• Tidak ada hasil yang ditemukan

TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Pedagogi. Disusun Oleh :

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "TESIS. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Pedagogi. Disusun Oleh :"

Copied!
94
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF VIDEO FOTOGRAFI KERAGAMAN BUDAYA PADA PEMBELAJARAN TEMATIK TEMA 8

SISWA KELAS 5 SDN BLIMBING 2 UNTUK MENINGKATKAN EFEKTIFITAS PEMBELAJARAN

TESIS

Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Memperoleh Derajat Gelar S-2 Program Studi Magister Pedagogi

Disusun Oleh : MAHFUDZ HIDAYAT

201910240211004

MAGISTER PEDAGOGI

DIREKTORAT PROGRAM PASCASARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG

OKTOBER 2021

(2)

i

(3)

ii

(4)

iii

(5)

iv

(6)

v ABSTRAK

Hidayat, Mahfudz. 2021. Pengembangan Media Interaktif Video Fotografi Keragaman Budaya pada Pembelajaran Tematik Tema 8 Siswa Kelas 5 SDN Blimbing 2 Untuk Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran. Tesis. Program Studi Magister Pedagogi, Program Pascasarjana Universitas Muhammadiyah Malang.

Pembimbing : (I) Dr. Ichsan Anshory AM, M.Pd., (II) Dr. Agus Tinus, M.Pd.

Pengembangan dilandasi perlunya media secara kongket dalam pelaksanaan pembelajaran daring maupun luring yang menitik beratkan pada pelestarian budaya saat pandemi Covid 19. Tujuan penelitian ialah untuk mengembangkan media interaktif video fotografi keragaman budaya pada pembelajaran tematik kelas 5 SD dan mengetahui keefektifan media interaktif video fotografi untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran. Penelitian dilaksanakan di SDN Blimbing 2 Malang.

Tahapan pengembangan media menggunakan motode ADDIE dan Dick & Carey yang meliputi : 1) Tahapan analisis, Tahapan analisis kebutuhan, Analisis pembelajaran, Analisis pebelajar; 2) Tahapan perancangan, Tahapan merumuskan tujuan performansi; 3) Tahapan pengembangan, Tahapan mengembangkan instrumen, Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran, Merancang dan melakukan evaluasi formatif; 4) Tahapan implementasi; dan 5) Tahapan evaluasi, Tahapan melakukan revisi, melakukan evaluasi sumatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Media video pembelajaran telah dikembangkan dengan menggunakan metode ADDIE dan Dick & Carey; (2) hasil angket ahli media mencapai 77,14 % dengan kategori layak; (3) hasil angket ahli materi mencapai 92,94 dengan kategori sangat layak; (4) Hasil angket ahli pembelajaran mencapai 76,77 % dengan kategori layak. Hasil uji coba tersebut diperoleh kesimpulan bahwa media interaktif video fotografi keberagaman budaya dinyatakan layak digunakan sebagai media pembelajaran yang efektif guna meningkatkan efektifitas belajar siswa terutama dalam situasi Covid 19.

Kata kunci : Media Interaktif, Keragaman Budaya, Sekolah Dasar.

(7)

vi ABSTRACT

Hidayat, Mahfudz. 2021. Development of Interactive Media Video Photography of Cultural Diversity in Thematic Learning Theme 8 Students of Grade 5 SDN Blimbing 2 To Improve Learning Effectiveness. Thesis. Pedagogy Masters Study Program, Postgraduate Program, University of Muhammadiyah Malang.

Supervisor : (I) Dr. Ichsan Anshory AM, M.Pd., (II) Dr. Agus Tinus, M.Pd.

Development is based on the need for concrete media in the implementation of online and offline learning that focuses on cultural preservation during the Covid 19 pandemic. The purpose of the research is to develop interactive media for photography videos of cultural diversity in 5th grade thematic learning of elementary school and find out the effectiveness of interactive media for photography videos to increase effectiveness. learning. The research was conducted at SDN Blimbing 2 Malang. The stages of media development using the ADDIE and Dick & Carey methods include: 1) Stages of analysis, Stages of needs analysis, Learning analysis, Student analysis; 2) the design stage, the stage of formulating performance goals; 3) Stages of development, Stages of developing instruments, Developing and selecting learning materials, Designing and conducting formative evaluations; 4) Implementation stages; and 5) Stages of evaluation, stages of doing revisions, conducting summative evaluations. The results showed that: (1) learning video media had been developed using the ADDIE and Dick & Carey methods; (2) the results of the media expert's questionnaire reached 77.14% with a decent category; (3) the results of the material expert's questionnaire reached 92.94 with a very decent category; (4) The results of the learning expert questionnaire reached 76.77% with a decent category. The results of the trial concluded that the interactive media of cultural diversity photography video was declared suitable to be used as an effective learning medium to increase the effectiveness of student learning, especially in the Covid 19 situation.

Keywords : Interactive Media, Cultural Diversity, Elementary School.

(8)

vii DAFTAR ISI

Halaman

Lembar Persetujuan ... i

Lembar Pengesahan ... ii

Surat Pernyataan ... iii

Kata Pengantar ... iv

Abstrak ... v

Abstract ... vi

Daftar Isi ... vii

Daftar Tabel ... vii

Daftar Gambar ... ix

Daftar Lampiran ... x

1. Pendahuluan ... 1

2. Kajian Pustaka ... 5

2.1. Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik SD ... 5

2.2. Ruang Lingkup Media Pembelajaran ... 8

2.3. Keragaman Budaya ... 9

2.4. Media Interaktif Video Pembelajaran ... 11

3. Metode Penelitian dan Pengembangan ... 13

3.1. Jenis Penelitian dan Pengembangan ... 13

3.2. Prosedur Penelitian dan Pengembangan ... 14

3.3. Tempat dan Waktu Penelitian ... 18

3.4. Uji Coba Produk ... 18

3.5. Instrumen Pengumpulan Data ... 19

3.6. Teknik Analisis Data ... 20

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan ... 21

4.1 Hasil Penelitian ... 21

4.2 Pembahasan ... 30

5. Simpulan ... 33

Rujukan ... 35

(9)

viii DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Spesifikasi Media Interaktif Video Fotografi ... 16

Tabel 3.2 Skala Likert ... 20

Tabel 3.3 Interpretasi Skor Angket Validasi ... 20

Tabel 4.1 Hasil Angket Validasi Ahli Media ... 25

Tabel 4.2 Hasil Angket Validasi Ahli Materi ... 26

Tabel 4.3 Hasil Angket Validasi Ahli Pembelajaran ... 28

(10)

ix DAFTAR GAMBAR

Halaman Gambar 3.1 Rancangan Uji Coba Produk Pengembangan ... 18

(11)

x DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

1. Surat Ijin Observasi ... 38

2. Materi Tema 8 Subtema 3 Pembelajaran 4 ... 39

3. Instrumen Wawancara Assesmen Kebutuhan ... 42

4. Lembar Angket Penilaian atau Tanggapan Ahli Media ... 44

5. Lembar Angket Penilaian atau Tanggapan Ahli Materi ... 47

6. Lembar Angket Penilaian atau Tanggapan Ahli Pembelajaran ... 49

7. Hasil Wawancara Assesmen Kebutuhan ... 52

8. Hasil Angket Penilaian atau Tanggapan Ahli Media ... 54

9. Hasil Angket Penilaian atau Tanggapan Ahli Materi ... 57

10. Hasil Angket Penilaian atau Tanggapan Ahli Pembelajaran ... 60

11. Dokumentasi Implementasi Media Interaktif Video Fotografi ... 64

12. Storyboard Media Interaktif Video Fotografi Keragaman Budaya .... 65

13. Panduan penggunaan Media Interaktif Video Fotografi Keragaman Budaya ... 74

(12)

1 1. Pendahuluan

Penerapan kurikulum 2013 didasarkan pada kemampuan guru memberikan pembelajaran secara nyata, menantang dan bermakna bagi peserta didik sesuai tujuan pendidikan nasional (Kurniaman & Noviana, 2017).

Kurikulum 2013 berfokus akan siswa aktif dan kreatif melalui pendekatan saintifik. Pembelajaran tematik disebut model pembelajaran terpadu dengan menggabungkan beberapa mata pelajaran sehingga diharapkan memberikan pengalaman bermakna kepada siswa yang berbasis kearifan lokal sehingga membantu siswa dari pengaruh budaya asing dan berupaya mengenalkan budaya lokal (Majid, 2014).

Mengenal ragam kebudayaan diterapkan dalam pembelajaran tematik mengacu pada kearifan lokal tempat pendidikan berlangsung. Budaya menjadi bagian dari kegiatan kehidupan manusia yang membaur dalam kebiasaan, pola hidup yang selalu berdampingan. Pengenalan budaya pada jenjang sekolah dasar diharapkan mampu melekat dengan baik dalam memori ingatan siswa.

Usia anak sekolah dasar 6 – 12 tahun masuk dalam tahap operasional kongkret yakni sudah cukup matang menggunakan pemikiran logika atau operasi (Ibda, 2015). Anak-anak menyusun pemikiran dan pemahamannya melalui interaksi sosial di lingkungannya. Perkembangan kognitif anak salah satunya tergantung pada media yang tersedia oleh lingkungan, pikiran mereka terbentuk melalui konsep kultural di tempat tinggalnya (Abduh, 2015).

Keberagaman suku bangsa dan budaya menjadi kepentingan bersama untuk melindungi, melestarikan dan memajukan kebudayaan. Faktanya, beberapa budaya tradisional Indonesia yang telah dipublikasikan minim perlindungan (Terpadu, 2018). Mengacu pada Undang-undang Republik Indonesia Nomor 5 Tahun 2017 Tentang Pemajuan Kebudayaan Bab I pasal 1 ayat 3 dan 5 yang berbunyi : Pemajuan Kebudayaan adalah upaya untuk meningkatkan ketahanan budaya dan kontribusi budaya Indonesia di tengah peradaban dunia melalui Perlindungan, Pengembangan, Pemanfaatan, dan Pembinaan Kebudayaan. Fokus Objek Pemajuan Kebudayaan meliputi : tradisi lisan; adat istiadat; pengetahuan tradisional; teknologi tradisional; teknologi nasional; seni; bahasa; permainan rakyat; dan olahraga tradisional.

(13)

2 Naskah Akademik Rancangan Undang-Undang Kebudayaan Republik Indonesia tahun 2011 disebutkan empat masalah kebudayaan Indonesia masa kini yaitu, 1) pembangunan ekonomi yang belum diimbangi dengan pembangunan karakter bangsa; 2) tidak optimal dalam mengelola keragaman budaya; 3) penurunan identitas nasional; 4) tidak optimal dalam komitmen pengelolaan kekayaan budaya (Marzali, 2015). Dengan tanpa disadari bahwa semua masalah kebudayaan menjadi pengingat bahwa kita harus tetap menjaga kelestariaanya. Dalam situasi pandemi Covid 19, semua aspek berfokus pada pencegahan virus dan pola hidup berprokes ketat. Namun perlu disadari dalam situasi sekarang bahwa keberlangsungan pendidikan tetap berjalan dan pengenalan budaya ke siswa juga harus tetap tersampaikan. Sebuah identitas disuatu wilayah memiliki suatu keberagaman budaya yang memiliki makna untuk dilestarikan oleh generasi penerus. Maka, perlu adanya inovasi dalam menghadirkan kebudayaan dalam pembelajaran dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang berkembang cukup modern.

Wilayah Malang meliputi kota Malang, kabupaten Malang dan kota Batu memiliki ciri khas budaya dan latar belakang sosial masyarakat yang berbeda.

Diantaranya budaya khas dari Malang yakni seni topeng malangan yang sudah ada sejak zaman dahulu yang kini masih eksis dalam beberapa kegiatan pertunjukan. Tak hanya itu gamelan juga menjadi budaya yang kini juga masih eksis yang sekarang sudah di aransemen modern mengikuti perkembangan zaman. Memanfaatkan perkembangan teknologi menjadi solusi dalam mempublikasikan dan melestrarikan keragaman budaya yang ada di Malang dengan membuat video maupun menggunggahnya ke media sosial. Perlunya mengenalkan keberagaman budaya melalui proses pembelajaran dikelas menjadi modal investasi besar akan terus terlestarikannya sebuah kebudayaan.

Pemanfaatan teknologi pembelajaran dapat berupa media presentasi, CD multimedia interaktif bahkan video pembelajaran yang dapat menyampaikan maksud ke peserta didik melalui visualisasi (Rahmawati, 2011). Berdasarkan hasil observasi awal menggunakan google form pada guru kelas 5 SDN Blimbing 2 Kota Malang terdapat beberapa ulasan, pembelajaran tematik membutuhkan media pembelajaran guna memudahkan siswa memahami

(14)

3 materi. Aktifitas pembelajaran terkadang dilaksanakan dengan metode ceramah dan saat melakukan observasi awal, pembelajaran dilakukan secara daring. Antusias siswa meningkat ketika guru menggunakan media video pembelajaran yang menarik dan melibatkan keaktifan siswa. Fasilitas dalam ruang kelas sudah didukung oleh LCD Proyektor dan Laptop yang sudah memadai. Guru pada keals 5 sudah mampu mengoperasikan laptop dan LCD Proyektor dengan baik. Pada siswa kelas tinggi memasuki tahap berpikir operasional kongkret sehingga membutuhkan media pembelajaran. Tidak setiap pembelajaran tematik menggunakan media video pembelajaran, karena tugas guru juga mengerjakan tugas administratif. Apalagi media video pembelajaran mengenai budaya yang di rancang secara tematik berdasarkan pengalaman nyata bersumber dari lingkungan tempat tinggal siswa belum pernah dirancang oleh guru karena keterbatasan waktu.

Media pembelajaran dibutuhkan sebagai sarana pendukung untuk menyampaikan materi yang dilakukan guru kepada siswa (Azmi, 2018).

Efektivitas media video dilandasi teori Edgar Dale dan Brunner dengan teori Dale’s cove of Experience menggambarkan tingkat pemahaman siswa dalam sebuah kerucut pengalaman termasuk pada kategori Television yang memiliki arti media video lebih baik dari pada media gambar dan media audio. Teori Brunner menggolongkan modus belajar menjadi tiga tingkatan yakni pengalaman langsung, pengalaman gambar, dan pengalaman abstrak. Kedua teori menjelaskan bahwa siswa akan merasakan pengalaman belajar yang bermakna jika guru memberikan suasana belajar yang dapat dirasakan siswa melalui panca inderanya. Efektifitas yang dimaksud dari sebuah media pembelajaran yakni dapat tercapainya tujuan atas pesan yang dikemas dalam sebuah media pembelajaran yang disampaikan pada aktifitas pembelajaran.

Beberapa hal melandasi penggunaan media video pembelajaran salah satunya yakni kemudahan dari penyajian video yakni dapat diulang-ulang saat proses pembelajaran serta penyajian materi secara terstruktur memudahkan siswa untuk memahami materi yang disampaikan (Hadi, 2017).

Perlu dikembangkannya media video pembelajaran ada beberapa hal yang melandasi, salah satunya media video bertujuan guna meningkatkan

(15)

4 semangat belajar siswa, sehingga penggunaan media video mampu menghemat waktu penjabaran materi dari guru agar bisa dipahami oleh siswa lebih mudah (Andari, 2019). Pesan yang disampaikan dalam media video pembelajaran terdapat berbagai karakteristik, diantaranya : a) karakter fiksatif yakni kemampuan untuk merekam, menyimpan, melestarikan dan merekontruksi peristiwa; b) karakter manipulatif yakni memberikan pemahaman mengenai peristiwa penitng yang belangsung bertahun-tahun; c) karakter distributif yakni memunginkan menampilkan objek yang sulit jika dihadirkan didalam kelas.

Bersumber dari hal diatas, peneliti ingin mengembangkan media pembelajaran video fotografi bertujuan mengenalkan ragam kebudayaan pada peserta didik melalui proses pembelajaran tematik dikelas yang dikemas dalam bentuk video format MP4. Pengembangan bertujuan untuk menghasilkan produk kreatif dan inovatif guna meningkatkan efektifitas pembelajaran (Ainin, 2013).

Media pembelajaran video fotografi merupakan hasil liputan berupa animasi, wawancara, dan pengambilan gambar video beserta foto secara langsung pada sanggar seni topeng malangan dan sanggar gamelan. Dengan inovasi tersebut diharapkan dapat memberikan pengalaman secara nyata kepada siswa mengenai kondisi sebenarnya di lingkungannya. Alur cerita dalam video fotografi akan dijelaskan oleh karakter animasi yang bernama Mia, karakter tersebut sebagai informan yang memberikan informasi mengenai materi yang dirujuk dan informasi hasil wawancara dengan narasumber. Peran guru tergantikan selama video fotografi ditayangkan ke siswa, dengan maksud penjelasan materi sebagian sudah disampaikan oleh karakter animasi dalam media video tersebut. Dari hal inilah pengembangan media pembelajaran diharapkan memberikan alternatif solusi untuk meningkatkan efektifitas pembelajaran.

Pengembangan media video fotografi difokuskan pada pembelajaran siswa kelas 5 sekolah dasar Tema 8 Usaha Pelestarian Lingkungan Subterma 3 Pembelajaran 4 yang didalamnya terdapat mata pelajaran, yaitu IPS dengan materi usaha ekonomi, PPKN dengan materi sikap saling menghargai, dan Bahasa Indonesia dengan materi informasi penting. Media yang akan dikembangkan peneliti bertujuan mengenalkan keragaman budaya lokal Seni

(16)

5 Topeng Malangan dan Seni Gamelan serta semua ide pengembangan dan hampir semua pembuataan media dilakukan peneliti, hanya saja animasi dan dubbing yang dibantu oleh rekan peneliti. Pengembangan media video interaktif dijadikan sebagai alat pembelajaran yang dibuat semenarik mungkin agar penyampaiannya lebih mudah dipahami, sehingga siswa mampu merespon dari apa yang mereka lihat dan dengar dari materi yang tersaji di dalam video dengan harapan dikontruksi oleh otak dan menimbulkan timbal balik (Izzudin & Suharmanto, 2013).

Berdasarkan latar belakang yang telah dijelaskan di atas, peneliti ingin mengembangkan media video interaktif dengan judul “Pengembangan Media Interaktif Video Fotografi Keragaman Budaya Pada Pembelajaran Tematik Tema 8 Siswa Kelas 5 SDN Blimbing 2 untuk Meningkatkan Efektifitas Pembelajaran”. Berdasar latar belakang masalah di atas, yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: (1) bagaimana pengembangan media interaktif video fotografi keragaman budaya pada pembelajaran tematik tema 8 siswa kelas 5 SDN Blimbing 2 Kota Malang ?; (2) bagaimana efektifitas media interaktif video fotografi keragaman budaya pada pembelajaran tematik tema 8 siswa kelas 5 SDN Blimbing 2 Kota Malang ?.

2. Kajian Pustaka

2.1 Ruang Lingkup Pembelajaran Tematik SD 2.1.1 Pembelajaran Tematik SD

Setiap anak memiliki kemampuan berpikir kreatif maka diperlukan metode pembelajaran yang tepat dengan menggunakan pendekatan disiplin ilmu yang berkesinambungan. Pembelajaran tematik merupakan satu usaha untuk mengkombinasikan pengetahuan, keterampilan, nilai, sikap serta pemikiran yang kreatif dengan menggunakan tema (Sungkono, 2006). Pembelajaran tematik menekankan keterlibatan siswa dalam proses belajar aktif, sehingga siswa memperoleh pengalaman langsung sehingga dapat menemukan dan menerapkan konsep belajar sambil melakukan sesuatu (Ameri et al., 2017).

(17)

6 Kurikulum 2013 menggunakan pembelajaran tematik integratif dengan pendekatan saintifik. Pembelajaran dengan pendekatan saintifik merupakan sudut pandang berbasis penyelidikan ilmiah yang diwujudkan dalam usaha sistematik untuk mencari jawaban atas suatu permasalahan melalui kegiatan mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, dan mengkomunikasikan (Armadi, 2017). Pembelajaran tematik integratif yang diterapkan kurikulum 2013 di SD/MI didasarkan pada Permendikbud Nomor 65 Tahun 2013 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah yang menyebutkan bahwa “sesuai dengan standar kompetensi lulusan dan standar isi, maka pembelajaran yang digunakan dari pembelajaran parsial menuju pembelajaran terpadu.

Kemendikbud (2013: 189) beberapa prinsip pembelajaran tematik integratif yang harus diperhatikan yaitu : 1) pembelajaran tematik integratif memiliki satu tema yang aktual dekat dengan dunia siswa dan ada dalam kehidupan sehari-hari yang mungkin saling berkaitan.; 2) pembelajaran tematik integratif tidak boleh bertentangan dengan tujuan kurikulum yang harus mendukung pencapaian tujuan utuh kegiatan pembelajaran yang termuat dalam kurikulum; 3) materi pembelajaran dapat di padukan dalam satu tema dengan mempertimbangkan karakteristik siswa seperti minat, kemampuan, kebutuhan, dan pengetahuan awal; 4) materi awal yang dipadukan tidak terlalu dipaksakan.

Model pembelajaran aktif, inovatif, kreatif, efektif dan menyenangkan menjadi peluang keberhasilan proses pembelajaran yang disampaikan oleh guru. Pembelajaran tematik yang berlangsung mengintegrasi nilai-nilai karakter sehingga anak tidak hanya pintar dalam pengetahuan saja, tetapi memiliki budi pekerti yang baik.

Pendidikan karakter harus menjadi ajaran wajib sejak sekolah dasar sebab pada usia kanak-kanak atau usia emas (golden age) terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya (Wijanarti et al., 2019). Keteladanan guru dan pembiasaan seluruh warga

(18)

7 sekolah untuk berperilaku sesuai dengan nilai karakter sebagai panutan akan menunjang keberhasilan pendidikan karakter.

(Mukhlis, 2012) Implementasi pembelajaran tematik di sekolah dasar mempunyai berbagai implikasi yang mencakup : 1) implikasi bagi guru, pembelajaran tematik memerlukan guru yang kreatif baik dengan tujuan pembelajaran menjadi lebih bermakna; 2) implikasi bagi siswa, siswa harus siap mengikuti pembelajaran yang dalam pelaksanaannya dimungkinkan untuk bekerja baik secara individual, pasangan, kelompok kecil ataupun klasikal dan secara aktif; 3) implikasi terhadap sarana, prasarana, sumber belajar dan media. Dengan memperhatikan kondisi saat ini masih dalam pandemi Covid 19 sehingga pelaksanaan masih menggunakan daring (online) dan luring (tatap muka) diperlukan sebuah inovasi untuk mengelola pembelajaran sehingga tetap mampu berjalan dengan baik.

2.1.2 Efektifitas Pembelajaran

Guru memiliki peran penting dalam mengajar, mengarahkan serta mendidik sehingga harus memunculkan inovasi dan komunikasi yang baik untuk sebuah keunikan rasa belajar sehingga dapat mengoptimalkan efektifitas pembelajaran. (Fakhrurrazi, 2018) menyebutkan ciri pembelajaran efektif yaitu : 1) belajar secara aktif baik mental maupun fisik; 2) metode yang bervariasi; 3) motivasi guru terhadap pembelajaran dikelas; 4) suasana demokratis di sekolah; 5) pelajaran perlu dihubungkan dengan kehidupan nyata; 6) interaksi belajar yang kondusif; 7) pemberian solusi pada kesulitan belajar. Efektifitas menjadi ukuran guna menyatakan keberhasilan tujuan mengenai kuantitas, kualitas dan waktu yang telah disusun sebelumnya (Nasution, 2016).

Simpulan peneliti mengenai efektifitas diartikan bahwa tujuan yang direncanakan karena adanya kegiatan komunikasi dalam proses mencapai tujuan dengan melihat subyek penerimanya.

Pembelajaran efektif mengacu pada aspek pembelajaran, kemampuan guru menentukan dan memberikan sebuah pengalaman belajar yang melibatkan aktivitas siswa sesuai dengan harapan dan

(19)

8 tujuan belajar. Inovasi yang digunakan salah satunya menggunakan media pembelajaran. Media memberikan kontribusi yang positif terhadap proses pembelajaran jika media berdaya capai tujuan pembelajaran tinggi berarti media tersebut efektif, (Akbar, 2013).

Efisiensi dan efektifitas pemanfaatan media terkait dengan waktu, tenaga dan biaya, efektifitas terkait dengan kemampuan media sebagai alat bantu pencapaian tujuan pembelajaran.

Guru yang efektif sangat berpengaruh terhadap keberhasilan pembelajaran. Guru efektif diharapkan dapat : 1) menggunakan waktu secara maksimal; 2) memberikan materi sesuai dengan topik; 3) memantau program dan kemajuan; 4) memberikan kesempatan pada siswa guna menerapkan pengalaman belajar; 5) bersedia mengulang pembelajaran; 6) pembelajaran terkonsep sesuai tujuan dan harapan tingkat keberhasilan tinggi (Setyosari, Punaji 2014). Kualitas pembelajaran berkaitan pengalaman belajar dan seberapa informasi yang diberikan mudah dipahami siswa. Tingkat pembelajaran yang diberikan harus kongkret agar siswa mampu menerima konsep dengan baik.

(Lipson, 2019) menyatakan pembelajaran efektif memiliki beberapa indikator yaitu pengorganisasian materi yang baik, komunikasi yang baik, menguasai materi yang disampaikan, dan sikap positif terhadap siswa.

2.2 Media Pembelajaran

Media pembelajaran dapat menjadi peluang keberhasilan belajar, dengan media peserta didik terlibat aktif secara fisik maupun psikis melalui seluruh panca inderanya. Media ialah berbagai jenis komponen dalam lingkungan belajar siswa yang memberikan rangsangan serta membawakan pesan untuk suatu pembelajaran (Fadhli, 2015). Apabila media yang disampaikan membawa informasi yang bertujuan instruksional maka disebut media pengajaran. (Mahnun, 2012) membatasi arti media dengan segala sesuatu yang digunakan untuk menyalurkan pesan guna merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa untuk belajar.

(20)

9 Memberikan perhatian dan bimbingan secara individual kepada siswa merupakan tugas penting guru, namun terkadang kurang mendapat perhatian (Hayes et al., 2017). Dengan memperhatikan secara menyeluruh proses belajar, maka ketepatan dalam pemilihan media dan metode pembelajaran akan sangat berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. (Ekayani, 2017) menyebutkan tiga jenis media pembelajaran antara lain : 1) media visual diam; 2) media display; 3) gambar mati yang diproyeksikan. Menggunakan media pembelajaran secara tepat dan bervariasi dengan pengalaman suara (audio), penglihatan (visual) dan pengalaman gerakan dapat mengatasi sikap pasif siswa ketika pembelajaran.

Pemanfaatan media dalam pembelajaran dapat membangkitkan keinginan dan minat baru, meningkatkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, bahkan berpengaruh pada psikologis siswa. Manfaat media pembelajaran yakni : 1) menyamakan persepsi siswa; 2) mengkongkretkan konsep-konsep yang abstrak; 3) menghadirkan objek- objek yang tidak bisa dibawa ke lingkungan belajar; 4) memperlihatkan objek yang terlalu besar atau terlalu kecil; 5) memperlihatkan gerakan yang terlalu cepat atau lambat (Nurseto, 2012). Memahami karakteristik media merupakan kemampuan dasar guru sehingga sebelum menggunakan media guru harus memahami karakteristik, jenis media yang digunakan dan harus meyakinkan dirinya bahwa media yang dipakai dapat memberikan nilai positif terhadap kualitas pembelajaran (Tarbiyah, 2019).

2.3 Keragaman Budaya

Multikulturalisme dimaknai sebagai sebuah kepercayaan yang menyatakan bahwa kelompok-kelompok etnik dan budaya dapat hidup berdampingan secara damai dalam prinsip co-exsistence yang ditandai oleh kesediaan menghormati budaya lain (Brata, 2016). Budaya diartikan sebagai nilai-nilai maupun persepsi yang dimiliki masyarakat terhadap berbagai hal yang mencakup gagasan atau ide, kejiwaan dan psikologis (Suneki, 2012). Budaya dan komunikasi mempunyai hubungan yang

(21)

10 sangat erat. Namun dalam masyarakat bagaimanapun kebudayaannya, tetap akan terdapat kepentingan bersama untuk melakukan komunikasi (Marta & Rieuwpassa, 2018).

Pendidikan baik secara teoritik maupun praktis tidak terlepas dari kebudayaan karena adanya interaksi antara manusia. Untuk mengadakan interaksi, manusia menciptakan aturan nilai-nilai tertentu. Aturan dan nilai tertentu dapat berbentuk tata tertib, etika, adat istiadat dan peraturan perundang-undangan atau kensensus (Iryani, 2014) (In’am et al., 2021).

UU Pemajuan Kebudayaan adalah jalan untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia menjadi masyarakat berkepribadian dalam kebudayaan, berdikari secara ekonomi dan berdaulat politik. Istilah Pemajuan Kebudayaan sudah digunakan para pendiri bangsa pada UUD 1945 dalam pasal 32, yaitu “Pemerintah memajukan kebudayaan nasional Indonesia, untuk menegaskan bahwa kebudayaan merupakan pilar bangsa”.

Undang-undang Nomor 5 Tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan disahkan Pemerintah sebagai acuan legal formal pertama untuk mengelola kekayaan budaya di Indonesia. Perumusan UU Pemajuan Kebudayaan bercermin pada situasi hidup masyarakat yang selalu berubah dan berkembang seiring zaman. Kebudayaan perlu dimajukan dengan seksama dari unsur-unsur kebudayaan yang berwujud benda hingga yang tak kasat mata. Masyarakat adat yang masih memelihara nilai-nilai tradisi dikenal dengan sebutan kearifan lokal.

Kearifan lokal yang tersirat dalam segala bentuk kehidupan adalah proses perjalanan yang panjang dalam upaya melestarikan adat istiadatnya (Widyanti, 2016).

Perkembangan budaya nantinya akan diwariskan kepada generasi penerus bangsa. Melalui proses pendidikan pemajuan kebudayaan yang diharapkan pemerintah dan sudah memiliki landasan teoritis dapat berjalan dengan hal yang dicita-citakan. Unsur-unsur kebudayaan meliputi semua yang ada di dunia baik yang kecil, besar maupun yang menyeluruh. Tujuan pengenalan kebudayaan agar peserta didik belajar

(22)

11 mengenal budaya pada lingkungan sekitarnya dan sebagai bekal untuk hidup kemudian dimasyarakat (Widiastuti, 2015). Keragaman budaya di Indonesia merupakan sebuah potensi yang perlu dimanfaatkan agar dapat mewujudkan kekuatan yang mampu menjawab berbagai tantangan kehidupan yang dinamis (Persada, 2013).

2.4 Media Interaktif Video Pembelajaran

2.4.1 Pengertian Media Interaktif Video Pembelajaran

Media pembelajaran memiliki kontribusi penting dalam kegiatan pembelajaran yakni berpotensi memberikan peluang bagi siswa untuk mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Banyak media pembelajaran yang bisa dimanfaatkan dalam pembelajaran, salah satunya adalah media video. Media video memaparkan suatu proses atau prosedur sehingga media ini mudah dipahami serta efektif dimanfaatkan menjadi media pembelajaran (Mega Harumawati & Yermiandhoko, 2018). Multimedia video pembelajaran mengemas ilustrasi secara nyata pada pembelajaran terutama dalam menjelaskan suatu tahapan secara utuh sehingga siswa dengan mudah mengamati dan mempelajari langkah-langkah dari suatu proses.

Pemanfaatan teknologi berdampak pada dunia pendidikan sehingga menjadi trend saat ini dengan menggunakan media multimedia yang merupakan perpaduan dari media audio, visual, grafis yang dalam perkembangannya sangat membantu dunia pendidikan (Anggraini, 2012). Multimedia interaktif video pembelajaran memiliki beberapa kelebihan, yaitu : 1) memberi pesan yang dapat diterima secara lebih merata oleh siswa; 2) bagus untuk menerangkan suatu proses; 3) mengatasi keterbatasan ruang dan waktu; 4) lebih realistis, dapat diulang dan dihentikan sesuai dengan kebutuhan; 5) memberikan kesan yang mendalam yang dapat mempengaruhi sikap siswa (Hernawati, Erni Rizki, Ruhidawati, 2016).

Pemanfaatan media video interaktif tidak hanya dapat digunakan pada pembelajaran secara luring saja namun bisa diaplikasikan dalam implementasi pembelajaran daring. Media video dianggap tepat

(23)

12 digunakan pada pembelajaran tematitk pada masa pandemi Covid 19 saat ini karena mudah dipakai oleh guru maupun siswa dan dapat mengulang pelajarannya kapan saja dan di mana saja (Ridha et al., 2021). Pemilihan video sebagai media penyebarluasan inovasi selain mampu mengkombinasikan visual dengan audio sehingga dikemas menjadi berbagai bentuk, misalnya menggabungkan antara komunikasi tatap muka dengan komunikasi kelompok, menggunakan teks, audio dan musik (Yudianto, 2017).

2.4.2 Pengembangan Media Interaktif Video Fotografi

Penelitian dan pengembangan dikenal dengan istilah Research and Development (R&D) merupakan metode penelitian yang digunakan untuk menghasilkan sebuah produk tertentu dan menguji keefektifan produk tersebut (Sugiyono, 2015). Guna menghasilkan produk tertentu digunakan penelitian yang bersifat analisis kebutuhan dan untuk menguji keefektifan produk agar mampu berfungsi maka diperlukan penelitian untuk menguji produk tersebut (Purwanti, 2015). Media yang dikembangkan ialah gabungan dari dua subjek yakni video yang berarti suatu medium audiovisual yang sangat efektif untuk membantu proses pembelajaran, baik untuk pembelajaran masal, individual, maupun berkelompok, (Agustiningsih, 2015).

Sedangkan Fotografi ialah hasil dari aktivitas mengambil foto atau gambar dalam suatu kejadian secara objektif maupun subyektif dengan menggunakan peranti keras (kamera, lensa, memori card dan aksesori lain), (Antopani, 2016). Maka, Media interaktif Video Fotografi Keragaman Budaya diartikan sebagai media pembelajaran berupa hasil pengambilan gambar, hasil perekaman video, serta terdapat rekaman suara pengisi suara karakter animasi. Sumber informasi yakni pemilik sanggar seni topeng malangan serta sanggar gamelan SKI yang dikemas menjadi media interaktif guna mengemas materi usaha ekonomi dan keragaman budaya malang sesuai dengan materi yang dirujuk. Media ini termasuk dalam jenis media audiovisual dengan memiliki durasi 15 menit format MP4.

(24)

13 Prosedur dalam mengembangkan media interaktif video fotografi keragaman budaya mengacu pada prosedur pengembangan multimedia interaktif untuk pembelajaran, (Darmawan, 2012) : 1) Analisis; 2) Membuat Storyboard; 3) Mengumpulkan Bahan; 4) Pemilihan Software dan Pemrograman; 5) Finishing. Media yang dikembangkan memiliki kelebihan yaitu : 1) Media dirancang untuk dapat digunakan secara individual maupun berkelompok; 2) Kontrol sepenuhnya berada pada penggunanya; 3) Isi konten media merupakan realita dari kehidupan lingkungan siswa tinggal; 4) Meningkatkan motivasi belajar. Sedangkan kekurangannya yaitu : 1) Pengembangannya memerlukan skill dan tim yang profesional; 2) Pengembangan memerlukan waktu lebih banyak; 3) Materi mengenai keragaman budaya hanya berfokus pada lingkungan Malang (Husein et al., 2017).

Guna meningkatkan efektifitas pembelajaran, perlu dikembangkan media interaktif sebagai sarana alternatif untuk mengoptimalkan proses pembelajaran yang mengarah pada aspek : 1) mudah dikemas untuk proses pembelajaran; 2) menarik; 3) mudah diperbaiki, sehingga pembelajaran yang menggunakan media interaktif lebih memungkinkan terjadinya two way traffic dalam proses pembelajaran, (Dewi et al., 2018). Fokus pengembangan media ini pada keragaman budaya seni topeng malangan dan seni gamelan dengan mengenalkan tentang usaha ekonomi beserta keragaman budaya asli dari kota malang tempat tinggal siswa yang dirujuk pada materi Tema 8 Lingkungan Sahabat Kita Subtema 3 Pembelajaran 4 dengan mata pelajaran (terlampir).

3. Metode Penelitian dan Pengembangan 3.1 Jenis Penelitian dan Pengembangan

Penelitian pengembangan ini mengembangkan dari yang sudah ada. Peneliti menggunakan model pengembangan ADDIE (Analyze, Design, Development, Implementation, Evaluation), (Pudjawan, 2015) dan model pengembangan Dick & Carey dengan tahapan : 1) Analisis kebutuhan dan tujuan; 2) Analisis pembelajaran; 3) Analisis pebelajar; 4)

(25)

14 Merumuskan tujuan performansi; 5) Mengembangkan instrumen; 6) Mengembangkan strategi pembelajaran; 7) Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran; 8) Merancang dan melakukan evaluasi formatif; 9) Melakukan revisi; dan 10) Melakukan evaluasi sumatif (Setyosari, Punaji. 2016). Pemilihan kedua model ini didasari bahwa diperuntukan untuk mengembangkan media dikembangkan secara sistematis dan berpijak pada landasan teoritis desain pembelajaran.

Langkah-langkah dari kedua model pengembangan akan dikomparasikan dan tidak dilakukan pada model Dick & Carey tahapan ke enam yakni mengembangkan strategi pembelajaran karena pengembang berfokus pada produk media interaktif video bukan pada strategi pembelajaran. Penjelasan tahapan ADDIE dan Dick & Carey akan digabungkan sesuai topik yang sama sehingga akan sistematis dan lebih ringkas.

3.2 Prosedur Penelitian dan Pengembangan

Prosedur penelitian dan pengembangan yang dilakukan peneliti telah diuraikan sebelumnya, adapun langkah-langkah pengembangan akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Tahap Analisis (ADDIE), Tahap Analisis kebutuhan; Analisis pembelajaran; Analisis pebelajar (Dick & Carey)

Kegiatan analisisa menjadi salah satu tindakan yang dilakukan oleh peneliti untuk mengidentifikasi kondisi nyata disekolah.

Peneliti melakukan kegiatan observasi menggunakan angket dikarenakan masa pandemi Covid-19 sehingga tidak memungkinkan untuk bertatap muka, ditujukan kepada guru kelas 5 SDN Blimbing 2 Malang pada tanggal 17 April 2020. Dengan tujuan memperoleh data yang akan menjadi pertimbangan pengembangan media interaktif video. Pembelajaran yang pada saat itu sudah menerapkan pembelajaran secara daring (online).

Informasi angket dari guru kelas, siswa berjumlah 25 anak terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 12 siswa perempuan. Guru menyampaikan bahwa pelaksanaan pembelajaran dikelas sangat

(26)

15 memerlukan media pembelajaran karena memberikan pemahaman konsep yang mudah tersampaikan dan siswa akan lebih antusias.

Padatnya rutinitas guru menjadi suatu hambatan dalam mengembangkan media yang interaktif. Namun siswa membutuhkan media pembelajaran yang interaktif khususnya kelas tinggi karena pemahaman siswa sudah pada tingkat abstrak. Guru mampu mengoperasikan laptop dan lcd proyektor yang tersedia dikelas sehingga mampu jika mengimplementasikan media multimedia.

Media yang sering digunakan merujuk pada platform youtube, namun siswa memerlukan media pembelajaran yang kongkret dengan tujuan agar siswa mampu mengembangkan kemampuan dirinya. Berdasarkan analisis diatas, disimpulkan bahwa media interaktif video fotografi muatan keragaman budaya lokal malang perlu dikembangkan dan belum pernah dikembangkan oleh guru.

Adapun beberapa pertimbangan, yakni siswa mendapatkan informasi secara nyata mengenai usaha ekonomi dan keragaman budaya lokal malang tempat lingkungan siswa tinggal. Karakteristik siswa kelas 5 yang tergolong kelas tinggi sehingga membutuhkan media pembelajaran kongkrit. Peneliti merujuk pada materi Tema 8 subtema 3 pembelajaran 4 yang akan dirancang menjadi sebuah media video pembelajaran bentuk tematik.

b. Tahap Perancangan (ADDIE), Tahap Merumuskan tujuan performansi (Dick & Carey)

Tahap perancangan dan merumuskan tujuan performansi yakni kegiatan merencanakan produk yang akan dibuat berdasarkan informasi yang diperoleh dari guru kelas 5 dengan melihat beberapa referensi media interaktif dari platform youtube. Media interaktif video fotografi dikembangkan untuk siswa kelas 5 sekolah dasar dengan mengemas kompetensi dasar tema yang dirujuk yakni mengenasi usaha ekonomi dan mengenalkan keragaman budaya lokal malang secara kongkret kepada siswa. Keuntungan video pembelajaran yang dirancang peneliti yakni mudah untuk diulang-

(27)

16 ulang dan mampu diterapkan dalam pembelajaran daring saat ini maupun luring nantinya. Tingkat efektifitas pembelajaran menggunakan media video fotografi didapat dari tahapan dan nilai yang diberikan oleh validator dari proses validasi. Dalam video fotografi mengemas semua tujuan dan materi yang dirujuk pada materi Tema 8 subtema 3 pembelajaran 4 yang dikemas secara tematik.

c. Tahap Pengembangan (ADDIE), Tahap Mengembangkan instrumen; Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran;

Merancang dan melakukan evaluasi formatif (Dick & Carey) Tahap pengembangan yang dilakukan peneliti meliputi pembuatan desain pengembangan produk media interaktif video fotografi dengan menyusun storyboard (terlampir) dan dilanjutkan dengan mengembangkan produk. Penyusunan instrumen dilakukan pada tahap ini, instrumen bertujuan untuk mengukur tingkat efektifitas atau tercapainya tujuan dari media yang dikembangkan.

Pada tahap ini instrumen ditujukan kepada ahli media dan ahli materi guna mendapat penilaian meliputi skor, komentar, kelayakan dan saran untuk perbaikan sebelum di implementasikan dalam pembelajaran. Spesifikasi produk media interaktif video fotografi keragaman budaya yang akan dikembangkan oleh peneliti sebagai berikut :

Tabel 3.1 Spesifikasi media interaktif video fotografi

Spesifikasi Uraian

Tampilan

Tampilan pada media interaktif video fotografi berlatar belakang kegiatan Malang meliputi desain animasi, pemandangan alam, perkotaan, pendidikan, kebudayaan.

Font teks

Font teks yang digunakan pada judul menggunakan hasil desain manual dan original, pada kalimat pertanyaan materi video menggunakan font Pop Up Agfolan ukuran 70 dan pada kalimat teks penutup video menggunakan font Arial ukuran 24 dan 20.

Animasi

Animasi didalam media interaktif video fotografi ialah animasi seorang anak perempuan berjilbab, menggunakan pakaian casual, membawa kamera bernama Mia dengan latar belakang desain animasi pada pembukaan video.

Bahasa

Bahasa yang digunakan yakni bahasa indonesia. Video secara penuh di isi oleh rekaman suara sesuai dengan narasi yang telah disusun peneliti.

(28)

17

Materi

Materi merujuk pada Tema 8 Subtema 3 Pembelajaran 4 siswa kelas 5 sekolah dasar yang meliputi mata pelajaran PPKN, Bahasan Indonesia, dan IPS.

Video

Video yang digunakan dalam media interaktif video fotografi keragaman budaya diambil secara langsung oleh peneliti bersumber dari kehidupan nyata pelaku usaha ekonomi, seni topeng malangan, dan seni musik gamelan di lingkungan Malang yang bersifat kekhasan daerah.

Foto

Foto yang digunakan dalam media interaktif video fotografi keragaman budaya diambil secara langsung oleh peneliti bersumber dari kehidupan nyata pelaku usaha ekonomi, seni topeng malangan, dan seni musik gamelan di lingkungan Malang yang bersifat kekhasan daerah.

Instrumen Instrumen disesuaikan dengan tema dan juga iringan musik gamelan.

Output

Bentuk jadi media interaktif video fotografi yakni berupa file format MP4 yang bisa dibuka dengan aplikasi pemutar video seperti GOM Player, MX Player, KM Player, dsb dan memiliki durasi 10-15 menit.

Sumber : Olahan Peneliti

d. Tahap Implementasi (ADDIE)

Tahap implementasi ialah kegiatan uji coba dalam pembelajaran setelah produk pengembangan melalui tahap validasi dari ahli media dan ahli materi. Implementasi dilakukan peneliti pada siswa kelas 5 SDN Blimbing 2 Kota Malang dengan peruntukan dapat mengetahui keefektifan, kemenarikan media video fotografi keragaman budaya yang dikembangkan serta mengetahui hasil penilaian dari ahli pembelajaran guna memperoleh skor, komentar, kelayakan dan saran untuk perbaikan.

e. Tahap Evaluasi (ADDIE), Tahap Melakukan revisi; Melakukan evaluasi sumatif (Dick & Carey)

Tahap evaluasi ialah tahapan sistematis yang digunakan untuk mengetahui pencapaian tujuan dalam pengembangan. Evaluasi yang dilakukan yakni evaluasi sumatif meliputi kegiatan mengumpulkan data pada setiap tahapan berupa angket ahli materi, angket ahli media, dan angket ahli pembelajaran sebagai bahan pertimbangan apakah media efektif digunakan untuk pembelajaran sesuai dengan instrumen yang telah disusun dan mengenai perbaikan untuk mengoptimalkan pengembangan produk. Penilaian produk yang dikembangkan berasal dari nilai validator dan tidak memerlukan penilaian hasil belajar siswa pada akhir kegiatan pembelajaran.

(29)

18 3.3 Tempat dan Waktu Penelitian

Tempat penelitian berada di SDN Blimbing 2 Jl. Laksda Adi Sucipto No 12, Blimbing, Kota Malang. Waktu penelitian yang digunakan mulai dari bulan April 2020 hingga Oktober 2021.

3.4 Uji Coba Produk a. Rancangan Uji Coba

Rancangan uji coba dilakukan untuk mengetahui tingkat kemenarikan serta efektifitas produk media yang akan dikembangkan. Tingkat validitas produk media interaktif video fotografi keragaman budaya dapat diketahui melalui hasil penilaian dengan ahli media, ahli materi, dan ahli pembelajaran sebagai bahan pertimbangan untuk mengetahui apakah media yang akan dikembangkan layak atau tidak untuk dilanjutkan ke tahap selanjutnya

Gambar 3.1 Rancangan Uji Coba Produk Pengembangan

Sumber : Olahan Peneliti

b. Subyek Coba

Subyek coba dalam produk pengembangan terdiri dari ahli media dan ahli materi, yakni memiliki kemampuan dalam pengembangan media multimedia di sekolah dasar dan sudah menempuh minimal pendidikan S2 (Master). Ahli pembelajaran, yakni pengajar yang secara langsung bertindak dikelas dengan kriteria sudah menempuh pendidikan S1 jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar. Semua subyek coba diharapkan memberikan komentar dan saran untuk perbaikan produk yang dikembangkan peneliti.

Analisis kebutuhan Draf/storyboard

Tanggapan dosen pembimbing, ahli media, ahli materi dan ahli

pembelajaran Saran dan komentar

Valid

Tidak Ya

Produk pengembangan media interaktif video fotografi keragaman budaya

(30)

19 3.5 Instrumen Pengumpulan Data

Instrumen yang digunakan untuk mengumpulkan data dalam penelitian dan pengembangan ini adalah angket dan pedoman wawancara. Data dari angket dan pedoman wawancara digunakan untuk mengumpulkan data hasil review, terdiri atas :

a. Pedoman wawancara

Data diambil dengan mengirimkan link google form kepada guru kelas dikarenakan awal mula masa pandemi Covid-19 dengan pembatasan aktifitas yang menjadikan hambatan peneliti untuk melakukan observasi secara langsung di sekolah. Data yang diperoleh digunakan untuk analisis kebutuhan. Dalam pengembangan media selain peneliti mengkaji dari data yang didapat dari guru, peneliti juga mengkaitkan dengan program pemerintah dalam memajukan kebudayaan yang tercantum pada UU Nomor 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan. Analisis kebutuhan dalam pengembangan media interaktif video fotografi keragaman budaya diadopsi dari hasil wawancara guru kelas 5 SDN Blimbing 2 Kota Malang tentang proses pembelajaran dan penggunaan media pembelajaran. Maka disusunlah kisi-kisi instrumen wawancara sebagaimana terlampir.

b. Angket

Peneliti menggunakan angket yang berisi beberapa aspek beserta skor untuk dapat dinilai oleh validator ahli media, ahli materi dan ahli pembelajaran dalam proses pengembangan media video fotografi keragaman budaya. Merujuk pada pendapat (Fitria et al., 2017), (Wardathi & Pradipta, 2019) Validator merupakan ahli di bidangnya dengan kualifikasi pendidikan minimal S2 yang menilai kualitas media melalui instrumen yang dibuat peneliti dan dihitung rata-ratanya untuk setiap aspek. Setelah itu, rata-rata skor tiap aspek tersebut dibandingkan dengan kriteria penilaian kualitas tertentu untuk mengetahui efektifitas media interaktif video. Adapun kisi- kisi angket yang telah disusun oleh peneliti sebagaimana terlampir.

(31)

20 3.6 Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data pada penelitian dan pengembangan ini menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Yakni dengan mengolah data hasil review validasi para ahli ahli media, ahli materi dan ahli pembelajaran. Teknik analisis data ini dilakukan dengan mengelompokkan informasi data kualitatif dan kuantitatif dari masukan, tanggapan, kritikan dan saran perbaikan dengan menggunakan skala likert untuk menghitung persentase skor yang diperoleh dari instrumen dalam angket. Hasil analisis data ini digunakan untuk merevisi produk pengembangan. Untuk menentukan persentase tersebut dapat menggunakan rumus (Roorda, 2016), sebagai berikut :

𝑉𝑎𝑙𝑖𝑑𝑖𝑡𝑎𝑠 (𝑉) = 𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑣𝑎𝑙𝑖𝑑𝑎𝑠𝑖

𝑇𝑜𝑡𝑎𝑙 𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑚𝑎𝑘𝑠𝑖𝑚𝑎𝑙 x 100%

Angket penilaian untuk validator menggunakan skala likert dengan lima alternatif jawaban, kriteria penilaiannya adalah sebagai berikut :

Tabel 3.2 Skala Likert

Skor Keterangan

5 Sangat setuju/ selalu/ sangat positif/ sangat layak/ sangat baik/ sangat bermanfaat/

sangat memotivasi.

4 Setuju/ baik/ sering/ positif/ sesuai/ mudah/ layak/ bermanfaat/ memotivasi.

3 Ragu-ragu/ kadang-kadang/ netral/ cukup setuju/ cukup mudah/ cukup menarik/

cukup layak/ cukup bermanfaat/ cukup memotivasi.

2

Tidak setuju/ hampir tidak pernah/ negative/ kurang setuju/ kurang baik/ kurang sesuai/ kurang menarik/ kurang paham/ kurang layak/ kurang bermanfaat/ kurang memotivasi.

1 Sangat tidak setuju/ sangat kurang baik/ sangat kurang sesuai/ sangat kurang menarik/ sangat kurang paham/ sangat kurang layak/ sangat kurang bermanfaat.

(Nasional & Komitmen, 2008) Tabel 3.3 Interpretasi Skor Angket Validasi

No Tingkat

Pencapaian Kualifikasi Keterangan

1 81 < x < 100% Sangat Baik Sangat layak, tidak perlu direvisi 2 61 < x < 80% Baik Layak, tidak perlu direvisi 3 41 < x < 60% Cukup Baik Kurang layak, perlu direvisi 4 21 < x < 40% Kurang Baik Tidak layak, perlu direvisi

5 <20% Sangat

Kurang Baik Sangat tidak layak, perlu direvisi (Gulo et al., 2007) Hasil interpretasi menunjukkan layak atau tidak mengenai produk yang dikembangkan oleh peneliti yakni media video fotografi keragaman budaya. Jika hasil evaluasi menunjukkan presentase kurang dari 60%

(32)

21 maka produk dinyatakan tidak valid, maka perlu merevisi produk yang dikembangkans sesuai dengan saran dan komentar validator. Sebaliknya, jika hasil validasi menunjukkan persentase lebih dari 61% maka produk tersebut mendapat tanggapan positif dari validator dan dapat dinyatakan layak untuk digunakan sebagai media pembelajaran guna meningkatkan efektifitas pembelajaran.

4. Hasil Penelitian dan Pembahasan 4.1 Hasil Penelitian

Bagian ini memaparkan tentang hasil dari pengembangan media video yang dikembangkan oleh peneliti. Dalam pengembangan media interaktif video fotografi keragaman budaya pada pembelajaran tematik tema 8 subtema 3 pembelajaran 4 siswa kelas 5 SDN Blimbing 2 menggunakan model pengembangan ADDIE dan Dick & Carey yang memiliki tahapan yang akan dijelaskan sebagai berikut :

a. Hasil Tahapan Analisis (ADDIE), Tahapan Analisis kebutuhan, Analisis pembelajaran; Analisis pebelajar (Dick & Carey)

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan pada tanggal 17 April 2020 di SDN Blimbing 2 Malang saat pandemi Covid 19 dan menerapkan pembelajaran secara daring bahwa penerapan pembelajaran di sekolah menerapkan kurikulum 2013 atau tematik.

Sehingga dalam implementasinya, guru memerlukan sebuah media.

Penggunaan media pembelajaran diharapkan memudahkan pemahaman siswa terhadap konsep yang disampaikan dan merekontruksi pemikirannya dari media yang digunakan. Tentunya dengan karakteristik kelas 5 yang tergolong dalam kelas tinggi, media yang sangat efektif adalah video interaktif baik itu audio maupun audio visual. Karena pada kelas tinggi pemahaman siswa sudah pada tingkat abstrak. Siswa memerlukan contoh-contoh secara kongkret agar pemahaman siswa terhadap materi mudah tersampaikan.

(33)

22 Berdasarkan hasil wawancara terhadap Ibu Amila Mia Aisyah, S.Pd sebagai guru kelas 5, siswa akan lebih antusias dalam pembelajaran jika menggunakan media pembelajaran namun ada kriteria untuk itu dan materi yang terkemas didalamnya harus sesuai.

Kriteria media yang diharapkan yakni menarik perhatian siswa, sesuai dengan kompetensi yang akan dicapai, media harus melibatkan keaktifan siswa, dan pastinya harus jelas. Namun tidak setiap pelaksanaan pembelajaran dikelas guru menggunakan media, karena keterbatasan guru yang dirasa kurangnya waktu dalam membuat media pembelajaran yang menarik berkaitan dengan tugas mengajar dan administrasi sekolah. Sehingga guru lebih sering menggunakan metode ceramah dalam pelaksanaan pembelajaran.

Penggunaan metode ceramah akan menyebabkan siswa bosan dalam proses pembelajaran jangka panjang. Seiring berjalannya waktu, pada dari tahun 2020 sampai 2021 kasus Covid 19 yang mewabah di Indonesia semakin berdampak buruk pada semua sektor dan termasuk pada sektor pendidikan. Menyebabkan siswa disemua tingkat pendidikan untuk melakukan proses pembelajaran secara terbatas dirumah dengan sistem online yang disebut dengan daring (dalam jaringan). Dalam implementasinya sebelum pembelajaran daring terdapat beberapa media yang pernah digunakan guru yakni media alat peraga, media video organ pernapasan, media video wawancara, dan lingkungan sekitar sekolah pada waktu pembelajaran normal. Namun kini dalam pelaksanaan daring, guru sering memberikan video rekaman penjelasan materi dan tugas untuk dikerjakan siswa dirumah. Sedangkan penggunaan media video keragaman budaya masih belum pernah dirancang maupun digunakan guru pada pembelajaran.

Efek dari mewabahnya virus Covid-19 terhadap jalannya pendidikan membuat semua pemerintah dan terutama guru harus mengambil sikap serta solusi bahwa pendidikan harus tetap berjalan.

Siswa tidak hanya dikonstruksi pemikirannya untuk selalu mentaati

(34)

23 prokes, melainkan harus mensadari bahwa pembelajarannya melalui media visual dan audio yakni video conference yang artinya harus mampu memanfaatkan teknologi dan informasi. Tanpa disadari bahwa pendidikan saat ini sering berfokus pada terselesaikannya materi sesuai tema namun pengenalan pembelajaran mengenai keragaman budaya lingkungan sekitar dirasa kurang selama pandemi Covid 19. Pengenalan terhadap keragaman budaya harus tetap tersampaikan pada siswa, diharapkan siswa tetap mengenal dan tau bahwa mempunyai kebudayaan yang harus tetap dilestarikan.

Berdasar analisis kubutuhan, media interaktif video fotografi keragaman budaya perlu dikembangkan. Adapun beberapa keuntungan dikembangkannya media tersebut ini yaitu 1) mudah digunakan oleh guru maupun siswa; 2) mudah untuk diulang-ulang jika ingin mengulang informasi dari video pembelajaran; 3) menjadi media pembelajaran saat pembelajaran daring maupun luring ; 4) video pembelajaran yang mengenalkan keragaman budaya lokal malang sekaligus mengemas pembelajaran tematik merujuk pada materi tema 8 subtema 3 pembelajaran 4 mata pelajaran PPKN, Bahasa Indonesia, dan IPS.

b. Hasil Tahapan Perancangan (ADDIE), Tahapan Merumuskan tujuan performansi (Dick & Carey)

Tahapan perancangan atau perumusan dilakukan setelah mendapat informasi dari proses analisis. Pada tahap ini peneliti melakukan langkah pertama, membuat storyboard (terlampir) guna memberikan penjelasan lebih rinci mengenai desain media interaktif video fotografi keragaman budaya yang dikembangkan. Langkah kedua, penentuan tempat sanggar untuk mengambil video, foto dan wawancara. Pengambilan data dilakukan pada Sanggar seni Topeng Malangan Asmoro Bangun beralamatkan di Jl. Prajurit Slamet, Kedungmonggo, Karangpandan, Kec. Pakisaji Kab. Malang dan Sanggar Karawitan Indonesia beralamatkan di Jl. Hasanuddin 1 No.17 Pesanggrahan, Kec. Batu, Kota Batu. Pengambilan video

(35)

24 menggunakan kamera Canon 60 D dengan kualitas gambar HD 1080.

Langkah ketiga, pemilihan software pemograman untuk membuat animasi dan editing video. Dalam proses ini menggunakan software editing video adobe premiere, software editing foto lightroom, software editing suara rekaman adobe audition, software editing animasi opentoonz dan photoshop, serta software kompres video menggunakan HandBrake. Proses editing media interaktif video fotografi keragaman budaya berlangsung kurang lebih 2 bulan, dalam pelaksanaan editing dilakukan kesesuaian animasi, warna, font untuk siswa kelas 5 sekolah dasar. Spesifikasi produk pengembangan yang sudah dihasilkan berupa file video dengan format MP4 HD 1080 dengan durasi 15 menit yang dapat digunakan guru saat mengajar luring maupun daring dan dilihat kembali siswa dirumah. Media video yang dikembangkan merujuk pada materi tema 8 subtema 3 pembelajaran 4 mata pelajaran PPKN, Bahasa Indonesia, dan IPS.

c. Hasil Tahapan Pengembangan (ADDIE), Tahapan Mengembangkan instrumen; Mengembangkan dan memilih bahan pembelajaran;

Merancang dan melakukan evaluasi formatif (Dick & Carey)

Output dari tahapan perencanaan atau perumusan yakni produk pengembangan dihasilkan berupa file media interaktif video fotografi keragaman budaya dengan format MP4 HD 1080 dengan durasi 15 menit yang disesuaikan pada hasil tahapan sebelumnya.

Dalam tahapan pengembangan akan dilakukan proses validasi ahli media dan validasi ahli materi guna megukur keefektifan hasil produk, sehingga produk yang dikembangkan sesuai dengan materi dan konsep yang sudah dirancang. Hasil dari validasi diharap mampu mengarahkan produk untuk lebih sesuai dengan karakteristik siswa berdasar saran dan masukan dengan kualifikasi validator yaitu pendidikan minimal S2. Proses validasi melibatkan dua orang ahli yakni Bapak Bustanol Arifin, S.Pd., M.Pd sebagai validator ahli

(36)

25 media dan Bapak Abqori Vigar El Afif sebagai validator ahli materi.

Berikut uraian point hasil validasi ahli media dan validasi ahli materi, yaitu :

1) Hasil Validasi Ahli Media

Tabel 4.1 Hasil Angket Validasi Ahli Media No Aspek yang

dinilai Indikator Skor

Perolehan

Skor Maksimal

1. Tampilan a. Konsep pembuka Video 4 5

b. Kesesuaian teks pada judul 4 5 c. Kemenarikan penggunaan

judul 4 5

d. Konsep animasi karakter

pada video 4 5

e. Kesesuaian teks dan tata

letak 3 5

f. Kombinasi warna menarik 4 5 g. Ketepatan pemilihan jenis

font 4 5

h. Ketepatan pemilihan

ukuran huruf 4 5

i. Tipe huruf yang digunakan

terlihat dan terbaca jelas 4 5 j. Kesesuaian musik

pengiring/backsound 4 5

k. Kesesuaian foto dengan

alur video 4 5

l. Kualitas tampilan video 4 5 m. Setiap bagian terhubung

dengan baik 3 5

n. Konsep penutup video 4 5

2. Kemudahan a. Kemudahan ketika

mengoperasikan 4 5

b. Pedoman media mudah

dipahami 4 5

c. Kemudahan saat

menyimpan media 4 5

d. Kejelasan suara rekaman/

dubbing 4 5

e. Materi yang disajikan bentuk video secara kongkret

4 5

f. Materi mudah dipahami 4 5

g. Kejelasan bahasa yang

digunakan 4 5

h. Kejelasan desain animasi 4 5 i. Media berjalan dengan baik 4 5 3. Kesesuaian a. Kesesuaian dengan materi

usaha ekonomi 4 5

b. Kesesuaian penggunaan

Bahasa Indonesia 3 5

c. Kesesuaian urutan media

video 3 5

(37)

26

d. Kesesuaian durasi media

video 3 5

e. Kesesuaian pilihan

background 4 5

f. Kesesuaian proporsi warna 4 5 g. Kesesuaian pemilihan font 4 5 h. Kesesuaian pemilihan

ukuran font 4 5

i. Kesesuaian penempatan

juduk 4 5

j. Kesesuaian musik dan

suara dubbing 4 5

k. Inovasi pengembangan media pembelajaran di masa Pandemi Covid-19

4 5

l. Ketercapaian tujuan

pembelajaran 4 5

Jumlah Skor 135 175

Persentase Validasi Ahli Media 77,14 %

Krteria Layak

Sumber : Olahan Peneliti

Komentar dan saran secara meyeluruh mengenai produk pengembangan media interaktif video fotografi Keragaman Budaya dari proses validasi ahli media : Durasi disesuaikan dengan kondisi anak, Animasi sudah sesuai dengan karakteristik anak SD namun diperhalus lagi, Perpaduan antar mata pelajaran perlu disesuaikan, Suara dubbing sudah sesuai dengan materi yang disajikan.

2) Hasil Validasi Ahli Materi

Tabel 4.2 Hasil Angket Validasi Ahli Materi No Aspek yang

dinilai Indikator Skor

Perolehan

Skor Maksimal 1. Relevansi

Materi

a. Kesesuaian materi

dengan kompetensi dasar 5 5

b. Kesesuaian kompetensi

dasar dengan indikator 5 5

c. Kesesuaian kompetensi dasar dengan materi pada video

4 5

d. Kesesuaian video dengan

tujuan pembelajaran 5 5

e. Kesesuaian foto dengan

materi 4 5

f. Kejelassan contoh yang

disampaikan 5 5

g. Kesesuaian video dengan lingkungan tema tinggal siswa

5 5

(38)

27

h. Kesesuaian nilai sikap pada video dengan materi

4 5

2. Kebenaran isi a. Kesesuaian bahasa

dengan siswa 4 5

b. Ketercapaian tujuan

pembelajaran 5 5

c. Keruntutan penyajian

materi 5 5

d. Materi yang disajikan mendorong rasa keingintahuan siswa

5 5

e. Menarik keterlibatan

siswa 5 5

f. Kemudahan memahami

materi 4 5

g. Menginformasikan

tayangan secara kongkret 4 5

h. Kemudahan

pengoperasian media 5 5

i. Inovasi pengembangan media pembelajaran di masa Pandemi Covid-19 secara kongkret

5 5

Jumlah Skor 79 85

Persentase Validasi Ahli Materi 92,44 %

Krteria Sangat Layak

Sumber : Olahan peneliti

Komentar dan saran secara meyeluruh mengenai produk pengembangan media interaktif video fotografi Keragaman Budaya dari proses validasi ahli materi : Secara keseluruhan konsep pengemasan materi dalam media video fotografi sangat bagus, mudah dimengerti dan dapat dijadikan inovasi media pembelajaran dimasa pandemi. Materi yang disajikan dilengkapi dengan gambar-gambar yang jelas serta dipadukan dengan animasi yang sesuai dengan karakteristik siswa Sekolah Dasar. Terdapat beberapa penulisan kata tempat dan awal kalimat yang masih menggunakan huruf kecil. Seharusnya awal kalimat dan nama tempat, awalnya menggunakan huruf kapital.

d. Hasil Tahapan Implementasi (ADDIE)

Guna mengetahui efektivitas media interaktif video fotografi keragaman budaya, maka akan dilakukan uji coba pada pembelajaran. Namun, penilaian terhadap media bukan pada respon siswa atau hasil belajar siswa. Melainkan dari penilaian yang

(39)

28 diberikan dari hasil validasi ahli pembelajaran dikelas yakni guru kelas 5 Ibu Amila Mia Aisyah, S.Pd. Berikut uraian point hasil validasi ahli pembelajaran, sebagai berikut :

Tabel 4.3 Hasil Validasi Ahli Pembelajaran No Aspek yang

dinilai Indikator Skor

Perolehan

Skor Maksimal 1. Kelengkapan

Materi

a. Materi mencakup keseluruhan sesuai dengan kompetensi dasar

4 5

b. Kesesuaian kompetensi dasar dengan indikator

3 5

c. Kesesuaian kompetensi dasar dengan materi pada media video

4 5

d. Keterpaduan materi 4 5

e. Penyampaian materi

secara sistematis 3 5

f. Menyampaikan tujuan

pembelajaran 4 5

g. Menjelaskan nilai sikap sesuai dengan kompetensi dasar

5 5

2. Efeketifitas a. Berfokus pada

karakteristik siswa SD 4 5

b. Tercapainya tujuan

pembelajaran 3 5

c. Pesan dalam video mudah dipahami dan tersampaikan

4 5

d. Ketepatan durasi

media 3 5

e. Menyajikan data kongkret di lingkungan tempat tinggal siswa

4 5

f. Bahasa yang digunakan komunikatif

4 5

g. Penyajian media video

secara sistematis 4 5

h. Mudah dioperasikan oleh guru maupun siswa

4 5

i. Panduan penggunaan media mudah dipahami

4 5

j. Bisa digunakaaan dalam kelompok kecil dan kelompok besar

4 5

k. Inovasi media

pembelajaran pada 3 5

Gambar

Tabel 3.1 Spesifikasi media interaktif video fotografi
Gambar 3.1 Rancangan Uji Coba Produk Pengembangan
Tabel 3.2 Skala Likert
Tabel 4.1 Hasil Angket Validasi Ahli Media  No  Aspek yang
+4

Referensi

Dokumen terkait

Pengelompokan ruang berdasarkan tingkat kesteeerilan ruang 110 Gambar 3.17.. Analisis hubunganantar ruang

Temuan ini sesuai dengan hasil penelitian oleh Hamidi dan Indrastuti (2013), bahwa kompetensi berpengaruh positif dan signifikan terhadap kinerja. Hasil statistik

Tujuan yang ingin dicapai penulisan dalam Penelitan Tindakan Kelas (PTK) adalah untuk mengetahui apakah meningkatan keterampilan motorik halus dapat diupayakan

Tujuan penelitian ini untuk : (1) mendeskripsikan orientasi pelanggan, orientasi kewirausahaan, keunggulan bersaing dan kinerja pemasaran usaha mikro kuliner di Kota Malang,

Mengapa peneliti mengambil aplikasi ini sebagai pengembangan media pembelajaran dibanding dengan aplikasi AR yang lainnya, dikarenakan AR Assemblr Edu mempunyai

Dan jika pelaku pertambangan tidak melakukan atau memenuhi kewajibannya untuk mengurus izin maka sudah jelas perbuatan tersebut telah melanggar ketentuan Undang-Undang

Berdasarkan hasil analisis dan kesimpulan, maka saran-saran yang dapat diberikan berkaitan dengan peran kepuasan kerja memediasi budaya organisasi, kompensasi, dan

Kira-kira 1,5 meter berikutnya ke bawah, dinding ini tidak dibuat tembok yang tidak disemen, tujuannya lebih untuk mencegah runtuhnya tanah (Azwar, 1995).. c) Dinding sumur