• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB 4: HASIL PENELITIAN

2.2.5 Teori Kecemasan

2.2.4 Komponen kecemasan

Menurut David sue (1986), ada empat (4) komponen kecemasan, yaitu:

a. Secara kognitif, dapat bervariasi dari rasa khawatir yang ringan sampai panik. Biasanya bila terus dikhawatirkan bisa mengalami sulit berkonsentrasi, sulit mengambil keputusan dan lebih jauh lagi biasa insomnia ( sulit tidur ).

b. Secara afektif ( perasaan ), individu mudah tersinggung, gelisah atau tidak tenang, hingga akhirnya memungkinkan terkena depresi.

c. Secara motorik ( gerak tubuh ), seperti gemetar sampai dengan goncangan tubuh yang berat, sering gugup dan kesulitan dalam berbicara.

d. Secara somatik ( reaksi fisik dan biologis ), dapat berupa gangguan pernafasan, jantung berdebar, berkeringat, tekanan darah tinggi dan gangguan pencernaan serta kelemahan badan seperti pingsan.

2.2.5 Teori Kecemasan

State-Trait Anxiety adalah instrumen untuk mengukur kecemasan definitif pada orang dewasa. STAI yang membedakan secara jelas antara kondisi

sementara “S-Anxiety” dan yang lebih umum dan lama kualitasnya “T-Anxiety”.

Kualitas yang penting dievaluasi oleh skala STAI-Anxiety adalah perasaan ketakutan, ketegangan, kegelisahan, dan khawatir.

Keadaan kecemasan STAI ini terdapat beberapa hal yaitu: Mengevaluasi bagaimana responden merasa pada waktu tertentu di masa lalu dan bagaimana

26

mereka mengantisipasi bahwa mereka akan merasa baik dalam situasi tertentu yang mungkin dihadapi dimasa depan atau dalam berbagai situasi.

Ditemukan indikator sensitif dari perubahan dalam kecemasan yang tak nyata dialami oleh klien dan pasien dalam konseling, psikoterapi, dan program modifikasi perilaku.

Menilai tingkat stres yang disebabkan oleh prosedur eksperimental dan tidak dapat dihindari;stres yang dekat dengan kehidupan seperti pembedahan, perawatan gigi, wawancara kerja, atau tes sekolah yang penting.

Untuk memeriksa sekolah menengah dan mahasiswa dan merekrut militer untuk masalah kecemasan, dan untuk mengevaluasi segera dan hasil jangka panjang psikoterapi, konseling, modifikasi perilaku.

Terbukti berguna untuk mengidentifikasi orang-orang neurotik dengan kecemasan tingkat tinggi dan untuk memilih mata pelajaran.

State-Trait Anxiety dalam hal-hal tertentu dibedakan menjadi energi kinetik dan energi potensial. S-Anxiety, seperti energi kinetik, mengacu pada reaksi atau proses yang terjadi secara jelas pada waktu dan tingkat intensitas tertentu. T-Anxiety, yaitu energi potensial, mengacu pada perbedaan individu dalam bereaksi.

Energi potensial mengacu pada perbedaan dalam jumlah energi kinetik yang berhubungan dengan objek fisik tertentu, yang dapat dirilis jika dipicu oleh gaya yang sesuai. Kegelisahan menyiratkan sifat perbedaan antara orang-orang di

27

disposisi untuk merespon situasi yang menekan dengan berbagai jumlah S-Anxiety. Orang-orang yang berbeda di T-Anxiety akan menunjukkan perbedaan yang sesuai dalam S-Anxiety tergantung pada sejauh mana mereka masing-masing merasakan situasi tertentu secara psikologis berbahaya atau mengancam, dan ini sangat dipengaruhi oleh masing-masing pengalaman individu dimasa lalu. (Spielberger, 1972 dalam Clerq, 1994).

Teori ini membedakan kecemasan sebagai State dan Trait. Spielberger 1966 (dalam Slameto 2003) membedakan kecemasan atas dua bagian; kecemasan sebagai suatu sifat (trait anxiety), yaitu kecenderungan pada diri seseorang untuk merasa terancam oleh sejumlah kondisi yang sebenarnya tidak berbahaya, dan kecemasan sebagai suatu keadaan (state anxiety), yaitu suatu keadaan atau kondisi emosional sementara pada diri seseorang yang ditandai dengan perasaan tegang dan kekhawatiran yang dihayati secara sadar serta bersifat subyektif, dan meningginya aktivitas sistem syaraf otonom.

Kecemasan sebagai State (kondisi/kecemasan sesaat) adalah keadaan emosional transitory (sementara) yang ditandai oleh perasaan tegang dan gelisah yang subyektif. Kondisi semacam itu bervariasi intensitasnya dan berubah dari waktu ke waktu. Sedangkan kecemasan yang berbentuk Trait (kecemasan dasar) adalah kecenderungan kecemasan yang stabil untuk menanggapi situasi yang dipersepsikan sebagai ancaman, bersama-sama dengan meningkatnya intensitas kecemasan State.

28

Pada kesempatan lain, kecemasan digambarkan sebagai state anxiety atau

trait anxiety. Cattell & Scheier, 1961 (dalam Clerq, 1994) State anxiety adalah reaksi emosi sementara yang timbul pada situasi tertentu, yang dirasakan sebagai suatu ancaman. State anxiety beragam dalam hal intensitas dan waktu. Keadaan ini ditentukan oleh perasaan ketegangan yang subjektif. Trait anxiety menunjuk pada ciri atau sifat seseorang yang cukup stabil yang mengarahkan seseorang untuk menginterpretasikan suatu keadaan sebagai ancaman yang disebut dengan

anxiety proneness (kecendrungan akan kecemasan). Orang tersebut cenderung untuk menanggapi dengan reaksi kecemasan. Trait anxiety dilihat sebagai bentuk kecemasan kronis.

Spielberger, (1983) mengatakan bahwa terdapat situasi yang tidak signifikan antara T-Anxiety dan S-Anxiety. Situasi tersebut adalah situasi yang melibatkan bahaya fisik, seperti misalnya kejutan listrik atau pembedahan. Namun disamping kondisi-kondisi tersebut, memang secara umum orang dengan T-Anxiety yang tinggi memperlihatkan signifikansi yang seiring dengan munculnya tingkat S-Anxiety. (Primusanto, 2000).

Skala S-Anxiety dipergunakan untuk mengetahui tingkat S-Anxiety yang timbul sebagai akibat dari prosedur eksperimental tertentu dan juga stressor dalam kehidupan sehari-hari, seperti pembedahan, perawatan gigi, wawancara pekerjaan dan tes-tes sekolah (Spielberger, 1983 dalam Primusanto).

Seseorang yang Trait Anxiety-nya tinggi lebih mudah diserang stress dan merespon segala situasi sebagai bahaya yang mengancam. Ketika seseorang

29

mengalami trait anxiety meninggi, akan cenderung melihat dunia itu berbahaya atau mengancam, pengalaman state anxiety mereka bereaksi lebih sering, dengan intensitas yang tinggi dibandingkan dengan orang yang trait anxietynya rendah.

State anxiety adalah situasi emosional yang diidentifikasi dalam konsep dasar kecemasan sebagai proses multikomponen; Trait anxiety hanya menggambarkan seseorang berbeda dalam kecenderungan kecemasan.

2.3 Intensitas menonton kriminalitas 2.3.1. Intensitas menonton

Sudarsono, ( 1993 ) intensitas adalah aspek kuantitatif atau kualitas suatu tingkah laku, jumlah intensitas energi fisik yang diperlukan untuk menaikkan rangsangan salah satu indera.

Sedangkan menurut Kartono dan Gulo (2003) intensitas berasal dari kata

intensity yang berarti besar atau kekuatan suatu tingkah laku. Jumlah energi fisik yang digunakan untuk merangsang salah satu indera; ukuran fisik dari energi atau data indera.

Dari beberapa definisi intensitas dapat disimpulkan bahwa intensitas adalah suatu ukuran kuantitatif dari suatu penginderaan, untuk mengukur ukuran fisik dari energi atau data indera.

30 2.3.2. Kriminalitas

Abdul Wahid, (2004) menjelaskan kriminalitas atau kejahatan dalam

bahasa Inggris “crime” dan dalam bahasa Belanda “misdaad” berarti kelakuan

atau perilaku kriminal, atau perbuatan kriminal. Secara etimologi kriminalitas atau kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan, merugikan masyarakat dan sifatnya melanggar hukum serta undang-undang pidana.

Menurut Van Bemmelen, 1992 (dalam Wahid dkk, 2004) kejahatan adalah tiap kelakuan yang tidak bersifat susila dan merugikan, yang menimbulkan begitu banyak ketidak tenangan dalam suatu mayarakat tertentu, sehingga masyarakat itu berhak untuk mencelanya dan menyatakan penolakannya atas kelakuan itu dalam bentuk penderitaan dengan sengaja diberikan karena kelakuan tersebut.

Menurut Gerson W. Bawengan, 1983 (dalam buku Wahid dkk, 2004) ada tiga pengertian kejahatan menurut penggunaannya masing-masing, yaitu:

1. Pengertian secara praktis.

Kejahatan dalam pengertian ini adalah suatu pengertian yang merupakan pelanggaran atas norma-norma keagamaan, kebiasaan, kesusilaan, dan norma yang berasal dari adat istiadat yanng mendapat reaksi baik berupa hukuman maupun pengecualian.

31

2. Pengertian secara religius

Kejahatan dalam arti religius ini mengidentikan arti kejahatan dengan dosa, dan setiap dosa terancam dengan hukuman api neraka terhadap jiwa yang berdosa.

3. Pengertian secara yuridis

Kejahatan dalam arti yuridis disini, dapat dilihat misalnya di dalam Kitab Undang-undang Hukum Pidana adalah setiap perbuatan yang bertentangan dengan pasal-pasal dari Buku Kedua, itulah yang disebut kejahatan. Selain dalam KUHP, dapat dijumpai hukum pidana khusus, hukum pidana militer, fiskal, ekonomi atau pada ketentuan lain yang menyebut suatu perbuatan sebagai kejahatan.

Mengenai pengertian kejahatan, Kartini Kartono (2003) mengemukakan bahwa secara yuridis formal, kejahatan adalah bentuk tingkah laku yang bertentangan dengan moral kemanusiaan (immoril), merugikan masyarakat, a-sosial sifatnya dan melanggar hukum serta undang-undang pidana. Crime atau kejahatan adalah tingkah laku yang melanggar hukum dan melanggar norma-norma sosial, sehingga masyarakat menentangnya.

Di dalam perumusan pasal-pasal Kitab Undang-Undang Hukum Pidana

(KUHP) jelas tercantum: “Kejahatan adalah semua bentuk perbuatan yang

memenuhi perumusan ketentuan-ketentuan KUHP”. Misalnya pembunuhan

adalah perbuatan yang memenuhi perumusan pasal 338 KUHP, mencuri memenuhi bunyi pasal 362 KUHP, sedangkan kejahatan penganiayaan

32

memenuhi pasal 351 KUHP. Tingkah laku manusia yang jahat, immoril dan anti-sosial itu banyak menimbulkan reaksi kejengkelan dan kemarahan di kalangan masyarakat, dan jelas sangat merugikan khalayak umum. Karena itu kejahatan tersebut haruslah diberantas, atau tidak boleh dibiarkan berkembang, demi ketertiban, keamanan, dan keselamatan masyarakat Kartini Kartono (2003).

a. Kejahatan menurut Kitab Undang-Undang Hukum Pidana untuk Indonesia ialah:

1) Kejahatan melanggar keamanan negara, misalnya menghilangkan nyawa pimpinan negara, makar, dan lain-lain.

2) Kejahatan melanggar martabat raja dan martabat gubernur jenderal.

3) Kejahatan melawan negara yang bersahabat dan melanggar kepala dan wakil negara yang bersahabat dan lain-lain.

4) Kejahatan melanggar ketertiban umum

5) Kejahatan sumpah palsu dan keterangan palsu 6) Kejahatan terhadap nyawa orang

7) Kejahatan penganiayaan 8) Kejahatan pencurian

9) Kejahatan pemalsuan mata uang dan uang kertas negeri serta uang kertas bank, dan lain-lain.

b. Penjelmaan atau bentuk dan jenis kejahatan itu dapat dalam beberapa kelompok, yaitu:

33

1) Rampok dan gangsterisme, yang sering melakukan operasi-operasinya bersama-sama dengan organisasi-organisasi legal.

2) Penipuan-penipuan: permainan-permainan penipuan dalam bentuk judi dan perantara-perantara pemerasan (blackmailing), ancaman untuk mempublisir skandal dan perbuatan manipulatif.

3) Pencurian dan pelanggaran; perbuatan kekerasan, perkosaan, pembegalan, penjambretan atau pencopetan, perampokan; pelanggaran lalu lintas, ekonomi, pajak, bea cukai dan lain-lain.

c. Menurut cara kejahatan dilakukan, bisa dikelompokkan dalam:

1) Menggunakan alat-alat bantu: senjata, senapan, bahan-bahan kimia dan racun, instrumen kedokteran, alat pemukul, alat jerat dan lain-lain.

2) Tanpa menggunakan alat bantu, hanya dengan kekuatan fisik belaka, bujuk rayu, dan tipu daya.

3) Residivis, yaitu penjahat yang berulang-ulang keluar masuk penjara. 4) Penjahat-penjahat berdarah dingin, yang melakukan tindak durjana dengan

pertimbangan-pertimbangan dan persiapan yang matang.

5) Penjahat kesempatan atau situasional, yang melakukan kejahatan dengan menggunakan kesempatan-kesempatan kebetulan.

6) Penjahat karena dorongan impuls-impuls yang timbul seketika. Misalnya

berupa “perbuatan kortsluiting”, yang lepas dari pertimbangan akal, dan

lolos dari tapisan hati nurani.

7) Penjahat kebetulan, misalnya karena lupa diri, tidak disengaja, lalai, ceroboh, acuh tak acuh, sembrono, dan lain-lain.

34

d. Menurut objek hukum yang diserangnya, kejahatan terbagi dalam:

1) Kejahatan ekonomi: fraude, penggelapan, penyelundupan, perdagangan barang-barang terlarang (bahan narkotik, buku-buku dan bacaan pornografi, minuman, keras, dan lain-lain) penyogokan dan penyuapan untuk mendapatkan monopoli-monopoli tertentu, dan lain-lain.

2) Kejahatan politik dan pertahanan-keamanan, pelanggaran ketertiban umum, pengkhianatan, penjualan rahasia-rahasia negara pada agen-agen asing, berfungsi sebagai agen-agen subversi, pengacauan, kejahatan, terhadap martabat pemimpin-pemimpin negara, kolaborasi dengan musuh, dan lain-lain.

3) Kejahatan kesusilaan: pelanggaran seks, perkosaan dan fitnah.

4) Kejahatan terhadap jiwa orang dan harta benda Kartini Kartono (2003).

Berdasarkan uraian tersebut di atas, maka penulis menarik kesimpulan bahwa kriminalitas atau kejahatan adalah segala bentuk perbuatan yang melanggar undang-undang serta norma kesusilaan dengan cara apapun yang berakibat merugikan baik secara individu, ekonomi dan politik suatu tatanan masyarakat sehingga berakhir pada menebarnya kegelisahan dan hilangnya keseimbangan, ketentraman dan ketertiban masyarakat. Liputan kriminalitas seperti dikemukakan ditayangkan oleh beberapa stasiun Televisi, dalam acara buser, sergap, patroli, sidik, dan TKP ( tempat kejadian perstiwa ).

35 2.4 Tipe Kepribadian

Dokumen terkait