• Tidak ada hasil yang ditemukan

TENTANG MENYUDAHKAN PEMERIKSAAN PERMULAAN Pasal 83g

(1) Dengan selekas-lekasnya sesudah diterima surat-surat pemeriksaan, jaksa berbuat seperti ditetapkan dalam pasal-pasal berikut.

(2) (Tidak ada artinya lagi berhubung dengan susunan kejaksaan sekarang). Penjelasan:

Pekerjaan-pekerjaan yang harus dilakukan oleh Jaksa dalam pasal ini adalah pekerjaan-pekerjaan yang tersebut dalam pasal 83 h s/d 83 m.

Pasal 83h

Jika pemeriksaan yang telah dilakukan itu memerlukan penambahan pemeriksaan, maka jaksa melakukan sesuatu yang diperlukan atau menyuruh melakukan oleh jaksa pembantu atau oleh pegawai lain yang menurut pendapatnya patut disuruh melakukan pekerjaan itu.

Kalau pada pemeriksaan lanjutan itu ada dugaan, bahwa pemalsuan surat-surat ada dilakukan, maka ia dapat memerintahkan kepada penyimpan umum, supaya dikirimkan ke kantornya surat-surat yang sah yang disimpannya, yang disangka palsu atau yang dipalsukan; atau yang perlu dipakai untuk dibandingkan dengan surat lain. Jika satu surat yang dianggapnya perlu untuk pemeriksaan, sebagian dari suatu daftar, yang tidak dapat dipisahkan, maka ia dapat memerintahkan supaya daftar itu seluruhnya dibawa ke kantornya untuk diperiksa selama waktu yang ditentukan dalam surat perintah itu. Perintah jaksa itu disampaikan kepada penyimpan sambil menerima surat tanda penerimaan, atau dikirimkan kepadanya dengan surat tercatat.

Mengenai pengiriman ini jaksa memberi keterangan tanda terima. Jika hal. ini tidak dilakukan pada waktu yang ditentukan dalam surat perintah itu, dengan tidak ada sebab-sebabnya yang sah, maka jaksa dapat memberi perintah supaya penyimpan itu dipaksa dengan paksa badan akan mengirimi surat itu. Jika surat yang dikehendaki oleh jaksa itu tidak sebagian dari satu daftar, maka penyimpan membuat salinan surat itu untuk menjadi pengganti surat asli sampai surat asli itu diterima kembali. Di sebelah di bawah salinan itu dicatatnya apa sebabnya salinan itu dibuat, catatan mana disebutkan juga pada salinan dan salinan-salinan yang diberikan itu.

Segala ongkos pengiriman atau membawa surat itu dan ongkos membuat salinan oleh penyimpan dihitung masuk ongkos kehakiman.

Jaksa sendiri melakukan pemeriksaan yang dimaksud dalam ayat 2 pasal ini dan ia dapat meminta penerangan dari seorang ahli atau lebih. Yang ditentukan dalam pasal 69 ayat 2 dan pasal 70 berlaku dalam hal ini.

Jika seseorang dituduh bersalah melakukan sesuatu kejahatan yang dapat dihukum dengan hukuman mati, maka jaksa menanyakan kepadanya, apakah ia berkehendak pada sidang pengadilan dibantu oleh seorang sarjana hukum atau, ahli hukum.

Penjelasan:

Jaksa harus selekas mungkin mempelajari proses perbal pemeriksaan pendahuluan yang diterimanya dari Jaksa Pembantu. Apabila ternyata bahwa isinya ada yang kurang atau salah, maka ia dapat memerintahkan kepada Jaksa Pembantu yang bersangkutan atau pegawai lain, untuk mengadakan penambahan atau perbaikan yang dianggapnya perlu. Apakah yang dimaksudkan dengan "pemalsuan" sebagaimana tercantum dalam ayat (2).

Pemalsuan ini ada tiga kemungkinan ialah

surat yang dipakai itu palsu, artinya surat itu dari semula memang sudah palsu, atau surat yang dipakai itu dipalsukan, artinya semula atau asalnya surat itu betul, akan tetapi

kemudian dipalsukan, mungkin diubah isinya, sebagian atau semuanya, mungkin dihilangkan beberapa bagian, mungkin telah dilakukan kedua-duanya.

surat yang dipakai itu sebetulnya sudah. dibuat secara yang semestinya, akan tetapi isinya tidak sama dengan apa yang semestinya, seperti misalnya suatu Akte notaris yang dibuat menurut semua syarat-syarat yang diperlukan, memuat keterangan atau pernyataan orang yang menghadap pada notaris, tetapi keterangan itu bertentangan dengan kebenaran. Dalam hal ini bukan aktenya yang di palsu, akan tetapi isinya. Kepalsuan yang tersebut pada sub a dan b di atas biasa disebut "kepalsuan material", sedangkan kepalsuan yang disebut pada sub c itu adalah "kepalsuan intelektual." Apabila ternyata dengan sengaja dipergunakan surat-surat palsu, maka yang bersalah diancam pidana dalam salah satu pasal dari pasal-pasal 264 s/d 276 Kitab Undang- undang Hukum Pidana.

Yang disebut "penyimpan umum" adalah pejabat yang karena kedudukannya dibebani dengan tugas dan kewajiban menyimpan dan memelihara surat-surat, akte-akte, daftar-daftar, register-register dan lain sebagainya yang sifatnya umum, seperti misalnya Notaris, Pegawai pencatatan Sipil dan Pegawai Pencatatan warga, Penyimpan pendaftaran tanah dan lain sebagainya.

Para "pemimpin umum" yang dimintai surat-surat atau bantuannya oleh Jaksa atau Jaksa Pembantu harus memenuhinya, apabila tanpa alasan tidak mau memenuhinya, ia dapat dipaksa dengan paksaan badan, misalnya disandera (gijzeling).

Ketentuan dalam pasal 70 berlaku di sini, sehingga yang bersalah itu diancam pidana dalam pasal 216 atau 225 Kitab Undang-undang Hukum Pidana.

Ketentuan dalam ayat (6) pasal 83h ini ada hubungannya dengan perihal "penasehat hukum" atau "pembela" dalam berperkara. Bolehkah seorang tersangka pada waktu diperiksa perkaranya oleh Polisi atau Jaksa (pemeriksaan pendahuluan) dibantu oleh seorang pembela atau penasihat hukum? Menurut ayat (6) pasal ini jika seorang tersangka dituduh melakukan sesuatu kejahatan yang diancam dengan pidana mati, maka Jaksa wajib menanyakan kepadanya apakah ia berkehendak di sidang pengadilan dibantu oleh seorang sarjana hukum atau ahli hukum. Menurut pasal 254 (1) H.I.R. seorang terdakwa memang berhak untuk kepentingannya didampingi oleh pembela, ini boleh seorang sarjana hukum atau ahli hukum lain yang biasa disebut pokrol atau pengacara, malahan menurut pasal 250 (5) H.I.R. bagi terdakwa yang dituduh melakukan peristiwa pidana yang ada ancamannya pidana mati, oleh Hakim ditunjuk seorang penasihat hukum dengan percuma, akan tetapi hal ini

mengenai pada waktu di sidang pengadilan, atau tepatnya setelah perkara itu diserahkan kepada Ketua Pengadilan Negeri. Pada waktu pemeriksaan pendahuluan yang dilakukan oleh Polisi dan Jaksa, tidak ada satu pasal pun yang menyebutkan 'hak tersangka atas bantuan seorang pembela, sehingga Jaksa atau Jaksa Pembantu berwenang menolak seorang pembela yang akan mendampingi tersangka dalam pemeriksaan pendahuluan, ini adalah sifat inquisitoir yang masih melekat pada H.I.R., lain halnya dengan hukum acara pidana di Negeri Belanda misalnya yang sifatnya sudah accusatoir, yaitu memberikan kesempatan kepada seorang tersangka untuk dapat didampingi pembela pada waktu perkaranya mulai diperiksa oleh Polisi.

Dalam Undang-undang Pokok Kehakiman (UU. No. 14/1970) telah ditentukan, bahwa tersangka sejak saat ditangkap/ditahan (pemeriksaan pendahuluan) berhak untuk dibantu oleh pembela atau penasihat hukum, cara bagaimana pelaksanaannya masih harus diatur lebih lanjut dengan undang-undang. Selama undang-undang yang baru ini belum dibuat, maka yang berlaku masih tetap peraturan yang ditentukan dalam H.I.R.

Pasal 83i

Jika menurut timbangan jaksa perkara itu sudah cukup diperiksa dan masuk pemeriksaan pengadilan negeri, maka sekalian surat diserahkannya kepada ketua pengadilan negeri yang dianggapnya berhak dan dalam hal dituntut supaya perkara itu diperiksa dalam sidang pengadilan dengan menerangkan seksama-seksamanya atau menunjukkan perbuatan-perbuatan tentang mana diminta supaya yang tertuduh dituntut.

Penjelasan:

Tentang Pengadilan Negeri yang berkuasa mengadili silahkan periksa catatan pada pasal 252. Pasal 83j

Sewaktu memajukan tuntutan yang dimaksud dalam pasal yang lalu maka jaksa dapat juga menuntut supaya si tertuduh ditangkap atau ditahan dalam penjara.

Kalau si tertuduh berada dalam tahanan karena pasal-pasal 62, 75 dan 83c reglemen ini, pada waktu tuntutan itu diserahkan kepada kepaniteraan pengadilan negeri yang berhubung dengan perbuatan-perbuatan yang ada tersebut di dalamnya, maka ia tetap tinggal dalam tahanan sampai ketua pengadilan negeri mengambil keputusan tentang tuntutan itu. Dalam pada itu selama jaksa belum memasukkan tuntutannya, ia senantiasa berkuasa untuk

menyuruh memerdekakan si tertuduh yang ditahan buat sementara atau yang ditahan dalam penjara, jika penahanan buat sementara atau penahanan dalam penjara dianggap tidak perlu lagi. Akan tetapi ia wajib mencabut perintah-perintah yang ada dalam perkara itu untuk menahan buat sementara, untuk menangkap, atau untuk menahan dalam penjara, jika pada waktu mengirimkan surat-surat yang tersebut di atas itu tidak dituntutnya supaya orang itu ditahan dalam penjara.

Penjelasan:

Sebagaimana telah diterangkan dalam penjelasan pada pasal-pasal 60, 72, 75 dan 83 c, maka penahanan itu yang mula-mula dilakukan oleh Jaksa Pembantu dengan surat perintah penahanan model A, kemudian, dapat disambung dengan penahanan dengan surat perintah model S.I. oleh Jaksa kemudian atas tuntutan Jaksa dapat disambung lagi tiap-tiap kali dengan 30 hari dengan surat perintah model S.VI oleh Ketua Pengadilan Negeri.

Menurut pasal 83 j maka jikalau pemeriksaan pendahuluan sudah selesai dikerjakan dan menurut pendapat Jaksa pemeriksaannya sudah cukup baik serta masuk kekuasaan Pengadilan Negeri, maka berkas perkara kemudian oleh Jaksa disampaikan kepada Ketua Pengadilan Negeri dengan surat tuntutan agar supaya perkara itu diperiksa dalam sidang pengadilan. Bersama surat ini Jaksa dapat pula memajukan tuntutan agar supaya tersangka yang sudah berada di dalam tahanan, tetap ditahan. Lamanya penahanan ini tergantung dari pertimbangan dan pendapat Ketua

Pengadilan Negeri. Tiap-tiap kali perpanjangan penahanan oleh Ketua Pengadilan Negeri lamanya 30 hari (surat perintah model S.VI) sampai perkara itu dapat diputus.

Pasal 83k

(1) Dalam hal-hal yang dimaksud dalam pasal 83f ayat 1 sub 2e dan pasal 335, menyimpang sekedar dari apa yang ditetapkan dalam pasal 83j, jaksa akan membawa selekas-lekasnya dengan langsung perkara itu ke hadapan hakim yang berhak, kecuali pada hal yang ditentukan dalam ayat ke-4 pasal ini.

(2) Jaksa dapat dengan langsung, bilamana perlu, meminta keterangan yang lebih lanjut dari pegawai yang melakukan pemeriksaan sementara.

(3) Kalau si tertuduh berada dalam tahanan, dan perkara itu tidak dapat dibawa ke hadapan hakim sebelum lewat waktu yang tersebut dalam pasal 72 ayat 1, atau tidak dapat dibawa ke hadapannya selambat-lambatnya dalam delapan hari sesudah si tertuduh didengar oleh jaksa, yaitu dalam hal yang tersebut dalam pasal 83f ayat 5, maka dengan mengingat peraturan dalam pasal 83c ayat 1, jaksa itu hendaklah memutuskan, teruskah ditahan si tertuduh itu dalam penjara atau tidakkah.

(4) Tentang perkara yang dikirimkan oleh jaksa pembantu kepada jaksa menurut aturan yang ditentukan dalam pasal 83f, maka jaksa berhak untuk memutuskan:

a. bahwa tidak ada alasan untuk menuntut si tertuduh: dalam hal ini, kalau si tertuduh ditahan, hendaklah ia dimerdekakan, dengan tidak bertangguh lagi;

b. bahwa perkara itu tidak dapat dimajukan sumir; dalam hal ini surat-surat dikirimkan kepada jaksa pembantu untuk menyempurnakan pemeriksaan, kecuali kalau jaksa mempunyai alasan akan menyudahi sendiri pemeriksaan sementara itu.

Penjelasan:

1. Menurut ayat (1) pasal ini maka jika perkaranya itu sifatnya sederhana baik mengenai penyelenggaraan hukum maupun pembuktiannya lagi pula tidak akan dijatuhi pidana utama Lebih dari satu tahun penjara, dan dapat diperiksa secara sumir, Jaksa dengan selekas- lekasnya membawa perkara itu ke hadapan hakim yang berhak, sehingga prosedur ini menyimpang dengan apa yang ditetapkan dalam pasal 83 i, yaitu prosedur biasa, artinya pengajuan perkara ke pengadilan dengan memakai surat tuntutan atau surat penyerahan perkara.

2. Ayat (2) pasal ini menentukan, bahwa apabila diperlukan oleh Jaksa guna memastikan tindakan apa yang harus dilakukan lebih lanjut, Jaksa dengan langsung dapat meminta keterangan dari pegawai yang melakukan pemeriksaan pendahuluan.

3. Di dalam pasal 83 f disebutkan ketentuan-ketentuan tentang cara mengajukan perkara sumir Ayat (4) dari pasal 83 k ini menentukan selanjutnya bahwa terhadap perkara sumir yang diajukan oleh Jaksa Pembantu itu Jaksa berwenang memutuskan:

1) bahwa tidak ada alasan sama sekali untuk menuntut tersangka; dalam hal ini jika tersangka berada dalam tahanan, harus dengan segera dibebaskan;

2) bahwa perkara itu tidak dapat diajukan secara sumir; dalam hal ini berkas perkaranya dikirimkan kembali kepada Jaksa Pembantu, untuk menyelesaikan berkas perkara itu secara prosedur biasa, kecuali kalau Jaksa sanggup akan menyelesaikan sendiri.

Lain halnya apabila Jaksa berpendapat bahwa perkara itu dapat diperiksa secara sumir seperti yang dimaksud dalam pasal 83 f (1) sub 2 dan pasal 335, maka Jaksa dapat membawa perkara itu langsung kehadapan hakim yang berwajib.

Pasal 83l Ditiadakan oleh undang-undang darurat Nomor 1/1951). (seperti di atas).

(seperti di atas).

Jika perkara itu dapat diadili pada hari itu juga, maka si tertuduh, jika ia ditahan buat sementara atau ditahan dalam penjara, hendaklah dimerdekakan dengan segera, dengan perintah supaya ia datang pada hari yang ditentukan atau pada hari yang akan diberitahukan kelak.

Pasal 83m

Bila nyata pada jaksa, bahwa hal-hal yang diberatkan kepada si tertuduh tidak cukup untuk menuntutnya, atau perbuatan yang diberatkan kepadanya itu tidak dapat dituntut menurut, hukum, sebab tidak betul hal itu suatu kejahatan atau pelanggaran, maka jaksa hendaklah dengan segera menyuruh melepaskan si tertuduh.

Pasal 83n (Ditiadakan oleh undang-undang darurat Nomor 1/1951).