a. Pengertian Keadilan
Keadilan berasal dari kata adil. Adil disini artinya tidak memihak, tidak sewenang-wenang, tidak berat sebelah, adil yang paling penting memiliki arti yaitu didalam suatu keputusan ataupun didalam tindakan harus berdasarkan peraturan yang rasional. Setiap individu itu tidak sama, adil menurut satu invividu belum tentu adil menurut individu yang lainnya. Ketika seseorang tersebut mengatakan bahwasannya dia sudah melakukan keadilan, hal itu seharusnya sesuai dengan peraturan umum dimana didalam suatu skala keadilan itu dapat diakui masyarakat didalam ketertiban umum pada masyarakat itu sendiri15.
Pancasila sebagai dasar negara adalah gambaran dari keadilan di Indonesia, yaitu ada pada sila ke-lima ialah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Dalam sila tersebut merupakan nilai untuk mencapai tujuan dalam kehidupan bersama. Pada hakikatnya keadilan tersebut didasari oleh keadilan kemanusian yaitu keadilan yang berhubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, antara manusia satu dengan manusia yang lainnya, antara manusia satu dengan lingkungan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta hubungan antara manusia dengan Tuhannya16.
Di dalam nilai-nilai keadilan tersebut menjadi suatu dasar yang wajib untuk mewujudkan kehidupan bersama dalam kenegaraan yaitu untuk mewujudkan
tujuan negara, yaitu dengan mewujudkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya serta seluruh wilayah negaranya, serta mampu mencerdaskan seluruh warganya.
b. Keadilan Menurut John Rawl’s
John Rawl’s berpendapat bahwa keadilan adalah fairness (justice as fairness) bahwasannya liberty dan equality bisa disatukan dalam satu prinsip keadilan17. Ada dua prinsip keadilan yang dikemukakan oleh John Rawls mengenai keadilan. Prinsip ini terdapat dua prinsip, pertama prinsip perbedaaan (the difference principle) dan yang kedua prinsip persamaan yang adil atas kesempatan (the equal opportunity principle).
Cara memperlakukan kedua prinsip tersebut harus bersikap sama yang disesuaikan dengan prinsip yang pertama karena semua individu memiliki hak yang sama di dalam masyarakat tanpa adanya perbedaan diantara invidu yang satu dengan individu yang lainnya. Maksudnya apabila individu tersebut berada dikeadaan yang tidak diuntungkan baik secara natural (memiliki cacat fisik bawaan sejak lahir seperti buta atau tuli) maupun secara sosialnya (seperti miskin) maka mereka mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dibanding invidu yang lainnya yang lebih kuat. Namun pada dasarnya kedua kebebasan tersebut haruslah seimbang dengan pemberian pendapatan serta kesejahteraan dengan menyetarakan antara kesetaraan kesempatan dengan kesetaraan kewarganegaraan.
Makna keadilan menurut John Rawl’s dapat disimpulkan bahwasannya keadilan merupakan kesetaraan dalam ketidaksetaraan. Maksudnya ialah setiap manusia memiliki kebebasan yang sama tanpa memandang kelebihan ataupun kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing individu, dimana setiap individu yang berada pada posisi yang tidak diuntungkan maka akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dari pada mereka yang lebih diuntungkan serta
17Damunhari Fattah, “Teori Keadilan Menurut John Rawls”, terdapat dalam http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/view/1589, Diakses pada tanggal 04 Januari 2021 pukul 08.30 WIB.
kebebasan disini tidak boleh dikurangi atau digantikan dengan yang lain.
Ketidaksetaraan dalam hal ini bukan berarti ketidaksetaraan dalam kesempatan18. c. Keadilan Sosial
Keadilan sosial merupakan bagian dari rumusan sila ke-lima Pancasila.
Yang mengandaikan adanya keadilan perorangan. Maksudnya, perilaku ataupun sikap yang dilakukan oleh indvidu tersebut bersifat pancasilais yang memiliki kebijakan berupa keadilan tersebut. keadilan tidak hanya ditujukan kepada masyarakatnya saja, namun juga ditujukan kepada setiap masing-masing individu juga.
Maka dari itu, keadilan sosial itu sifatnya keadilan yang struktural. Karena keadilan ini tercapai apabila struktur seperti apa yang ada pada sistem politik, ekonomi, sosial, budaya dan ideologis didalam masyarakat tersebut mampu mewujudkan pembagian kekayaan kepada masyarakat secara adil serta dapat memberikan jaminan kepada setiap warganya untuk memperoleh apa yang sudah menjadi haknya.
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Wilayah Bendungan Nglinggis
Bendungan Nglinggis adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dan kebutuhan air baku. Di bangun di atas Sungai Keser yang memiliki luas daerah aliran sungai 43,06 km2 dengan panjang sungai 9,295 km.
Secara administratif terletak di sebagian wilayah Desa Nglinggis, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, Propinsi Jawa Timur dan secara geografis terletak di antara 111o 34`-111o 37` Bujur Timur dan 8o 1`-8o 3` Bujur Selatan. Bendungan ini direncanakan selain untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di samping sebagai pengendali banjir aliran sungai keser yang seringkali jika di saat musim penghujan tiba debit air yang mengalir sangatlah deras yang mengakibatkan daerah Kota Trenggalek yang berada di bagian hilirnya terkena aliran banjir tersebut. Selain itu
juga sebagai memenuhi kebutuhan air irigasi sungai ngasinan seluas 1.200 Ha, penyedia air baku sebesar 12 liter/detik sebagai potensi PLTM sebesar 0,4 MW, serta sebagai sarana pariwisata.
Bendungan Nglinggis ini terletak di sebagian wilayah Desa Nglinggis. Desa ini terletak di antara 2 (dua) perbukitan Gunung Temon dan Gunung Kuncung. Dan berada di perbatasan antara Kabupaten Trenggalek dengan Kabupaten Ponorogo.
Dengan total luas daerah yang akan dibangun bendungan ini adalah sekitar 104 Ha19. Lahan tersebut meliputi 18 Ha milik Perhutani, 9 Ha milik Pemerintah Kabupaten Ponorogo, sisanya 77 Ha milik Pemerintah Kabupaten Trenggalek yang terdiri dari 55 Ha milik masyarakat, 9 Ha milik kas desa, dan 9 Hak milik Pemerintah daerah.
2. Pelaksanaan Penerapan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah dalam pemberian ganti rugi terhadap pembangunan Bendungan Nglinggis a. Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum
Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012
Pelaksanaan pengadaan tanah berdasarkan Pasal 1 ayat (2) UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.
Pengadaan tanah ialah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.
Pengadaan tanah yang dilakasanakan di Kabupaten Trenggalek tepatnya di sebagian wilayah Desa Nglinggis yaitu untuk pembangunan Bendungan Nglinggis seluas sekitar 104 Ha. Yang dilaksanakan secara langsung oleh beberapa Instansi Negara yang terkait yaitu ada dari pihak Kementrian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) dalam hal ini Kantor Pertanahan Kabupaten Trenggalek, Badan Balai Wilayah Sungai Brantas Tulungagung, Pemerintah Daerah Kabupaten Trenggalek, Kejaksaaan Kabupaten Trenggalek, Kantor Perhutani, Kantor Pertanian, Kepolisian, TNI, serta perangkat desa dan masyarakat Desa Nglinggis tersebut.
19 Hasil wawancara dengan Bapak M. Fatoni A.Ptnh seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan, ATR/BPN (Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional) Kabupaten Trenggalek.
Pengadaan tanah ini adalah proyek Nasional yang bersamaan dengan pembangunan 65 bendungan yang ada di Indonesia dan salah satunya adalah Bendungan Nglinggis ini. Berdasarkan wawancara dengan Seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan di kantor Pertanahan Kabupaten Trenggalek, Bapak M.
Fatoni A.Ptnh beserta para staf dari bagian Seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan ini menjelaskan tentang bagaimana cara pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yaitu terhadap pembangunan Bendungan Nglinggis yang dilakukan di sebagian wilayah Desa Nglinggis.
Bahwasannya dalam pelaksanaan pengadaan tanah harus ada tahapan-tahapan dalam proses perencanaan pengadaan tanah, persiapan, pelaksanaan pengadaan tanah, penyerahan hasil dan sertifikasi hasil pengadaan tanah. Beliau mengatakan semua prosedur, tahapan, dan langkah-langkah dalam proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini dilakukan berdasarkan hukum yang berlaku pada saat itu. Pihak kantor Pertanahan Kabupaten Trenggalek menggunakan UU No. 2 tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum untuk melaksanakan pembangunan Bendungan Nglinggis.
Untuk melaksanakan pengadaan tanah, panitia pelaksana pengadaan tanah harus melakukan perencanaan pengadaan tanah dahulu, Instansi yang memerlukan tanah membuat perencanaan Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang sudah di atur dalam pasal 14 UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan tanah.
Dalam membuat perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini instansi yang memerlukan tanah harus melakukannya berdasarkan rencana tata ruang wilayah serta prioritas pembangunan. Untuk menentukan penetapan lokasi dalam pembangunan bendungan ini. Maka selanjutnya dilakukanlah pemberitahuan tentang rencana pembangunan kepada masyarakat yang pada saat itu pembangunannya dilakukan di sebagian wilayah Desa Nglinggis Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. Pemberitahuan tentang rencana pembangunan tersebut disampaikan kepada masyarakat Desa Nglinggis baik yang dilakukan secara langsung dengan cara sosialisasi, tatap muka atau melalui surat
cetak ataupun melalui media elektronik. Tujuannya untuk dilakukannya pendataan awal lokasi rencana pembangunan. Yang meliputi pengumpulan data pihak yang berhak serta pengumpulan data objek pengadaan tanah. Dari hasil pendataan awal lokasi rencana pembangunan tersebut digunakan sebagai data dalam pelaksanaan konsultasi publik tentang rencana pembangunan. Karena yang terkena pembangunan Bendungan Nglinggis ini hanya sebagian wilayahnya masuk ke dalam Desa Nglinggis. Hal tersebut sudah diatur dalam pasal 18 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012. Pelaksanaan waktu dalam proses pendataan awal dilaksanakan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja paling lama sejak pemberitahuan tentang rencana pembangunan.
Sebagaimana dimaksud di dalam pasal 18 tersebut adalah para panitia pelaksana pengadaan tanah tersebut mengumpulkan data fisik dan melakukan pendataan yuridis terhadap tanah masyarakat tersebut.
Setelah semua data fisik dan data yuridis terkumpul maka panitia pelaksana pengadaan tanah, melakukan:
a. Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah;
b. Penilaian ganti kerugian;
c. Musyawarah penetapan ganti kerugian;
d. Pemberian ganti kerugian; dan e. Pelepasan tanah instansi.
Dari hasil inventarisasi dan identifikasi tanah tersebut dari pihak panitia pelaksanaan pengadaan tanah mengumumkannya di Kantor/Balai Desa Nglinggis.
Dalam pengumuman dari hasil inventarisasi dan identifkasi tersebut yang didapatkan berupa subjek hak, luas, letak, dan peta bidang tanah objek Pengadaan Tanah. Dalam hal ini dilaksanakan dalam kurun waktu 30 (tiga puluh) hari kerja yanag diberikan dalam proses inventarisasi dan identifikasi.
Dalam penilaian besar kecilnya nilai ganti rugi yang dilaksanakan oleh penilai yang dilakukan secara bidang per bidang tanah ini sudah di atur dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Untuk
Kepentingan Umum. Dalam musyawarah pemberian ganti rugi yang telah disepakati dari kedua belah pihak yaitu dari panitia pelaksana pegadaan tanah dengan masyarakat yang berhak atas tanah yang terkena dampak pengadaan tanah
Dimana pihak yang berhak atas ganti rugi harus melaksanakan pelepasan hak serta menyerahkan kepemilikan objek tanah atau menyerahkan bukti penguasaannya pada saat pelaksanaan pemberian ganti rugi tersebut kepada Instansi yang memerlukan tanah melalui penitia pelaksana pengadaan tanah.
Pada saat melakukan pelepasan hak yang dilakukan di hadapan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Trenggalek, kepemilikan atau hak atas tanah dari Pihak yang Berhak sudah dianggap hapus serta alat bukti haknya dinyatakan sudah tidak berlaku lagi serta tanahnya sudah menjadi tanah yang telah dikuasai langsung oleh Negara.
Setelah semua itu dilakukan panitia pelaksana pengadaan tanah menyerahkan hasil pengadaan tanah dilakukan dengan berita acara untuk selanjutnya akan digunakan oleh Instansi yang memerlukan tanah guna melakukan pendaftaran/pensertipikatan. Instansi yang memerlukan tanah dapat memulai melaksanakan pembangunan setelah dilakukannya penyerahan hasil pengadaan tanah oleh ketua pelaksana pengadaan tanah.
b. Pelaksanaan penerapan ganti rugi menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 terhadap pembangunan Bendungan Nglinggis
Sudah dijelaskan dalam pasal 10 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah, ganti kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah.
Dasar pelaksanaan penerapan ganti kerugian ada dalam pasal 27 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang pengadaan tanah ini, yaitu:
a) Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah;
b) Penilaian ganti kerugian;
c) Musyawarah penetapan ganti kerugian;
e) Pelepasan tanah instansi.
Dalam melakukan inventarisasi dan identifikasi tanah ketua pelaksana pengadaan tanah membuat satuan tugas yang terdiri dari satuan tugas (Satgas A) yang tugasnya membidangi inventarisasi dan identifikasi data fisik penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. Ketua serta anggota satgas A terdiri dari Pegawai kantor pertanahan Kabupaten Trenggalek yang memiliki kompetensi di bidang survei, pengukuran dan pemetaan (data fisik tanah). Ketua pelaksana dapat memakai surveyor yang berlisensi untuk melaksanakan pengukuran dan pemetaan yang sesuai dengan ketentuan peraturan hukum serta dibantu oleh para perangkat desa.
Satuan tugas (satgas B) yang membidangi inventarisasi dan identifikasi data Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah. Dalam pembangunan Bendungan Nglinggis ini Ketua serta anggota terdiri dari Pegawai kantor Pertanahan Kabupaten Trenggalek yang memiliki kemampuan di bidang pertanahan, hukum, menejemen dan pemetaan. Dalam hal ini yang diperlukan untuk membantu tugas Satgas B, ketua pelaksana bisa menambahkan keanggotaan yang berasal dari instansi-instansi yang terkait. Yaitu: Dinas Pertanian Kabupaten Trenggalek, dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Trenggalek, dan Perangkat Desa Nglinggis Kecamatan Tugu.
Dari hasil inventarisasi dan identifikasi tanah tersebut pihak panitia pengadaan tanah mengumumkannya di Kantor/Balai Desa Nglinggis. Dalam pengumuman hasil inventarisasi dan identifkasi tersebut mendapatkan hasil berupa subjek hak, luas, letak, dan peta bidang tanah objek Pengadaan Tanah.
Dalam Inventarisasi dan identifikasi dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.
Dalam hal Pihak yang berhak keberatan atas hasil inventarisasi dan identifikasi bisa mengajukan kepada ketua pelaksana pengadaan tanah dalam tenggang waktu dari pengumuman awal 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diumumkan hasil inventarisasi dan identifikasi. Hasil pengumuman atau verifikasi dari hasil perbaikan yang ditetapkan oleh Kantor Pertanahan yang
selanjutnya menjadi dasar untuk penentuan Pihak yang Berhak dalam pemberian Ganti Kerugian serta untuk menjadi dasar pelaksanaan penilaian objek pengadaan tanah.
Setelah pengumpulan data fisik dan data yuridis sudah selesai maka dilakukanlah penilaian terhadap besarnya nilai ganti rugi yang akan diterima oleh pihak yang berhak atas ganti rugi yang yang dilakukan oleh penilai berdasarkan pada pasal 33 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, yaitu:
a) Tanah;
b) Ruang atas tanah dan bawah tanah;
c) Bangunan;
d) Tanaman;
e) Benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau f) Kerugian lain yang dapat dinilai.
Dalam menilai besar kecilnya ganti rugi yang dilakukan oleh penilai ganti rugi, ketua pelaksana pengadaan tanah memberikan wewenang kepada appraisal dalam hal ini diwakili oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) untuk melakukan penilaian terhadap objek yang akan dikenakan Ganti Kerugian. Dasar perhitungan besarnya Ganti Kerugian didasarkan atas:
a) Status tanah yaitu tanah yang sudah dilekati hak (yang sudah bersertifikat) dan tanah yang belum dilekati hak (yang belum bersertifikat/hak milik adat/masih dalam bentuk petok).
b) Berdasarkan penggunaan tanahnya
c) Berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPPT) dalam ini Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) berdasarkan Penilaian Harga Tanah;
d) Berdasarkan letak tanahnya.
Apprasial memberikan tafsiran nilai harga tanah secara global kepada panitia pengadaan tanah. Dari perhitungan objek tanah tersebut apprasial memberikan harga yang berbeda-beda hal itu didasarkan pada status tanah yang
berada didekat jalan utama desa atau yang berada jauh dari jalan utama desa, berdasarkan penggunaan tanahnya (tanah perumahan atau tanah pekarangan atau tanah pertanian), berdasarkan SPPTnya serta berdasarkan benda yang berkaitan dengan tanah.
Salah satu contohnya adalah tanah atas nama Mariyah luas tanahnya 420m2 1. Berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPPT) Tahun 2012
Bumi = 1 M2 = Rp. 14.000,-
Bangunan = 1 M2 = Rp. 125.000,-
Jumlah total harga tanah dan bangunan
Bumi = 420 x Rp. 14.000,- = Rp. 5.880.000,- Bangunan = 80 x Rp.125.000,- = Rp.10.000.000,-
Total = Rp.15.880.000,-
2. Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) / harga pasar 14 M2 = 1 M2 = Rp. 53.000,-
1 Ru = 14 M2 = Rp. 750.000,-
4420 M2 : 14 M2 = 30 x Rp. 750,000,- = Rp. 22.500.000,-
Dalam penilaian harga pasar yang tertera di atas jika dihitung secara keseluruhan atau secara global pada saat terjadinya jual beli. Karena dalam jual beli cara perhitungannya di nilai secara keseluruhan yang berada di atas tanah tersebut. Jadi, harga tanah, bangunan, serta benda yang berada diatas tanah secara keselurusan per 1 M2nya dihargai Rp.53.000,- (lima puluh tiga ribu rupiah). Bila dijual semuanya tanah + bangunan serta benda yang berada diatas maupun dibawah tanah tersebut berkisar harga Rp.35.000.000,- (tiga puluh lima juta rupiah) – Rp.40.000.000,- (empat puluh juta rupiah). Namun dalam proses pemberian ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini berbeda. Dalam pemberian ganti ruginya masing-masing mempunyai nilai besaran harga sendiri. Dengan luas tanah 420 M2 untuk permeternya mendapatkan harga sendiri, dan degan luas bangunan seluas 80 M2 juga mempunyai harga sendiri,
begitupun dengan benda yang berada di atas dan dibawah tanah tersebut juga mempunya harga sendiri. Dan total keseluruhan tanah beserta benda yang berada di atasnya di hargai oleh penilai dengan harga Rp.86.125.000,- (delapan puluh enam juta rupiah). Rinciannya sebagai berikut:
1) Tanah per meter di hargai 1 M2 = Rp.27.000,-
420 M2 x Rp.27.000,- = Rp.11.340.000,- 2) Bangunan + Kandang kambing + sepitang/WC = Rp.40.800.000,-
3) Tanaman pohon jati 4 batang, pohon akasia 5 batang, pohon lamtoro 4 batang, pohon pisang 15 batang, tanaman terong 20 batang, tanaman lombok 10 batang. Semua pohon dan tanaman tersebut di hargai sebesar Rp.33.985.000,- (tiga puluh tiga juta sembilan ratus delapan puluh lima ribu rupiah).
Itu adalah salah satu contoh pemberian ganti kerugian yang diberikan panitia pelaksana pengadaan tanah pada pembangunan Bendungan Nglinggis.
Pada waktu pemberian ganti rugi pembangunan Bendungan Nglinggis itu terendah yang diterima oleh masyarakat sebesar Rp.86.125.000,- (delapan puluh enam juta seratus dua puluh lima ribu rupiah) dengan luas tanah 420 M2 dan yang tertinggi sebesar 1.89 M dengan luas 1,675 Ha.
Dalam proses pemberian ganti rugi panitia mekanisme pengadaan tanah dengan pihak yang berhak itu melakukan tahapan negoisasi sebanyak 1 sampai 3 kali. Dan sebagian negoisasi dilakukan sampai yang ketiga kalinya baru bisa didapatkan kata sepakat dengan harga yang sudah disepakati antara masyarakat yang tanahnya terkena ganti rugi dengan panitia pelaksana pengadaan tanah.
Dalam pemberian Ganti Kerugian dapat disepakati dari kedua belah pihak yaitu dari panitia pelaksana pengadaan tanah dengan msyarakat yang terkena dampak pengadaan tanah ini untuk diberikan ganti rugi dalam bentuk:
a. Uang;
b. Tanah pengganti;
Dalam musyawarah untuk penetapan bentuk Ganti Kerugian panitia
tanah untuk menetapkan bentuk dan besarnya Ganti Kerugian yang akan diterima oleh pihak yang berhak berdasarkan hasil dari penilai ganti rugi.
Setelah dilakukannya musyawarah antara panitia pelaksana pengadaan tanah dengan pihak yang berhak atas ganti rugi yang telah disepakati bersama-sama pemberian bentuk ganti kerugiaannya berupa uang. Panitia pelaksana pengadaan tanah yang saat itu bekerja sama dengan pihak perbankan yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kabupaten Trenggalek. Pihak BRI Kabupaten Trenggalek membukakan atau membuatkan rekening baru atas nama pihak yang berhak atas ganti rugi tersebut untuk melakukan proses pembayaran ganti rugi.
Pada saat negosiasi didapatkan kata sepakat maka pemegang hak menandatangani pernyataan:
1. Pelepasan hak bukti kepemilikan (sertifikat hak milik atau hak milik yasan/adat)
2. Menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan Objek Pengadaan Tanah kepada panitia pelaksana pengadaan tanah.
Setelah dilaksanakannya pemberian ganti rugi serta pelepasan hak yang dilakukan di hadapan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Trenggalek ini lalu pihak yang berhak atas kepemilikan atau hak atas tanah sebelumnya tersebut menjadi hapus dan alat bukti haknya telah dinyatakan sudah tidak berlaku serta tanahnya menjadi tanah yang sudah dikuasai langsung oleh Negara.
3. Penerapan prinsip keadilan dalam pelaksanaan pembangunan Bendungan Nglinggis berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012
Dalam ketentuan umum dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 yaitu pemberian Ganti Kerugian haruslah memperhatikan kata layak dan adil. Secara umum dalam aktivitas pengadaan tanah “layak” yang diartikan merupakan memberikan harga yang normal kepada pihak yang berhak. Selanjutnya
“adil” yang diartikan merupakan memberikan jaminan penggantian yang layak serta tidak memberikan kerugian kepada para pihak dalam proses pengadaan tanah sehingga mampu melaksanakan kehidupan yang lebih baik. Prinsip-prinsip/asas-asas
pengadaan tanah telah diuraikan dalam penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012:
a. Kemanusiaan b. Keadilan c. Kemanfaatan d. Kepastian e) Keterbukaan f) Kesepakatan g) Keikutsertaan h) Kesejahteraan i) Keberlanjutan j) Keselarasan
Dari asas/prinsip pengadaan tanah untuk kepentingan umum maka di dalam pelaksanaannya haruslah sepadan dengan asas/prinsip berbangsa dan bernegara.
Serta dalam proses pemberian ganti kerugian prinsip atau asas yang paling utama adalah pada asas keadilan dan asas kesejahteraan. Didalam kedua asas tersebut bertujuan untuk memberikan dampak yang sangat baik terhadap pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Karena didalam pengertian asas keadilan dan asas kesejahteraan itu pada intinya memberikan penggantian yang layak serta memberikan nilai tambah kepada pihak yang berhak untuk dapat melangsungkan kehidupan dan menaikkan taraf hidup yang lebih baik lagi sebelum diadakannya pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini.
Pada dasarnya palaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum bertujuan untuk memberikan keadilan dalam memberikan ganti rugi kepada pihak yang berhak serta harus mampu memberikan kesejahteraan yang lebih baik kepada masyarakat yang khususnya terkena dampak dari pengadaan tanah ini. Didalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 juga manyatakan bahwa tujuan pengadaan tanah untuk kepentingan umum ialah untuk menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan yang tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, serta masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum kepada
Di dalam realita yang terjadi dilapangan pada saat pemberian ganti kerugian
Di dalam realita yang terjadi dilapangan pada saat pemberian ganti kerugian