• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Krisis

3. Teori Aktualisasi

Carl Roger dalam Psikologi Pertumbuhan (1991) mengungkapkan bahwa kepribadian yang sehat itu bukan merupakan suatu keadaan dari ada tapi suatu proses. Aktualisasi diri ialah suatu proses yang sukar dan kadang- kadang menyakitkan, suatu ujian, rentangan, pecutan terus menerus. Ciri- ciri orang yang mampu beraktualisasi diri atau berfungsi sepenuhnya, diantaranya :

1. Keterbukaan pada pengalaman

Keterbukaan terhadap pengalaman merupakan lawan dari sikap defensif.

Individu yang berfungsi sepenuhnya dapat dikatakan lebih “emosional”

dalam pengertian bahwa dia mengalami banyak emosi yang bersifat positif dan negatif (misalnya, baik kegembiraan maupun kesusahan) dan mengalami emosi-emosi itu lebih kuat dari pada orang yang defensif.

2. Kehidupan eksistensial

Individu yang berfungsi sepenuhnya dapat menyesuaikan diri karena struktur diri terus-menerus terbuka terhadap pengalaman-pengalaman baru.

3. Kepercayaan terhadap organisme orang sendiri

Individu yang terbuka terhadap pengalaman serta menghidupkan pengalaman tersebut, maka individu yang sehat dapat membiarkan seluruh organisme mempertimbangkan setiap segi dari suatu situasi. Semua faktor yang relevan diperhitungkan dan dipertimbangkan serta dicapai keputusan yang akan memuaskan semua segi situasi dengan sangat baik.

4. Perasaan bebas

Individu yang sehat dapat memilih dengan bebas tanpa adanya paksaan, memiliki perasaan berkuasa secara pribadi mengenai kehidupan dan percaya bahwa masa depan tergantung pada dirinya, tidak diatur oleh tingkah laku, keadaan, atau peristiwa-peristiwa masa lampau. Individu yang sehat melihat sangat banyak pilihan dalam kehidupan dan mampu melakukan apa saja yang mungkin ingin dilakukan.

5. Kreativitas

Individu yang terbuka terhadap pengalaman, yang percaya akan organisme mereka sendiri, yang fleksibel dalam keputusan serta tindakan mereka, yang akan mengungkapkan diri mereka dalam produk-produk yang kreatif dan kehidupan yang kreatif dalam semua bidang kehidupan

mereka. Tingkah laku spontan, berubah, bertumbuh, dan berkembang sebagai respons atas stimulus-stimulus kehidupan yang beraneka-ragam.

Carl Roger dalam Psikologi Pertumbuhan (1991)Sifat-sifat khusus yang menggambarkan pengaktualisasi-pengaktualisasi diri

a. Mengamati realitas secara efisien

Kepribadian-kepribadian yang tidak sehat mengamati dunia menurut ukuran subyektif sendiri. Semakin obyektif indiviu mampu menggambarkan kenyataan, maka semakin baik kemampuan untuk berpikir secara logis, untuk mencapai kesimpulan-kesimpulan yang tepat, dan pada umumnya untuk menjadi efisien secara intelektual b. Penerimaan umum atas kodrat, orang-orang lain dan diri sendiri

Individu yang sehat begitu menerima kodrat mereka, maka tidak harus mengubah atau memalsukan diri mereka. Tidak defensif dan tidak bersembunyi di belakang topeng-topeng atau peranan sosial, menerima diri apa adanya dan menerima kelemahan-kelemahan orang lain.

c. Spontanitas, kesadaran, kewajaran

Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri bertingkah laku secara terbuka dan langsung tanpa berpura-pura, namun tetap memiliki kebijaksanaan untuk mengungkapkannya dalam relasi sosial.

d. Fokus pda masalah-masalah di luar diri mereka

Individu yang mengaktualisasi diri mencintai pekerjaan mereka dan berpendapat bahwa pekerjaan itu tentu saja cocok.

e. Kebutuhan akan privasi dan independensi

Individu yang mengaktualisai diri memiliki suatu kebutuhan yang kuat untuk pemisahan dan kesunyian. Meskipun tidak menjauhkan diri dari kontak sosial, tetapi tidak tergantung dengan orang lain. Hal ini berarti individu memiliki kemampuan membentuk pikiran, mencapai keputusan dan melaksanakan dorongan dan disiplin mereka sendiri.

f. Berfungsi secara otonom

Kepribadian yang sehat dapat berdiri sendiri dan tingkat otonomi mereka yang tinggi menaklukkan mereka, agak tidak mempan terhadap krisis-krisis atau kerugian-kerugian.

g. Apresiasi yang senantiasa segar

Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri senantiasa menghargai pengalaman-pengalaman tertentu bagaimanapun seringnya pengalaman-pengalaman itu terulang.

h. Pengalaman-pengalaman mistik atau “puncak”

Individu yang mengaktualisasikan diri mengalami ekstase, kebahagiaan, perasaan terpesona yang hebat dan , meluap-luap, sama seperti pengalaman-pengalaman keagamaan yang mendalam.

i. Minat sosial

Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri memiliki perasaan empati dan afeksi yang kuat dan dalam terhadap semua manusia, juga suatu keinginan untuk membantu kemanusiaan. Meskipun kerapkali merasa

tertekan atau marah karena tingkah laku orang lain, tetapi cepat memahami dan memaafkannya.

j. Hubungan antarpribadi

Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri mampu mengadakan hubungan yang lebih kuat dengan orang-orang lain daripada orang-orang yang memiliki kesehatan jiwa yang biasa.

k. Struktur watak demokratis

Perbedaan-perbedaan tidak menjadi masalah bagi pengaktualisasi- pengaktualisasi diri. Mereka sangat siap mendengarkan atau belajar dari siapa saja yang dapat mengajarkan sesuatu kepada mereka. l. Perbedaan antara sarana dan tujuan, antara baik dan buruk

Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri membedakan dengan jelas antara sarana dan tujuan. Selain itu, sanggup membedakan antara baik dan buruk, benar dan salah.

m.Perasaan humor yang tidak menimbulkan permusuhan

Humor pengaktualisasi-pengaktualisasi diri bersifat filosofis, humor yang menertawakan manusia pada umumnya, tetapi bukan kepada seorang individu yang khusus. Humor ini kerapkali bersifat instruktif, yang dipakai langsung kepada hal yang dituju dan juga menimbulkan tertawa.

n. Kreativitas

Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri memiliki sifat kreatif. Kreativitas disini lebih merupakan sikap, suatu ungkapan kesehatan psikologis

dan lebih mengenai cara bagaimana kita mengamati dan bereaksi terhadap dunia dan bukan mengenai hasil-hasil yang sudah selesai dari suatu karya seni.

o. Resistensi terhadap inkulturasi

Pengaktualisasi-pengaktualisasi diri dapat berdiri sendiri dan otonom, mampu melawan dengan baik pengaruh-pengaruh sosial, untuk berpikir atau bertindak menurut cara-cara tertentu. Mereka mempertahankan otonomi batin, tidak terpengaruh oleh kebudayaan mereka, dibimbing oleh diri mereka bukan oleh orang-orang lain.

Pengalaman krisis yang hendak dilihat dalam tulisan ini, diambil dari sudut pandang teori Erik Erikson. Teori Erikson menjelaskan lebih banyak mengenai dinamika krisis yang dialami oleh manusia, sedangkan dinamika motivasi dan teori aktualisasi Carl Roger melengkapi dinamika pengalaman krisis ketika membahas bagaimana subyek menghadapi pengalaman krisis yang dialami.

Dokumen terkait