• Tidak ada hasil yang ditemukan

Komponen rumahtangga dalam suatu sistem farm-household adalah suatu konsep yang fleksibel. Konsep rumahtangga ini menyangkut bagian keluarga pertanian dan lebih sering berhubungan dengan anggota keluarga secara luas. Hal ini biasanya menyangkut beberapa jumlah, lebih banyak atau lebih sedikit, rumahtangga dan petani atau sejenisnya yang saling tergantung.

Untuk mempelajari rumahtangga petani peternak diperlukan pemahaman konsep-konsep rumahtangga yang dikemukakan beberapa ahli ekonomi rumahtangga. Dalam melaksanakan kegiatan usahatani, rumahtangga bertujuan memaksimumkan keuntungan. Tujuan rumahtangga memaksimumkan keuntungan berkaitan dengan pengalokasian tenaga kerja. Konsep alokasi tenaga kerja dapat dikaji berdasarkan apa yang ditemukan Becker. Pengembangan lebih lanjut dari konsep alokasi tenaga kerja adalah konsep-konsep perilaku rumahtangga pertanian. Beberapa model farm household behaviour telah dikembangkan dan diuji dengan menggunakan pendekatan

new home economic (Ellis, 1988b). Konsep rumahtangga pertanian tersebut diantaranya yang dikemukakan olehChayanov, Barnum-Squiredan Low.

3.1.1. Konsep Alokasi Waktu Becker’s

Alokasi waktu oleh Becker (1976) dimulai dengan perilaku perorangan dalam memaksimumkan fungsi utilitasnya. Dengan asumsi rumahtangga mengkonsumsi barang dan jasa yang dibeli dari pasar, K1, K2,…,Kn. Dalam bentuk paling sederhana,

U = U(K1, K2,…,Kn) (3.1)

Untuk memaksimumkan utilitas dalam mengkonsumsi barang dan jasa yang dibeli dari pasar seperti tersebut di atas, rumahtangga diperhadapkan dengan kendala anggaran. Nilai barang dan jasa yang dibeli di pasar harus sama dengan pendapatan yang diterima rumahtangga. Pendapatan tersebut berasal dari upah dan pendapatan lain. Secara matematis kendala anggaran dapat ditulis sebagai :

= + = = m i i iK I G O H 1 i = 1,2,…n (3.2) dimana :

Ki = konsumsi barang dan jasa yang dibeli dipasar

Hi = harga barang dan jasa ke-i

I = total pendapatan G = pendapatan dari upah O = pendapatan selain upah

Dalam maksimisasi utilitas dengan kendala anggaran tersebut dapat menghasilkan FOC sebagai berikut :

i i H K U λ = ∂ ∂ i = 1,…,n (3.3) dimana: i K U ∂ ∂

= MUi adalah tambahan kepuasan dari konsumsi barang dan jasa ke-i

λ = Lagrangiang multiplier adalah tambahan kepuasan dari pendapatan Berdasarkan teori pilihan konsumen maka dari fungsi utilitas dapat diturunkan fungsi permintaan barang dan jasa yang dikonsumsi. Persamaan (3.3) menunjukkan

perilaku konsumsi dalam teori permintaan. Secara teori, jumlah barang dan jasa yang diminta berhubungan negatif dengan harga barang tersebut. Selanjutnya pada harga yang sama, semakin tinggi pendapatan maka jumlah barang dan jasa yang dibeli cenderung semakin meningkat.

Menurut Becker (1976), waktu seperti sumberdaya lain adalah langka dan rumahtangga mengalokasikan waktu secara optimal. Rumahtangga diperlakukan sebagai unit produksi, mereka mengkombinasikan barang-barang kapital dan bahan mentah, bersama-sama dengan waktu tenaga kerja, untuk memproduksi barang- barang akhir yang siap dikonsumsi atau R-goods. Utilitas diperoleh secara langsung oleh rumahtangga dari variasi konsumsi barang-barang akhir. Teori permintaan konsumen tradisional diasumsikan bahwa barang-barang yang dibeli di pasar dimasukkan secara langsung ke dalam fungsi utilitas. Dalam pendekatannya, diasumsikan rumahtangga memproduksi barang akhir berkontribusi secara langsung ke utilitas.

Seperti telah dinyatakan di atas rumahtangga diasumsikan mengkombinasikan waktu dan barang-barang yang dibeli di pasar untuk memproduksi komoditas pokok yang secara langsung dimasukkan ke dalam fungsi utilitas mereka. Komoditas yang dihasilkan tersebut merupakan barang yang siap dikonsumsi, yang dinyatakan sebagai R. Fungsi utilitas rumahtangga dengan mengkonsumsi barang R dapat dinyatakan sebagai berikut :

U = U(R1, R2,…,Rn) (3.4)

dimana :

Aspek penting yang lain dari teori Becker, yaitu adanya tehnologi produksi rumahtangga. Fungsi produksi rumahtangga dalam menghasilkan komoditas akhir yang siap dikonsumsi adalah:

Ri = R (KBi, Wi) i = 1,2,…,n (3.5)

Dalam formulasi ini rumahtangga sebagai keduanya produsen dan konsumen yang memaksimumkan utilitas. Kuantitas R-goods adalah dari barang-barang pasar (KBI) dan kuantitas waktu (Wi) yang digunakan dalam produksi. Wi menunjukkan

aspek perbedaan waktu. Kombinasi waktu dan barang-barang pasar melalui fungsi produksi adalah untuk menghasilkan komoditas pokok Ri. Rumahtangga memilih

kombinasi terbaik dengan cara yang sederhana untuk memaksimumkan fungsi utilitas. Implikasinya rumahtangga mencoba memaksimumkan utilitas dan meminimumkan biaya produksi. Rumahtangga akan merespon perubahan dalam harga barang-barang pasar, opportunity cost dari waktu (tingkat upah), pendapatan, perubahan dalam produktivitas barang-barang pasar dan waktu yang digunakan dalam proses produksi.

Fungsi produksi tersebut di atas dapat dinyatakan sebagai kendala produksi. Dalam memaksimumkan utilitas rumahtangga dihadapkan pada beberapa kendala yaitu kendala produksi, pendapatan dan waktu. Kendala pendapatan yang dihadapi rumahtangga dapat dinyatakan sebagai :

O G I K H i m i i = = +

=1 (3.6)

Kendala pendapatan merupakan total pengeluaran rumahtangga untuk membeli barang-barang konsumsi sama dengan total pendapatan yang diperoleh dari nilai

tenaga kerja yang diupah dan pendapatan selain upah. Sedangkan kendala waktu yang dihadapi rumahtangga dalam mengkonsumsi barang akhir merupakan total waktu yang digunakan untuk menghasilkan barang akhir sama dengan waktu rumahtangga yang tersedia dikurangi dengan waktu yang dipakai untuk bekerja. Kendala waktu yang dihadapi rumahtangga dapat dinyatakan sebagai :

Wg W Wk W m i i = = −

=1 (3.7) dimana:

Wi = jumlah waktu yang dipakai untuk memproduksi barang R ke-i

Wk = jumlah waktu yang dikonsumsi W = jumlah waktu yag tersedia

Wg = jumlah waktu yang dipakai untuk bekerja

Becker memperkenalkan konsep pendapatan penuh (full income) ke dalam teori rumahtangga. Pendapatan penuh (IF) sebagai pendapatan uang maksimum yang

dapat dicapai rumahtangga dengan semua waktu dan sumberdaya lain yang dicurahkan untuk memperoleh pendapatan dengan tidak memperhatikan konsumsi. Rumahtangga dapat menghabiskan pendapatan penuh secara langsung maupun tidak langsung. Secara langsung adalah untuk membeli barang-barang pasar dan secara tidak langsung untuk memproduksi barang akhir yang siap dikonsumsi (non-market goods) termasuk penggunaan waktu rumahtangga. Jika rumahtangga mengalokasikan waktu mereka untuk menghasilkan barang rumah atau barang akhir yang siap dikonsumsi (R-goods), mereka tidak memperoleh pendapatan. Implikasinya bahwa individu dalam rumahtangga dapat mengalokasikan kendala waktu mereka apakah

untuk memproduksi barang akhir, bekerja, dan santai dalam tujuan untuk memaksimumkan fungsi utilitas rumahtangga.

Rumahtangga dapat memaksimumkan utilitasnya dengan mengkonsumsi barang-barang akhir (R) yang dihasilkan rumahtangga. Barang-barang akhir tersebut dihasilkan berdasarkan kombinasi input yang dibeli dipasar dengan waktu, R = R(KBi,

Wi). Asumsi : rumahtangga menghasilkan hanya satu barang akhir, R. Implikasinya

waktu yang tersedia oleh rumahtangga digunakan untuk memproduksi satu barang akhir, sehingga dalam fungsi utilitas hanya menyangkut faktor satu barang siap dikonsumsi (R) dan leisure (S). Dalam hal ini harga merupakan harga tunggal untuk input yang digunakan dalam menghasilkan satu barang siap dikonsumsi.

Waktu yang tersedia oleh rumahtangga dialokasikan untuk beberapa penggunaan. Alokasi waktu yang dinyatakan Becker ini dapat dinyatakan dalam bentuk kurva dengan melihat hubungan antara barang akhir yang diproduksi rumahtangga dengan alokasi penggunaan waktu tersebut. Pemikiran ini sama dengan yang dinyatakan Ellis (1988), sehingga pemahaman selanjutnya dari konsep Becker seperti dapat dilihat dalam Gambar 2.

Gambar 2 menunjukkan total waktu yang tersedia untuk semua aktivitas rumahtangga dan anggota keluarganya. Waktu yang tersedia tersebut dikategorikan dalam tiga komponen yaitu, waktu bekerja dirumah, waktu bekerja di luar rumah dan waktu untuk santai (leisure). Waktu bekerja dirumah yaitu waktu yang digunakan untuk menghasilkan barang-barang yang siap dikonsumsi (home production), waktu bekerja di luar rumah yaitu waktu yang digunakan untuk menghasilkan pendapatan. Sedangkan waktu santai adalah waktu yang digunakan untuk istirahat.

Gambar 2. Alokasi Waktu Rumahtangga

Sumbu vertikal pada Gambar 2 merupakan jumlah barang siap dikonsumsi yang dihasilkan rumahtangga (R), sedangkan sumbu horizontal menunjukkan waktu yang tersedia oleh rumahtangga (OW). Waktu yang digunakan rumahtangga untuk bekerja dirumah adalah sebesar OW1, sedangkan waktu yang digunakan untuk kerja

di luar rumah dan menghasilkan pendapatan yaitu sebesar W1W2. Waktu sisa dari

waktu yang tersedia merupakan waktu santai atau waktu istirahat yaitu sebesar W2W.

Penggunaan waktu yang dialokasikan rumahtangga menghasilkan fungsi produksi yang dinyatakan sebagai kurva total produksi (TP). Fungsi produksi menggambarkan transformasi waktu bekerja di rumah ke dalam barang konsumsi akhir R.

Bila bekerja di luar rumah, rumahtangga memperoleh pendapatan. Setiap peningkatan jam kerja akan menghasilkan pendapatan tertentu. Total pendapatan yang diterima rumahtangga dinyatakan sebagai OI yang merupakan total pendapatan

A g’ I TP U E2 U E1 B C W W2 W1 g O R R

riil. Titik I mewakili opportunity cost penuh dari waktu rumahtangga yang diperoleh dengan nilai total jam yang tersedia (W) pada tingkat upah riil sama dengan G/h.

Opportunity cost dari waktu ditunjukkan oleh upah riil, g.

Keseimbangan rumahtangga dalam menghasilkan produk akhir dicapai pada titik E1, yaitu pada saat tambahan produk bekerja di rumah sama dengan upah riil

(MPP = G/h). Pada kondisi ini kurva total produksi bersinggungan dengan garis tingkat upah riil (gg’), dengan waktu yang digunakan sebesar OW1 dan produk akhir

yang dihasilkan sebesar OC. Kombinasi antara barang akhir produksi rumah dengan waktu santai menghasilkan utilitas tertentu yang digambarkan sebagai kurva indiferens (UU). Keseimbangan rumahtangga dalam mengkonsumsi barang akhir dicapai pada titik E2, yaitu pada saat Marginal Rate of Substitution dari waktu santai,

MRSS (MUS/MUR) sama dengan rasio opportunity cost waktu santai terhadap harga

pasar input produk akhir (G/h).

Kondisi seperti diuraikan di atas dengan asumsi tingkat upah yang berlaku adalah konstan. Apabila terjadi perubahan tingkat upah (cet. par) maka kondisi tersebut akan berubah karena dengan berubahnya tingkat upah menyebabkan pendapatan yang diterima rumahtangga cenderung berubah. Perubahan tingkat pendapatan ini akan mempengaruhi alokasi waktu rumahtangga yang tersedia untuk waktu bekerja dirumah, waktu kerja di luar rumah dan waktu santai.

Teori alokasi waktu yang dijelaskan Becker merupakan teori alokasi waktu antara aktivitas yang berbeda. Inti teori ini adalah asumsi rumahtangga sebagai produsen dan sebagai konsumen. Rumahtangga memproduksi komoditas dengan

mengkombinasikan input barang dan waktu berdasarkan aturan minimisasi biaya teori tradisional perusahaan. Kuantitas komoditas yang diproduksi ditentukan oleh maksimisasi fungsi utilitas dengan kendala harga dan batasan sumberdaya. Sumberdaya diukur melalui pendapatan penuh yaitu jumlah pendapatan uang dan kehilangan waktu dan barang yang digunakan untuk mendapat kepuasan. Harga komoditas diukur dari jumlah biaya input barang dan waktu.

3.1.2. Konsep Rumahtangga Chayanov

Pada prinsipnya konsep Chayanov mengemukakan model rumahtangga pertanian berperan sebagai produsen maupun konsumen. Pemikiran Chayanov bahwa rumahtangga membuat keputusan subyektif menyangkut jumlah tenaga kerja keluarga dalam proses produksi usahatani untuk memenuhi kebutuhan konsumsi keluarganya. Dalam pengambilan keputusan disini, terjadi trade off antara pekerjaan usahatani yang drudgery dan kegunaan pendapatan. Konsep rumahtangga pertanian Chayanov lebih ditekankan pada dua tujuan rumahtangga yang berlawanan tersebut yaitu orientasi pendapatan atau work-avoidance. Pemikiran ini muncul didasarkan pada kenyataan bahwa pekerjaan usahatani merupakan pekerjaan yang membutuhkan tenaga fisik lebih besar. Alasan inilah yang menyebabkan rumahtangga berusaha menghindari pekerjaan usahatani tersebut. Ellis (1988) menyatakan kondisi ini sebagai drudgery averse.

Faktor utama yang mempengaruhi trade off tersebut adalah ukuran rumahtangga dan komposisi antara anggota keluarga yang bekerja dan tidak bekerja atau dinyatakan sebagai struktur demografi. Struktur demografi ini merupakan ciri

konsep Chayanov yang membedakannya dengan Becker. Model Chayanov dapat berlaku bila memenuhi beberapa kondisi yang merupakan asumsi kunci (Ellis, 1988), diantaranya : (1) tidak ada pasar tenaga kerja, (2) sebagian output usahatani dikonsumsi oleh rumahtangga dan sebagian dijual dengan harga pasar yang berlaku, (3) semua rumahtangga mempunyai akses fleksibel pada lahan untuk penanaman, dan (4) setiap masyarakat (sebagai norma sosial) memperoleh pendapatan minimum yang menyebabkan rumahtangga sebagai suatu unit mempunyai tingkat konsumsi minimum.

Konsep Chayanov selanjutnya menggambarkan perilaku rumahtangga dalam pengambilan keputusan aspek produksi maupun aspek konsumsi. Asumsi teori ekonomi rumahtangga, perilaku rumahtangga bertujuan memaksimumkan produksi sekaligus memaksimumkan utilitasnya. Komponen-komponen utama dalam model Chayanov tersebut lebih jelas dapat dipelajari melalui kurva seperti pada Gambar 3.

Sumbu vertikal pada Gambar 3 menunjukkan output usahatani, namun karena asumsi Chayanov bahwa output yang dihasilkan rumahtangga dijual sehingga output dinyatakan sama dengan pendapatan (output yang dinilai dengan uang). Sedangkan sumbu horizontal menunjukkan total waktu tenaga kerja rumahtangga yang tersedia. Total waktu ini ditentukan oleh jumlah pekerjaan. Seperti konsep Becker, Chayanov juga mengalokasikan waktu yang tersedia tersebut untuk aktivitas yang berbeda. Perbedaannya Becker mengalokasikan waktunya untuk tiga kategori penggunaan yaitu penggunaan waktu kerja di rumah, waktu kerja untuk memperoleh pendapatan dan waktu untuk santai. Namun konsep Chayanov, alokasi total waktu yang tersedia hanya untuk pekerjaan usahatani dan waktu untuk santai.

Gambar 3. Model Rumahtangga Usahatani Chayanov

Dalam proses produksi usahatani diasumsikan output dihasilkan dengan menggunakan input tunggal yaitu tenaga kerja. Respon output yang dihasilkan pada berbagai tingkat penggunaan input tenaga kerja digambarkan sebagai fungsi produksi yang dinyatakan dengan kurva nilai total produksi (TVP). Kurva ini dinyatakan sebagai kurva nilai total produksi karena output dinilai dengan uang seperti telah dikemukakan sebelumnya. Berdasarkan prinsip teori produksi maka fungsi produksi disini bersifat diminishing marginal return. Fungsi produksi secara fungsional dapat dinyatakan sebagai: Y = Hq f(T) cet par., Y adalah total pendapatan keluarga, Hq adalah harga output dan T adalah input tenaga kerja. Lahan dianggap tetap sehingga dalam fungsi produksi tidak menangkap akses lahan.

Kurva indiferens yang dicapai oleh rumahtangga menggambarkan jumlah utilitas tertentu. Utilitas tertentu ini dicapai dengan mengkombinasikan antara

U1 U1 E1 T Tmax Te O Y/I Y/I U2 U2 TVP Imin Ie Imin

konsumsi pendapatan atau waktu santai. Fungsi utilitas dapat dinyatakan sebagai U = U(I,S), I merupakan pendapatan rumahtangga dan S adalah waktu santai. Kemiringan kurva indiferens menggambarkan jumlah perubahan pendapatan yang disebabkan perubahan satu unit waktu santai. Peningkatan waktu santai menyebabkan pendapatan yang diperoleh rumahtangga dari kerja akan menurun. Kemiringan kurva indiferens tersebut dapat dinyatakan sebagai tingkat upah subyektif dari rumahtangga. Tingkat relatif upah subyekif ini dibatasi dengan kebutuhan rumahtangga dalam memenuhi standar hidup minimum yang dapat diterima (pada Gambar 3 ditunjukkan dengan Imin). Sedangkan jumlah maksimum hari-hari kerja penuh yang dilakukan anggota

rumahtangga dibatasi pada jumlah tenaga kerja maksimum, Tmax tertentu. Kedua

kondisi tersebut ditentukan oleh struktur demografi rumahtangga yaitu berdasarkan pada ukuran keluarga dan banyaknya pekerja. Struktur demografi tersebut yang menentukan apakah anggota rumahtangga akan bekerja pada usahatani untuk memperoleh pendapatan ataukah memilih untuk santai.

Apabila tidak ada waktu santai yang dapat mengkompensasi turunnya pendapatan (MUS =0) maka bentuk kurva indiferens bersinggungan dengan kurva

konsumsi minimum (cenderung berbentuk horisontal). Hal ini merupakan suatu kendala. Keseimbangan rumahtangga dalam mengkombinasikan konsumsinya dicapai pada saat kurva indiferens bersinggungan dengan kurva nilai total produksi (titik E1)

dengan pendapatan sebesar Pe dan waktu penggunaan tenaga kerja dalam usahatani

sebesar Te. Keseimbangan pada titik E1 yang dicapai oleh rumahtangga merupakan

keseimbangan tertinggi. Kondisi ini dapat dicapai dengan penggunaan tehnologi produksi tertentu.

Ringkasnya dapat dinyatakan, dalam memaksimumkan utilitas pada model Chayanov, rumahtangga menghadapi tiga kendala yaitu : kendala fungsi produksi : Y = Hq f(T), kendala pendapatan minimum (I ≥ Imin) dan kendala jumlah waktu kerja

pada usahatani yang tersedia maksimum (T ≤ Tmax). Dengan pemecahan matematik

maka keseimbangan tertinggi tercapai pada saat kemiringan kurva indiferens sama dengan kemiringan nilai produk marjinal, MUH/MUY = ∂Y/∂H = MVPL.

Kondisi keseimbangan seperti dijelaskan di atas akan berubah bila terjadi perubahan struktur demografi yang merupakan penekanan konsep Chayanov. Apabila ukuran keluarga dan banyaknya pekerja dalam rumahtangga berubah maka menyebabkan terjadi perubahan tingkat konsumsi minimum, sehingga rasio konsumsi per pekerja berubah. Perubahan ini berdampak pada perubahan keseimbangan output, tenaga kerja dan pendapatan keluarga. Terjadinya perubahan keseimbangan ini menyebabkan keseimbangan fungsi produksi dengan kurva indifirens akan berubah.

Perkembangan selanjutnya dari model Chayanov adalah munculnya konsep Barnum-Squire dan konsep Low (Ellis, 1988c).

3.1.3. Konsep Rumahtangga Barnum-Squire

Konsep rumahtangga pertanian yang dikemukakan Chayanov didasarkan pada cabang teori ekonomi neoklasik yang mengarah sebagai new home economics.

Barnum dan Squire mengembangkan konsep rumahtangga pertanian sebagian bersumber dari new home economics. Model Barnum-Squire ini sangat penting selama dalam lingkup prediksi respon rumahtangga usahatani untuk merubah variabel domestik (ukuran dan struktur keluarga) dan pasar (harga output, harga input, tingkat

upah serta tehnologi). Asumsi model Barnum-Squire yang dikemukakan Ellis (1988c) adalah sebagai berikut : (1) adanya pasar tenaga kerja sehingga rumahtangga usahatani dapat menyewa tenaga kerja di dalam atau luar pada tingkat upah pasar tertentu, (2) lahan yang tersedia untuk rumahtangga usahatani tetap, (3) aktivitas rumah (yang menghasilkan barang akhir) dikombinasikan dengan waktu santai dan diperlakukan sebagai barang konsumsi yang sama untuk tujuan maksimisasi utilitas, (4) pilihan penting dari rumahtangga adalah antara konsumsi output sendiri (P) dan menjual output untuk memenuhi kebutuhan konsumsi non farm dan (5) ketidakpastian dan perilaku terhadap risiko diabaikan. Asumsi ini sangat berbeda dengan asumsi Chayanov. Dalam model Barnum-squire usahatani diberlakukan sebagai unit produksi konvensional seperti rumahtangga.

Berdasarkan asumsi model Barnum-Squire, dapat dinyatakan bahwa rumahtangga memaksiumkan utilitas dalam mengkonsumsi waktu yang digunakan untuk produksi barang siap dikonsumsi dikombinasikan dengan waktu santai, konsumsi output sendiri dan pembelian barang-barang industri. Fungsi utilitasnya dapat dinyatakan sebagai U = U(WR, Kh, KI), WR adalah waktu yang digunakan untuk

produksi barang akhir dikombinasikan dengan waktu santai, Kh adalah konsumsi

output sendiri dan KI adalah konsumsi barang industri. Tingkat kepuasan tersebut

dipengaruhi oleh ukuran rumahtangga antara pekerja (worker) dan tanggungan. Dasar pemikiran ini muncul berdasarkan konsep Chayanov. Dalam memaksimumkan utilitas rumahtangga dihadapkan pada beberapa kendala yaitu : pertama, kendala fungsi produksi : Y = f(L, T, V), Y adalah produksi yang dihasilkan, L adalah lahan untuk penanaman (tetap), T adalah total tenaga kerja rumahtangga maupun tenaga

kerja sewa, dan V adalah input variabel lain. Kedua, kendala waktu : W = WR + WU +

WG, WR adalah waktu yang digunakan untuk produksi barang akhir dan santai

(kombinasi), WU adalah waktu yang digunakan untuk bekerja di usahatani dan WG

adalah waktu yang digunakan untuk bekerja dan mendapat upah. Ketiga, kendala pendapatan : H(Y-Kh) ± gWG – vV = mKI. Kendala pendapatan ini menunjukkan

bahwa penerimaan bersih rumahtangga tidak boleh melebihi pengeluaran terhadap barang. Bila kendala waktu dan kendala pendapatan digabungkan maka diperoleh kendala pengeluaran tunggal yang ditambahkan dalam konsep pendapatan penuh : I = gWR + hKh + mKI = ∏ + gW; gWR adalah opportunity cost dari waktu yang

digunakan untuk produksi barang akhir, hKh adalah nilai pasar konsumsi output

sendiri, mKI adalah nilai pembelian, ∏ adalah keuntungan dan gW adalah nilai

implisit dari total waktu rumahtangga. Perilaku rumahtangga untuk memaksimumkan utilitas dalam mengkonsumsi barang seperti diuraikan di atas dapat dinyatakan dalam bentuk kurva (Gambar 4).

Sumbu vartikal pada Gambar 4 menunjukkan output usahatani. Sedangkan sumbu horizontal menggambarkan waktu yang tersedia (W) dialokasikan oleh rumahtangga dalam tiga penggunaan. Ketiga alokasi waktu tersebut yaitu waktu yang digunakan oleh anggota keluarga untuk bekerja di usahatani (OW1), waktu bekerja

untuk memperoleh pendapatan (W1W2), dan waktu untuk menghasilkan produk akhir

kombinasi dengan waktu santai (W2W).

Fungsi produksi dapat dinyatakan sebagai kurva total produksi (TP) yang menunjukkan hubungan penggunaan waktu dengan total output usahatani. Rumahtangga dalam mengkombinasikan konsumsi barang dinyatakan sebagai kurva

indiferens (UU). Kurva indiferens dicapai untuk tingkat tertentu dari utilitas yang ditentukan berdasarkan perbedaan kombinasi waktu di rumah (waktu produksi barang akhir dan waktu santai), konsumsi output sendiri dan pergeseran garis upah gg’. Garis gg’ menunjukkan biaya upah relatif dari produksi usahatani. Opportunity cost dari waktu ditunjukkan oleh upah relatif G/h. Garis OI dengan kemiringan G/h menggambarkan peningkatan total biaya tenaga kerja yang penggunaannya meningkat. Titik I menunjukkan total biaya implisit dari semua unit waktu yang tersedia untuk rumahtangga apakah tenaga kerja keluarga atau luar keluarga.

Gambar 4. Model Rumahtangga Usahatani Barnum-Squire

Keseimbangan rumahtangga usahatani dalam produksi dicapai pada saat garis upah gg’ bersinggungan dengan kurva fungsi produksi (pada titik E2). Titik

keseimbangan yang dicapai ini juga menentukan tambahan pendapatan penuh, I untuk U g’ O Y U W Y E2 E1 I I’ W1 W2 B A g TP

model produksi. Keseimbangan rumahtangga usahatani dalam konsumsi dicapai pada saat kurva indiferens bersinggungan dengan garis upah gg’ (pada titik E1). Titik

keseimbangan ini menentukan tingkat konsumsi output usahatani sendiri (Kh) dan

tingkat penawaran pasar (Y-Kh).

Kondisi di atas hanya berlaku bila tingkat upah serta harga output tetap. Apabila terjadi perubahan tingkat upah atau perubahan harga output maka keputusan rumahtangga dalam menghasilkan output, bekerja pada usahatani, konsumsi output sendiri maupun penjualan pasar akan berubah. Implikasinya kondisi keseimbangan fungsi produksi dan kurva indiferens akan berubah dengan berubahnya rasio harga G/h. Selain itu kondisi juga akan berubah bila ukuran dan komposisi keluarga berubah. Variabel-variabel ini akan berpengaruh terhadap keputusan konsumsi rumahtangga. Berdasarkan konsep pemikiran dalam model Barnum-Squire ini menunjukkan adanya interaksi antara keputusan produksi dan keputusan konsumsi.

3.1.4. Konsep Rumahtangga Low

Seperti model Barnum-Squire, Allan Low mengembangkan dan menerapkan model rumahtangga usahatani yang bersumber sebagian dari Chayanov dan sebagian lagi dari new home economic (Ellis, 1988c). Model Low mempunyai perbedaan asumsi dan penekanan dari model Barnum-Squire. Kondisi yang menjadi perhatian Low adalah : (1) adanya pasar tenaga kerja dengan tingkat upah bervariasi untuk kategori tenaga kerja yang berbeda, khususnya antara laki-laki dan wanita. Hal ini berbeda dari asumsi tingkat upah pasar tunggal dalam model Barnum-Squire; (2) akses terhadap lahan secara fleksibel dari rumahtangga usahatani menurut ukuran

keluarga. Hal ini sama dengan model Chayanov dan berbeda dari asumsi lahan yang tetap dalam model Barnum-Squire; (3) harga pangan di tingkat rumahtangga usaha- tani semi subsisten berbeda dengan tingkat retail yang mana pangan dapat dibeli di