• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Ilmu Hukum. Disusun oleh:

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Ilmu Hukum. Disusun oleh:"

Copied!
46
0
0

Teks penuh

(1)

PENETAPAN GANTI RUGI YANG BERKEADILAN DALAM PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN

UNTUK KEPENTINGAN UMUM

(Studi Kasus Pembangunan Bendungan Nglinggis di Kabupaten Trenggalek)

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Ilmu Hukum

Disusun oleh:

M. STIPAN BHAKTI ARDIYONO NIM: 201910380211011

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

JULI 2021

(2)

PENETAPAN GANTI RUGI YANG BERKEADILAN DALAM PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN

UNTUK KEPENTINGAN UMUM

(Studi Kasus Pembangunan Bendungan Nglinggris di Kabupaten Trenggalek)

M. STIPAN BHAKTI ARDIYONO 201910380211011

Telah disetujui

Pada hari/tanggal, Jum’at / 29 Juli 2021

Pembimbing Utama Pembimbing Pendamping

Prof. Dr. Rahayu Hartini Dr. Herwastoeti

Direktur Ketua Program Studi

Program Pascasarjana Magister Ilmu Hukum

Prof. Akhsanul In’am, Ph.D Dr. Herwastoeti

(3)

T E S I S

M. STIPAN BHAKTI ARDIYONO

201910380211011

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada hari/tanggal, Jum’at / 29 Juli 2021

dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai kelengkapan memperoleh gelar Magister/Profesi di Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Malang

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua / Penguji : Prof. Dr. Rahayu Hartini Sekretaris / Penguji : Dr. Herwastoeti

Penguji : Dr. Fifik Wiryani Penguji : Dr. Surya Anoraga

(4)

SURAT PERNYATAAN

Yang bertanda tangan di bawah ini, saya :

Nama : M. STIPAN BHAKTI ARDIYONO

NIM : 201910380211011

Program Studi : Magister Ilmu Hukum

Dengan ini menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa :

1. TESIS dengan judul : PENETAPAN GANTI RUGI YANG BERKEADILAN DALAM PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM (Studi Kasus Pembangunan Bendungan Nglinggis di Kabupaten Trenggalek) adalah karya saya dan dalam naskah Tesis ini tidak terdapat karya ilmiah yang pernah diajukan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik di suatu Perguruan Tinggi dan tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, baik sebagian maupun keseluruhan, kecuali yang secara tertulis dikutip dalam naskah ini dan disebutkan dalam sumber kutipan dalam daftar pustaka.

2. Apabila ternyata dalam naskah Tesis ini dapat dibuktikan terdapat unsur-unsur PLAGIASI, saya bersedia Tesis ini DIGUGURKAN dan GELAR AKADEMIK YANG TELAH SAYA PEROLEH DIBATALKAN, serta diproses sesuai dengan ketentuan hukum yang berlaku.

3. Tesis ini dapat dijadikan sumber pustaka yang merupakan HAK BEBAS ROYALTY NON EKSKLUSIF.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya untuk dipergunakan sebagaimana mestinya.

Malang, 29 Juli 2021 Yang menyatakan,

M. STIPAN BHAKTI ARDIYONO

(5)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Tesis ini, untuk memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar Magister Hukum (M.H) di Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang dengan mengambil judul

“PENETAPAN GANTI RUGI YANG BERKEADILAN DALAM PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK KEPENTINGAN UMUM (Studi Kasus Pembangunan Bendungan Nglinggis Di Kabupaten Trenggalek)”

Dalam menyelesaikan Tesis ini penulis tidak terlepas dari hambatan-hambatan yang penulis hadapi, akan tetapi atas bimbingan dan kerjasama yang baik dari berbagai pihak sehingga Tesis ini dapat diselesaikan. Oleh karena itu, tidak lupa penulis ucapkan terima kasih kepada yang terhormat:

1. Prof. Dr. Herwastoeti (Selaku Ketua Prodi Magister Ilmu Hukum dan Dosen Pembimbing II)

2. Prof. Dr. Rahayu Hartini (Selaku Dosen Pembimbing I)

3. Seluruh keluarga besar Fakultas Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Malang

4. Bapak Puguh Harjono A.Ptnh., M.H selaku pembimbing, mentor, dan sekaligus orangtua saya dalam menyusun langkah-langkah penelitian Tesis ini.

5. Bapak M. Fatoni A.Ptnh beserta para staf dari bagian Seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan Kantor Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional Kabupaten Trenggalek

Semoga segala bantuan yang diberikan kepada penulis dapat menjadi ladang pahala dan mendapat balasan dari Allah SWT. Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Tesis ini masih jauh dari kata sempurna. Penulis berharap kepada para pembaca dan pengguna informasi Tesis ini, untuk dapat memberikan kritik, saran, atau mengembangkan penelitian dengan lebih bak lagi. Akhir kata, semoga Tesis ini dapat memberikan manfaat baik di dunia maupun di akhirat kelak

Malang, 29 Juli 2021

M. STIPAN BHAKTI ARDIYONO

(6)

DAFTAR ISI

LEMBAR PENGESAHAN ...ii

SURAT PERNYATAAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI ... vi

Abstrak ...viii

Abstract ... ix

PENDAHULUAN ... 1

RUMUSAN MASALAH ... 6

METODE PENELITIAN ... 6

1. Jenis Penelitian... 6

2. Metode Pendekatan ... 6

3. Sumber dan Jenis Data ... 7

4. Teknik Pengumpulan Data ... 8

5. Analisis Data ... 9

6. Originalitas Penelitian ... 9

KAJIAN TEORI ... 12

1. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum ... 12

a. Pengertian Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum ... 12

b. Tujuan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum ... 15

2. Ganti Kerugian ... 15

3. Teori Keadilan ... 16

a. Pengertian Keadilan ... 16

b. Keadilan Menurut John Rawl’s ... 17

c. Keadilan Sosial ... 18

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 18

1. Gambaran Umum Wilayah Bendungan Nglinggis ... 18

2. Pelaksanaan Penerapan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah dalam pemberian ganti rugi terhadap pembangunan Bendungan Nglinggis ... 19

a. Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 ... 19

b. Pelaksanaan penerapan ganti rugi menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 terhadap pembangunan Bendungan Nglinggis ... 22

3. Penerapan prinsip keadilan dalam pelaksanaan pembangunan Bendungan Nglinggis berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 ... 27

PENUTUP ... 30

Kesimpulan ... 30

(7)

Saran ... 31 DAFTAR PUSTAKA ... 32 LAMPIRAN ... 34

(8)

PENETAPAN GANTI RUGI YANG BERKEADILAN DALAM PELAKSANAAN PENGADAAN TANAH BAGI PEMBANGUNAN UNTUK

KEPENTINGAN UMUM

(Studi Kasus Pembangunan Nglinggis di Kabupaten Trenggalek)

M. STIPAN BHAKTI ARDIYONO stipanardi63@gmail.com

Prof. Dr. Rahayu Hartini (NIDN. 00260336301) Dr. Herwastoeti (NIDN. 0705096001)

Magister Ilmu Hukum

Direktorat Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang

Abstrak

Proses pelaksanaan ganti rugi pengadaan tanah dalam pembangunan Bendungan Nglinggis di Kabupaten Trenggalek dilaksanakan besumber pada Undang-Undang Nomor 2 tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Dalam proses pemberian ganti rugi pemerintah haruslah mengedepankan kata layak dan adil, tujuannya supaya masyarakat tidak dirugikan dalam proses pemberian ganti rugi. Serta tidak mengorbankan kesejahteraan masyarakat dari pembangunan untuk kepentingan umum.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan penerapan ganti rugi menurut undang-undang yang berlaku dan bagaimana prinsip keadilan dalam proses ganti rugi dalam pembangunan Bendungan Nglinggis di Kabupaten Trenggalek. Penelitian yang digunakan adalah penelitian hukum yuridis dan hukum empiris dengan teknik pendekatan melalui peraturan-peraturan, pendekatan konsep serta pendekatan sociology dan teknik serta alat pengumpulan data yaitu wawancara dan dokumentasi. Analisis data dilakukan secara logis dengan menggunakan analisis deksriptif kualitatif. Hasil penelitian ini adalah panitia pelaksana sudah melakukan prosedur pelaksanaan yang sesuai dengan peraturan pengadaan tanah. Konsep keadilan yang layak dan adil menurut teori John Rawls yang sudah sesuai dengan proses ganti rugi yang dilaksanakan serta harus melindungi hak dan kewajiban dari semua para pihak yang terdampak pembangunan.

Kata Kunci: Pengadaan Tanah, Ganti Kerugian, Keadilan

(9)

DETERMINATION OF FAIR COMPENSATION IN THE IMPLEMENTATION IN LAND PROCUREMENT FOR PUBLIC INTEREST DEVELOPMENT (Case Study on the Construction of the Nglinggis Dam in Trenggalek Regency)

M. STIPAN BHAKTI ARDIYONO stipanardi63@gmail.com

Prof. Dr. Rahayu Hartini (NIDN. 00260336301) Dr. Herwastoeti (NIDN. 0705096001)

Masters of Law

Directorate Postgraduate Program University of Muhammadiyah Malang

Abstract

The process of implementing compensation for land acquisition in the construction of the Nglinggis Dam in Trenggalek Regency is carried out based on Law Number 2 of 2012 concerning Land Procurement for Development in the Public Interest. In the process of giving compensation, the government must prioritize the words worthy and fair, the goal is that the community is not harmed in the process of giving compensation. And not sacrificing people's welfare from development for the public interest. This study aims to determine how the implementation of compensation according to the applicable law and how the principle of justice in the compensation process in the construction of the Nglinggis Dam in Trenggalek Regency. The research used is juridical law research and empirical law with approach techniques through regulations, concept approaches and sociology approaches and data collection techniques and tools, namely interviews and documentation. Analysis data was carried out logically using qualitative descriptive analysis. The results of this study are the implementing committee has carried out implementation procedures in accordance with land acquisition regulations. The concept of proper and fair justice according to John Rawls' theory which is in accordance with the compensation process carried out and must protect the rights and obligations of all parties affected by development.

Keywords: Land Acquisition, Compensation, Justice

(10)

PENDAHULUAN

Tanah merupakan dasar dalam pembangunan. Tanah sangat memegang peran penting dalam sektor pembangunan, bahkan menentukan berhasil tidaknya suatu pembangunan. Salah satu unsur dalam pelaksanaan pembangunan yang tidak bisa dihindari keberadaannya adalah kebutuhan lahan atau tanah. Tanah merupakan kebutuhan dalam pelaksanaan pembangunan yang menjadi komponen utama ini, maka pembangunan tidak dapat diwujudkan. Sesuai dengan fungsi pemerintah yanag memiliki tanggungjawab untuk penyedian prasarana demi memenuhi kebutuhan serta mensejahterakan masayarakat luas dalam pelaksanaan dan pengadaan pembangunan.

Pengadaan tanah merupakan suatu hal yang memaksa jika tanah yang bersangkutan diperlukan untuk melaksanakan pembangunan untuk kepentingan umum1. Pada prinsipnya pengadaan tanah dilakukan dengan cara musyawarah antar pihak yang memerlukan tanah dan pemegang hak atas tanah yang tanahnya diperlukan untuk kegiatan pembangunan2. Kebijakan peraturan tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum awal mulanya diatur di dalam Undang-Undang Dasar tahun 1945, lalu muncul UU No. 5 Tahun 1960 tentang Peraturan Dasar Pokok- pokok Agraria (UUPA) serta UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, muncul juga Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 5 tahun 2012 tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah3.

dalam penyelenggaraan yang dilakukan pemerintah yang bertujuan untuk menyelenggarakan salah satu pembangunan nasional ialah pada pembangunan untuk kepentingan umum. Dalam melaksanakan pembangunan nasional untuk kepentingan umum ini perlunya melaksanaan pengadaan tanah yang mengutamakan prinsip yang

1 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi, dan Pelaksanaannya, jilid 1, cetakan 7, (Jakarta: Djambatan, 1997), hlm. 309.

2 Maria S.W. Sumardjono, Tanah Dalam Perspektif Hak Ekonomi Sosial dan Budaya, (Jakarta: Kompas, 2008)

3 Rahayu Subekti, “ Kebijakan Pemberian Ganti Kerugian dalam Pengadaan Tanah bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum”, (Surakarta: UNS, 2016), Hlm. 376.

(11)

berdasarkan UUD tahun 1945 serta peraturan atau hukum tanah nasional yang sesuai dengan prinsip berbangsa dan bernegara.

Sesuai dengan dasar pook-pokok tentang pengadaan tanah, Hak atas tanah serta benda yang berkaitan dengan tanah ini sudah diakui dan dihormati oleh hukum tanah nasional yang memberikan wewenang yang bersifat publik dalam membuat kebijakan, membuat peraturan, mengadakan pengelolaam, dan mengadakan serta menyelenggarakan pengawasan. Dalam proses pengadaan tanah Pemerintah serta Pemerintah Daerah harus dapat menjamin ketersediaan tanah dalam kepentingan umum beserta pendanaannya. Ada beberapa faktor dalam tahapan penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yaitu sesuai dengan:

a. Berdasarkan Rencana tata Ruang Wilayah;

b. Rencana Pembangunan Nasional/Daerah;

c. Rencana Strategis; dan

d. Tahapan rencana kerja Instansi yang memerlukan tanah.

Untuk menyelenggarakan perencanaan pengadaan tanah ini melibatkan semua para pemangku dan pengampu kepentingan serta dalam penyelenggaraannya haruslah memperhatikan keseimbangan yaitu antara keseimbangan kepentingan pembangunan dengan keseimbangan kepentingan masyarakatnya. Di dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini dilakukan dngan cara memberikan ganti rugi yang layak serta adil yang diberikan kepada masyarakat yang terkena dampak pengadaan tanah atau pihak yang berhak atas ganti rugi ini sudah dijelaskan pada pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012.

Pengadaan tanah untuk kepentingan umum adalah pembebasan tanah yang bersifat memaksa (compulsory land acquisition), dimana pemerintah dapat membebaskan tanah dari si pemilik tanah meskipun si pemilik tidak berkeinginan untuk menjual tanah tersebut. Namun, berdasarkan asas keadilan, meskipun pengadaan tanah tersebut bersifat memaksa, namun Ganti Kerugian yang diberikan kepada pemilik tanah tidak boleh mengakibatkan penurunan taraf kehidupan sebelum dilakukannya pengadaan tanah tersebut.

(12)

Berdasarkan pasal 1 ayat (10) UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum, sudah dijelaskan mengenai penjelasan tentang ganti kerugian yaitu penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah. Pihak yang berhak yaitu pihak yang memiliki atau menguasai objek tanah tersebut. Maka dari itu tanah sejatinya memiliki fungsi sosial serta mempunyai jaminan kepada hak-hak invidu tersebut, yang bersifat mengikat tanah tersebut pada saat pelaksanaan pemberian ganti rugi yang digunakan untuk kepentingan umum. Dimaknai dari kata “penggantian yang layak dan adil” bahwasannya dalam pemberian ganti kerugian haruslah dapat mensejahterakan kehidupan masyarakat yang jauh lebih baik dibanding sebelum adanya pengadaan tanah ini. Maka dari itu instansi yang memerlukan tanah tersebut haruslah dapat meningkatkan taraf kehidupan masyarakat yang terkena dampak dari pembangunan untuk kepentingan umum ini.

Dalam penjelasan pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, ada beberapa asas, yaitu:

a. Kemanusian;

Pengadaan tanah harus memberikan perlindungan serta penghormatan kepada hak asasi manusia, harkat serta martabat dari setiap warga negaran dan penduduk Indonesia secara proporsional.

b. Keadilan;

Memberikan jaminan penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak pada saat proses pengadaan tanah sehingga dapat memberikan kesempatan untuk melangsungkan kehidupan yang lebih baik.

c. Kemanfaatan;

Ddari hasil pengadaan tanah haruslah mampu memberikan manfaat untuk kepentingan masyarakat, bangsa dan negara secara luas.

d. Kepastian;

Memberikan kepastian hukum tersedianya tanah dalam proses pengadaan tanah untuk pembangunan serta harus memberikan jaminan kepada pihak yang berhakk untuk mendapatkan ganti rugi yang layak.

e. Keterbukaan;

(13)

Pengadaan tanah untuk pembangunan harus dilaksanakan dengan memberikan akses kepada masyarakat untuk mendapatkan informasi yang berkaitan dengan pengadaaan tanah.

f. Kesepakatan;

Proses pengadaan tanah dilakukan dengan cara musyawarah dengan para pihak tanpa adanya unsur paksaan yang bertujuan untuk mendapatkan kesepakatan bersama.

g. Keikutsertaan;

Dukungan dalam penyelenggaraan pengadaan tanah melalui partisipasi masyarakat, baik secara langsung maupun tidak langsung, sejak perencanaan sampai dengan kegiatan pembangunan.

h. Kesejahteraan;

Pegadaan tanah untuk pembangunan harus dapat memberikan nilai tambah bagi kelangsungan kehidupan kepada pihak yang berhak dan masyarakat secara luas.

i. Keberlanjutan;

Kegiatan pembbangunan dapat berlangsung secara terus menerus, berkesinambungan untuk mencapai tujuan yang diharapkan.

j. Keselarasan;

Pengadaan tanah untuk pembangunan dapat berjalan dengan seimbang dan sejalan dengan kepentingan masyarakat dan negara.

Dari asas-asas/prinsip-prinsip diatas maka didalam pelaksanaannya haruslah sepadan dengan asas/prinsip berbangsa dan bernegara. dalam proses memberikan ganti rugi ini berdasarkan asas yang paling utama adalah pada asas keadilan dan asas kesejahteraan. Didalam kedua asas tersebut bertujuan untuk memberikan dampak yang sangat baik saat melaksanakan pembangunan untuk kepentingan umum.

Permasalahan yang kerap kali terjadi pada beberapa kasus pengadaan tanah yang dialami oleh para pemegang hak atas tanah adalah dikarenakan belum mengerti secara keseluruhan tentang bagaimana proses pemberian ganti kerugian yang dapat mensejahterakan dan meningkatkan taraf hidup masyarakat sebagai pemegang hak atas tanah apabila tanahnya akan dimanfaatkan oleh negara sebagai komponen utama dalam pengadaan tanah.

(14)

Salah satu aktivitas pembangunan untuk kepentingan umum ini di adakan di Desa Nglinggis Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek adalah pembangunan Bendungan Nglinggis. Desa ini terletak di antara 2 (dua) perbukitan Gunung Temon dan Gunung Kuncung. Pembangunan Bendungan ini didasari oleh sering terjadinya bencana alam di saat musim penghujan tiba karena sering terjadinya longsor yang dapat membahayakan masyarakat sekitar Desa Nglinggis dan sering terjadinya banjir tahunan di Kabupaten Trenggalek karena tidak adanya penampungan air sungai. Daerah ini dilalui oleh 1 (satu) aliran sungai besar yaitu sungai keser yang pada saat musim penghujan debit airnya bisa jauh lebih besar. Dan juga daerah tersebut adalah jalur lintas darat yang menghubungkan antara Kabupaten Trenggalek dengan Kabupaten Ponorogo. Maka untuk itu pemerintah daerah merencanakan pembangunan bendungan di Desa Nglinggis yang tujuannya selain untuk mencegah/mengantisipasi/menanggulangi terjadinya tanah longsor dan banjir tahunan di Kabupaten Trenggalek dengan debit sebesar 76,21 m3/detik yang dikhawatirkan nantinya jatuhnya korban yang disebabkan tidak adanya penanganan berkelanjutan dalam pembangunan, dan juga sebagai memenuhi kebutuhan air irigasi sungai ngasinan dan sekitarnya seluas 1.200 Ha, penyedia air baku sebesar 12 liter/detik sebagai potensi PLTM sebesar 0,4 MW, serta sebagai sarana pariwisata.

Dalam pelakasanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum dalam pembangunan Bendungan Nglinggis yang berada Di Kabupaten Trenggalek bahwasannya panitia pengadaan tanah atau istansi yang membutuhkan tanah untuk kepentingan umum dalam penerapannya sudah melaksanakan sesuai aturan yang berlaku atau sesuai dengan UU No. 2 tahun 2012 berdasarkan atas asas yang berkeadilan dan asas kesejahteraan yang mampu meningkatkan taraf hidup penerima ganti rugi atau proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum tersebut.

Oleh sebab itu penting di kaji lebih lanjut mengenai penetapan ganti rugi yang berkeadilan dalam pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum (studi kasus pembangunan Bendungan Nglinggis di kabupaten trenggalek) menurut peraturan UU No. 2 Tahun 2012 yang sesuai dengan asas berkeadilan dan asas kesejahteraan.

(15)

RUMUSAN MASALAH

1) Bagaimana pelaksanaan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah dalam pemberian ganti rugi Terhadap Pembangunan Bendungan Nglinggis di Desa Nglinggis?

2) Bagaimana penerapan prinsip keadilan dalam pelaksanaan pembangunan Bendungan Nglinggis berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum?

METODE PENELITIAN 1. Jenis Penelitian

Jenis penelitian ini dikategorikan sebagai penelitian yang bersifat penelitian yuridis empiris (yuridis sosiologis) yaitu suatu penelitian yang dilakukan untuk menganalisa tentang sejauh manakah suatu peraturan atau perundang-undangan atau hukum yang sedang berlaku pada saat itu secara efektif. Penelitian yang dilakukan secara langsung dengan wawancara dan dokumentasi data dari Pihak Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) Kabupaten Trenggalek bagian Seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan yaitu Bapak M. Fatoni A.Ptnh beserta seluruh stafnya dan sebagian masyarakat sekitar pembangunan Bendungan Nglinggis.

2. Metode Pendekatan

Adapun metode pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

a. Pendekatan perundang-undangan (Statuta approach)

Pendekatan Perundang-undangan (Statuta approach) adalah suatu pendekatan yang dilakukan terhadap berbagai aturan hukum yang menyangkut tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum, seperti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelanggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Peraturan Menteri ATR/BPN Nomor 5 Tahun 2012

(16)

b. Pendekatan Sosiologis (Sociological Approach)

Pendekatan Sosiologis (Sociological Approach) adalah pendekatan atau suatu metode yang pembahasannya atas suatu objek yang dilandaskan pada masyarakat. Hal ini peneliti harus memahami tentang bagaimana penerapan Ganti Kerugian terhadap masyarakat yang terkena dampak pengadaan tanah.

3. Sumber dan Jenis Data a. Sumber Data

Adapun sumber data dalam penelitian ini, antara lain sebagai berikut:

a) Data kepustakaan yaitu data yang diperoleh dengan cara membaca dan mengkaji berbagai buku, kamus, perundang-undangan yang bekaitan dengan permasalahan penelitian

b) Data lapangan yaitu data yang dikumpulkan melalui proses observasi dan wawancara secara langsung dengan responden dan informan yang ada dilapangan atau lokasi penelitian guna menunjang dan memperjelas substansi penelitian.

b. Jenis data dalam penelitian ini menggunakan:

a) Data Primer adalah data utama yang diperoleh secara langsung dari lapangan penelitian dengan cara melakukan wawancara dengan responden, Data primer adalah berupa opini subjek (orang) secara individual atau kelompok, hasil observasi mengenai pelaksanaan pengadaan tanah untuk pembangunan bagi kepentingan umum.

b) Data Sekunder adalah data tambahan yang diperoleh dari berbagai bahan hukum yang berhubungan dengan penelitian. Data sekunder terdiri dari : 1. Bahan Hukum Primer, adalah seluruh produk badan legislatif telah disebut

undang-undang (mulai yang disebut undang-undang dasar dan undang- undang pokok dan undang-undang pelaksanaan). Seperti bahan hukum yang mengikat tediri dari:

1) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 Tentang Peraturan Dasar Pokok- Pokok Agraria;

2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

(17)

3) Peraturan Presiden Nomor 71 Tahun 2012 Tentang Penyelanggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum;

4) Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah.

5) Bahan hukum sekunder, bersumber dari bahan hukum yang membantu pemahaman dalam menganalisa sarta memahami permasalahan, berbagai buku hukum, arsip dan dokumen, brosur atau makalah yang terkait dengan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

6) Bahan hukum tersier yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder yang terdiri dari, kamus, koran, buku, internet, ensiklopedi dan bacaan lain yang mendukung penelitian ini.

4. Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data merupakan hal yang sangat erat hubungannya dengan sumber data, karena melalui pengumpulan data ini akan diperoleh data yang diperlukan untuk selajutnya dianalisa sesuai dengan yang diharapkan. Pengumpulan data dalam penelitian ini meliputi :

a) Teknik Dokumentasi, teknik ini digunakan untuk mengumpulkan data dan informasi dari bahan-bahan dokumen baik peraturan perundang-undangan, catatan-catatan, laporan-laporan maupun arsip-arsip lainnya4.

b) Teknik Wawancara, baik secara terstruktur maupun tidak tersetruktur Yaitu cara yang digunakan untuk memperoleh keterangan lisan yang kemudian akan dikembangkan kembali guna mencapai tujuan tertentu.

c) Penelitian kepustakaan (library research) yaitu membaca, mengutip buku-buku atau refrensi serta menelaah peraturan perundang-undangan, dokumen dan informasi lain yang ada dengan permasalahan yang akan diteliti dalam penulisan tesis ini.

(18)

5. Analisis Data

Data yang diperoleh dari penelitian lapangan dan kepustakaan kemudian disusun dan diseleksi sesuai dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian, kemudian data tersebut dianalisis secara logis dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif, yaitu suatu analisa yang yang berangkat dari pengetahuan untuk menemukan kesimpulan yang bersifat khusus serta menghimpun, mengolah dan menganalisa kemudian dituangkan dalam bentuk deskripftif, setelah itu ditarik kesimpulan dengan cara deduktif yaitu penarikan kesimpulan dari hal yang umum ke hal yang khusus.

6. Originalitas Penelitian

Untuk mengetahui originalitas penelitian/keaslian penelitian, penulis juga memaparkan penelitian terdahulu sebagai alat pembanding bagi peneliti untuk menilai perbedaan substansi penelitian terdahulu dengan penelitian yang dilakukan penulis sehingga dapat menjadi karya ilmiah yang saling melengkapi untuk perkembangan keilmuan. Beberapa penelitian terdahulu adalah sebagai berikut:

a. Artikel Problematika Yuridis Pengadaan Tanah untuk Jalan Tol (Studi Penetapan Pengadilan Negeri Jombang Tentang Konsinyasi Uang Ganti Rugi (UGR) Tanah Ruas Jalan Tol Kertosono-Mojokerto Di Kabupaten Jombang) oleh Feronika Suhadak. Program studi S-1 Ilmu Hukum Universitas Negeri Surabaya 20145. Penelitian ini dikarenakan masih adanya pemilik tanah yang belum bisa menerima besarnya pemberian ganti rugi, yang selanjutnya menyebabkan putusan untuk menitipkan ganti ruginya kepada Pengadilan Negeri Jombang. Kesimpulan dari penulisan jurnal ini adalah karena tidak adanya titik temu dalam musyawarah ganti rugi. Penelitian ini menggunakan metode yuridis-normatif. Penelitian ini tujuannya untuk mengetahui pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang luasnya kurang dari satu Ha serta penetapan pelaksanaan ganti ruginya. Metode penelitiannya menggunakan penelitian yuridis empiris dengan

5 Feronika Suhadak, “Problematika Yuridis Pengadaan Tanah untuk Jalan Tol (Studi Penetapan Pengadilan Negeri Jombang tentang Konsinyasi Uang Ganti Rugi (UGR) Tanah Ruas Jalan Tol Kertosono-Mojokerto Di Kabupaten Jombang)”, Artikel Penelitian, Universitas Negeri Surabaya, Surabaya, 2014.

(19)

menggunakan deskriptif analitis. Teknik analisis menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan memberikan masukan kepada instansi yang terkait untuk lebih memerhatikan nilai harga nyata objek tanah sehingga menghargai hak atas tanah serta pemilik objek tanah dalam penetapan ganti kerugian.

b. Skripsi Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Analisis Pada Pembangunan Jalan Tol Trans Jawa Di Kabupaten Brebes) Mohammad Paurindra Ekasetya. Fakultas Hukum Universitas Negeri Semarang 20156. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kurang sesuainya pengadaan tanah yang mengakibatkan adanya kendala dalam proses pemberian ganti ruginya serta kepemilikan hak atas tanah yang tidak jelas. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif-kualitatif dengan pendekatan yuridis sosiologis.

c. Skripsi Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Jalan Lingkar Kota Oleh Pemerintah Kabupaten Wonogiri oleh Citraningtyas Wahyu Adhie. Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta 20107. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui sudah sesuaikah pengadaan tanah untuk pembangunan jalan tol lingkar kota oleh pemerintah kabupaten wonogiri sesuai dengan peraturan yang berlaku, dari segi prosedur pelaksanaannya dan kesepakatan ganti rugi. Hasil dari penelitian ini adalah tidak sesuainya pelaksanaan peraturan yang dilakukan oleh pemerintah pada saat itu yang dikhawatirkan dapat merugikan pemilik tanah atas penetapan pemberian ganti ruginya. Jenis penelitiaan yang dipakai adalah penelitian hukum normatif.

d. Skripsi Pengadaan Tanah Untuk Pembangunan Gedung Perkantoran Pemerintah Kabupaten Pringsewu oleh Nur Safidah. Fakultas Hukum Universitas Lampung 20168. Hasil penelitian mengacu pada UU No. 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Perpres No. 30 Tahun

6 Mohammad Paurindra Ekasetya, “Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum (Studi Analisis Pada Pembangunan Jalan Tol Trans Jawa Di Kabupaten Brebes)”.

Skripsi, Universitas Negeri Semarang, 2015.

7 Citraningtyas Wahyu Adhie, “Pelaksanaan Pengadaan Tanah Untuk Jalan Lingkar Kota Oleh

(20)

2015 tentang perubahan ketiga atas Perpres No. 71 Tahun 2012 Tentang Penyelanggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum, Perpres No. 65 Tahun 2006 tentang Kepentingan Menyangkut Lapisan Masyarakat Serta Pengaturan Tentang Tanah Bengkok karena sebagian tanahnya untuk pengadaan ini terikat dengan tanah bengkok. Metode penelitian yang digunakan pendekatan normatif-empiris.

e. Tesis Analisis Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum (Studi Kasus Pembangunan Jalan Tol Jorr West 2) oleh Rini mulyanti. Magister Kenotariatan Universitas Indonesia Jakarta 20139. Penulisan ini menggunakan pendekatan yuridis normatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa secara teoritis pelepasan hak dalam dalam pengadaan tanah ini dalam kasus perusahaan pengembang perumahan adalah untuk kepentingan pemerintah, sedangkan kenyataannya kegiatan ini ialah kegiatan swasta namun berdasarkan kenyataan dilapangan pengadaannya mengatasnamakan kepentingan umum.

f. Tesis tentang Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Kurang Dari Satu Hektar dan Penetapan Ganti Kerugiannya (Studi Kasus Pelebaran Jl. Gatot Subroto Di Kota Tangerang) oleh Wahyu Candra Alam. Magister Kenotariatan Program Pascasarjana Universitas Diponegoro Semarang 201010. Penelitian ini tujuannya untuk mengetahui pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang luasnya kurang dari satu Ha serta penetapan pelaksanaan ganti ruginya. Metode penelitiannya menggunakan penelitian yuridis empiris dengan menggunakan deskriptif analitis. Teknik analisis menggunakan deskriptif kualitatif. Hasil penelitian ini menyimpulkan memberikan masukan kepada instansi yang terkait untuk lebih memerhatikan nilai harga nyata objek tanah sehingga menghargai hak atas tanah serta pemilik objek tanah dalam penetapan ganti kerugian.

9 Rini Mulyanti, “Analisis Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum: Studi Kasus Pembangunan Jalan Tol Jorr West 2” . Universitas Indonesia, 2013.

10 Wahyu Candra Alam, “Pengadaan Tanah Untuk Kepentingan Umum Kurang Dari Satu Hektar Dan Penetapan Ganti Kerugiannya (Studi Kasus Pelebaran Jl. Gatot Subroto Di Kota Tangerang)”, Universitas Diponegoro, 2010

(21)

KAJIAN TEORI

1. Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

a. Pengertian Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum Pengadaan tanah adalah perbuatan melepaskan hubungan hukum antara pemegang hak atas tanah dengan memberikan ganti rugi berupa uang, fasilitas atau lainnya yang terlebih dahulu melalui musyawarah yang bertujuan untuk mencapai kata sepakat atara pemilik hak atas tanah dengan pihak yang membutuhkan berikut penjelasan dari Boedi Harsono11.

Sedangkan pengadaan tanah menurut Gunanegara ialah merupakan proses/cara melepaskan hak atas atas tanahnya dan/atau benda yang berada diatasnya yang dilakukannya secara ikhlas dan tulus untuk kepentingan umum12.

Untuk istilah pada proses pengadaan tanah pertama kalinya dikenal pada saat lahirnya Keppres Nomor 55 Tahun 1993 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pelaksanaan Pembangunan Untuk Kepentingan Umum. Didalam Keppres ini telah menjelaskan tentang pengertian pengadaan tanah yaitu setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan Ganti Kerugian kepada yang berhak atas tanah tersebut. lalu muncul peraturan lagi dalam Perpres Nomor 36 Tahun 2005 pengganti Keppres di atas, bahwasannya pengadaan tanah ialah setiap kegiatan yang untuk mendapatkan tanah dengan cara memberikan ganti rugi kepada pihak yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, serta benda-benda yang berkaitan dengan tanah atau dengan pencabutan hak atas tanahnya. Lalu muncul Perpres No. 65 Tahun 2006 yang mengubah lagi tentang pengertian pengadaan tanah yaitu setiap kegiatan untuk mendapatkan tanah dengan cara memberi ganti rugi kepada pihak yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanahnya.

Pada tahun 2012 lahirlah Undang–Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum yang didalamnya

11 Boedi Harsono, Hukum Agraria Indonesia: Sejarah Pembentukan Undang-Undang Pokok Agraria, Isi

(22)

menyatakan bahwa pada pasal 1 ayat (2) pengadaan tanah adalah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti rugi kepada ppihak yang melepaskan atau menyerahkan tanah, bangunan, tanaman, dan benda-benda yang berkaitan dengan tanah tersebut.

Peraturan selanjutnya ialah Peraturan Menteri ATR/BPN Kepala Badan Pertanahan Nasional Nomor 5 Tahun 2012 tentang Petunjuk teknis Pelaksanaan Pengadaan Tanah. Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 148 Tahun 2015 tentang Perubahan Keempat atas Perpres Nomor 71 Tahun 2012 tentang Penyelenggaraan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan untuk Kepentingan Umum bahwa Pengadaan Tanah ialah kegiatan untuk menyediakan tanah dengan cara memberikan ganti rugi yang layak dan adil kepada Pihak yang berhak.

Jadi kesimpulannya bahwasannya pengadaan tanah ialah setiap kegiatan untuk kepentingan umum yang tujuannya untuk memperoleh tanah namun dengan cara memberikan ganti rugi kepada pihak yang berhak atas tanah tersebut.

Pembebasan tanah dalam pengadaan untuk kepentingan umum bersifat memaksa (compulsory land acquisition). Karena pemerintah dapat membebaskan tanah dari si pemilik tanah meskipun si pemilik tanah tidak menginginkan menjual tanahnya.

Namun harus berdasarkan asas keadilan yaitu walaupun pengadaan tanah tersebut bersifat memaksa, namun dalam ganti rugi yang diberikan tidak boleh mengakibatkan penurunan taraf kehidupan pemilik tanah sebelum dilakukannya pengadaan tanah tersebut.

Namun tidak semua aktivitas pembangunan dapat digolongkan menjadi pembangunan untuk kepentingan umum. Semua yang termasuk dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum telah dijelaskan pada pasal 10 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, ialah:

1) Pertanahan dan keamanan nasional;

2) Jalan umum, jalan tol, terowongan, jalur kereta api, stasiun kereta api, dan fasilitas operasi kereta api;

3) Waduk, bendungan, bendung, irigasi, saluran air minum, saluran pembuangan air dan sanitasi, dan bangunan pengairan lainnya;

4) Pelabuhan, bandar udara, dan terminal.

5) Infrastruktur minyak, gas, dan panas bumi;

(23)

6) Pembangkit, transmisi, gardu, jaringan, dan distribusi tenaga listrik;

7) Jaringan telekomunikasi dan informatika Pemerintah;

8) Tempat pembuangan dan pengolahan sampah;

9) Rumah sakit Pemerintah/Pemerintah Daerah;

10) Fasilitas keselamatan umum;

11) Tempat pemakaman umum Pemerintah/Pemerintah Daerah;

12) Fasilitas sosial, fasilitas umum, dan ruang terbuka hijau publik;

13) Cagar alam dan cagar budaya;

14) Kantor Pemerintah/Pemerintah Daerah/Desa;

15) Penataan pemukiman kumuh perkotaan dan/atupun kantor konsolidasi tanah, serta perumahan untuk masyarakat berpenghasilan rendah dengan status sewa;

16) Prasarana pendidikan atau sekolah Pemerintah/Pemerintah Daerah;

17) Prasarana olahraga Pemerintah/Pemerintah Daerah; dan 18) Pasar umum dan lapangan parkir.

Dalam setiap penyelenggaraan pengadaan tanah untuk kepentingan umum haruslah memperhatikan keseimbangan antara kepentingan pembangunan dengan kepentingan masyarakat. Dalam proses penyelenggaraan pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum haruslah sesuai dengan rencana tata ruang wilayah, rencana pembangunan nasional/daerah, rencana strategis serta rencana kerja setiap instansi yang membutuhkan tanah tersebut. Ada pula langkah-langkah dalam pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum meliputi13:

1) Penyiapan pelaksanaan;

2) Inventarisasi dan identifikasi;

3) Penetapan penilai;

4) Musyawarah penetapan bentuk Ganti Kerugian;

5) Pemberian Ganti Kerugian;

6) Pemberian Ganti Kerugian dalam keadaan khusus;

(24)

7) Penitipan Ganti Kerugian;

8) Pelepasan objek pengadaan tanah;

9) Pemutusan hubungan hukum antara pihak yang berhak dengan objek pengadaan tanah; dan

10) Pendokumentasian peta bidang, daftar nominatif dan data administrasi pengadaan tanah.

Pada pelaksanaan pengadaan tanah harus sesuai dengan peraturan-peraturan hukum yang terkait dengan pengadaan tanah untuk kepentingan umum yang terdapat pada saat ini. Gunanya ialah untuk menggapai kata mufakat supaya tidak terjadi permasalahan di kemudian hari serta dapat berjalan dengan mudah tanpa adanya suatu hal yang bisa merugikan dari beberapa pihak.

b. Tujuan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Tujuan pengadaan tanah merupakan menyediakan tanah untuk melaksanakan pembangunan guna untuk meningkatkan kesejahteraan serta kemakmuran bangsa, negara, serta masyarakat yang senantiasa menjamin kepentingan hukum Pihak yang Berhak14.

Semakin banyaknya pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini pada dasaranya sangatlah penting dilakukan untuk pelaksanaan pembangunan untuk kepentingan umum, dimana untuk membutuhkan bidang tanah dalam jumlah yang besar. Tetapi tetap saja, penerapannya butuh dilakukan secara cepat serta transparan dengan mencermati prinsip penghormatan serta perlindungan terhadap hak-hak yang sah atas tanah.

2. Ganti Kerugian

Ganti kerugian adalah pemberian kompensasi kepada pihak yang berhak karena tanahnya diberikan untuk kepentingan umum, didalamnya termasuk kepentingan berbangsa dan bernegara.

14 Pasal 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

(25)

Di dalam Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 dalam ketentuan Pasal 1 ayat 10 Ganti Kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah.

Pengertian ganti rugi yang dimaksud adalah sebagai memberikan ganti rugi kepada pemegang hak atas tanahnya serta pada saat memberikan ganti rugi juga beralih haknya. Ganti kerugian merupakan salah satu upaya untuk memberikan rasa hormat kepada hak dan kepentingan perorangan yang telah diberikan untuk kepentingan umum.

3. Teori Keadilan

a. Pengertian Keadilan

Keadilan berasal dari kata adil. Adil disini artinya tidak memihak, tidak sewenang-wenang, tidak berat sebelah, adil yang paling penting memiliki arti yaitu didalam suatu keputusan ataupun didalam tindakan harus berdasarkan peraturan yang rasional. Setiap individu itu tidak sama, adil menurut satu invividu belum tentu adil menurut individu yang lainnya. Ketika seseorang tersebut mengatakan bahwasannya dia sudah melakukan keadilan, hal itu seharusnya sesuai dengan peraturan umum dimana didalam suatu skala keadilan itu dapat diakui masyarakat didalam ketertiban umum pada masyarakat itu sendiri15.

Pancasila sebagai dasar negara adalah gambaran dari keadilan di Indonesia, yaitu ada pada sila ke-lima ialah keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.

Dalam sila tersebut merupakan nilai untuk mencapai tujuan dalam kehidupan bersama. Pada hakikatnya keadilan tersebut didasari oleh keadilan kemanusian yaitu keadilan yang berhubungan antara manusia dengan dirinya sendiri, antara manusia satu dengan manusia yang lainnya, antara manusia satu dengan lingkungan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara, serta hubungan antara manusia dengan Tuhannya16.

Di dalam nilai-nilai keadilan tersebut menjadi suatu dasar yang wajib untuk mewujudkan kehidupan bersama dalam kenegaraan yaitu untuk mewujudkan

(26)

tujuan negara, yaitu dengan mewujudkan kesejahteraan seluruh masyarakatnya serta seluruh wilayah negaranya, serta mampu mencerdaskan seluruh warganya.

b. Keadilan Menurut John Rawl’s

John Rawl’s berpendapat bahwa keadilan adalah fairness (justice as fairness) bahwasannya liberty dan equality bisa disatukan dalam satu prinsip keadilan17. Ada dua prinsip keadilan yang dikemukakan oleh John Rawls mengenai keadilan. Prinsip ini terdapat dua prinsip, pertama prinsip perbedaaan (the difference principle) dan yang kedua prinsip persamaan yang adil atas kesempatan (the equal opportunity principle).

Cara memperlakukan kedua prinsip tersebut harus bersikap sama yang disesuaikan dengan prinsip yang pertama karena semua individu memiliki hak yang sama di dalam masyarakat tanpa adanya perbedaan diantara invidu yang satu dengan individu yang lainnya. Maksudnya apabila individu tersebut berada dikeadaan yang tidak diuntungkan baik secara natural (memiliki cacat fisik bawaan sejak lahir seperti buta atau tuli) maupun secara sosialnya (seperti miskin) maka mereka mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dibanding invidu yang lainnya yang lebih kuat. Namun pada dasarnya kedua kebebasan tersebut haruslah seimbang dengan pemberian pendapatan serta kesejahteraan dengan menyetarakan antara kesetaraan kesempatan dengan kesetaraan kewarganegaraan.

Makna keadilan menurut John Rawl’s dapat disimpulkan bahwasannya keadilan merupakan kesetaraan dalam ketidaksetaraan. Maksudnya ialah setiap manusia memiliki kebebasan yang sama tanpa memandang kelebihan ataupun kekurangan yang dimiliki oleh masing-masing individu, dimana setiap individu yang berada pada posisi yang tidak diuntungkan maka akan mendapatkan keuntungan yang lebih banyak dari pada mereka yang lebih diuntungkan serta

17Damunhari Fattah, “Teori Keadilan Menurut John Rawls”, terdapat dalam http://ejournal.radenintan.ac.id/index.php/TAPIs/article/view/1589, Diakses pada tanggal 04 Januari 2021 pukul 08.30 WIB.

(27)

kebebasan disini tidak boleh dikurangi atau digantikan dengan yang lain.

Ketidaksetaraan dalam hal ini bukan berarti ketidaksetaraan dalam kesempatan18. c. Keadilan Sosial

Keadilan sosial merupakan bagian dari rumusan sila ke-lima Pancasila.

Yang mengandaikan adanya keadilan perorangan. Maksudnya, perilaku ataupun sikap yang dilakukan oleh indvidu tersebut bersifat pancasilais yang memiliki kebijakan berupa keadilan tersebut. keadilan tidak hanya ditujukan kepada masyarakatnya saja, namun juga ditujukan kepada setiap masing-masing individu juga.

Maka dari itu, keadilan sosial itu sifatnya keadilan yang struktural. Karena keadilan ini tercapai apabila struktur seperti apa yang ada pada sistem politik, ekonomi, sosial, budaya dan ideologis didalam masyarakat tersebut mampu mewujudkan pembagian kekayaan kepada masyarakat secara adil serta dapat memberikan jaminan kepada setiap warganya untuk memperoleh apa yang sudah menjadi haknya.

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Gambaran Umum Wilayah Bendungan Nglinggis

Bendungan Nglinggis adalah bendungan yang dibangun untuk memenuhi kebutuhan air irigasi dan kebutuhan air baku. Di bangun di atas Sungai Keser yang memiliki luas daerah aliran sungai 43,06 km2 dengan panjang sungai 9,295 km.

Secara administratif terletak di sebagian wilayah Desa Nglinggis, Kecamatan Tugu, Kabupaten Trenggalek, Propinsi Jawa Timur dan secara geografis terletak di antara 111o 34`-111o 37` Bujur Timur dan 8o 1`-8o 3` Bujur Selatan. Bendungan ini direncanakan selain untuk memenuhi kebutuhan air irigasi di samping sebagai pengendali banjir aliran sungai keser yang seringkali jika di saat musim penghujan tiba debit air yang mengalir sangatlah deras yang mengakibatkan daerah Kota Trenggalek yang berada di bagian hilirnya terkena aliran banjir tersebut. Selain itu

(28)

juga sebagai memenuhi kebutuhan air irigasi sungai ngasinan seluas 1.200 Ha, penyedia air baku sebesar 12 liter/detik sebagai potensi PLTM sebesar 0,4 MW, serta sebagai sarana pariwisata.

Bendungan Nglinggis ini terletak di sebagian wilayah Desa Nglinggis. Desa ini terletak di antara 2 (dua) perbukitan Gunung Temon dan Gunung Kuncung. Dan berada di perbatasan antara Kabupaten Trenggalek dengan Kabupaten Ponorogo.

Dengan total luas daerah yang akan dibangun bendungan ini adalah sekitar 104 Ha19. Lahan tersebut meliputi 18 Ha milik Perhutani, 9 Ha milik Pemerintah Kabupaten Ponorogo, sisanya 77 Ha milik Pemerintah Kabupaten Trenggalek yang terdiri dari 55 Ha milik masyarakat, 9 Ha milik kas desa, dan 9 Hak milik Pemerintah daerah.

2. Pelaksanaan Penerapan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah dalam pemberian ganti rugi terhadap pembangunan Bendungan Nglinggis a. Pelaksanaan Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum

Menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

Pelaksanaan pengadaan tanah berdasarkan Pasal 1 ayat (2) UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum.

Pengadaan tanah ialah kegiatan menyediakan tanah dengan cara memberi ganti kerugian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak.

Pengadaan tanah yang dilakasanakan di Kabupaten Trenggalek tepatnya di sebagian wilayah Desa Nglinggis yaitu untuk pembangunan Bendungan Nglinggis seluas sekitar 104 Ha. Yang dilaksanakan secara langsung oleh beberapa Instansi Negara yang terkait yaitu ada dari pihak Kementrian Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional (ATR/BPN) dalam hal ini Kantor Pertanahan Kabupaten Trenggalek, Badan Balai Wilayah Sungai Brantas Tulungagung, Pemerintah Daerah Kabupaten Trenggalek, Kejaksaaan Kabupaten Trenggalek, Kantor Perhutani, Kantor Pertanian, Kepolisian, TNI, serta perangkat desa dan masyarakat Desa Nglinggis tersebut.

19 Hasil wawancara dengan Bapak M. Fatoni A.Ptnh seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan, ATR/BPN (Agraria dan Tata Ruang Badan Pertanahan Nasional) Kabupaten Trenggalek.

(29)

Pengadaan tanah ini adalah proyek Nasional yang bersamaan dengan pembangunan 65 bendungan yang ada di Indonesia dan salah satunya adalah Bendungan Nglinggis ini. Berdasarkan wawancara dengan Seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan di kantor Pertanahan Kabupaten Trenggalek, Bapak M.

Fatoni A.Ptnh beserta para staf dari bagian Seksi Pengadaan Tanah dan Pengembangan ini menjelaskan tentang bagaimana cara pelaksanaan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum yaitu terhadap pembangunan Bendungan Nglinggis yang dilakukan di sebagian wilayah Desa Nglinggis.

Bahwasannya dalam pelaksanaan pengadaan tanah harus ada tahapan-tahapan dalam proses perencanaan pengadaan tanah, persiapan, pelaksanaan pengadaan tanah, penyerahan hasil dan sertifikasi hasil pengadaan tanah. Beliau mengatakan semua prosedur, tahapan, dan langkah-langkah dalam proses pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini dilakukan berdasarkan hukum yang berlaku pada saat itu. Pihak kantor Pertanahan Kabupaten Trenggalek menggunakan UU No. 2 tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah Bagi Pembangunan Untuk Kepentingan Umum untuk melaksanakan pembangunan Bendungan Nglinggis.

Untuk melaksanakan pengadaan tanah, panitia pelaksana pengadaan tanah harus melakukan perencanaan pengadaan tanah dahulu, Instansi yang memerlukan tanah membuat perencanaan Pengadaan Tanah untuk kepentingan umum menurut ketentuan peraturan perundang-undangan yang sudah di atur dalam pasal 14 UU No. 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan tanah.

Dalam membuat perencanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini instansi yang memerlukan tanah harus melakukannya berdasarkan rencana tata ruang wilayah serta prioritas pembangunan. Untuk menentukan penetapan lokasi dalam pembangunan bendungan ini. Maka selanjutnya dilakukanlah pemberitahuan tentang rencana pembangunan kepada masyarakat yang pada saat itu pembangunannya dilakukan di sebagian wilayah Desa Nglinggis Kecamatan Tugu Kabupaten Trenggalek. Pemberitahuan tentang rencana pembangunan tersebut disampaikan kepada masyarakat Desa Nglinggis baik yang dilakukan secara langsung dengan cara sosialisasi, tatap muka atau melalui surat

(30)

cetak ataupun melalui media elektronik. Tujuannya untuk dilakukannya pendataan awal lokasi rencana pembangunan. Yang meliputi pengumpulan data pihak yang berhak serta pengumpulan data objek pengadaan tanah. Dari hasil pendataan awal lokasi rencana pembangunan tersebut digunakan sebagai data dalam pelaksanaan konsultasi publik tentang rencana pembangunan. Karena yang terkena pembangunan Bendungan Nglinggis ini hanya sebagian wilayahnya masuk ke dalam Desa Nglinggis. Hal tersebut sudah diatur dalam pasal 18 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012. Pelaksanaan waktu dalam proses pendataan awal dilaksanakan dalam waktu 30 (tiga puluh) hari kerja paling lama sejak pemberitahuan tentang rencana pembangunan.

Sebagaimana dimaksud di dalam pasal 18 tersebut adalah para panitia pelaksana pengadaan tanah tersebut mengumpulkan data fisik dan melakukan pendataan yuridis terhadap tanah masyarakat tersebut.

Setelah semua data fisik dan data yuridis terkumpul maka panitia pelaksana pengadaan tanah, melakukan:

a. Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah;

b. Penilaian ganti kerugian;

c. Musyawarah penetapan ganti kerugian;

d. Pemberian ganti kerugian; dan e. Pelepasan tanah instansi.

Dari hasil inventarisasi dan identifikasi tanah tersebut dari pihak panitia pelaksanaan pengadaan tanah mengumumkannya di Kantor/Balai Desa Nglinggis.

Dalam pengumuman dari hasil inventarisasi dan identifkasi tersebut yang didapatkan berupa subjek hak, luas, letak, dan peta bidang tanah objek Pengadaan Tanah. Dalam hal ini dilaksanakan dalam kurun waktu 30 (tiga puluh) hari kerja yanag diberikan dalam proses inventarisasi dan identifikasi.

Dalam penilaian besar kecilnya nilai ganti rugi yang dilaksanakan oleh penilai yang dilakukan secara bidang per bidang tanah ini sudah di atur dalam Pasal 33 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang Pengadaan Tanah Untuk

(31)

Kepentingan Umum. Dalam musyawarah pemberian ganti rugi yang telah disepakati dari kedua belah pihak yaitu dari panitia pelaksana pegadaan tanah dengan masyarakat yang berhak atas tanah yang terkena dampak pengadaan tanah

Dimana pihak yang berhak atas ganti rugi harus melaksanakan pelepasan hak serta menyerahkan kepemilikan objek tanah atau menyerahkan bukti penguasaannya pada saat pelaksanaan pemberian ganti rugi tersebut kepada Instansi yang memerlukan tanah melalui penitia pelaksana pengadaan tanah.

Pada saat melakukan pelepasan hak yang dilakukan di hadapan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Trenggalek, kepemilikan atau hak atas tanah dari Pihak yang Berhak sudah dianggap hapus serta alat bukti haknya dinyatakan sudah tidak berlaku lagi serta tanahnya sudah menjadi tanah yang telah dikuasai langsung oleh Negara.

Setelah semua itu dilakukan panitia pelaksana pengadaan tanah menyerahkan hasil pengadaan tanah dilakukan dengan berita acara untuk selanjutnya akan digunakan oleh Instansi yang memerlukan tanah guna melakukan pendaftaran/pensertipikatan. Instansi yang memerlukan tanah dapat memulai melaksanakan pembangunan setelah dilakukannya penyerahan hasil pengadaan tanah oleh ketua pelaksana pengadaan tanah.

b. Pelaksanaan penerapan ganti rugi menurut Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 terhadap pembangunan Bendungan Nglinggis

Sudah dijelaskan dalam pasal 10 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 Tentang Pengadaan Tanah, ganti kerugian adalah penggantian yang layak dan adil kepada pihak yang berhak dalam proses pengadaan tanah.

Dasar pelaksanaan penerapan ganti kerugian ada dalam pasal 27 Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2012 tentang pengadaan tanah ini, yaitu:

a) Inventarisasi dan identifikasi penguasaan, pemilikan, penggunaan, dan pemanfaatan tanah;

b) Penilaian ganti kerugian;

c) Musyawarah penetapan ganti kerugian;

(32)

e) Pelepasan tanah instansi.

Dalam melakukan inventarisasi dan identifikasi tanah ketua pelaksana pengadaan tanah membuat satuan tugas yang terdiri dari satuan tugas (Satgas A) yang tugasnya membidangi inventarisasi dan identifikasi data fisik penguasaan, pemilikan, penggunaan dan pemanfaatan tanah. Ketua serta anggota satgas A terdiri dari Pegawai kantor pertanahan Kabupaten Trenggalek yang memiliki kompetensi di bidang survei, pengukuran dan pemetaan (data fisik tanah). Ketua pelaksana dapat memakai surveyor yang berlisensi untuk melaksanakan pengukuran dan pemetaan yang sesuai dengan ketentuan peraturan hukum serta dibantu oleh para perangkat desa.

Satuan tugas (satgas B) yang membidangi inventarisasi dan identifikasi data Pihak yang Berhak dan Objek Pengadaan Tanah. Dalam pembangunan Bendungan Nglinggis ini Ketua serta anggota terdiri dari Pegawai kantor Pertanahan Kabupaten Trenggalek yang memiliki kemampuan di bidang pertanahan, hukum, menejemen dan pemetaan. Dalam hal ini yang diperlukan untuk membantu tugas Satgas B, ketua pelaksana bisa menambahkan keanggotaan yang berasal dari instansi-instansi yang terkait. Yaitu: Dinas Pertanian Kabupaten Trenggalek, dan Dinas Pekerjaan Umum dan Penataan Ruang (PUPR) Kabupaten Trenggalek, dan Perangkat Desa Nglinggis Kecamatan Tugu.

Dari hasil inventarisasi dan identifikasi tanah tersebut pihak panitia pengadaan tanah mengumumkannya di Kantor/Balai Desa Nglinggis. Dalam pengumuman hasil inventarisasi dan identifkasi tersebut mendapatkan hasil berupa subjek hak, luas, letak, dan peta bidang tanah objek Pengadaan Tanah.

Dalam Inventarisasi dan identifikasi dilaksanakan dalam waktu paling lama 30 (tiga puluh) hari kerja.

Dalam hal Pihak yang berhak keberatan atas hasil inventarisasi dan identifikasi bisa mengajukan kepada ketua pelaksana pengadaan tanah dalam tenggang waktu dari pengumuman awal 14 (empat belas) hari kerja terhitung sejak diumumkan hasil inventarisasi dan identifikasi. Hasil pengumuman atau verifikasi dari hasil perbaikan yang ditetapkan oleh Kantor Pertanahan yang

(33)

selanjutnya menjadi dasar untuk penentuan Pihak yang Berhak dalam pemberian Ganti Kerugian serta untuk menjadi dasar pelaksanaan penilaian objek pengadaan tanah.

Setelah pengumpulan data fisik dan data yuridis sudah selesai maka dilakukanlah penilaian terhadap besarnya nilai ganti rugi yang akan diterima oleh pihak yang berhak atas ganti rugi yang yang dilakukan oleh penilai berdasarkan pada pasal 33 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012, yaitu:

a) Tanah;

b) Ruang atas tanah dan bawah tanah;

c) Bangunan;

d) Tanaman;

e) Benda yang berkaitan dengan tanah; dan/atau f) Kerugian lain yang dapat dinilai.

Dalam menilai besar kecilnya ganti rugi yang dilakukan oleh penilai ganti rugi, ketua pelaksana pengadaan tanah memberikan wewenang kepada appraisal dalam hal ini diwakili oleh Kantor Jasa Penilai Publik (KJPP) untuk melakukan penilaian terhadap objek yang akan dikenakan Ganti Kerugian. Dasar perhitungan besarnya Ganti Kerugian didasarkan atas:

a) Status tanah yaitu tanah yang sudah dilekati hak (yang sudah bersertifikat) dan tanah yang belum dilekati hak (yang belum bersertifikat/hak milik adat/masih dalam bentuk petok).

b) Berdasarkan penggunaan tanahnya

c) Berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPPT) dalam ini Nilai Jual Objek Pajak (NJOP) dan Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) berdasarkan Penilaian Harga Tanah;

d) Berdasarkan letak tanahnya.

Apprasial memberikan tafsiran nilai harga tanah secara global kepada panitia pengadaan tanah. Dari perhitungan objek tanah tersebut apprasial memberikan harga yang berbeda-beda hal itu didasarkan pada status tanah yang

(34)

berada didekat jalan utama desa atau yang berada jauh dari jalan utama desa, berdasarkan penggunaan tanahnya (tanah perumahan atau tanah pekarangan atau tanah pertanian), berdasarkan SPPTnya serta berdasarkan benda yang berkaitan dengan tanah.

Salah satu contohnya adalah tanah atas nama Mariyah luas tanahnya 420m2 1. Berdasarkan Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPPT) Tahun 2012

Bumi = 1 M2 = Rp. 14.000,-

Bangunan = 1 M2 = Rp. 125.000,-

Jumlah total harga tanah dan bangunan

Bumi = 420 x Rp. 14.000,- = Rp. 5.880.000,- Bangunan = 80 x Rp.125.000,- = Rp.10.000.000,-

Total = Rp.15.880.000,-

2. Nilai Perolehan Objek Pajak (NPOP) / harga pasar 14 M2 = 1 M2 = Rp. 53.000,-

1 Ru = 14 M2 = Rp. 750.000,-

4420 M2 : 14 M2 = 30 x Rp. 750,000,- = Rp. 22.500.000,-

Dalam penilaian harga pasar yang tertera di atas jika dihitung secara keseluruhan atau secara global pada saat terjadinya jual beli. Karena dalam jual beli cara perhitungannya di nilai secara keseluruhan yang berada di atas tanah tersebut. Jadi, harga tanah, bangunan, serta benda yang berada diatas tanah secara keselurusan per 1 M2nya dihargai Rp.53.000,- (lima puluh tiga ribu rupiah). Bila dijual semuanya tanah + bangunan serta benda yang berada diatas maupun dibawah tanah tersebut berkisar harga Rp.35.000.000,- (tiga puluh lima juta rupiah) – Rp.40.000.000,- (empat puluh juta rupiah). Namun dalam proses pemberian ganti kerugian dalam pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini berbeda. Dalam pemberian ganti ruginya masing-masing mempunyai nilai besaran harga sendiri. Dengan luas tanah 420 M2 untuk permeternya mendapatkan harga sendiri, dan degan luas bangunan seluas 80 M2 juga mempunyai harga sendiri,

(35)

begitupun dengan benda yang berada di atas dan dibawah tanah tersebut juga mempunya harga sendiri. Dan total keseluruhan tanah beserta benda yang berada di atasnya di hargai oleh penilai dengan harga Rp.86.125.000,- (delapan puluh enam juta rupiah). Rinciannya sebagai berikut:

1) Tanah per meter di hargai 1 M2 = Rp.27.000,-

420 M2 x Rp.27.000,- = Rp.11.340.000,- 2) Bangunan + Kandang kambing + sepitang/WC = Rp.40.800.000,-

3) Tanaman pohon jati 4 batang, pohon akasia 5 batang, pohon lamtoro 4 batang, pohon pisang 15 batang, tanaman terong 20 batang, tanaman lombok 10 batang. Semua pohon dan tanaman tersebut di hargai sebesar Rp.33.985.000,- (tiga puluh tiga juta sembilan ratus delapan puluh lima ribu rupiah).

Itu adalah salah satu contoh pemberian ganti kerugian yang diberikan panitia pelaksana pengadaan tanah pada pembangunan Bendungan Nglinggis.

Pada waktu pemberian ganti rugi pembangunan Bendungan Nglinggis itu terendah yang diterima oleh masyarakat sebesar Rp.86.125.000,- (delapan puluh enam juta seratus dua puluh lima ribu rupiah) dengan luas tanah 420 M2 dan yang tertinggi sebesar 1.89 M dengan luas 1,675 Ha.

Dalam proses pemberian ganti rugi panitia mekanisme pengadaan tanah dengan pihak yang berhak itu melakukan tahapan negoisasi sebanyak 1 sampai 3 kali. Dan sebagian negoisasi dilakukan sampai yang ketiga kalinya baru bisa didapatkan kata sepakat dengan harga yang sudah disepakati antara masyarakat yang tanahnya terkena ganti rugi dengan panitia pelaksana pengadaan tanah.

Dalam pemberian Ganti Kerugian dapat disepakati dari kedua belah pihak yaitu dari panitia pelaksana pengadaan tanah dengan msyarakat yang terkena dampak pengadaan tanah ini untuk diberikan ganti rugi dalam bentuk:

a. Uang;

b. Tanah pengganti;

Dalam musyawarah untuk penetapan bentuk Ganti Kerugian panitia

(36)

tanah untuk menetapkan bentuk dan besarnya Ganti Kerugian yang akan diterima oleh pihak yang berhak berdasarkan hasil dari penilai ganti rugi.

Setelah dilakukannya musyawarah antara panitia pelaksana pengadaan tanah dengan pihak yang berhak atas ganti rugi yang telah disepakati bersama-sama pemberian bentuk ganti kerugiaannya berupa uang. Panitia pelaksana pengadaan tanah yang saat itu bekerja sama dengan pihak perbankan yaitu Bank Rakyat Indonesia (BRI) Kabupaten Trenggalek. Pihak BRI Kabupaten Trenggalek membukakan atau membuatkan rekening baru atas nama pihak yang berhak atas ganti rugi tersebut untuk melakukan proses pembayaran ganti rugi.

Pada saat negosiasi didapatkan kata sepakat maka pemegang hak menandatangani pernyataan:

1. Pelepasan hak bukti kepemilikan (sertifikat hak milik atau hak milik yasan/adat)

2. Menyerahkan bukti penguasaan atau kepemilikan Objek Pengadaan Tanah kepada panitia pelaksana pengadaan tanah.

Setelah dilaksanakannya pemberian ganti rugi serta pelepasan hak yang dilakukan di hadapan Kepala Kantor Pertanahan Kabupaten Trenggalek ini lalu pihak yang berhak atas kepemilikan atau hak atas tanah sebelumnya tersebut menjadi hapus dan alat bukti haknya telah dinyatakan sudah tidak berlaku serta tanahnya menjadi tanah yang sudah dikuasai langsung oleh Negara.

3. Penerapan prinsip keadilan dalam pelaksanaan pembangunan Bendungan Nglinggis berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012

Dalam ketentuan umum dalam pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 yaitu pemberian Ganti Kerugian haruslah memperhatikan kata layak dan adil. Secara umum dalam aktivitas pengadaan tanah “layak” yang diartikan merupakan memberikan harga yang normal kepada pihak yang berhak. Selanjutnya

“adil” yang diartikan merupakan memberikan jaminan penggantian yang layak serta tidak memberikan kerugian kepada para pihak dalam proses pengadaan tanah sehingga mampu melaksanakan kehidupan yang lebih baik. Prinsip-prinsip/asas-asas

(37)

pengadaan tanah telah diuraikan dalam penjelasan Pasal 2 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012:

a. Kemanusiaan b. Keadilan c. Kemanfaatan d. Kepastian e) Keterbukaan f) Kesepakatan g) Keikutsertaan h) Kesejahteraan i) Keberlanjutan j) Keselarasan

Dari asas/prinsip pengadaan tanah untuk kepentingan umum maka di dalam pelaksanaannya haruslah sepadan dengan asas/prinsip berbangsa dan bernegara.

Serta dalam proses pemberian ganti kerugian prinsip atau asas yang paling utama adalah pada asas keadilan dan asas kesejahteraan. Didalam kedua asas tersebut bertujuan untuk memberikan dampak yang sangat baik terhadap pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum. Karena didalam pengertian asas keadilan dan asas kesejahteraan itu pada intinya memberikan penggantian yang layak serta memberikan nilai tambah kepada pihak yang berhak untuk dapat melangsungkan kehidupan dan menaikkan taraf hidup yang lebih baik lagi sebelum diadakannya pelaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum ini.

Pada dasarnya palaksanaan pengadaan tanah untuk kepentingan umum bertujuan untuk memberikan keadilan dalam memberikan ganti rugi kepada pihak yang berhak serta harus mampu memberikan kesejahteraan yang lebih baik kepada masyarakat yang khususnya terkena dampak dari pengadaan tanah ini. Didalam Pasal 3 Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2012 juga manyatakan bahwa tujuan pengadaan tanah untuk kepentingan umum ialah untuk menyediakan tanah bagi pelaksanaan pembangunan yang tujuannya untuk meningkatkan kesejahteraan dan kemakmuran bangsa, negara, serta masyarakat dengan tetap menjamin kepentingan hukum kepada

Gambar

FOTO LOKASI PEMBANGUNAN BENDUNGAN NGLINGGIS

Referensi

Dokumen terkait

Dan jika pelaku pertambangan tidak melakukan atau memenuhi kewajibannya untuk mengurus izin maka sudah jelas perbuatan tersebut telah melanggar ketentuan Undang-Undang

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, maka saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan peran kepuasan kerja memediasi budaya organisasi, kompensasi, dan

Berdasar hasil penelitian, 1) memaparkan bahwa media interaktif video fotografi keragaman budaya keragaman budaya yang dikembangkan dengan.. 34 menggunakan metode

Tujuan penelitian ini untuk : (1) mendeskripsikan orientasi pelanggan, orientasi kewirausahaan, keunggulan bersaing dan kinerja pemasaran usaha mikro kuliner di Kota Malang,

Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Hamidi dan Indrastuti (2013), bahwa kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Hasil statistik

Tujuan yang ingin dicapai penulisan dalam Penelitan Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk mengetahui apakah meningkatan keterampilan motorik halus dapat diupayakan

Hope tidak berhasil berperan sebagai moderasi antara perceived organizational support dan job hopping motives pada karyawan, melainkan faktor lainnya yang memberikan

Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah (Azwar, 1995).. c) Dinding sumur