BAB II TINJAUAN PUSTAKA
2.3 Model dan Teori
2.3.1 Teori Kebutuhan
Dari penjelasan sebelumnya sudah sangat jelas bahwa interaksi dalam proses komunikasi dilakukan tidak akan lepas dari suatu informasi. Individu-individu yang ada di masyarakat bergabung dan berkumpul bersama karena adanya suatu kebutuhan.
Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan informasi yang ingin mereka dapatkan dari sesama individu di kelompoknya. Kebutuhan tersebut didapatkan melalui suatu proses interaksi sosial seperti penjelasan sebelumnya.
Peneliti menggunakan teori kebutuhan sebagai dasar dari pencarian informasi yang dilakukan oleh anggota VAC. Teori ini dikemukakan oleh Abraha Maslow, Frederick Herzberg, dan David Mc. Clelland. Teori ini pada dasarnya menyebutkan bahwa tingkah laku individu berguna untuk memenuhi kebutuhannya, dapat disebut menjadi Teori Pemenuh Kebutuhan
Teori Pemenuhan Kebutuhan / Satisfaction of Needs Theory dikemukakan oleh Abraham Maslow di mana teori ini mempunyai empat prinsip landasan, yakni:
b. Kebutuhan manusia tampak terorganisir dalam kebutuhan yang bertingkat-tingkat.
c. Bila salah satu kebutuhan terpenuhi, kebutuhan lain akan muncul.
d. Kebutuhan yang telah terpenuhi tidak mempunyai pengaruh, dan kebutuhan lain yang lebih tinggi menjadi dominan.
Dalam kebutuhan manusia, Abraham Maslow membagi menjadi lima macam kebutuhan manusia, yaitu:
a. Physical Needs (Kebutuhan-kebutuhan fisik)
Kebutuhan fisik merupakan kebutuhan yang berhubungan dengan kondisi tubuh seperti pangan, sandang, dan papan.
b. Safety Needs (Kebutuhan-kebutuhan rasa aman)
Kebutuhan ini lebih bersifat psikologis individu dalam kehidupan sehari-hari.
Misal: perlakuan adil, pengakuan hak dan kewajiban, jaminan keamanan. c. Sosial Needs (Kebutuhan-kebutuhan sosial)
Kebutuhan ini juga cenderung bersifat psikologis dan sering kai berkaitan dengan kebutuhan lainnya. Misal: diakui sebagai anggota, diajak berpartisipasi, berkunjung ke tetangganya, dan sebagainya.
d. Esteem Needs (Kebutuhan-kebutuhan penghargaan)
Kebutuhan ini menyangkut prestasi dan prestise individu setelah melakukan kegiatan. Misal: dihargai, dipuji, dipercaya.
e. Self Actualization Needs (Kebutuhan aktualisasi diri)
Kebutuhan ini merupakan kebutuhan tertinggi dari individu dan kebutuhan ini sekaligus paing sulit dilaksanakan. Misal: mengakui pendapat orang lain,
mengakui kebenaran orang lain, mengakui kesalahan sendiri, dapat menyesuaikan diri dengan situasi.
Masing-masing kebutuhan tersebut dapat saling memberi motivasi pada tingkah laku individu dan motivasi ini bergerak dari kebutuhan yang paling mudah untuk memenuhinya. Dalam hal ini kebutuhan fisik dipenuhi dahulu oleh individu baru kemudian menyusul kebutuhan rasa aman. Begitu kebutuhan rasa aman terpenuhi maka kemudian muncul kebutuhan sosial untuk dipenuhi dan begitu seterusnya sampai kebutuhan katulisasi diri terpenuhi.
Pada masing-masing kebutuhan tersebut, tiap-tiap individu dapat berbeda satu sama lain, hal ini dapat terjadi karena:
a) Status individu seperti ayah, ibu, anak.
b) Latar belakang pendidikan sperti SD, SLTP, SMU, dst.
c) Latar belakang pengalaman, misalnya miskin pengalaman dan kaya pengalaman.
d) Cita-cita dan harapan individu. e) Pandangan hidup individu.16
Abraham Maslow mengungkapkan bahwa ada lima motive yang ada pada individu dan motive-motive berasal dari kebutuhan individu. Motive-motive
dimaksud adalah:
1) Physiological, yakni motive yang berasal dari kebutuhan fisik. 2) Safety, yakni motive yang berasal dari kebutuhan rasa aman.
16
3) Love, yakni motive yang berasal dari kebutuhan mencinta atau dicinta. 4) Esteem, yakni motive yang berasal dari kebutuhan untuk
berprestasi/gengsi.
5) Self-actualization, yakni motive yang berasal dari kebutuhan untuk mengaktualisasi diri.17
Dalam kehidupan sehari-hari, individu menghadapi situasi sosial bersama individu lain dan hal ini telah terbukti bahwa dalam situasi sosial masing-masing individu mengadakan komunikasi dengan individu lain, melalui bahasa/berbicara atau gerakan tubuh yang lain. Oleh karena itu, bahasa dan berbicara merupakan alat utama individu dalam berkomunikasi dengan individu lain.18
2.4Kerangka Berfikir
Kerangka beasirfikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi bagi setiap pemikiran selanjutnya.19
Menurut Widayat dan Amirullah (2002) kerangka berfikir atau juga disebut sebagai kerangka konseptual merupakan model konseptual tentang bagaimana teori berhubungan dengan berbagai faktor yang telah diidentifikasi sebagai masalah yang penting. Kerangka berfikir juga menjelaskan sementara terhadap gejala yang menjadi masalah (objek) penelitian. Deskripsi teori
17
Ibid Hal 119-120 18
Santoso, Slamet. Teori-Teori Psikologi Sosial. Bandung: Refika Aditama. 2010.Hal 140 19
http://id.scribd.com/doc/37396255/Kerangka-berpikir diakses pada Jumat, 06 Desember 2013 pukul 13.30 WIB
penelitian terdahulu merupakan landasan utama untuk menyusun kerangka berpikir yang pada akhirnya digunakan dalam merumuskan hipotesis.20
Agar sajian kerangka berfikir dapat diterima secara lamiah, maka perlu dilakukan langkah-langkah sebagai berikut:
1. Merumuskan konsep-konsep. 2. Merumuskan proposisi.
3. Merumuskan variable-variabel yang akan diteliti. 4. Merelevansi teori yang diapakai dengan objek masalah. 5. Mempersiapkan rancangan hipotesis yang akan disusun. 6. Membuat definisi operasional.21
Penulis meneliti bagaimana pola pencarian informasi yang dilakukan anggota VAC untuk memodifikasi skuternya, yang berlandaskan adanya kebutuhan akan informasi. Strategi pencarian informasi seperti apa yang digunakan oleh anggota VAC akan dikaji, infomasi apa saja yang paling dicari dalam proses pencarian ini tentunya akan terjawab.
Teori kebutuhan digunakan penulis sebagai dasar untuk melihat kebutuhan informasi seperti apa yang menyebabkan anggota VAC melakukan pencarian akan informasi dan bagaimanakah polanya untuk mengkonseptulisasikan kerangka berpikir penulis terhadap masalah yang diangkat dalam penelitian ini. Peneliti membuat sebuah kerangka berfikir yang dia adapatasi dari model pola pencarian informasi karya Donohew dan Tipton (1973) dalam buku Denis
20
Masyhuri. Metodologi Penelitian Pendekatan Praktis dan Aplikatif. Bandung: Refika Aditama. 2008. Hal 133
21
McQuail dan Sven Windahl. Model tersebut peneliti gunakan dalam menguraikan hasil penelitian, dan mengetahui jawaban dari masalah pada penelitian ini.
Luas
Sempit
2.6 Penelitian Sebelumnya
Penelitian-penelitian mengenai pola atau perilaku pencarian informasi atau pun penelitian-penelitian mengenai kebutuhan informasi telah banyak diteliti sebelumnya. Penelitian-penelitian tersebut memberikan sedikit banyak gambaran bagi calon peneliti-peneliti lain yang akan melakukan penelitian serupa.
Gambar 2.2 Kerangka Berfikir
Sumber : diadaptasi dari model pola pencarian informasi Denis McQuail dan Sven Windahl
Kebutuhan Informasi
Bertindak Tetapkan
Prioritas
Lihat situas Tetapkan Sumber
Informasi
Strategi Fokus luas atau fokus
sempit Cek sumber untuk
relevansi
Konsultasi dengan sumber khusus Informasi
Karena adanya kesamaan fokus penelitian yaitu mengenai kebutuhan informasi dan pola pencarian informasi, maka beberapa penelitian berikut ini memberikan peneliti referensi dan gambaran bagaimana tahapan-tahapan yang harus peneliti lakukan.
Tabel 2.1 Perbandingan dengan penelitian sebelumnya Judul
Penelitian
Perilaku Pencarian Informasi Mahasiswa Tuna Netra di Perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Nama peneliti Ana Pujiastuti / 2012
Perguruan Tinggi
Universitas Islam Nusantara Sunan Kalijaga Yogyakarta
Metode penelitian
Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Peneliti menggambarkan bagaiman pola atau atau rumusan mengenai perilaku pencarian informasi akan kebutuhan informasi mahasiswa tuna netra di perpustakaan UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.
Kesimpulan penelitian
Setelah melakukan analisis terhadap perilaku pencarian informasi yang dilakukan oleh para informan, dapat disimpulkan bahwa perilaku pencarian informasi informan terkait dengan pandangan tentang ruang perpustakaan yang nyaman dan koleksi yang disajikan oleh pustakawan. Sementara itu, teknologi yang telah dimiliki informan turut
berperan dalam keberhasilan pencarian informasi.
Persamaan - Meneliti pencarian informasi berdasarkan kebutuhan akan informasi.
- Peneliti menggunakan metode penelitian kualitataif. Perbedaan - Penelitian lebih menekankan pada perilaku dalam
pencarian informasi.
Kritik Penelitian ini cukup jelas dalam menggambarkan kebutuhan-kebutuhan informasi mahasiswa tuna netra, dan metode penelitian pun sudah tepat.
Tabel 2.2 Perbandingan dengan penelitian sebelumnya
Judul Penelitian Pola Pencarian Informasi Masyarakat Pesisir Pantai Kabupaten Kulon Progo dalam Mengambil Keputusan
Terkait dengan Proyek Tambang Pasir Besi di Kabupaten Kulon Progo
Nama Peneliti Christina Tyas Utami Ari Mukti / 2014 Perguruan Tinggi Universitas Atmajaya Yogyakarta
Metode penelitian Metode yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif. Peneliti membahas mengenai pola pencarian informasi yang
terbentuk pada masyarakat pesisir pantai Kabupaten Kulon
Kulon Progo dalam pengambilan sebuah keputusan. Kesimpulan
penelitian
Di dalam penelitian ini dapat dilihat adanya keterkaitan antara
pola pencarian informasi yang dilakukan oleh masyarakat
pesisir dengan keputusan yang diambil mengenai proyek tambang pasir besi. Pola pencarian informasi dapat
diidentifikasi melalui tiga unsur utama proses komunikasi
yaitu sumber (source), pesan dan saluran atau media. Pencarian informasi kepada sumber (source) melalui saluran
tertentu dan
pesan yang disampaikan tentu akan mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan.
Persamaan - Meneliti pencarian informasi berdasarkan kebutuhan akan informasi.
- Peneliti menggunakan metode penelitian kualitataif. Perbedaan - Lebih menekankan pada pengidentifikasian unsur
proses komunikasi yang dilakukan oleh masyarakat pesisir pantai Kulon Progo dalam mengurangi disonansi yang dirasakan oleh masyarakat pesisir sebelum seseorang mengambil sebuah keputusan tertentu.
Kritik dan Saran Penelitian ini kurang menggambarkan mengenai pola pencarian informasinya, tetapi lebih menekankan proses komunikasi.
Tabel 2.3 Perbandingan dengan penelitian sebelumnya
Judul Penelitian Pola Pencarian informasi Karyawan PT. Krakatau Steel (Persero) dalam Sistem Pensiun
Nama Peneliti Lilis Nurlailah / 2010
Perguruan Tinggi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Metode penelitian Penelitian ini menggunakan metode studi kasus dengan pendekatan kualitatif. Teknik sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik purposive sample..
Kesimpulan penelitian
Hasil dalam penelitian ini memperihatkan bahwa karyawan PT.Karatau Steel (Persero) melakukan
pencarian informasi dengan beberapa kategori informasi pensiun, yaitu kategori pelatihan kewirausahaan, hak-hak yang didapatkan setelah pensiun, Masa persiapan pensiun (MPP) dan usia pensiun.
Persamaan - Meneliti pencarian informasi berdasarkan kebutuhan akan informasi.
- Menggunakan pendekatan kualitatif.
- Teori yang digunakan adalah Teori Kebutuhan Maslow
- Menggunakan model pencarian informasi Donohew dan Tipton.
Perbedaan - Focus dan obyek dalam penelitian ini adalah pencarian informasi Karyawan PT. Krakatau Steel
(Persero)
- Menggunakan metode studi kasus dengan teknik sampel menggunakan Purposive sample.
Kritik Penelitian ini sudah cukup jelas dalam menggambarkan pola pencarian informasi karyawan PT. Krakatau Steel (Persero) dalam sitem pensiun. Teori yang digunakan sudaah sangat tepat dan dapat dijadikan refensi untuk peneliti dalam penelitian berikutnya.
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Pada bab ini peneliti akan membahas mengenai metodologi penelitian. Metodologi penelitian merupakann metode yang digunakan dalam suatu penelitian mulai dari metode itu sendiri apa yang akan digunakan, pada umumnya terbagi menjadi dua metode kualitatif dan kuantitatif, kemudian akan dijelaskan juga mengenai penentuan informan atau sampling, teknik pengumpulan data serta rencana analisis data.