 dan dibubuhi catatan serupa tentang keputusan yang telah memperoleh kekuatan pasti; jika maksud ayat 2 dan pasal 316 dijalankan maka putusan yang dijatuhkan tentang tanda bukti tidak usah dimasukkan dalam catatan itu.

Kalau surat keterangan yang dimaksud dalam ayat di atas ini sudah dikirim lebih dahulu, maka petikan keputusan hanya satu.

Pegawai yang dimaksud dalam ayat satu mengirimkan kembali surat petikan, yang berisi catatan keputusan yang sudah dijalankan, kepada panitera pengadilan negeri, yang melampirkan pada surat perkara.

Pasal 325a

Kalau hukuman itu terdiri dari hukuman denda atau hukuman perampasan barang yang tertentu, maka pegawai yang dimaksud dalam pasal 325, ayat (1) menentukan tempo, yang selama- lamanya dua bulan dalam waktu mana hukuman denda itu harus dibayar tunas atau barang- barang yang dirampas itu harus diserahkan, ataupun jumlah uang yang ditaksir tentang barang itu pada waktu memutuskan itu harus dibayar. Tempo itu tiap-tiap kali boleh diperpanjang oleh pegawai tersebut, tetapi sekali-kali tidak dapat lebih dari satu tahun lamanya.

Pasal 326, 327 dan 328 dicabut dengan Stbl. 1933 No. 2.

Pasal 329

Hukuman mati dijalankan dihadapan pegawai yang dimaksud dalam pasal 325, ayat (1) atau di hadapan seorang pegawai yang ditunjuk untuk itu, dan selalu sedemikian sehingga tidak dapat dilihat oleh umum.

Penjelasan:

Ketentuan tentang pelaksanaan pidana mati di dalam H.I.R. ini isinya amat singkat. Ketentuan itu sekarang telah diatur dalam Perpres No.2/1964 yang mengatakan bahwa.

1. pelaksanaan pidana mati dilakukan dengan ditembak sampai mati di suatu tempat dalam daerah hukum pengadilan yang menjatuhkan putusan dalam tingkat pertama, dengan ketentuan-ketentuan antara lain sebagai di bawah ini;

2. waktu dan tempat pelaksanaannya ditentukan oleh kepala polisi komisariat daerah tempat kedudukan pengadilan tersebut, setelah mendengar nasihat dari jaksa tinggi/jaksa yang bertanggung jawab untuk pelaksanaan pidana mati itu;

3. Kepala polisi komisariat atau perwira yang ditunjuk olehnya bersama-sama dengan jaksa tinggi/jaksa yang bertanggung jawab, juga pembela/pengacara terpidana atas

permintaannya sendiri atau permintaan terpidana, menghadiri pelaksanaan pidana mati itu; 4. terpidana diberitahukan tentang akan dilaksanakan pidana mati itu oleh jaksa tinggi/jaksa

tiga kali dua puluh empat jam sebelumnya saat pelaksanaan, dan pada terpidana diberikan kesempatan untuk mengemukakan sesuatu keterangan atau pesanan pada hari-hari terakhir. Apabila terpidana adalah seorang wanita sedang hamil maka pelaksanaan pidana mati baru dilakukan empat puluh hari setelah anaknya dilahirkan;

5. untuk pelaksanaan pidana mati itu kepada polisi komisariat tersebut membentuk sebuah regu penembak, semuanya dari brigade mobil, terdiri dari seorang bintara, dua belas orang tamtama, di bawah pimpinan seorang perwira, untuk tugasnya ini regu penembak tidak mempergunakan senjata organiknya, dan sampai selesainya tugas itu regu penembak ini berada di bawah perintah jaksa tinggi/jaksa.

6. dicatat di sini bahwa pelaksanaan pidana mati yang dijatuhkan oleh pengadilan militer juga dilakukan menurut Perpres No.2/1964 sebagaimana diutarakan di atas, dengan ketentuan bahwa kata-kata "kepala polisi komisariat daerah", "jaksa tinggi/jaksa", "brigade mobil" dan "polisi", berturut-turut harus dibaca: "panglima/komandan daerah militer", "jaksa/oditur militer", dan "militer".

Pasal 330

Jika seorang, yang dahulu sudah dihukum kurungan atau dihukum dengan hukuman yang lebih berat, kemudian dihukum dengan hukuman yang sebesar itu pula, sebelum ia menjalani hukuman yang dijatuhkan padanya dengan keputusan yang pertama, maka (jika pada waktu hendak menjalankannya, hukuman yang pertama yang dijatuhkan itu belum daluwarsa) dijalankan segala hukuman itu sama sekali berturut-turut dimulai dengan hukuman yang terberat.

Pasal 331

Hukuman untuk membayar biaya perkara dapat dijalankan atas barang-barang dari orang yang terhukum.

Menjalankan keputusan ini harus menurut peraturan dalam bahagian kelima bab kesembilan, sesudah permintaan yang dimaksud pada pasal 196 diperbuat oleh pegawai yang tersebut dalam pasal 325 ayat (1), atau atas namanya.

Pasal 332

(1) Keputusan akan membayar biaya selamanya diuntukkan untuk Negeri, kecuali kalau pada peraturan istimewa ditentukan lain.

(2) Bahagian dari uang denda atau barang rampasan, yang dalam beberapa hal ditentukan bagi pegawai atau badan-badan istimewa, selamanya dibayar dari kas Negeri kepada pegawai atau badan itu, menurut aturan yang telah ada atau yang akan diadakan dalam undang- undang mengenai hal itu, sesudah dimasukkan denda dan uang harga barang-barang itu dalam kas Negeri.

Pasal 333

Semua orang yang bersama-sama dihadapkan di muka hakim karena satu perbuatan itu juga, dan dihukum karena itu, menanggung masing-masing pembayaran semua ongkos perkara, yang dijatuhkan kepada mereka.

Pasal 333a

Dihapuskan menurut Undang-undang Darurat Indonesia No.1 tahun 1951. (Lembaran Negara No.9 tahun 1951).