• Tidak ada hasil yang ditemukan

A. Teori Branding

1. Pengertian Brand atau merek atau label

Brand adalah suatu nama, simbol, tanda, desain atau kombinasi atas semuanya yang mampu mengidentifikasi serta mendiferensiasikan barang

atau jasa yang ditawarkan oleh penjual porduk atau jasa pesaingnya.10 Brand

yang kuat ditandai dengan dikenalnya suatu brand dalam masyarakat, persepsi

positif dari pasar dan kesetiaan konsumen terhadap brand yang tinggi.

Menurut Aaker, brand adalah sesuatu yang pada gilirannya memberi

tanda pada konsumen mengenai sumber produk tersebut. Di samping itu, merek melindungi, baik konsumen maupun produsen dari para kompetitor

yang berusaha memberikan produk-produk yang tampak identik.11

Dengan adanya brand, konsumen dapat membedakan produk yang

satu dengan yang lain diharapkan akan memudahkan konsumen dalam menentukan produk atau jasa yang akan dipilih berdasarkan berbagai

pertimbangan serta menimbulkan kesetiaan terhadap suatu brand (brand

loyalty).

10

M. Nur Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah (Bandung: Alfabeta, 2010 ) h. 155 11

David A. Aaker, Managing Brand Equity : Capitalizing on The Value of Brand Name (New York: The Free Press, 1991) h. 7

Brand dapat disebut juga “pelabelan”. Brand berkaitan dengan kepercayaan konsumen terhadap suatu produk atau layanan, yang diyakini tidak saja dapat memenuhi kebutuhan mereka, tetapi dengan memberikan

kepuasan yang lebih baik dan terjamin. Istilah brand muncul ketika

persaingan produk semakin tajam dan menyebabkan perlunya penguatan peran label untuk mengelompokkan produk dan layanan yang dimiliki dalam satu kesatuan guna membedakan produk itu dengan produk pesaing. Pada

hakikatnya, brand merupakan jaminan kualitas, asal usul, dan performa, yang

demikian meningkatkan nilai yang dirasakan pelanggan dan mengurangi

resiko dan kompleksitas dalam keputusan memilih12.

Brand dapat dipahami lebih dalam pada tiga hal berikut ini :

a) Contoh brand name (nama) : Bank Syariah Mandiri, BRI Syariah, aqua,

bata, rinso, kfc, acer, windows, toyota, dan lain sebagainya.

b) Contoh mark (simbol) : simbol huruf iB menjadi brand dari perbankan

syariah di Indonesia, gambar atau simbol sayap pada motor honda,

gambar jendela pada windows, simbol orang tua berjenggot pada brand

orang tua (ot) dan kentucky friend chicken (kfc), dan masih banyak

contoh-contoh lainnya yang dapat kita temui di kehidupan sehari-hari.

c) Contoh trade character (karakter dagang) : ronald mcdonald pada

restoran mcdonalds, si domar pada indomaret, burung dan kucing pada produk makanan gery, dan lain sebagainya.

12

18

Selain memiliki arti seperti yang dijelaskan sebelumnya, brand juga

memiliki arti :13

a) Brand adalah janji.

b) Brand sepenuhnya adalah persepsi masyarakat mengenai suatu produk, jasa atau bisnis.

c) Brand memiliki posisi istimewa di benak pelanggan berdasarkan pengalaman masa lalu, pergaulan, dan ekspetasi masa depan.

d) Brand adalah jalan pintas atribut, manfaat, keyakinan, dan nilai yang membedakan, mengurangi kompleksitas, dan menyederhanakan proses pengambilan keputusan.

Melalui arti di atas, brand atau label Syariah yang tercantum pada nama

perusahaan atau pada nama produk Bank Syariah harus memiliki seluruh komponen-komponen di atas. Antara lain, Janji yaitu mengandung janji

penyediaan jasa yang sesuai dengan petunjuk Al-Qur’an dan Sunnah. Brand

atau label Syariah juga harus mampu meyakinkan persepsi masyarakat bahwa produk jasanya telah sesuai Syariah baik melalui implementasinya dan

akadnya. Brand atau label Syariah juga harus mampu mendapatkan tempat

istimewa dibenak para nasabahnya dan sebagai alat untuk mendiferensiasikan dengan Bank Konvensional guna memudahkan pengambilan keputusan konsumen dalam memilih Bank Syariah.

13

Pilihp Kotler dan Waldemar Pfoertsch, B2B Brand Management, alih bahasa Natalia Sihandrini. ( Jakarta : BIP, 2006) h. 5-6

Brand sebenarnya merupakan janji penjual untuk secara konsisten

memberikan tampilan, manfaat, dan jasa tertentu kepada pembeli.

Brand-brand terbaik memberikan jaminan mutu. Tetapi brand lebih dari sekedar

simbol. Brand dapat memiliki enam tingkat pengertian:14

a) Atribut: brand mengingatkan pada atribut-atribut tertentu. Bank

Muamalah Indonesia menyatakan transaksi yang syariah , Produk yang dibuat dengan baik, terancang baik, bebas dari riba, mitra bisnis yang terpercaya dan lain-lain. Perusahaan dapat menggunakan satu atau lebih

atribut-atribut ini untuk mengiklankan, “Pertama Murni Syariah” seperti

slogan Bank Muamalah Indonesia, hal ini berfungsi sebagai dasar untuk meletakkan posisi bagi memproyeksikan atribut lainnya. Agar masyarakat ter-influence melalui slogan tersebut dan akhirnya menggunakan jasanya.

b) Manfaat: brand tidak saja serangkaian atribut. Pelanggan tidak membeli

atribut, mereka membeli manfaat. Atribut diperlukan untuk dikembangkan

menjadi manfaat fungsional dan atau emosional. Atribut “tahan lama”

dapat dikembangkan menjadi manfaat fungsional.

c) Nilai: brand juga menyatakan nilai produsen. Suatu Bank Syariah

menyatakan kinerja tinggi, bebas riba, jaminan keamanan, dan lain-lain.

Pemasar brand harus dapat mengetahui kelompok konsumen yang

mencari nilai-nilai ini.

14

20

d) Budaya: brand juga mewakili budaya tertentu. Bank Syariah mewakili

budaya ajaran Islam yang berprinsip keadilan yang bukan hanya berorientasi kemaslahatan di dunia,tetapi juga di akhirat.

e) Kepribadian: brand juga mencerminkan kepribadian tertentu. Brand juga

merupakan cerminan dari orang, binatang, atau suatu obyek.

f) Pemakai: brand menunjukkan jenis konsumen yang membeli atau

menggunakan produk atau jasa tertentu. Seperti Bank Syariah, banyak masyarakat pasti menganggap bahwa Bank tersebut konsumennya hanya yang beragama Islam saja. Tetapi tidak demikian, dengan nilai keislaman

yang universal, sehingga nasabah Bank Syariah bukan saja yang beragama

Islam saja. Hal tersebut adalah contoh bahwa brand mampu menunjukkan

pemakai atas suatu produk atau jasa.

Semua ini menunjukkan bahwa brand merupakan simbol yang

kompleks. Jika suatu perusahaan memperlakukan brand hanya sebagai nama,

perusahaan tersebut tidak melihat arti brand yang sebenarnya. Tantangan

dalam pemberian brand adalah untuk mengembangkan pengertian yang

mendalam atas brand tersebut.

Dengan enam tingkat pengertian dari brand, pemasar harus

menentukan pada tingkat mana akan ditetapkan identitas brand. Merupakan

suatu kesalahan untuk mempromosikan hanya atribut brand saja, yang akan

a) Pembeli tidak begitu tertarik dengan atribut brand dibanding dengan

manfaat brand.

b) Pesaing dapat dengan mudah meniru atribut tersebut.

c) Atribut yang sekarang lama kelamaan akan menurun artinya, sehingga

merugikan brand yang terikat pada atribut tersebut.

Menurut Aaker, Brand memiliki lima kategori : 15

a) Brand loyality ( loyalitas merek )

b) Brand Awareness ( kesadaran akan merek ) c) Perceived Quality ( kualitas yang dirasakan )

d) Brand Associations ( asosiasi merek sebagai tambahan terhadap kesan kualitas )

e) Other Proprietary Brand Assets ( seperti paten, merek dagang, channel, relationships, dan lain-lain)

Kelima kategori inilah yang harus dijalankan dan didapatkan dari para konsumennya oleh setiap perusahaan secara berurutan dari urutan pertama sampai kelima, jika ingin mencapai hasil yang maksimal. Penggunaan sebuah

label atau merek atau brand akan membuat usahanya mampu bersaing di

pasar.

15

Husein Umar, Riset Pemasaran & Perilaku Konsumen ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama,2000) h.424-425

22

2. Manfaat dan Tujuan Branding

Manfaat brand ataumerek atau label dapat digolongkan menjadi dua yaitu:

a) Memberikan Nilai Kepada Konsumen

Brand pada umumnya bertujuan untuk menambahkan nilai bagi para konsumen. Yaitu berupa :

i. Membantu konsumen menafsirkan, berproses dan menyimpan

informasi dalam jumlah yang besar mengenai produk dan brand atau

merek atau label.

ii. Brand juga bisa mempengaruhi rasa percaya diri konsumen dalam mengambil keputusan pembelian.

iii. Yang lebih penting nantinya adalah kenyataan bahwa kesan kualitas

pada suatu brand bisa menguatkan kepuasan konsumen dengan

pengalaman menggunakannya.

b) Memberikan Nilai Kepada Perusahaan

Sebagai bagian dari perannya dalam menambah nilai untuk konsumen, brand memiliki potensi untuk menambah nilai bagi perusahaan yaitu :

i. Menguatkan program memikat para konsumen baru atau merangkul

kembali konsumen lama.

ii. Menguatkan loyalitas merek. Kesan kualitas, asosiasi, dan nama yang

terkenal bisa memberikan alasan untuk membeli dan bisa mempengaruhi kepuasan penggunaan.

iii. Memungkinkan margin yang lebih tinggi dengan memungkinkan

harga optimum (premium pricing) dan mengurangi ketergantungan

pada promosi. Jelasnya, sebuah brand yang memiliki kelemahan

dalam pasar harus menginvestasikan lebih banyak untuk aktivitas

promosi. Sedangkan brand yang sudah terkenal, sudah tentu tidak

perlu mengeluarkan biaya promosi yang besar.

iv. Brand bisa memberikan landasan untuk pertumbuhan perusahaan. v. Brand bisa memberikan dorongan dalam saluran distribusi baik

perusahaan dibidang produk maupun jasa. Brand yang kuat akan

mendapatkan keuntungan dalam urusan penempatan barang di toko-toko, swalayan dan kerjasama dalam menerapkan program-program pemasaran.

Brand atau merek atau label bukan hanya memiliki manfaat, tetapi juga

memiliki tujuan. Adapun tujuan dari suatu brand atau merek atau label adalah sebagai

berikut :16

i. Brand mengidentifikasi sumber.

ii. Brand menyederhanakan penanganan atau penelusuran produk.

iii. Brand membantu untuk mengorganisasikan catatan inventori dan catatan akunting atau laporan keuangan.

16

Philip Kotler dan Kevin Lane Keller, Manajemen Pemasaran, alih bahasa Benyamin Molan

24

iv. Brand menawarkan perlindungan hokum yang kuat untuk fitur atau aspek produk yang unik

v. Brand adalah alat bantu untuk mendiferensiasikan produk yang dimiliki dengan produk pesaing.

vi. Masa depan bisnis yang aman.

vii. Menciptakan kesetiaan brand.

viii. Menciptakan preferensi

ix. Menciptakan citra brand.

x. Meningkatkan penjualan.

3. Ketentuan Brand atau merek atau label Dalam Islam

Dalam Islam nama adalah sebuah do’a dan harapan dan kita dianjurkan untuk memberi nama yang baik kepada anak-anak kita. Dalam konsep Islam minimal ada

tiga hal yang harus diperhatikan dalam memberi nama :17

a) Pertama: Nama tersebut mengandung arti pujian seperti; Ahmad atau

Muhammad

b) Kedua: Mengandung arti doa dan harapan seperti; Aflah atau Sholih

c) Ketiga: Mengandung arti semangat atau menimbulkan semangat bila

mendengarnya seperti; Saefullah atau Asadullah

17

Mukhlis, “ Trik Membuat Merek yang Menjual” artikel diakses pada 20 april 2011 dari http://abangadek-adv.com

Dalam hal konsep branding agama Islam, label Syariah sudah mengandung ketiga ketentuan di atas. Syariah artinya jalan ke sumber air atau jalan terang yang harus

dilalui atau jalan yang harus diikuti oleh orang-orang beriman.18 Dari pengertian

tersebut tersirat bahwa ada pujian kepada Allah SWT sebagai Sang pencipta hukum-hukum pedoman hidup manusia. Kemudian mengandung doa dan harapan dari kalimat “ke sumber air” artinya bahwa segala sesuatu yang dilakukan tujuannya untuk mendapatkan ridho dari Allah SWT. Terakhir, mengandung arti semangat yaitu dengan menjalankan segala ketentuan Allah SWT, maka segala kebahagiaan di dunia dan akhirat akan teraih.

Dalam Islam, konsep branding telah diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW,

Beliau bukan seorang pemilik perusahaan yang memiliki brand terkenal. Akan tetapi,

Beliau memiliki personal branding yang sangat kuat. Dengan bermodalkan

kepercayaan, sikap jujur, dan integrasinya, Nabi Muhammad banyak dipercaya oleh

para pengusaha termasuk Siti Khadijah untuk menjalankan usahanya.19 Mereka tidak

ragu menginvestasikan hartanya kepada Nabi Muhammad, karena suri tauladan yang ada pada Nabi Muhammad telah terbukti jujur dan professional. Hal ini mengajarkan

bahwa, jika ingin suatu nama brand atau merek atau label dikenal dan dibutuhkan

masyarakat, maka sangat penting untuk membuktikannya terlebih dahulu baik kualitas, maupun aspek lainnya.

18

Dar al Fikr, Dairah al Ma’arif al Islamiyahn ( Beirut vol III ) h. 242 19

Thorik Gunara dan Utus Hardiono S, Marketing Muhammad saw ( Bandung : Madania Prima,2007) h.79

26

Tidak berbeda jauh dengan teori memilih brand atau merek atau label dalam

bisnis, kita seharusnya memperhatikan beberapa aspek sehingga merek atau brand

kita mendulang sukses. Sehingga sebuah brand yang bisa dikelola dengan baik bisa berumur puluhan bahkan ratusan tahun.

Berikut ini ketentuan untuk membuat atau memilih merek yang baik :20

a) Pertama; Patuhi hukum S&W (Speakable & Writable), Sebuah merek

hendaknya mudah diucapkan dan juga mudah ditulis, karena bila merek sulit diucapakan maka merek akan mudah dilupakan. Salah satu caranya adalah

dengan hanya menggunakan maksimal dua suku kata, karena jika terlalu

panjang maka akan sulit diingat.

b) Kedua; brand itu harus mempunyai arti yang baik dan diterima konsumen.

Perusahaan juga harus berhati-hati dalam brand, karena bahasa di dunia ini

sangat beragam dan sebuah suku kata bisa saja mempunyai arti yang baik disatu daerah atau negara tetapi mempunyai arti yang tidak baik di negara lain.

c) Ketiga; brand harus memiliki makna yang dapat ditangkap oleh konsumen

Anda. Seperti nama Bank Syariah, sudah pasti maknanya Bank tersebut

beroperasi menggunakan aturan-aturan Syar’i.

d) Keempat; Bentuk logo atau tulisan brand mudah dilihat dan dibaca.

20

Sriwijaya Post, “Strategi Pemasaran dalam Islam” artikel diakses pada 20 april 2011 dari http://palembang.tribunnews.com

B. Teori Pemasaran

1. Pengertian Pemasaran

Pemasaran (marketing) merupakan satu kegiatan pokok yang

dilakukan oleh para pengusaha untuk memperoleh laba, mempertahankan kelangsungan hidup dan untuk mengembangkan usaha. Pemasaran (marketing) itu sendiri berasal dari kata market yang artinya pasar. Banyak definisi yang telah dikemukakan oleh para ahli bidang pemasaran. Tetapi mereka semua berpendapat bahwa kegiatan pemasaran bukan hanya sekedar kegiatan menjual barang atau jasa tetapi lebih luas dari pada hal tersebut, untuk mengetahui lebih jelas mengenai apa sebenarnya yang dimaksud dengan pemasaran, berikut penulis menguraikan beberapa batasan atau depinisi yang dikemukakan oleh beberapa ahli pemasaran.

Menurut Philip Kotler menyatakan pemasaran adalah21

kegiatan manusia yang diarahkan untuk memuaskan kebutuhan dan keinginan melalui proses pertukaran.

Menurut Lamb dkk menyatakan pemasaran adalah22

suatu proses dan menjalankan konsep, harga dan distribusi sejumlah ide, barang,dan jasa untuk menciptakan pertukaran yang mampu memuaskan tujuan individu dan organisasi.

21 Philip Kotler,

Dasar-dasar Pemasaran ( Jakarta : PT Prenhalindo, 1987) h.5 22

28

Asosiasi Pemasaran Amerika mendefinisikan23, pemasaran adalah satu

fungsi organisasi dan seperangkat proses untuk menciptakan,

mengkomunikasikan, dan menyerahkan nilai kepada pelanggan dan mengelola hubungan pelanggan dengan cara yang menguntungkan organisasi dan para pemilik sahamnya.

Kotler dan AB Susanto mendifinisikan24, pemasaran adalah suatu

proses sosial dan manajerial dimana individu dan kelompok mendapatkan kebutuhan dan keinginan mereka dengan menciptakan, menawarkan, dan bertukar sesuatu yang bernilai satu sama lain.

Sehingga secara umum pemasaran dapat diartikan sebagai suatu proses sosial yang merancang dan menawarkan sesuatu yang menjadi kebutuhan dan keinginan dari pelanggan dalam rangka memberikan kepuasan yang optimal

kepada pelanggan.25

2. Manfaat dan Tujuan Pemasaran

Secara umum pemasaran memiliki manfaat, antara lain:26

a) Sebagai Pertukaran

23

Kotler, Manajemen pemasaran. h.8 24

Philip Kotler dan AB Susanto, Manajemen Pemasaran di Indonesia.( Jakarta : Salemba Empat, 2000) h.7

25

Rianto Al Arif, Dasar-dasar Pemasaran Bank Syariah. h.6 26

http://organisasi.org/arti-definisi-pengertian-pemasaran-fungsi-pemasaran-marketing-ilmu manajemen-pemasaran

Dengan pemasaran pembeli dapat membeli produk dari produsen baik dengan menukar uang dengan produk maupun pertukaran produk dengan produk (barter) untuk dipakai sendiri atau untuk dijual kembali.

b) Sebagai Distribusi Fisik

Distribusi fisik suatu produk dilakukan dengan cara mengangkut serta menyimpan produk. Produk diangkut dari produsen mendekati kebutuhan konsumen dengan banyak cara baik melalui air, darat, udara, dan sebagainya. Penyimpanan produk mengedepankan menjaga pasokan produk agar tidak kekurangan saat dibutuhkan.

c) Sebagai Perantara

Untuk menyampaikan produk dari tangan produsen ke tangan konsumen dapat dilakukan pelalui perantara pemasaran yang menghubungkan aktivitas pertukaran dengan distribusi fisik.

Namun jika ditinjau dari aspek yang berhubungan dengan branding atau

pelabelan, pemasaran memiliki manfaat, sebagai berikut:27

i. Menanamkan brand awareness dan citra yang kuat pada masyarakat.

ii. Mempertahankan konsumen lama sekaligus memperluas pasar dengan

menarik dan menjangkau konsumen baru.

iii. Memberikan dan menjelaskan informasi kepada para konsumen bahwa

pilihannya terhadap produk atau jasa adalah tepat.

iv. Meningkatkan penjualan suatu perusahaan.

27

30

Selain manfaat, pemasaran juga memiliki beberapa tujuan, yang secara umum

tujuan pemasaran adalah28 memenuhi dan memuaskan kebutuhan dan keinginan

pelanggan sasaran, bidang perilaku konsumen mempelajari bagaimana individu, kelompok dan organisasi memilih, membeli, memakai dan membuat barang, jasa, gagasan, atau pengalaman dalam rangka memuaskan kebutuhan dan hasrat mereka.

Dalam dunia perbankan, pemasaran memiliki tujuan, antara lain29 :

a) Memaksimumkan konsumsi atau dengan kata lain memudahkan dan

merangsang konsumsi, sehingga dapat menarik nasabah untuk membeli produk yang ditawarkan bank secara berulang-ulang.

b) Memaksimumkan kepuasan pelanggan melalui berbagai pelayanan yang

diinginkan nasabah.

c) Memaksimumkan pilihan ragam produk dalam arti bank menyediakan

berbagai jenis produk bank sehingga memiliki beragam pilihan pula.

d) Memaksimumkan mutu hidup dengan memberikan berbagai kemudahan

kepada nasabah dan menciptakan iklim yang efisien.

Sehingga dari penjelasan diatas, menyatakan bahwa tujuan dari pemasaran baik menurut konsep pemasaran secara umum atau pemasaran bank yaitu, dasarnya adalah bagaimana caranya aktivitas pemasaran dapat dilaksanakan berdasarkan suatu konsep yang baik, yang mengungkapkan pemasran yang tanggap, bertanggung jawab,

28

Kotler, Manajemen Pemasaran. h.182 29

dan selalu memberikan kepuasan pada para konsumen serta menguntungkan perusahaan.

3. Strategi Pemasaran Dalam Islam

Dunia pemasaran sering diidentikkan dengan dunia yang penuh janji manis namun belum tentu terbukti apakah produk atau jasanya sesuai dengan apa yang telah dijanjikan. Inilah yang harus dicapai dan dibuktikan dalam konsep pemasaran dalam Islam, bahwa pemasaran bukanlah dunia yang penuh tipu menipu. Seperti yang

terkandung dalam Al-qur’an,yang berbunyi :

                      

“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu saling memakan harta sesamu dengan jalan yang batil, kecuali dengan jalan perniagaan yang berlaku dengan suka sama suka di antara kamu. Dan janganlah kamu membunuh dirimu; sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.“ (QS.4 An-Nisaa ayat 29).

Dalam syariah marketing, suatu pemasaran harus disertai dengan keikhlasan

semata-mata hanya untuk mencari keridhaan Allah, maka seluruh transaksinya Insya

Allah menjadi ibadah dihadapan-Nya. Bukan hanya itu, dalam syariah marketing,

32

berorientasi pada tujuan lainnya yaitu keberkahan, yang pada akhirnya melahirkan

konsep maslahah. Ada 4 karakteristik yang terdapat dalam syariah marketing 30:

a) Ketuhanan ( Rabbaniyah ) artinya bahwa setiap kegiatan tak terkecuali

pemasaran, Allah akan selalu mengawasinya. Sehingga para pelakunya akan senantiasa menghindari segala perbuatan yang dilarang.

b) Etis ( Akhlaqiyyah ) artinya mengedepankan akhlak dan etika bisnis yang baik

dalam segala aspek kegiatannya.

c) Realistis (Al-waqi’yyah ) artinya nyata baik perencanaannya, pelaksanaannya,

dan manfaatnya.

d) Humanitis ( Insaniyyah ) artinya bahwa kegiatan ini dilakukan untuk

mengangkat derajat pelakunya dengan panduan ajaran-ajaran syariah dalam setiap kegiatannya.

Pada intinya adalah strategi pemasaran dalam Islam tidak jauh berbeda dengan pemasaran pada umumnya, yang membedakan hanyalah nilai-nilai keagamaan yang bersumber dari emosional ( spiritual ) dan bukan hanya mengedepankan aspek rasional saja. Hal-hal tersebut antara lain :

a) Tidak melakukan sistem perdagangan terlarang.

b) Tidak terlalu banyak mengambil untung.

c) Tidak membiasakan bersumpah ketika berdagang. Hal ini sesuai dengan hadist

Rasulullah SAW:

30

.فلحْلا رْثكو ْمكاَيإ قحْمي َمث قِفني هَنإف عْي ْلا يف

Jauhilah oleh kalian banyak bersumpah dalam berdagang, karena dia (memang biasanya) dapat melariskan dagangan tapi kemudian menghapuskan (keberkahannya).” (HR Muslim).31

d) Tidak berbohong ketika berdagang.

e) Penjual harus melebihkan timbangan. Seorang pedagang sangat dilarang

mengurangi timbangan.

f) Pemaaf, mempermudah dan lemah lembut dalam berjual beli.

g) Tidak boleh memakan dan memonopoli barang dagangan tertentu.

Adapun strategi dalam menjalankannya sama dengan pemasaran pada umumnya seperti segmentasi pasar atau pembidikan pasar, bauran pemasaran atau marketing mix ( product, price, place, and promotion ), dan strategi-strategi lainnya.

a) Segmentasi pasar atau pembidikan pasar.

Terdiri dari segmentasi geografis, demografis, psikografi. Segmentasi pasar menjadi hal penting bagi sebuah perusahaan untuk dapat memenuhi

kebutuhan (need) dan keinginan (want ) pasar yang selalu berubah-ubah.32

Segmentasi geografis merupakan pembagian pasar menjadi unit-unit geografis yang berbeda, misalnya wilayah, negara, propinsi, kota, kepulauan dan berdasarkan musim. Sesuai kebutuhan disetiap wilayah geografis tersebut.

31

Abu al-Husein Muslim bin al-Hajjaj al-Qusyairi al-Naisaburi, Shahih Muslim ( Indonesia: Maktabah Thaha Putera Semarang ) juz III, h. 10

32

34

Segmentasi demografi merupakan pembagian berdasarkan jenis kelamin, usia, agama, dan tingkat pendidikan. Dalam Islam telah dicontohkan oleh Nabi Muhammad yang mengelompokkan pasar berdasarkan keluarga, kewarganegaraan dan kelas sosial. Untuk keluarga, Beliau menyediakan produk peralatan rumah tangga. Sedangkan produk yang dijual Nabi untuk warga negara asing di Busra terdiri dari kismis, parfum, kurma kering, barang

tenunan, batangan perak dan ramuan.33

Segmentasi psikografi merupakan pembagian berdasarkan gaya hidup, kebiasaan dan karakter. Dalam hal ini, Nabi Muhammad SAW mencontohkan suatu produk dipengaruhi oleh gaya hidup, maka barang yang dibeli oleh orang-orang tersebut untuk menunjukkan gaya hidupnya. Nabi mengetahui kebiasaan orang Bahrain, cara hidup penduduknya, mereka minum dan cara

mereka makan.34

b) Bauran pemasaran atau Marketing mix

Seluruh komponen dari konsep marketing mix yang terdiri dari

product, price, place, and promotion, dalam aplikasinya sama dengan pemasaran pada umumnya. Yang membedakan secara menonjol adalah pada aspek realistisnya yang artinya pemasaran bukan hanya konsep dan janji

33

Sriwijaya Post, “Strategi Pemasaran dalam Islam” artikel diakses pada 20 april 2011 dari http://palembang.tribunnews.com

Dokumen terkait