• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

2.4 Tinjauan Pustaka

2.1.1 Teori Keagenan (Agency Theory)

Menurut Jensen dan Meckling (1996:87) ”mendefinisikan teori agensi merupakan hubungan keagenan suatu kontrak antara pemilik (principal) dengan manajer (agent). Agar hubungan kontraktual ini dapat berjalan dengan baik, maka principal akan mendelegasikan otoritas pembuatan keputusan kepada agent”.

Tujuan dari teori agensi adalah sebagai berikut :

1. Meningkatkan kemampuan individu (baik prinsipal maupun agen) dalam mengevaluasi lingkungan dimana keputusan harus diambil (The

beliefrevision role).

2. Mengevaluasi hasil dari keputusan yang telah diambil guna mempermudah pengalokasian hasil antara prinsipal dan agen sesuai dengan kontrak kerja (Theperformance evaluation role), Hubungan inilah disebut dengan teori keagenan.

Pemisahan dalam teori keagenan ini menandakan principal tidak lagi terlibat dalam pengelolaan perusahaan karena telah dialihkan kepada agent. Pihak principal hanya bertindak sebagai pengawas dengan memonitor kinerja perusahaan melalui laporan yang diberikan oleh agent. Namun, adanya pemisahan antara principal dan agent cenderung menimbulkan konflik keagenan yang didasarkan pada adanya perbedaan kepentingan. Principal dan

xix

agent sama–sama berusaha memaksimumkan kesejahteraannya

masing-masing.

Secara garis besar teori agensi dikelompokkan menjadi dua yaitu

positiveagency research dan principal agent research. Positive agent research

memfokuskan pada identifikasi situasi dimana agen dan prinsipal mempunyai tujuan yang bertentangan dan mekanisme pengendalian yang terbatas hanya menjaga perilaku self serving agen. Principal agent research mengungkapkan bahwa hubungan agent - principal dapat diaplikasikan secara lebih luas, misalnya untuk menggambarkan hubungan pekerja dan pemberi kerja, lawyer dengan kliennya, auditor dengan auditee.

Menurut Scott (2000:56) ada dua jenis asymmetric information yaitu “adverseselection dan moral hazard”. Adverse selection adalah suatu tipe informasiasimetri (asymmetric information) dimana satu orang atau lebih pelaku-pelaku bisnis atau transaksi-transaksi potensial yang dapat mengamati kegiatan-kegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain, sedangkan moral hazard ini terjadi karena pihak-pihak diluar perusahaan (investor)mendelegasikan tugas dan kewenangannya kepada manajer, tetapi investor tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian tersebut. Dibutuhkan pihak ketiga yang independen sebagai mediator pada hubungan antara prinsipal dan agen yang berfungsi untuk memonitor perilaku manajer (agent) agar bertindak sesuai dengan keinginan prinsipal. Auditor adalah pihak yang dianggap mampu menjembatani kepentingan pihak principal (shareholders) dengan pihak manajer dalam mengelola keuangan perusahaan.

xx 2.1.2 Teori Sinyal (Signaling Theory).

Menurut Mamduh (2004:314) menyatakan bahwa ”perusahaan dapat meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri”. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar termasuk investor.

Teori sinyal (signaling theory) adalah teori yang menjelaskan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik dari pada perusahaan lain. Teori sinyal menjelaskan bahwa pemberian sinyal dilakukan oleh manajer untuk mengurangi asimetri informasi.

Auditing dapat mengurangi asimetri informasi antara manajemen dan

stakeholders perusahaan, karena memungkinkan pihak diluar perusahaan

untukmemverifikasi validitas laporan keuangan dengan memberikan opini audit.

2.1.3 Auditing

Pengertian Auditing menurut Alvin dan Randal (1996: 203)” Auditing

is the accumulation and evaluation of evidence about information to determine and report on the degree of correspondence between the information and established criteria. Auditing should be done by a competent, independent person”.

xxi Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa auditing terdiri dari beberapa kegiatan, yaitu; akumulasi dan evaluasi bukti yang berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan untuk menentukan apakah laporan keuangan yang telah disajikan memang telah sesuai dengan ketentuan yang diterima umum dan telah dapat dipercaya. Untuk meningkatkan keakuratan informasi ini, dibutuhkan seorang auditor yang handal, dan dapat dipercaya, tidak memihak kepada siapapun yang berkepentingan dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.

Pengertian auditing menurut tokoh lain, dalam hal ini penulis kutip dari Mulyadi (2002:70).

Auditing merupakan suatu proses sistematis untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara objektif mengenai pernyataan-pernyataan tentang kegiatan dan kejadian ekonomi, dengan tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antar pernyataan-pernyataan tersebut dengan kriteria yang telah ditetapkan serta menyampaikan hasil-hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Sedangkan pengertian auditing menurut Konrath (2002:5). mendefinisikan auditing sebagai:

Suatu proses sistematis untuk secara objektif mendapatkan untuk mengevaluasi bukti mengenai asersi tentang kegiatan-kegiatan dan kejadian-kejadian ekonomi untuk meyakinkan tingkat keterkaitan antara asersi tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan dan mengkomunikasikan

xxii hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.

Beberapa poin penting yang dapat penulis rangkum dari ketiga pengertian auditing diatas, yaitu auditing merupakan :

a. Suatu proses akumulasi yang sistematis

Auditing merupakan proses pengumpulan informasi-informasi keuangan yang disajikan oleh auditee secara terstuktur, terorganisir, danmemiliki tujuan yang jelas.

b. Mengevaluasi bukti yang dikumpulkan secara objektif

Salah satu bagian dari proses yang sistematis sebagaimana yang telah disebutkan diatas adalah pengumpulan bukti sebagai dasar untuk pernyataan(asersi) yang dibuat oleh individu atau badan usaha yang membuat asersi tersebut, tanpa memihak atau berprasangka terhadap bukti yang telah dikumpulkan.

c. Menilai dan membandingkan kesesuaian antara informasi yang disajikan dengan apa yang terjadi pada kenyataannya

Bukti yang terkumpul dibandingkan dengan melihat nilai riil dari yang terdapat pada bukti tersebut. Hal ini dapat dilakukan sesuai dengan program audit yang telah direncanakan oleh auditor. Standar yang dipakai sebagaidasar untuk menilai pernyataan tersebut adalah : peraturan yang ditetapkan oleh suatu badan tertentu; anggaran atau ukuran prestasi pemilik satuan usaha; standar Akuntansi Keuangan (SAK)

d. Menyampaikan hasil dari temuan yang diperoleh dari proses audit Setelah membandingkan antara bukti dan nilai riilnya, maka temuan temuan yang

xxiii didapat disampaikan kepada pihak perusahaan yang kemudian akanditetapkan apakah sesuai atau tidaknya laporan perusahaan. Hal tersebut disampaikan dalam bentuk laporan audit (audit report). Laporanaudit baku terdiri dari tiga paragraf yaitu paragraf pangantar (introductoryparagraph), paragraf lingkup (scope paragraph), dan paragraf pendapat (opinion paragraph). Tujuan dari penyampaian ini adalah untuk memberikan informasai dan membantu pihak eksternal perusahaan yang memiliki kepentingan terhadap perusahaan untuk memberikan keputusan yang berkaitan dengan laporan keuangan perusahaan.

e. Seseorang yang melakukan audit (auditor) bersifat independen Auditor haruslah bersifat independen, artinya tidak memihak pada

kepentingan pihak internal maupun ekternal perusahaan. Tujuannya adalahuntuk meningkatkan keakuratan dari informasi audit yang disampaikan.

Dokumen terkait