• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Ilmu Hukum

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "TESIS. Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Ilmu Hukum"

Copied!
48
0
0

Teks penuh

(1)

i PERTAMBANGAN EMAS ILEGAL DI KECAMATAN TALIWANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT DALAM PERSPEKTIF UNDANG

UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2020 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

TESIS

Untuk memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Ilmu Hukum

Disusun oleh :

BAKTI BINA DARMAYANTI 201710380211005

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

(2)
(3)

iii T E S I S

Dipersiapkan dan disusun oleh : BAKTI BINA DARMAYANTI

201710380211005

Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji pada hari/tanggal, Selasa/ 27 April 2021

dan dinyatakan memenuhi syarat sebagai kelengkapan memperoleh gelar Magister/Profesi di Program Pascasarjana

Universitas Muhammadiyah Malang

SUSUNAN DEWAN PENGUJI

Ketua : Mokh. Najih, S.H., M.H., Ph.D.

Sekretaris : Dr. Tongat, S.H., M.Hum.

Penguji I : Dr. Fifik Wiryani, S.H., M.Si., M.Hum.

(4)

iv KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena rahmat dan hidayah-Nyalah, penulis dapat menyelesaikan penulisan tesis dengan judul: “PERTAMBANGAN EMAS ILEGAL DI KECAMATAN TALIWANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT DALAM PERSPEKTIF UNDANG UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2020 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA”. Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan Nabi Muhammad SAW yang telah menghantarkan dari zaman kegelapan hingga ke zaman yang terang benderang penuh dengan rahmat ini.

Penulisan hukum ini disusun dalam rangka memenuhi sebagian syarat memperoleh derajat gelar S-2 Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Malang. Dalam penyusunan tesis ini tentunya penulis mengalami beberapa hambatan, namun berkat bantuan, bimbingan dan kerjasama yang ikhlas dari berbagai pihak, akhirnya penulisan tesis ini dapat terselesaikan dengan baik. Pencapaian ini tidak terlepas dari jasa-jasa berbagai pihak, ungkapan terima kasih yang tulus penulis persembahkan kepada Ayahanda tercinta A. Maula Sanapiah, Ibunda tercinta Fatmawati serta untuk keluarga besar yang telah memberikan suport dan doa demi kelancaran penelitian ini. Kalian adalah kado terindah dalam hidup penulis.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa dalam penyelesaian penyusunan tesis ini tidak lepas dari bantuan dan dukungan dari berbagai pihak. Untuk itu, penulis menghanturkan uacapan terima kasih yang setulus-tulusnya kepada:

1. Bapak Drs. Fauzan, M.Pd., selaku Rektor Universitas Muhammadiyah Malang yang telah memberikan kesempatan kepada penulis untuk menempuh pendidikan di Universitas Muhammadiyah Malang hingga terselesaikan program studi Magister Ilmu Hukum.

2. Bapak Akhsanul In’am, Ph.D., selaku Direktur Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

(5)

v 3. Ibu Dr. Herwastoeti, SH., M.Si selaku Ketua Program Studi Magister Ilmu

Hukum Universitas Muhammadiyah Malang.

4. Bapak Mokh. Najih, S.H., M.H., Ph.D., selaku Dosen Pembimbing I dan Bapak Dr. Tongat, S.H., M.Hum., selaku Dosen Pembimbing II yang telah meluangkan waktu dan kesempatan untuk membimbing, mengarahkan dan menyetujui dalam menyelesaikan tesis ini.

5. Seluruh Bapak dan Ibu dosen Magister Ilmu Hukum Universitas Muhammadiyah Malang, yang selalu memberikan motivasi dalam menyelesaikan tesis ini.

6. Kak Dian, Kak Dedet, Kak Mirza, Yadi. Tarmizi, Andi dan Kak Sunarti Terimakasih banyak untuk dukungannya.

7. Tata Usaha Direktorat Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang, atas pelayanan administrasi.

8. Teman-teman seperjuangan Magister Ilmu Hukum angkatan 2017, terima kasih atas kebersamaannya selama ini.

9. Mas Adit dan Ila, Terimakasih atas dukungan dan semangat dalam menyelesaikan tesis ini

10. Sahabat-sahabatku tercinta Tonah, Alvisa, Mifta, Eno, Dita, Jaini, Lia, Iga, Ilif, Yadi terimakasih untuk dukungan dan semangatnya

11. Semua pihak yang telah berpartisipasi dalam penulisan ini yang tidak bisa penulis sebutkan satu per satu.

Akhir kata penulis memohon maaf sebesar-besarnya jika dalam penulisan tesis ini melakukan kesalahan baik yang disengaja maupun yang tidak disengaja. Semoga Tesis ini bermanfaat bagi semua pembaca pada umumnya dan bagi penulis khusunya.

Wassalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh

Malang, 27 April 2021

(6)

vi DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

LEMBAR PERSETUJUAN ... ii

LEMBAR PENGESAHAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ISI ... vi

DAFTAR TABEL ... viii

DAFTAR GAMBAR ... ix SURAT PERNYATAAN ... x ABSTRAK ... xi ABSTRACT ... xii PENDAHULUAN ... 1 Rumusan Masalah ... 6 Tujuan Penelitian ... 6 Originalitas Penelian ... 6 KERANGKA TEORI ... 9 Pengertian Pertambangan ... 9

Sumber Sumber Hukum Pertambangan ... 10

Subjek Pidana Dalam Tindak Pidana Pertambangan ... 10

Tinjauan Umum Perizinan ... 10

Sanksi yang Dapat Dijatuhkan pada Kasus Pertambangan Ilegal ... 11

Tinjauan Umum Tentang Teori Kesadaran Hukum ... 13

Metode Penulisan ... 13

Jenis Bahan Hukum ... 14

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini ... 14

PEMBAHASAN ... 15

Deskripsi Tentang Sumbawa Barat ... 15

Deskripsi Tentang Pertambangan Emas di Wilayah Kecamatan Taliwang Di Desa Lamunga dan Seloto. ... 15

(7)

vii

Jumlah Setiap Kelompoknya ... 17

Cara Menambang ... 17

Sistem Tong ... 18

Hasil Tambang Yang Di Dapatkan ... 18

Dampak Pertambangan Emas Ilegal Di Kecamatan Taliwang ... 18

Faktor-Faktor Terjadinya Pertambangan Emas Tanpa Izin Di Kecamatan Taliwang Kab. Sumbawa Barat. ... 19

Penegakan Hukum Dalam Masalah Pertambangan Emas Ilegal Di Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat ... 23

Kendala penegakan hukum ... 30

Efektifitas Penegakan Terhadap Pelaku Pertamangan Emas Tanpa Izin di Wilayah Kec. Taliwang, Kab. Sumbawa Barat ... 32

Tawaran Atau Konsep Penanggulangan Terjadinya Pertambangan Emas Ilegal di Kec. Taliwang Sumbawa Barat ... 33

PENUTUP ... 33

Kesimpulan ... 33

Saran ... 34

(8)

viii DAFTAR TABEL

Tabel 1 Data Penambang Tanpa Izin (Peti) Mineral Logam (Emas) Ksb ... 4 Tabel 2 Penelitian Terdahulu ... 7 Tabel 3 Jumlah Setiap Kelompoknya Pelaku Penambangan Tanpa Izin

(9)

ix DAFTAR GAMBAR

Gambar 1 Mesin Glondong ... 18 Gambar 2 Tempat Hasil Sisa Peleburan Batu ... 18

(10)
(11)

xi PERTAMBANGAN EMAS ILEGAL DI KECAMATAN TALIWANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT DALAM PERSPEKTIF UNDANG

UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2020 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Bakti Bina Darmayati Sadonsept25bakti@yahoo.com Mokh. Najih, S.H., M.H., Ph.D. (0017056501) najih@umm.ac.id Dr. Tongat, S.H., M.Hum. (0013016701) tongat@umm.ac.id ABSTRAK

Objek penelitian ini adalah tentang pertambangan eemas tanpa izin di kecamatan taliwang yang mengambil lokasi penelitian di dua desa yaitu di desa seloto dan desa lamunga. Tujuan dari penelitian ini untuk mengetahui penyebab terjadinya pertambangan emas tanpa izin serta bagaimana penegakan hukumnya. Data dari hasil penelitian ini diperoleh dari wawancara para pelaku pertambangan emas tanpa izin serta dari instansi terkait. Pertambangan emas di kecamatan taliwang ini telah melanggar ketentuan pasal 158 Undang Undang Nomor 3 tahun 2020 yang berbunyi “setiap orang yang melakukan penambangan atanpa izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp. 100.000.000.000, 00 (seratu miliar rupiah). Akan tetapi yang terjadi di kecamatan Taliwang para pelaku tidak mmeiliki izin. Upaya pemerintah dalam menanggulangi permasalahan tersebut baru sebatas penegakan secara preventif saja dan belum sampai pada penegakan secara refresif dikarenakan kurangnya sarana prasarana, anggaran dan kesadaran hukum masyarakat. Selain itu juga dikhawatikan akan menimbulkan konflik baru apabila dilakukan penegakan hukum secara refresif sebab pertambangan emas tanpa izin ini merupakan tumpuan hidup dan mata pencarian bagi para pelaku sehingga akan sangat sulit untuk dilakukan pencegahan secara represif. Padahal kegiatan pertambangan emas tanpa izin ini mencemari lingkungan, kesehan serta merugikan keuangan negara. Pemerintah diharapkan bisa segera menangani permasalahan pertambangan emas tanpa izin ini dengan memberikan pemahaman terhadap masyarakat tentang dampak dampak apa saja yang ditimbulkan akibat dari pertambangan emas ilegal ini dan berusaha menumbuhkan kesadaran hukum dalam masyarakat.

(12)

xii PERTAMBANGAN EMAS ILEGAL DI KECAMATAN TALIWANG KABUPATEN SUMBAWA BARAT DALAM PERSPEKTIF UNDANG

UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2020 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA

Bakti Bina Darmayati

Sadonsept25bakti@yahoo.com Mokh. Najih, S.H., M.H., Ph.D. (0017056501 najih@umm.ac.id Dr. Tongat, S.H., M.H (0013016701) tongat@umm.ac.id ABSTRACT

The object of this research is about unlicensed gold mining in the Taliwang sub-district which takes the research location in two villages, namely Seloto Village and Lamunga Village.The purpose of this research is to determine the causes of gold mining without legal permit and how to enforce the law. The data from the results of this research were obtained from interviews with illegal gold mining perpetrators and from relevant agencies. Ilegal Gold mining in the Taliwang sub-district has violated the Pasal 158 Undang Undang Nomor 3 Tahun 2020,which reads “everyone who conducts mining without a legal permit as Pasal 35 shall be punished with imprisonment for a maximum of 5 (five) years and a fine of a maximum of Rp. 100,000,000,000, 00 (one billion rupiah). However, what happened in the Taliwang sub-district, the perpetrators did not have a legal permit. The government's efforts in tackling these problems are only limited to preventive enforcement and have not yet reached repressive enforcement due to the lack of infrastructure, budget and public legal awareness.In addition, it is also feared that it will cause new conflicts if carried out the repressive law enforcement,because gold mining without a legal permit is the foundation of life and livelihood for the perpetrators so that it will be very difficult to do repressive prevention.In fact, gold mining activities without permits pollute the environment, health and harm the state in various aspects.The government is expected to be able to immediately deal with the problems of illegal gold mining by providing understanding to the public about the impacts of this illegal gold mining and trying to raise law awareness in the communities.

(13)

1 PENDAHULUAN

Indonesia adalah negara yang terkenal akan kekayaan alam yang sangat melimpah. Memiliki hutan yang termasuk paling luas di dunia serta memiliki tingkat kesuburan tanah yang bagus dan wilayah perairannya sangat luas, dengan komoditi ikannya yang sangat besar yang turut berperan penting dalam kehidupan manusia.1 Sementara di daratan terdapat berbagai bentuk barang tambang berupa emas, nikel, timah, tembaga, batubara dan sebagainya. Di bawah perut bumi sendiri tersimpan gas dan minyak yang juga termasuk penghasil cukup besar di dunia. Namun melihat fakta yang ada ternyata kekayaan alam yag sedemikian besar itu tidak cukup mampu mensejahterakan rakyat Indonesia khusunya dalam hal industri pertambangan.

Dengan kekayaan alam yang jumlah kandungan mineral yang ada di dalam perut bumi membuat kandungan emas di wilayah Indonesia cukup banyak. Indonesia kaya akan sumber daya mineral termasuk batubara, tembaga, emas, gas alam serta bahan tambang lainnya. Indonsia adalah satu di antara 5 produsen terkemuka untuk tembaga dan nikel di dunia. Hasil produk timah Indonesia menduduki peringkat kedua setelah cina. Indonesia juga meruakan negara yang berada di peringkat 10 dunia dalam produksi emas dan gas alam.2 Indonesia adalah negara yang cukup kaya akan hasil alam dan semua kekayaan yang terkandung di dalamnya seharusnya berbanding lurus dan menjamin kesejahteraan rakyatnya.

Dengan berkembangnya zaman yang serba modern serta persaingan yang semakin kuat dibarengi dengan melonjaknya kebutuhan hidup masyarakat termasuk di daerah daerah yang memiliki potensi sumber daya alam yang terkandung di dalamnya, Didukung oleh keinginan masyarakat yang ingin meningkatkan taraf hidupnya menuju perekonomian yang lebih baik dan sejahtera maka timbullah inisiatif masyarakat untuk mengelola hasil alam dalam hal ini adalah sektor pertambangan.

1

Yusuf Qardhawi, Peran Nilai Dan Moral Dalam Perekonomian Islam, Alih Bahasa: Didin Hafidhuddin Dkk, (Jakarta: Robbani Press, 1997), Hlm. 138.

2 Unites States Geological Survey, 2009 Mineral Yearbook: Indonesia Advance Release, (United

(14)

2 Dalam kegiatan pembangunan dan peningkatan taraf hidup masyarakat kegiatan pembangunan pada hakekatnya adalah kegiatan manusia dalam menggali dan mengolah sumber daya alam dengan sebaik-baiknya yang meliputi air, udara, tanah dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya. Menurut Pasal 33 ayat (3) Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) menyebutkan bahwa bumi, air dan kekayaan alam yang terkandung di dalamnya di kuasai oleh Negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat. Untuk tercapainya kesejahteraan dan kemakmuran rakyat Indonesia maka diselenggarakan berbagai macam kegiatan usaha dan produksi yang menunjang pembangunan. Salah satu kegiatan usaha yang menunjang pembangunan di Indonesia adalah sektor pertambangan.

Kegiatan usaha pertambangan tidak hanya dilakukan oleh perusahaan, tetapi ada pula sebagian dari kegiatan usaha yang dilakukan oleh pihak perseorangan. Pelaku pertambangan dalam melakukan usaha pertambangan harus mendapatkan Izin Usaha Pertambangan yang selanjutnya disebut IUP. Pengertian IUP dalam Pasal 1 butir ke 7 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang perubahan atas Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara, adalah izin untuk melaksanakan usaha pertambangan. IUP diberikan kepada badan usaha, koperasi dan perseorangan.

Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang perubahan atas Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Mineral dan Batubara telah menentukan bahwa mineral dan batubara yang terkandung dalam wilayah hukum Indonesia merupakan kekayaan alam yang tak terbarukan sebagai karunia Tuhan Yang Maha Esa yang mempunyai peran penting dalam memenuhi hajat hidup orang banyak, karena itu pengelolaannya harus dikuasai oleh negara untuk memberi nilai tambah secara nyata bagi perekonomian nasional dalam usaha mencapai kemakmuran dan kesejahteraan rakyat yang berkeadilan. Pada kenyataannya pertambangan yang dilakukan oleh pemerintah baik melalui swasta nasional maupun asing ternyata tidak memberikan kesejahteraan bagi rakyat terutama masyarakat yang ada di daerah lingkar tambang tersebut. Hal inilah yang juga menyebabkan terjadinya tindakan pertambangan liar atau tanpa izin. Inilah yang terjadi di beberapa wilayah di Indonesia salah satunya adalah di kabupaten Sumbawa Barat Provinsi Nusa Tenggara Barat.

(15)

3 Kabupaten Sumbawa Barat adalah salah satu wilayah yang berada di Provinsi Nusa Tenggara Barat. Melihat banyak potensi bahan galian yang terdapat di kabupaten Sumbawa Barat meyebabkan banyaknya usaha pertambangan yang dilakukan oleh badan usaha maupun perorangan. Pada dasarnya kegiatan usaha pertambangan yang dilakukan harus memiliki izin yang dekeluarkan oleh pemerintah. Keharusan memiliki izin ini tidak menutup kemungkinan adanya kegiatan usaha pertambangan yang ilegal (tidak memiliki izin). Kegiatan usaha pertambangan illegal tersebut kerap kali luput dari perhatian pemerintah sebagai pihak yang berwenang mengeluarkan izin. Izin merupakan dokumen yang dikeluarkan oleh pemerintah daerah berdasarkan peraturan daerah atau peraturan lainnya yang merupakan bukti legalitas, menyatakan sah atau diperbolehkannya seseorang atau Badan untuk melakukan usaha atau kegiatan tertentu.3 Ada berbagai jenis izin yang dapat kita jumpai dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 pengganti Undang Undang 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yaitu berupa: Izin Usaha Pertambangan (IUP), IUP Eksplorasi, IUP Operasi Produksi, Izin Pertambangan Rakyat (IPR), Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK), IUPK Eksplorasi, dan IUPK Operasi Produksi. Namun para pelaku pertambangan ini tidak memiliki izin sehingga kegiatan pertambangan ini dianggap illegal karena menyalahi peraturan Undang-Undang yang diatur dalam Pasal 158 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 pengganti Undang Undang 4 Tahun 2009 Tentang Mineral dan Batu Bara. Dalam pasal tersebut dijelaskan bahwa ”setiap orang yang melakukan penambangan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5(lima tahun) dan denda paling banyak Rp. 100.000.000.000,00( seratus miliar rupiah).

Kegiatan pertambangan emas tanpa izin di kabupaten Sumbawa Barat memiliki dampak tehadap kerusakan lingkungan sekitar dikarenakan masyarakat yang tidak memahami prosedur dan proses pengelolahan serta pembuangan limbah. Akibatnya terjadi pencemaran areal persawahan, pengembalan ternak, pakan dan air minum serta pendudukan local sekitar tempat pemprosesan karena kerusakan

3 Lihat Pasal 1 angka 8 Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 20 Tahun 2008 tentang Pedoman

(16)

4 lingkungan oleh limbah bahan berbahaya tersebut.4 Dalam hal kerusakan lingkungan ini dalam Undang-Undang No. 32 Tahun 2009 diartikan sebagai perubahan langsung atau tidak tidak langsung terhadap sifat fisik, kimia dan atau hayati yang melampauhi kriteria baku kerusakan lingkungan hidup. Sumber daya mineral merupakan sumber daya alam yang bersifat non-renewable resource yang artinya jika bahan galian itu dikeruk maka tidak akan dapat kembali seperti semula.5 Berikut adalah tabel data penambangan izin di desa lamunga dan di desa seloto

Tabel 1

Data Penambang Tanpa Izin (Peti) Mineral Logam (Emas) Ksb

No Lokasi

penambangan

Jumlah/asal

penambang lubang galian Pengolahan

Bahan kimia yang digunakan KE T Desa Kecamat an Lokal ksb Luar ksb Jumlah Kedalam an Gelondo ng Tong Air raks a Sianid a 1 Lamunga Taliwang ± 250 Orang ± 72 Orang ± 60 Lubang ± 115 m ± 2.019 Buah 31 tong √ aktif √ 2 Seloto/la ng tanyong Taliwang ± 40 Orang ± 30 Orang - ± 60 m ± 50 Buah - √ aktif

Kegiatan pertambangan merupakan usaha untuk menggali berbagai potensi yang terkandung di dalam perut bumi.6 Namun yang terjadi di wilayah Sumbawa Barat ini para pelaku aktifitas pertambangan emas tanpa izin tidak memperhatikan kerusakan lingkungan yang ditimbulkan dari dampak pertambangan tersebut serta dianggap melanggar ketentuan hukum yang berlaku karena dilakukan tanpa izin. Hal ini menciptakan beberapa konflik dalam masyarakat yaitu yang disebabkan oleh faktor lingkungan, lahan, ekonomi dan sosial. Masyarakat dengan segala keterbatasannya dalam dalam pemahaman terhadap ilmu pengetahuan maupun teknologi melakukan pegelolahan terhadap pertambangan yang ada sehingga dampak negatif yang ditimbulkan tentunya sangat meresahkan masyarakat serta pemerintah daerah. Pola kehidupan “wild west” sebagian pertambangan rakyat dianggap mengganggu kehidupan sosial

4

Astiti, L. G. S dan T Sugianti. 2014. Dampak Pertambangan Emas Tradisonal Pada Lingkungan

dan Pakar Ternak di Pulau Lombok 12(2)101-106

5 Alie Yafie, Merintis Fiqh Lingkungan Hidup, Ufuk Press, Jakarta, 2006,Hlm.141

(17)

5 masyarakat sekitarnya, kegiatan mereka yang merusak lingkungan dan sebagian fasilitas publik (misalnya dengan pemanfaatan jalan umum untuk pengangkutan produk ilegal mereka), mengganggu pemilik izin pertambangan resmi, membuat kegiatan pertambangan rakyat sering harus berhadapan dengan petugas hukum.7 Di desa Lamunga yang menjadi salah satu lokasi pertambangan illegal di Kecamatan Taliwang itu merupakan blok yang direncanakan untuk operasi produksi dengan metode tambang bawah tanah oleh PT. SBM (Sumbawa Barat Mineral) selaku pemilik izin akan tetapi blok atau lokasi tersebut sudah dipenuhi aktifitas pertambangan illegal sehingga blok atau lokasi yang awalnya di desa lamunga tersebut dipindahkan ke olat samoan yang juga masih termasuk dalam wilayah Kec. Taliwang.8 Pencemarannya pun merusak kualitas air yang berada di sungai yang berdekatan dgn area pertambangan yang tercemari oleh zat kimia berbahaya seperti mercuri (raksa). Pencemaran lingkungan oleh mercury dan sianida yang digunakan pada proses penambangan illegal tersebut terjadi sejak Tahun 2010, kebutuhan mercury di Sumbawa Barat mencapai angka 6,9 Ton perbulan dan 20 ton sianida perbulan.9 Mercuri dan sianida sebagai dianggap sebagai bahan berbahaya dan beracun B3 limbah menurut Pasal 1 angka 20 Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tetang perlindungan dan pengelolahan Lingkungan Hidup adalah merupakan sisa suatu usaha atau kegiatan sedangkan yang dimaksud limbah B3 adalah sisa suatu usaha dan atau kegiatan yang mengandung zat energy dan atau komponen lain yang karena sifat konsentrasi dan atau jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat mencemarkan dan atau merusak merusak lingkungan hidup atau membahyaakan lingkungan hidup, Kesehatan serta kelangsungan hidup manusia dan makhluk hidup lain.10 Proses pertambangan yang tidak memenuhi standar prosedur pertambangan yang baik dan benar dapat berakibat juga pada pemborosan sumber daya mineral dan

7

Hanan, Nugroho, 2020, ”Pandemi Covid-19: Tinjau Ulang Kebijakan Mengenai PETI (Pertambangan Tanpa Izin) di Indonesia”, Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Republik Indonesia , hlm. 4

8 Wawancara dengan Pak Deni Kepala Seksi Logam Dinas Energy Dan Sumber Daya Mineral,

Pada hari jumat 17 April 2020 Pukul 10.00 Wita

9

https://www.inews.id/lifestyle/health/penambangan-emas-tanpa-izin-dan-bahaya-keracunan-merkuri-yang-mengintai

(18)

6 kecelakaan kerja. Dengan mempertimbangkan berbagai dampak dari pertambangan illegal tersebut maka tentunya pemerintah harus tegas terutama untuk menerapkan ketentuan Pasal 158 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tetang pertambangan mineral dan Batubara. Berdasarkan permasalahan di atas maka penulis tertarik untuk mengangkat judul ” PERTAMBANGAN EMAS ILEGAL DI KEC. TALIWANG KAB. SUMBAWA BARAT DALAM PERSPEKTIF UNDANG UNDANG NOMOR 3 TAHUN 2020 TENTANG PERTAMBANGAN MINERAL DAN BATUBARA”.

Rumusan Masalah

1. Mengapaa Terjadi Pertambangan Emas Secara Ilegal Di Kecamatan Taliwang Kab. Sumbawa Barat?

2. Bagaimana Penegakan Hukum Dalam Masalah Pertambangan Emas Ilegal Di Kecamaan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat?

Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui penyebab terjadinya pertambangan ilegal di wilayah kecamatan Taliwang Kab. Sumbawa Barat.

2. Untuk mengetahui dampak apa saja yang ditimbulkan akibat pertambangan emas ilegal terhadap lingkungan sekitar wilayah Kec. Taliwang, Kab. Sumbawa Barat.

Originalitas Penelian

Untuk mengetahui originalitas/keaslian penelitian, untuk itu penulis memaparkan penelitian-penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian yang penulis lakukan.

(19)

7 Tabel 2 Penelitian Terdahulu No Nama Penulis Judul Rumusan masalah Persamaan Perbedaan 1 Megi oka hadi miharja, Andreas dwi setyo, Herbowo Prasetyo Hadi Implikasi hukum terkait pertambangan rakyat dalam bidang minerba di Indonesia 1. Bagaimana dampak adanya pertambangan rakyat ilegal terhadap lingkungan? 2. Bagaimana sejarah pengaturan oleh pemerintah terkait dengan pertambangan rakyat? Membahas masalah pertambangan rakyat serta dampak buruk dari pertambangan rakyat yang mengakibatkan banyak terjadinya kerusakan kerusakan terhadap lingkungan. Membahas tentang keselamatan kerja serta sejarah pertambangan rakyat dari masa colonial belanda sedangkan penulis lebih

focus kepada

prtambangan rakyat di wilayah Sumbawa barat yang baru ditemukan dalam kurun waktu 10 tahun terakhir 2 Feri Hyang Daika Harmonisasi kebijakan penerbitan izin usaha pertambangan mineral di kabupaten Ketapang-Kalimantan Barat dalam rangka menjamin kepastian hukum 1. Bagaimana Harmonisasi kebijakan penerbitan izin usaha pertambangan mineral di Kabupaten Ketapang? 3. Apa Kendala-kendala dalam harmonisasi penerbitan izin usaha pertambangan mineral di Kabupaten Ketapang? Membahas tentang penerbitan izin usaha pertambangan.

Membahas tentang ketetuan perizinan pertambangan rakyat berkaitan dengan Undang Undang Nomor 3 tahun 2020 3 Dany Andhika Karya Gita, Amin Purnawan, Djauhari. Kewenangan Kepolisian Dalam Menangani Tindak Pidana Pertambangan 1. Apakah kewenangan Polri dalam Menangani ilegal mining Membahas tentang masalahpertambangan bagaimana upaya dan penegakan hukum

atas masalah

pertambangan emas tanpa izin. Selain itu

Membahas tentang usulan atau ide gagasan yang bisa dilakukan untuk menanggulangi kegiatan pertambangan emas tanpa izin di Kec. Taliwang

(20)

8 No Nama Penulis Judul Rumusan masalah Persamaan Perbedaan (Ilegal Mining) Menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 (Studi Di Kepolisian Negara Indonesia) 2. menurut Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batu Bara? Apakah upaya preventif dan represif yang dilakukan oleh Polri dalam Tindak Pidana- Pertambangan (ilegal mining) di Indonesia?

juga tulisan ini membahas tentang factor factor terjadinya pertambangan rakyat. Adanya masalah lingkungan sebagai dampak dari pertambangan rakyat trsebut yang kerap kali menimbulkan kerusakan terhadap lingkungan. 4 Zulham Efendy Harahap Analisis hukum mengenai penjatuhan sanksi pidana terhadap pelaku usaha pertambangan tanah tanpa izin usaha pertambangan di Kabupaten Deli Serdang 1. Apa faktor penyebab terjadinya kasus pertambangan tanah tanpa izin di Kabupaten Deli Serdang? 3. Bagaimana Kebijakan Hukum Pidana Terhadap Pelaku Usaha Yang Melakukan Pertambangan Tanah Tanpa Izin Di Kabupaten Deli Serdang?

Tesis ini membahas tentang perizinan usaha pertambangan

Tesis ini mendalami tentang kasus Putusan No. 1561/Pid.B/2014/PN.Mdn perihal kegiatan pertambangan tanah. Kasus di desa Marindal serta adanya penatuhan sanksi kepada para pelaku sementara pada tesis yang akan saya angkat sejauh ini belum sampai pada pembahasan putusan pengadilan dikarenakan belum adanya masalah yang dilaporkan kepada pihak terkait mengenai pelanggaran hukum tersebut

(21)

9 KERANGKA TEORI

Pengertian Pertambangan

Penggalian atau pertambangan merupakan usaha untuk menggali potensi potensi yang terkandung dalam perut bumi. Di dalam definisi ini juga tidak terlihat bagaimana hubungan antara pemerintah dengan subjek hukum. Padahal untuk menggali bahan tambang itu diperlukan perusahaan atau badan hukum yang mengelolanya.11

Hukum pertambangan merupakan salah satu bidang kajian hukum yang mengalami perkembangan yang sangat pesat. Hal ini dibuktikan dengan ditetapkannya berbagai peraturan perundang-undangan yang mengatur tentang pertambangan. Pada dekade tahun 1960-an undang-undang yang mengatur tentang pertambangan yaitu undang-undang nomor 11 tahun 1967 tentang Ketentuan Ketentuan Pokok Pertambangan, sementara pada dekade tahun 2000 atau khususnya pada tahun 2009, maka pemerintah dengan persetujuan DPR RI telah menetapkan Undang-Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.12 Yang kemudian di rubah menjadi Undang Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

Dalam Undang Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara menjelaskan defenisi pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan perusahaan mineral atau batubara. Yang meliputi penyelidikan umum, eksplorasi, studi kelayakan, kontroksi, penambangan, pengelolaan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang.

11

H.Salim HS., S.H.,M.S. Hukum Pertambangan di Indonesia.(Jakarta: PT RajaGrafindo Persada. 2010), hlm. 16

12 H.Salim HS., S.H.,M.S. Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara.(Jakarta: Sinar Grafika.

(22)

10 Sumber Sumber Hukum Pertambangan

Hukum yang berlaku di indonesia yaitu UU No 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara merupakan ketentuan atau undang – undang yang menggantikan UU No 11 Tahun 1967 Tentang Ketentuan – Ketentuan Pokok Pertambangan. Kemudian pada tahun 2020 di rubah menjadi Undang Undang Nomor 3 Tahun 2020.

Subjek Pidana Dalam Tindak Pidana Pertambangan

Subjek hukum yang dapat dipidana dalam bidang pertambangan adalah: 1. Orang perorangan Perorangan adalah orang atau seorang diri yang telah

melakukan perbuatan pidana di bidang pertambangan 2. Pengurus badan hukum

Pengurus badan hukum adalah orang-orang yang mengatur atau menyelenggarakan atau mengusahakan badan hukum tersebut 3. Badan hukum

Badan hukum adalah kumpulan orang-orang yang menpunyai tujuan-tujuan tertentu, harta kekayaan serta hak dan kewajiban.13

Tinjauan Umum Perizinan 1. Makna sistem perizinan

Perizinan diistilahkan dengan licence, permit,(inggris); vergunning (belanda). Izin hanya merupakan otoritas dan monopoli pemerintah. Tidak ada lembaga lain di luar pemerintah yang bisa memberikan izin dan ini berkaitan dengan prinsip kekuasaan Negara atas semua sumber daya alam demi kepentingan hajat hidup orang banyak.14

Selain itu fungsi izin adalah represif. Izin dapat berfungsi sebagai instrument untuk menanggulangi masalah lingkungan yang disebabkan aktifitas manusia yang melekat dengan dasar perizinan. Artinya suatu usaha yang memperoleh izin atas pengelolahan lingkungan, dibebani kewajiban untuk melakukan penanggulangan pencemaran atau perusakan lingkungan yang timbul dari aktivitas usahanya.15

13 Salim HS, Pengantar Hukum Perdata Tertulis (Jakarta: Sinar Grafika, 2009 ), hlm. 11. 14 Helmi, 2012, Hukum Perizinan Lingkungan Hidup, sinar grafika, Jakarta 2012,hlm.28 15 ibid

(23)

11 Menurut ahli hukum belanda N.M Spelt dan J.B.J.M. ten Berge izin merupakan suatu persetujuan dari penguasa berdasarkan undang-undang atau peraturan pemerintah untuk dalam keadaan tertentu menyimpang dari ketentuan larangan Perundang-undangan (izin dalam arti sempit).16

2. Izin usaha pertambangan

Pengertian izin usaha pertambangan

Pada dasarnya kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh orang atau masyarakat atau badan hukum atau badan usaha, dapat diklasifikasikan menjadi dua macam, yaitu :

a. Ilegal mining

Ilegal mining merupakan kegiatan yang dilakukan oleh orang atau masyarakat tanpa adanya izin dari pejabat yang berwenang.

b. Legal mining

legal mining merupakan kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh badan usaha atau badan hukum didasarkan pada izin yang dikeluarkan oleh pejabat yang berwenang.

Salah satu bentuk izin itu, yaitu izin usaha pertambangan (IUP). Istilah izin usaha pertambangan berasal dari terjemahan bahasa inggris yaitu mining permit. (IUP) merupakan.“ izin untuk melaksanakan usaha pertambangan” ( pasal 1 angka 7 UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang pengganti Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan dan Minerba).17

Sanksi yang Dapat Dijatuhkan pada Kasus Pertambangan Ilegal 1. Sanksi Pidana

Sanksi pidana yang dapat dijatuhkan pada subjek hukum yang telah ditentukan dalam pasal 158 sampai dengan pasal 162 Undang Undang Nomor 3 Tahun 2020 tentang pengganti Undang-Undang Nomor 4 Tahun 2009 tentang pertambangan mineral dan batubara. Ada tiga jenis sanksi pidana

16

N.M.Spelt dan J.B.J.M ten Berge, disunting Philipus M.Hadjon, Pengantar Hukum Perizinan, Yuridika, Surabaya, 1993, hlm.77

17 Republik Indonesia,Undang-undang Nomor 3 tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral Dan

(24)

12 yang dapat dijatuhkan kepada pelaku orang perorangan, yaitu : pidana penjara, pidana denda dan pidana tambahan.

2. Sanksi Perdata

Dalam perspektif hukum perdata berdasarkan ketentuan Pasal 1365 Burgerlijk Wetboek (B.W.)/Kitab Undang-undang Hukum Perdata ditentukan tiap perbuatan melanggar hukum yang membawa kerugian kepada seseorang, juga mewajibkan orang yang karena salahnya menerbitkan kerugian itu, menganti kerugian tersebut.

Ketentuan ini meskipun merupakan ketentuan ruang lingkup perdata, namun demikian dapat diterapkan dalam ruang lingkup hukum pidana yang terkait dengan kerugian keuangan Negara. Pasal 145 Undang- Undang Mineral dan Batubara menyatakan bahwa Masyarakat yang terkena dampak negatif langsung dari kegiatan usaha pertambangan berhak:

a. Memperoleh ganti rugi yang layak akibat kesalahan dalam pengusahaan kegiatan pertambangan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang undangan.

b. Mengajukan gugatan kepada pengadilan terhadap kerugian akibat pengusahaan pertambangan yang menyalahi ketentuan.

Pada ayat (2) disebutkan Ketentuan mengenai perlindungan masyarakat sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditetapkan berdasarkan ketentuan peraturan perundang-undangan.

3. Sanksi Administrasi

Pengertian sanksi administratif terdapat dalam Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 1996 tentang Pengenaan sanksi administrasi di Bidang Cukai. Sanksi administrasi adalah: “sanksi berupa denda yang dikenakan terhadap pelanggaran ketentuan undang-undang yang bersifat administratif.”

Sanksi tersebut dijatuhkan atau dipaksakan secara langsung oleh instansi pemerintah yang berwenang tanpa menunggu perintah pengadilan. Di Indonesia diasumsikan bahwa penjatuhan sanksi administratif mensyaratkan kaitan yang telah ada sebelumnya, seperti izin usaha yang dikeluarkan oleh instansi pemerintah untuk menjalankan bisnis. Sanksi administratif dapat

(25)

13 didasarkan kepada pelanggaran sesuatu atau beberapa kondisi yang disyaratkan oleh izin tersebut.18

Tinjauan Umum Tentang Teori Kesadaran Hukum

Kesadaran berasal dari kata sadar, yang berarti insyaf, Merasa tahu atau mengerti.19 Kesadaran hukum artinya seseorang telah memahami apa itu makna hukum dan tujuan dari adanya hukum tersebut. Menurut Soejono Soekanto, kesadaran hukum sebenarnya merupakan kesadaran atau nilai nilai yang terdapat di dalam diri manusia tentang hukum yang ada atau tentang hukum yang diharapkan ada. Yang ditekankan adalah nilai nilai tentang fungsi hukum dan bukan suatu penilaian hukum terhadap kejadian kejadian yang konkrit dalam masyarakat yang bersangkutan. 20

Pendapat tentang pengertian kesadaran hukum juga di utarakan oleh Sudikno Mertokusumo. Beliau perpendapat bahwa kesadaran hukum berarti kesadaran tentang apa yang seyogyanya kita lakukan atau perbuat atau yang seyogyanya tidak dilakukan atau diperbuat terutama terhadap orang lain. Ini berarti kesadaran dan kewajiban hukum kita masing-masing terhadap orang lain. 21

Metode Penulisan

pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan normatif empiris. Pendekatan secara normatif adalah pendekatan dari segi peraturan perundang-undangan dan norma-norma hukum sesuai dengan permasalahan yang ada, sedangkan pendekatan empiris adalah penelitian yang bertujuan untuk memperoleh pengetahuan peraturan perundang-undangan tentang permasalahan penelitian berdasarkan fakta yang ada.22

18

H.Salim HS., S.H.,M.S., Hukum Pertambangan Mineral dan Batubara, hlm. 267.

19

Suharso dan Retnoningsih, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Lux, (Semarang: Widya Karya, 2009), hlm: 437.

20 Soejono Soekanto, Kesadaran Hukum Dan Kepatuhan Hukum, Edisi Pertama, (Jakarta:

Rajawali, 1982), hlm: 182.

21

Sudikno Mertokusumo, Meningkatkan Kesadaran Hukum Masyarakat, Edisi Pertama, (Yogyakarta: Liberti, 1981), Hlm: 3

22 Ronny Hanitijo Soemitro. Metode Penelitian Hukum Dan Jurimetr. Jakarta : Ghalia Indonesia.

(26)

14 Jenis Bahan Hukum

Di dalam penelitian empiris jenis data yang digunakan yaitu Data primer adalah data yang diperoleh melalui survey lapangan. Data primer diperoleh secara langsung dari sumber utama seperti perilaku warga masyarakat yang dilihat melalui penelitian.23 Data primer merupakan data utama sehingga sangatlah penting yang diperoleh melalui observasi dan wawancara dan dokumentasi denga pihak pihak terkait yaitu para pelaku pertambangan emas tanpa izin dan pihak-pihak terkait lainnya. Selain itu juga penulis menggunakan data primer berupa peraturan Undang Undang yaitu

1. Undang Undang Dasar Negara Republik Indonesia.

2. Undang Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara.

3. Undang Undang Nomor 32 Tahun 2009 Tentang Perlindungan Dan Pengelolaan Lingkungan Hidup.

4. Undang Undang Nomor 19 Tahun 2004 Tentang Kehutanan.

5. Surat Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Nomor 1481/30.1/DJB/2020 Bahan hukum sekunder merupakan data pelengkap antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian berwujud laporan, jurnal dan sebagainya.

Teknik Pengumpulan Data Yang Digunakan Dalam Penelitian Ini, Diantaranya yaitu:

1. Wawancara, ini dilakukan dengan mengajukan pertanyaan pertanyaan yang dirancang untuk memperoleh jawaban-jawaban yang relevan dengan masalah penelitian kepada responden yang dilakukan dengan wawancara terbuka.24

2. Studi dokumen ini dilakukan atas bahan-bahan hukum yang relevan dengan permasalahan penelitian.25 Analisis data yang terkumpul baik dari data

23

Soerjono soekanto, pengantar penelitian hukum, (Jakarta: Ui Press, 1986) hlm.10

24 DR.Amirudin, S.H., M.Hum. dan DR. H.Zainal Askin, SH., SU Pengantar Metode Penelitian

Hukum. Pt Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2014, Halaman 82

(27)

15 primer maupun dari data sekunder, diolah dan dianalisis dengan menggunakan analisis data kualitatif. Setelah dilakukan analisis data kualitatif kemudian data disajikan secara deskriptif dan sistematis.26 Maka dari itu peneliti mengumpulkan data dari petugas Dinas Lingkungan Hidup, Dinas ESDM, Dirtekling Ditjen Minerba mengenai penegakan hukum dari kasus pertambangan emas tanpa izin di wilayah kabupaten Sumbawa Barat.

PEMBAHASAN

Deskripsi Tentang Sumbawa Barat

Kabupaten Sumbawa Barat sebagai salah satu daerah dari sembilan kabupaten/kota yang berada pada di wilayah Provinsi Nusa Tenggara Barat terletak di ujung barat Pulau Sumbawa pada posisi 116o42’ sampai dengan 117o05’ Bujur Timur dan 08o08′ sampai dengan 09o07’ Lintang Selatan.

Deskripsi Tentang Pertambangan Emas di Wilayah Kecamatan Taliwang Di Desa Lamunga dan Seloto.

Pertambangan emas tanpa izin di kecamatan Taliwang dimulai sejak datangnya masyarakat dari luar daerah sumbawa barat yaitu dari sukabumi dan beberapa dari jawa. Mereka menemukan bahwa lahan di Sumbawa Barat ini memiliki kandungan emas yang cukup besar. Dari itulah mereka mulai melakukan proses pertambangan emas ilegal skala kecil dengan perlengkapan yang sederhana. Awalnya masyarakat Sumbawa Barat hanya dipekerjakan sebagai buruh untuk mengeruk tanah dan mengangkutnya untuk diproses ke tahapan selanjutnya. Banyak masyarakat yang belajar dari orang sukabumi ini tentang cara menambang. Akhirmya ketika orag dari luar daerah tersebut tidak lagi menambang maka masyarakat Sumbawa Barat mulai berani mengelolah pertambangannya berbekal dari ilmu yang mereka dapatkan sebelumnya.

26 Ibid. halaman 167

(28)

16 Pertambangan Emas Tanpa Izin (ilegal)

Pertambangan emas illegal adalah kegiatan penambangan atau penggalian yang dilakukan oleh masyarakat atau perusahaan tanpa memiliki izin dan tidak menggunakan prinsip-prinsip penambangan yang baik dan benar (good mining practice)27. Pertambangan emas tanpa izin ini adalah usaha pertambagan yang dialkukan oleh perorangan, sekelompok orang atau perusahaan Yayasan berbadan hukum yang dalam kegiatan operasinya tidak memiliki izin yang sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Mengingat bahwa kegiatan pertambangan emas tanpa izin ini tidak mengutamakan prinsip-prinsip penambangan yang baik dan benar (good mining practice) dan pada kenyataanya kegiatan pertambangan tanpa izin yang terjadi di kecamatan Taliwang tidak ada satupun para pelaku yang dikenakan sanksi hukum padahal dampak dari pertambangan emas tanpa izin ini sangatlah berbahaya dan mengancam masyarakat setempat maka yang terjadi di masa mendatang kegiatan ini tidak hanya dapat merugikan pemerintah tapi juga dapat mengancam ekosistem lingkungan serta keberlangsungan ekosisten alam dan generasi mendatang.

Penanggulangan permasalahan pertambangan emas tanpa izin yang terjadi di kecamatan Taliwang akan sangat sulit dihentikan mengingat bahwa masyarakat setempat yang berperan sebagai pelaku menggantungkan kelangsungan hidup dan perekonomiannya dari pertambangan tanpa izin tersebut sehingga akan munculnya konflik baru atau konflik sosial apabila diterapkannya penegakan hukum terhadap para pelaku sehingga perlu adanya solusi yang tepat untuk penanggulangan permasalahan tambang tanpa izin tersebut.

27 Iskandar Zulkarnain, Pertambangan Ilegal di Indonesia Dan Permasalahannya, Lembaga Ilmu

(29)

17 Jumlah Setiap Kelompoknya

Tabel 3

Jumlah Setiap Kelompoknya Pelaku Penambangan Tanpa Izin(Peti) Mineral Logam (Emas) Ksb

No Lokasi

penambangan

Jumlah/asal

penambang lubang galian Pengolahan

Bahan kimia yang digunakan KE T Desa Kecamat an Lokal ksb Luar ksb Jumlah Kedalam an Gelondo ng Tong Air raks a Sianid a 1 Lamunga Taliwang ± 250 Orang ± 72 Orang ± 60 Lubang ± 115 m ± 2.019 Buah 31 tong √ aktif √ 2 Seloto/la ng tanyong Taliwang ± 40 Orang ± 30 Orang - ± 60 m ± 50 Buah - √ aktif Cara Menambang

Cara yang digunakan untuk menambang terbilang sangat sederhana. Ada dua sistem yang lazim digunakan oleh para penambang untuk mendapatkan hasil tambang emas tersebut Sistem tromol (Glondong)

Sistem tromol atau lebih sering disebut dengan istilah gelondong. Para pelaku pertambangan emas illegal di kecamatan taliwang secara kesseluruhan merupakan pertambangan skala kecil dan masih menggunakan cara dan peralatan yang sederhana. Sistem tromol(glondong) sistem ini biasanya digunakan dalam pengolahan tambang dalam skala kecil yang mudah dijangkau dan tidak membutuhkan ruang atau tempat yang besar.28 Seperti yang diketahui bahwa sebagian besar pelaku pertambangan emas di wilayah Sumbawa barat ini merupakan penambang dengan skala kecil dan masih sangat sederhana. Pengetahuan masyarakat tentang metode lain yang mungkin lebih canggih pun sangat kurang sehingga dengan menggunakan metode gelondong ini maka masyarakat dapat menghasilkan emas tetapi harus juga menggunakan bahan kimiawi berupa mercury untuk menarik emas tersebut.

28 http://karkoon.com/category/sistem-pengolahan-emas/ diakses pada tanggal 5 agustus 2019

(30)

18

Gambar 1 Mesin Glondong

Gambar 2 Tempat Hasil Sisa Peleburan Batu Sistem Tong

Menurut para pelaku yang saya temui, mereka mengatakan bahwa tong adalah proses untuk mengambil kembali sisa-sisa kandungan emas yang terkandung dalam lumpur yang dihasilkan dari proses glondong yang artinya proses glndong sebenarnya tidak sepenuhnya bisa mengambil seluruh kandungan emas yang tekandung dalam bebatuan yang diproses dari gelondong tersebut sehingga antara pemilik gelondong dan tong sama-sama mendapatkan keuntungan.29

Hasil Tambang Yang Di Dapatkan

Hasil wawancara para pelaku pertambangan emas tanpa izin di desa Seloto dan Lamunga, mereka tidak menjelaskan secara rinci berapa hasil yang mereka

29 Wawancara Dengan Salah Satu Pelaku Pertambangan Emas Tanpa Izin Di Desa Seloto Dan

(31)

19 dapatkan dari menambang ilegal tersebut hanya saja mereka menyatakan bahwa hasil yang didapatkan sangat cukup untuk memenuhi kehidupan sehari-hari, membiayai sekolah anak dan keperluan lainnya. Intinya dengan adanya pertambangan emas tanpa izin ini mereka menikmati hasilnya dan perekonomian mereka menjadi lebih baik. Mengutip dari antara news yang menyatakan bahwa peredaran perputaran uang pertambangan emas liar di Sumbawa Barat mencapai miliaran rupiah.

Dampak Pertambangan Emas Ilegal Di Kecamatan Taliwang

Maraknya kegiatan pertambangan emas ilegal di kecamatan Taliwang tentu saja membawa dampak terhadap kehidupan masyarakat dan terutama dampak terhadap lingkungan. Pertambangan emas ilegal ini sepertinya akan menjadi ancaman yang cukup serius untuk kelangsungan ekosistem dan lingkungan sekitar wilayah tambang. Dampak lain yang ditumbulkan dari pertambangan emas tanpa izin ini yaitu berdampak pada kesehatan masyarakat. Dinas kesehatan kabupaten Sumbawa Barat telah melakukan uji sampel terhadap sedikitnya 100 penderita yang diduga terkontaminasi langsung B3, uji sampel juga dilakukan air dari ratusan sumur, fasilitas irigasi dan limbah rumah tangga.30 Pada proses pertambangan emas oleh masyarakat di kecamatan Taliwang menggunakan dua cara yaitu dengan menggunakan tong dan gelundungan karena kedua cara tersebut sagat cocok untuk jenis pertambangan skala kecil dan masih tradisional. Dalam proses tong, bahan yang digunakan adalah potasium sianida, karbon aktif dan kapur sedangkan untuk metode gelundungan, bahan yang digunakan adalah air keras atau mercury. Dua bahan tersebut tentunya memiliki kandungan yang membahayakan bagi lingkungan sekitar area pertambangan. Air raksa atau mercury sangatlah beracun. Dalam kadar rendah, logam berat ini sudah beracun bagi tumbuhan dan hewan, termasuk manusia.31

30

https://sains.kompas.com/read/2012/09/26/23075689/Limbah.B3.Ancam.Sumbawa.Barat diakses pada anggal 16 agustus 2019 pukul 13.00 wib

31

(32)

20 Adapun dampak-dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh kegiatan pertambangan ilegal ini yaitu:

a. Pencemaran terhadap air

b. Kerusakan tanah dan kerusakan lahan bekas tambang c. Longsor

d. Pencemaran udara

Dari beberapa faktor di atas beberapa kerusakan sudah dapat dirasakan oleh masyarakat terutama kerusakan bekas lahan tambang di mana kerusakan tersebut berdampak karena penebangan pohon di hutan hutan serta lubang bekas tambang yang ditinggalkan mengakibatkan struktur tanah yang berongga rongga sehingga akan rentan terjadinya longsor.

Kerusakan yang dirasakan oleh masyarakat sudah sangat meresahkan bahkan masyarakat di desa seloto sudah banyak yang melakukan aksi protes atas dampak pertambangan tersebut. Lokasi yang akan dijadikan perendaman material bahan mineral di tanah belasan hektar tersebut, dinilai akan memberikan dampak buruk bagi lingkungan masyarakat setempat Selain berdampak pada lahan pertanian, aktifitas penambangan juga diprediksi akan mencemari Danau Lebo Taliwang apalagi lokasi penambangan tersebut tidak jauh dari pemukiman.32

Faktor-Faktor Terjadinya Pertambangan Emas Ilegal Di Kecamatan Taliwang Kab. Sumbawa Barat.

a. Faktor Ekonomi

Masyakat Sumbawa Barat terutama yang berada di wilayah kecamatan Taliwang pada umumnya berprofesi sebagai petani. Hal itulah yang menjadi alasan utama para pelaku pertambangan emas tanpa izin ini untuk melakukan aktifitas tambang tersebut. Pelaku sangat tergiur dengan hasil yang didapatkan dengan melakukan aktifitas pertambangan ini. Salah satu pelaku yang saya temui di desa Seloto kecamatan Taliwang membenarkan hal tersebut. Mereka mengatakan bahwa hasil yang didapatkan dari

32 https://arkifm.com/26165-warga-keluhkan-aktifitas-penambangan-di-desa-seloto.html. Diakses

(33)

21 pertambangan emas tanpa izin ini lebih besar dari hasil yang didapatkan dari hasil bertani. Mereka mengatakan bahwa hasil dari bertani ini bersifat musiman dan terkadang mengalani kegagalan panen menyebabkan kerugian. Jadi salah satu penyebab masyarakat di wilayah kecamatan Taliwang melakukan usaha pertambangan tanpa izin adalah faktor ekonomi seperti dijelaskan oleh para pelaku. Mereka merasa sangat terbantu dengan adanya tambang tersebut meskipun pada kenyataannya para pelaku menyadari bahwa tindakan yang mereka lakukan merupakan pelanggaran terhadap hukum dalam ketentuan Pasal 158 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 pengganti Undang Undang No. 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara. Kemudian hal lainnya yang menyebabkan masyarakat di Kecamatan Taliwang melakukan pertambangan emas tanpa izin adalah kurangnya pemahaman masyarakat tentang pengurusan izin tambang ini. Masyarakat juga berdalih bahwa pemerintah tidak memfasilitasi mereka untuk mendaftarkan izin pertambangan dalam hal ini izin pertambangan rakyat.33 Kemudian saya mewancara salah satu staff Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Sumbawa Barat dan menjelaskan bahwa masyarakat di wilayah kabupaten Sumbawa Barat yang melakukan pertambangan emas tanpa izin tersebut tidak mungkin diberikan izin karna lahan yang digarap adalah sebagian besar merupakan lahan hutan lindung.34 Aktivitas penambangan liar di hutan lindung Kabupaten Sumbawa Barat, NTB semakin marak. Hutan dan lingkungannya semakin rusak, terutama di kawasan Rencana Teknik Kehutanan (RTK) 91 kawasan hutan lamungan hingga lamusung yang terletak di kawasan Taliwang dan Seteluk.35

b. Hal lain yang perlu diketaui dalam permasalahan pertambangan ilegal yang terjadi di wilayah kecamatan Taliwang ini adalah penegakan hukumnya. Diakui oleh salah satu staff dinas lingkungn hidup terkait menyatakan bahwa sampai saat ini belum ada satupun pelaku yang dikenakan sanksi hukum. Beliau

33 Wawancara Dengan Salah Satu Pelaku Pertambangan Emas Tanpa Izin

34 Hasil Wawancara Dengan Bapak Adin Syaifudin Sebagai Kepala Seksi Pengawasan Dan

Penegakan Hukum Lingkungan Dinas Lingkungan Hidup Kab. Sumbawa Barat, 2 Juli 2019, Pukul 13.20 Wita

35

(34)

22 menyatakan bahwa masyarakat sangat keberatan ketika kegiatan tersebut akan diberhentikan apalagi sampai ditindak lanjuti ke ranah hukum karena pertambangan tersebut merupakan tumpuan hidup mereka. Padahal dalam kasus ini jelas ada peraturan hukum yang dilanggar yaitu peraturan Pasal 158 Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Pengganti Undang-Undang Undang-Undang No. 4 Tahun 2009. Pemerintah daerah dalam hal ini juga belum melakukan upaya yang cukup tegas karena dalam Perda yang dibuat sama sekali tidak memuat tentang larangan untuk melakukan proses pertambangan tersebut.

c. Kurangnya kesadaran hukum masyarakat yang melakukan tambang tanpa izin di wilayah kecamatan Taliwang juga merupakan salah satu faktor kenapa kegiatan pertambangan emas tanpa izin di wilayah kecamatan Taliwang sulit untuk dihentikan. Menurut Ewick dan Silbey kesadaran hukum mengacu ke cara-cara di mana orang-orang memahami hukum dan institusi hukum, yaitu pemahaman pemahaman yang memberikan makna kepada pengalaman dan tindakan orang-orang.36 Menciptakan kesadaran hukum dalam masyarakat terutama pada masyarakat yang kurang memahami aturan hukum merupakan hal yang tidak mudah membutuhkan proses yang panjang. Untuk itu peranan pemerintah sangat diperlukan. Harus adanya upaya yang dilakukan oleh pemerintah untuk menumbuhkan kesadaran hukum terutama bagi pelaku pertambangan tanpa izin di wilayah Kec. Taliwang. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi kesadaran Hukum masyarakat adalah mengenai ketidak pastian hukum, peraturan peraturan yang bersifat statis dan tidak efisiennya cara masyarakat untuk mempertahankan praturan yang berlaku.37

36 Achmad Ali, Menguak Teori Hukum (Judicial Prudence ) Termasuk Interpretasi

Undang-Undang ( Legisprudence), Kencana, Jakarta, 2009, Hlm.510

(35)

23 Penegakan Hukum Dalam Masalah Pertambangan Emas Ilegal Di Kecamatan Taliwang Kabupaten Sumbawa Barat

Kegiatan pertambangan tanpa izin yang terjadi di wilayah kecamatan Taliwang sudah sangat jelas merupakan perbuatan pidana karena kegiatan tersebut tanpa izin dan dalam Pasal 158 Undang Undang No.3 Tahun 2020 Pengganti Undang Undang Nomor 4 Tahun 2009 menerangkan bahwa Setiap orang yang melakukan Penambangan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp100.OOO.000.000,00 (seratus miliar rupiah). Berdasarkan isi dari pasal tersebut tentunya para penegak hukum dan pemerintah daerah memiliki dasar hukum yang kuat untuk menjerat para pelaku. Prof Moeljatno, S.H menjelaskan bahwa tindak pidana sebagai perbuatan pidana yaitu perbuatan yang dilarang oleh suatu aturan hukum, di mana larangan tersebut disertai dengan ancaman atau sanksi yang berupa pidana tertentu bagi orang yang melanggar aturan tersebut.

Pertambangan emas tanpa izin yang dilakukan oleh masyarakat di Kecamatan Taliwang, Kabupaten Sumbawa Barat merupakan kegiatan pertambangan yang dilakukan oleh masyarakat sekitar baik secara individu maupun kelompok yang dalam kegiatan pertambangan tersebut seharusnya pelaku memiliki izin namun pada kenyataannya para pelaku dalam melakukan kegiatan penambangan tersebut tanpa adanya izin. Penyebab terjadinya pertambangan emas tanpa izin adalah karena beberapa faktor yaitu faktor ekonomi, kurangnya lapangan pekerjaan serta kurangnya kesempatan usaha. Selain dari beberapa penyebab tersebut juga pertambangan tanpa izin juga terjadi karena kurangnya kesadaran masyarakat akan hukum serta kurangnya penegakan hukum yg tegas oleh pemerintah terkait. Dalam ketentuan Undang-Undang Nomor 3 tahun 2020 pengganti Undang Undang Nomor 4 tahun 2009 tentang Pertambangan Mineral dan Batubara terdapat beberapa tindak pidana yang bisa menjerat para pelaku pertambangan emas tanpa izin di wilayah kecamatan Taliwang. Hukum dalam masyarakat diharapkan dapat menciptakan rasa keadilan, ketertiban serta keselarasan dalam masyarakat akan tetapi pada kenyataannya hukum tersebut belum mampu ditegakkan dengan baik dan benar. Sehingga kegiatan

(36)

24 pertambangan emas tanpa izin masih sangat marak terjadi padahal sudah jelas akan dampak-dampak yang sudah dan akan ditimbulkan.

Dalam pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 pengganti Undang Undang 4 Tahun 2009 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara menjelaskan bahwa pengertian pertambangan adalah sebagian atau seluruh tahapan kegiatan dalam rangka penelitian, pengelolaan dan penguasahaan mineral atau batubara yang meliputi penyelidikan umum, ekplorasi, study kelayakan, konstruksi, penambangan, pengolahan dan pemurnian, pengangkutan dan penjualan serta kegiatan pasca tambang. Pertambangan yang dimaksudkan harus juga memiliki izin. Izin yang dimaksudkan adalah izin untuk melakukan usaha pertambangan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pertambagan mineral dan Batubara yang setelah berlakunya Undang Undang Nomor 3 Tahun 2020 semua kewenangan mengenai perizinan dikembalikan ke pemerintah Pusat. Berdasasarkan Surat Direktur Jenderal Mineral dan Batubara Nomor 1481/30.01/DJB/2020 Tanggal 18 Juni 2020 Hal kewenangan pengelolaan pertambangan Mineral dan Batubara, Terhitung mulai tanggal 11 Desember 2020. Kewenangan pemerintah provinsi dalam pengelolahan pertambangan mineral dan batubara beralih ke pemerintah pusat salah satunya meliputi pelayanan pemberian perizinan di bidang pelayanan perizinan di bidang pertambangan mineral dan batubara. Terkait penguasaan minerba, pemerintah menyepakati megenai penguasaan minerba diselenggarakan oleh pemerintah pusat melalui fungsi kebijakan, pengaturan, pengurusan, pengelolahan dan pengawasan. Selain itu pemerintah pusat mempunyai kewenangan untuk menetapkan jumlah produksi, penjualan dan harga mineral logam jenis tertentu dan batubara. Meski kewenangan pengelolahan pertambangan diselenggarakan oleh pemerintah pusat namun nanti akan adanya pengaturan mengenai perizinan pertambangan rakyat yang akan didelegasikan oleh pemerintah daerah38. Hal tersebut berdasarkan ketentuan Pasal 35 ayat (4) UU No.3 Tahun 2020. Dengan adanya pendelegasian izin pertambangan rakyat ke pemerintah daerah nantinya diharapkan peranan

38 Kompas, 2020, Ini Point Poin Penting Dalam UU Minerba Yang Baru Disahkan,

https://money.kompas.com/read/2020/05/13/152543126/ini-poin-poin-penting-dalam-uu-minerba-yang-baru-disahkan?page=all, diakses tanggal 10-112020.

(37)

25 penting pemerintah daerah untuk Menyusun peraturan daerah terkait permasalahan pertambangan tanpa izin agar bisa ditindak lanjuti atau bisa dilakukannya penegakan hukum secara represif.

Negara memiliki hak menguasai bumi, air serta kekayaan yang terkandung di dalamnya. Dalam pasal 33 ayat (3) UUD 1945 juga telah dijelaskan tentang hal penguasaan negara terhadap kekayaan alam yang terkanduung di dalamnya. Jadi berdasarkan hal tersebut setiap orang atau masyarakat yang akan mengelolah sumber daya alam yang terkandung di bumi Indonesia ini haruslah berdasarkan izin dari pemerintah terkait. Dan jika pelaku pertambangan tidak melakukan atau memenuhi kewajibannya untuk mengurus izin maka sudah jelas perbuatan tersebut telah melanggar ketentuan Undang-Undang Nomor 3 Tahun 2020 Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara yang tertuang dalam Pasal 158 yang berbunyi “Setiap orang yang melakukan Penambangan tanpa izin sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan denda paling banyak Rp100.OOO.000.000,00 (seratus miliar rupiah)..” Maka berdasarkan ketentuan tersebut sudah sangat cukup kuat untuk dijadikan acuan untuk penegakan hukum terhadap kasus pertambangan emas tanpa izin di kecamatan Taliwang.

Indonesia adalah negara hukum seperti yang tertuang dalam Pasal 1 ayat (3) jo Pasal 27 ayat(1) jo Pasal 28 D ayat (1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia 1945 yang menyatakan bahwa setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian Hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan Hukum.39 oleh karena itu maka sudah seharusnya masalah pertambangan emas tanpa izin ini harus ditangani dengan tegas mengingat dampak yang akan ditimbulkan serta untuk tercapainya kepastian hukum. Hukum memang harus tegas dan pasti, namun akan menjadi persoalan ketika tidak berlaku sama terhadap seluruh lapisan masyarakat. Kondisi tersebut setidaknya telah menimbulkan ketidak percayaan masyarakat terhadap proses penegakan hukum dan terhadap aparat penegak hukum.40 Menurut Soerjono Soekanto, penegakan hukum adalah kegiatan menyerasikan

39 Adrian Sutedi, Hukum Pertambangan, Sinar Grafika, Jakarta, 2011, Hlm. 32

40

(38)

26 hubungan nilai-nilai yang terjabarkan dalam kaidah-kaidah, pandangan-pandangan yang mantab dan mengejawantahkan dalam sikap, tindak sebagai serangkaian penjabaran nilai tahap akhir untuk menciptakan kedamaian pergaulan hidup.

Persoalan yang juga sangat penting dalam penegakan hukum adalah budaya hukum dalam suatu masyarakat yg berkaitan dengan cara pembinaan kesadaran hukum yg memiliki beberapa faktor yaitu sikap pelaksana hukum yang berarti bahwa para penegak hukum memiliki kewajiban dan tanggung jawab besar dalam membina masyarakat untuk menumbuhkan kesadaran terhadap Hukum. Penegakan Hukum dinilai berhasil apabila semua komponen dinilai berhasil apabila semua komponen dalam sistem hukum berfungsi. Komponen system hukum terdiri atas komponen struktur hukum, substansi hukum dan budaya hukum.41 Mengenai komponen struktur hukum dalam permasalahan ini yaitu bagaimana kinerja para penegak hukum dalam menjalankan perintah dari aturan hukum secara konkrit namun yang terjadi di Kecamatan Taliwang kinerja para penegak hukum belum maksimal dikarenakan belum ada penindakan tegas atau penindakan secara paksa bagi pelaku pertambangan emas tanpa izin ini sehingga Pasal 158 Undang Undang Minerba tidak bisa terlaksana dengan baik. Dalam hal ini peranan penegak hukum sangatlah dibutuhkan seperti Lembaga kepolisian, kejaksaan hingga pengadilan dalam menerapkan peraturan perundang undangan. Kemudian mengenai substansi hukum yaitu materi hukum yang terkandung dalam perundang undangan dan mengenai budaya hukum mengenai prilaku masyarakat terhadap hukum.

Hasil riset terkait dampak pertambangan emas tanpa izin sudah mulai memberikan dampak kesehatan bagi anak-anak. Melihat kondisi tersebut menjadikan rencana penertiban peti tidak akan ditoleransi lagi karena yang dikhawatirkan jika masalah ini dibiarkan dampak kerusakannya semakin parah.42 Bupati Sumbawa Barat Dr. H. W Musyafirin MM menyatakan bahwa upaya penanggulangan Pertambangan

41 Kristian. Kebijakan Aplikasi Sistem Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Sistem

Pertanggungjawaban Pidana Korporasi Dalam Sistem Peradilan Pidana Terpadu Di Indonesia

(Bandung, Alumni, 2018), hlm. 33

42https://www.suarantb.com/sumbawa.barat/2019/03/268076/KSB.Tak.Berikan.Toleransi.Aktivita

(39)

27 emas tanpa izin sejauh ini sudah mulai dilakukan dengan sosialisasi kepada masyarakat secara luas. Baik itu kepada para pemilik gelondong, para pelaku pertambangan di seluruh wilayah mapun masyarakat secara umum.43

Dalam penanggulangan kegiatan pertambangan tanpa izin di wilayah kecamatan Taliwang ini tentunya dibutuhkan penegakan hukum yang tegas agar memberikan efek jera bagi para pelaku. Berdasarkan pendapat Andi Hamzah, istilah penegak hukum sering disalah artikan seakan akan penegakan hukum hanya bergerak dibidang hukum pidana atau hanya dalam bidang refresif padahal istilah dalam penegakan hukum adalah represif dan preventif.44

Penegakan preventif adalah upaya untuk menjaga kemungkinan akan terjadinya tindak pidana, merupakan upaya pencegahan, penangkalan, dan pengadilan sebelum tindak pidana itu terjadi maka sasaran utamanya adalah mengenai faktor kondusif antara lain berpusat pada masalah-masalah atau kondisi sosial secara langsung atau tidak langsung dapat menimbulkan tindak pidana yang intinya tujuan upaya preventif adalah memperbaiki kondisi sosial tertentu.

Dalam penegakan hukum terhadap kasus pertambangan emas tanpa izin di kecamatan Taliwang tentunya harus dilakukan upaya penegakan hukum secara preventif (pencegahan) dan penegkan hukum secara represif (penindakan) namun berdasarkan hasil wawancara dengan staff lingkungan hidup kabupaten Sumbawa Barat sejauh ini belum adanya tindakan secara represif terhadap pelaku pertambangan ilegal tersebut padahal sudah sangat jelas para pelaku telah melanggar ketentuan Pasal 158 Undang Undang No. 3 Tahun 2020 dan diperparah lagi dengan fakta bahwa lahan yang selama ini dijadikan area penambangan adalah lahan hutan lindung. Dalam Pasal 38 ayat 3 Undang Undang No. 41 Tahun 1999 yang telah dirubah menjadi Undang Undang Nomor 19 tahun 2004 menjelaskan bahwa penggunaan Kawasan hutan untuk kepentingan tambang dilakukan melalui pemberian izin pinjam pakai. Izin pinjam pakai di sini bermaksud bahwa penggunaan Kawasan hutan untuk pertambangan hanya bersifat sementara dan setelah selesai masa kegiatan maka hutan harus dikembalikan sesuai fungsi

43 ibid

(40)

28 semula. Hal mengenai pengelolahan hutan lindung juga ditatur dalam Peraturan Presiden Republik Indonesia No. 28 Tahun 2011 Tentang Penggunaan Kawasan Hutan Lindung Untuk Penambangan Bawah Tanah yaitu dalam Pasal 2 ayat (1) yang berbunyi di dalam kawasan hutan lindung dapat dilakukan kegiatan penambangan dengan metode penambangan bawah tanah. Tambang bawah tanah atau underground mining adalah metode penambangan yang segala kegiatan atau aktifitasnya dilakukan di bawah permukaan bumi, dan tempat kerjanya tidak langsung berhubungan dengan udara luar. Pertambangan tanpa izin di Kec. Taliwang tidak bisa diberikan izin dikarenakan juga ada beberapa lahan yang merupakan milik dari PT. SBM (Sumbawa Barat Mineral) 45. perusahaan ini memiliki jenis perizinan IUP (Ijin Usaha Pertambangan) dengan nomor perizinan 503/094/IUP-OP/DPMPTSP/2019, adapun tahapan kegiatan tertera operasi produksi dengan komoditas tambang berupa emas dengan luas wilayah konsesi 31204 Ha dimana ijin perusahaan tersebut mulai berlaku 8 Agustus 2014 dan berakhir 8 Agustus 2034.46

Salah satu upaya penegakan hukum secara represif yang bisa dilakukan oleh pemrintah daerah untuk menanggulangi kegiatan pertambangan ilegal adalah dengan memfasilitasi masyarakat yang merupakan pelaku untuk pengurusan perizinan akan tetapi sejauh ini pemerintah tidak memiliki landasan yang kuat untuk bisa memfasilitasi masyarakat mengenai perizinan karna sebagian besar wilayah yang di ekploitasi adalah merupakan area hutan lindung.

Berdasarkan wawancara dengan pihak dengan staff Dinas Energi dan Sumber Daya mineral Provinsi Nusa Tenggara Barat menyatakan bahwa pihaknya tidak bisa memberikan izin dikarenakan sejak berlakunya Undang Undang Nomor 3 Tahun 2020 yang mana kebijakan megenai perizinan telah dikembalikan ke Pusat. Lebih lanjut beliau juga menjelaskan bahwa kewenangan untuk penegakan hukumnya adalah oleh pemerintah daerah yang berkordinasi dengan pihak kepolisian.

45 Wawancara Dengan Bapak Ikhwan Elhuda, ST Sebagai Inspektur Tambang, Unit kerja:

Direktorat Teknik dan Lingkungan Ditjen Mineral dan Batubara, Instansi Kementrian ESDM RI, 15 April 2021 Pukul 15.00 Wib

46

(41)

29 Ada dua tindakan pencegahan yang seharusnya dilakukan oleh pemerintah terkait yaitu pencegahan secara preventif yang dalam kasus ini bisa dalam bentuk himbauan ataupun sosialisasi mengenai pelanggaran hukum, sanksi serta mengenai dampak dari kegiatan pertambangan tanpa izin tersebut baik dari segi kerusakan lingkungan hidup ataupun mengenai dampaknya terhadap kesehatan masyarakat yang berada di lingkungan pertambangan tanpa izin tersebut. Selain preventif, pencegahan seharusnya juga dilakukan secara refresif apabila pencegahan secara preventif tidak menghasilkan solusi pencegahan. Penegakan refresif seharusnya dilakukan oleh pihak terkait agar memberikan efek jera terhadap pelaku, Namun pada kenyataannya sangat sulit melakukan penegakan secara refresif bahkan yang terjadi di Kecamatan Taliwang ini tidak ada satupun pelaku pertambangan ilegal yang dijerat kasus hukum. Dalam hal peencegahan secara refresif ini kinerja aparat penegak hukum dalam hal ini pihak kepolisan juga harus diberlakukan dengan maksimal dan pemerintah daerah juga diharapkan mampu bekerja sama dengan baik dengan pihak kepolisian selaku penegak hukum.

Pada hakekatnya penegakan hukum terhadap suatu tindak pidana merupakan penegakan kebijakan dengan beberapa tahap yaitu.

a. Tahap formulasi yaitu tahap penerapan hukum in abstracto oleh badan pembuat Undang-Undang. Tahap ini dapat juga disebut tahap kebijakan legislative.

b. Tahap aplikasi yaitu penerapan hukum pidana oleh aparat aparat penegak hukum mulai dari kepolisian sampai dengan pengadilan. Tahap kedua ini dapat juga disebut tahap kebijakan yudikatif.

c. Tahap eksekusi yaitu tahap pelaksanaan hukum pidana oleh aparat hukum. Berdasarkan hal tersebut di atas maka para aparat penegak hukum diharapkan memiliki kemampuan tidak hanya dalam bidang yuridis tapi juga kemapuan dalam berbagai aspek lainnya yang menunjang penegakan hukum tersebut.

Gambar

Gambar 1 Mesin Glondong

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, maka saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan peran kepuasan kerja memediasi budaya organisasi, kompensasi, dan

Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah (Azwar, 1995).. c) Dinding sumur

Tujuan penelitian ini untuk : (1) mendeskripsikan orientasi pelanggan, orientasi kewirausahaan, keunggulan bersaing dan kinerja pemasaran usaha mikro kuliner di Kota Malang,

Pengelompokan ruang berdasarkan tingkat kesteeerilan ruang 110 Gambar 3.17.. Analisis hubunganantar ruang

Berdasar hasil penelitian, 1) memaparkan bahwa media interaktif video fotografi keragaman budaya keragaman budaya yang dikembangkan dengan.. 34 menggunakan metode

Hope tidak berhasil berperan sebagai moderasi antara perceived organizational support dan job hopping motives pada karyawan, melainkan faktor lainnya yang memberikan

Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Hamidi dan Indrastuti (2013), bahwa kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Hasil statistik

Tujuan yang ingin dicapai penulisan dalam Penelitan Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk mengetahui apakah meningkatan keterampilan motorik halus dapat diupayakan