• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Logika Desain Pesan

Dalam dokumen LOGIKA DESAIN PESAN DAKWAH PADA KONTEN AKUN (Halaman 39-44)

BAB II : LANDASAN TEORI

A. Teori Logika Desain Pesan

Asal muasal kata ‘logika’ adalah logos, logike, logica, logique, dan logic. Dua kata pertama berasal dari bahasa Yunani. Yang pertama berarti kata, ide, akal. Yang kedua berarti senin berpikir. Tiga kata berikutnya berarti sama dengan kata kedua. Hanya saja, kata ketiga berasal dari bahasa Latin, kata keempat berasal dari bahasa Prancis, dan kata terakhir berasal dari bahasa Inggris.1

Teori ini masuk kedalam rumpun teori produksi pesan, yang merupakan sebuah proses pembentukan dan penyampaian makna interaksi sosial dan kultural merupakan dua konteks yang dapat memiliki pengaruh terhadap proses pembentukan pesan. Pada tahapan produksi pesan, terdapat pemaparan bagaimana proses penciptaan pesan seseorang dalam bentuk tulisan, ucapan, maupun ekspresi dari pemproduksi pesan. Pada ranah produksi pesan, definisi teori yang terdapat didalamnya Sebagian besar memaparkan proses encoding. Pemaparan yang ada memberikan pemahaman kepada pembaca terhadap proses prosuksi, seperti teori logika desain pesan (massage design logic).2

1 Zainul Maarif, Logika Komunikasi, (Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2015), h.3-4

2 Siti Chanifah, Skripsi : “Produksi Logika Desain Pesan pada Instagram

Teori logika desain pesan dikemukakan oleh Barbara O’Keefe pada tahun 1977. Barbara O’Keefe pada awalnya adalah seorang pendukung teori kontruktivisme, namun kemudian ia memperluas teorinya dengan memasukkan juga pandangan-pandangan yang terkait dengan bagaimana orang mendesain pesan. Tesis yang diajukannya menyatakan bahwa manusia berpikir secara berbeda mengenai bagaimana berkomunikasi dan membuat pesan, dan manusia menggunakan logika yang berbeda dalam memutuskan apa yang harus dikatakan kepada orang lain pada situasi tertentu. Dia menggunakan istilah teori logika desain pesan untuk menjelaskan bagaimana proses berpikir yang terjadi sehingga munculnya pesan.3

O’Keefe mengemukakan tiga logika dalam merancang pesan dari yang paling tidak terpusat pada orang (least centered) hingga yang sangat terpusat (most person-centered).4

1. Logika Ekspresif (expressive logic)

Memiliki premis dasar bahwa "bahasa adalah media untuk mengekspresikan pikiran dan perasaan”.5 Logika ekspresif ini adalah logika yang

pada Pemilik Akun Instagram Produksi Logika Desain Pesan oleh @_meizda dan @abdugp)” (Yogyakarta : UIN Sunan Kalijaga, 2019), h.15

3 Barbara O’Keefe, Variation, Adaptaion, and Functional Explanation,

Communication Mogograph 55, 1988

4 Barbara O’Keefe, Variation, Adaptaion, and Functional Explanation,

Communication Mogograph 55, 1988

5 Barbara O’Keefe, The Logic of Message Design: Individual Differences in

Reasoning about Communication. Communication Monographs, 55(1), 1988,

memandang komunikasi sebagai cara untuk berekspresi serta untuk menyatakan perasaan dan pikiran, dengan kata lain logika ekspresif ini lebih bersifat terbuka dan reaktif, dengan hanya memberikan sedikit perhatian pada kebutuhan dan keinginan orang lain. Dalam hal ini, logika ekspresif bersifat self-centered atau terpusat pada diri si pembicara, kebalikan dari person-centered atau terpusat pada lawan bicara sebagaimana yang dikenal dalam teori kontruktivisme. Contoh, Anda marah kepada seorang teman yang tidak mengembalikan buku yang dipinjam dari Anda.6

Tujuan dari logika ekspresif ini yaitu :

a. Untuk mengekspresikan keadaan mental pembicara saat ini secara penuh dan jujur. b. Untuk menyampaikan versi terdistorsi dari

kondisi mental pembicara melalui penyuntingan atau kebohongan. Karena keterus terangan ekstrim dari pesan ekspresif, pesan tersebut mungkin berisi beberapa aspek yang dapat dipandang sebagai negatif saat membahas keefektifan komunikatif, seperti konten yang tidak berguna (pengetahuan yang berlebihan tentang apa yang dirasakan atau diinginkan pembicara), redundansi (karena suatu pemikiran

6 Morissan, Teori Komunikasi Individu hingga Massa, (Jakarta : Kharisma Putra Utama, 2013), h.186

sedang didaur ulang), ancaman atau hinaan yang tidak terus-menerus (pengumuman hukuman sederhana), atau komentar yang tidak menyinggung tetapi tidak pantas (komentar pribadi gratis disampaikan secara tidak tepat).7

2. Logika Konvensional (conventional logic)

Memilki premis dasar bahwa "komunikasi adalah permainan yang dimainkan secara kooperatif, sesuai dengan aturan dan prosedur konvensional secara sosial.".8 Logika konvensional ini yaitu logika yang melihat komunikasi sebagai permainan yang harus dimainkan dengan mengikuti sejumlah prosedur. Disini komunikasi merupakan alat untuk mengekspresikan diri yang dilakukan menurut aturan dan norma yang diterima termasuk hak dan tanggung jawab masing-masing orang yang terlibat. Logika ini hanya bisa berjalan ketika anggota kelompok dalam berkomunikasi semuanya mengikuti aturan-aturan yang ada. Sealin itu, logika ini dinilai berhasil ketika terdapat reaksi antara anggota kelompoknya. Logika ini menganggap bahwa pesan yang diproses merupakan pesan yang berdasarkan pada aturan dan

7 Barbara O’Keefe, The Logic of Message Design: Individual Differences in

Reasoning about Communication. Communication Monographs, 55(1), 1988,

h.80

8 Barbara O’Keefe, The Logic of Message Design: Individual Differences in

Reasoning about Communication. Communication Monographs, 55(1), 1988,

norma yang berlaku, sehingga membangun tujuan dari logika konvensional ini menciptakan komunikasi yang sopan, pantas dan mengikuti aturan yang harus diketahui kelompoknya. Contoh, teman Anda hendak meminjam buku Anda, namun sebelumnya Anda memperingatkan dia untuk mengembalikannya dalam waktu tiga hari dan dia setuju.9

3. Logika Retorika (rhetorical logic)

Memiliki premis dasar bahwa "komunikasi adalah penciptaan dan negosiasi diri dan situasi sosial.".10 Logika retorika ini yaitu logika yang memandang komunikasi sebagai suatu cara untuk mengubah aturan melalui negoisasi. Berbeda dengan logika konvensional, yang mengatakan untuk mendesain pesan yang relevan dengan konteks yang diberikan, logika retorika berusaha untuk menciptakan konteks menggunakan pesan yang dirancang. Penciptaan konteks ini dilakukan dengan menggunakan koordinasi dan negosiasi. Untuk koordinasi, desain retoris berupaya berulang kali menyelesaikan masalah koordinasi guna mewujudkan realitas sosial. Untuk negosiasi, komunikasi beroperasi di bawah anggapan

9Barbara O’Keefe, The Logic of Message Design: Individual Differences in

Reasoning about Communication. Communication Monographs, 55(1), 1988,

h.80

10 Barbara O’Keefe, The Logic of Message Design: Individual Differences in

Reasoning about Communication. Communication Monographs, 55(1), 1988,

bahwa ia dapat "mengeksploitasi secara strategis" sebuah makna. Pesan logika retorika lebih bersifat proaktif daripada reaktif, jadi pesan tersebut dirancang untuk efek daripada sebagai tanggapan atas tindakan orang lain. Pesan retoris biasanya juga berisi "klausa dan frasa yang menguraikan dan kontekstualisasi yang memberikan definisi konteks yang eksplisit". 11

Pesan-pesan yang disusun dalam logika ini cenderung lembut, luwes, berwawasan dan terpusat kepada komunikannya.12 Pembicara yang menggunakan logika ini cenderung untuk membigkai ulang situasi yang dihadapi agar berbagai tujuan, termasuk persuasi dan kesopanan, dapat diintegrasikan dalam satu kesatuan yang bulat. Contoh, Anda menyarankan teman Anda secara sopan untuk meminjam buku yang sama di perpustakaan agar ia bisa mengembalikan buku Anda yang dipinjamnya.13

Dalam dokumen LOGIKA DESAIN PESAN DAKWAH PADA KONTEN AKUN (Halaman 39-44)

Dokumen terkait