• Tidak ada hasil yang ditemukan

Teori Maternal Role Attainment Becoming A Mother p ada Ibu Postpartum dengan HIV AIDS

Masa menjadi ibu merupakan peristiwa besar dalam hidup. Menjadi seorang ibu, melibatkan peralihan dari realitas yang dikenal ke realitas baru. Untuk mencapai tujuan tersebut maka seyogyanya seorang ibu memahami tahapan-tahapan yang harus dilalui seperti restrukturisasi tujuan, perilaku dan tanggung jawab untuk mencapai konsepsi baru dan identitas itu sendiri (Mercer (2004) dalam Henriques, Botelho, & Catarino, 2015).

Berbagai upaya dilakukan untuk membantu proses adaptasi ibu dengan realitas yang baru untuk mempertahankan integritas diri sebagai seorang ibu. Penyesuaian ini dapat bersifat fluktuatif tergantung pada kondisi pribadi ibu, kepercayaan dan perilaku budaya, kondisi ekonomi, persiapan, perkembangan

pengetahuan dan keterampilan seperti dukungan dan sumber daya komunitas (Henriques, Botelho, & Catarino, 2015).

Pengalaman menjadi seorang ibu dapat bersifat sangat signifikan terutama pada masa-masa senang dan proses yang dialami pada masa susah. Menjadi seorang ibu bagi perempuan dengan HIV-AIDS merupakan unsur normalitas penerimaan sosial dan identitas dalam masyarakat sekaligus sebagai mekanisme koping yang membantu mengatasi penyakit mereka sebagai sumber komitmen, kasih sayang dan pemenuhan peran (Ciambrone (2003) dalam Hinks, 2010). Bagi ibu dengan HIV-AIDS dalam proses transisi ke peran ibu, proses pengaturan pengalaman adaptasi dan transisi, dimana perspektif masa lalu, masa sekarang, dan masa yang akan datang bertemu peran ibu sebagai karakteristik individu setiap wanita (self-esteem, integritas pribadi dan kepercayaan diri).

Kebanyakan wanita menganggap melahirkan dan masa transisi sebagai hal yang menggembirakan, terlepas dari ras, latar belakang pendidikan atau status sosial (Hoban & Liamputtong, 2013). Proses perkembangan dan interaksi yang terjadi selama masa ini, di mana ibu menjadi terikat pada bayinya mengakuisisi kompetensi dalam tugas-tugas perawatan yang terlibat dalam peran, dan mengekspresikan kesenangan dan kepuasan dalam perannya. transisi pada keadaan pribadi dimana sensasi pengalaman ibu terkait harmonisasi, kepercayaan diri, dan kemampuan dalam menampilkan peran adalah point akhir pencapaian peran ibu (Krishna, 2014).

Pencapaian peran ibu ini perlu mendapat perhatian terlebih pada ibu dengan HIV-AIDS. Hal ini terkait perawatan yang ibu terima selama fase kehamilan, fase persalinan, dan fase sesudah persalinan. Untuk meminimalkan penularan dari ibu kepada bayinya, pemilihan metode persalinan secara caesarea merupakan pilihan terbaik saat ini. Ibu yang telah mengalami persalinan caesarea, mempunyai kebutuhan perawatan postpartum yang sama dengan ibu yang melahirkan pervaginam (Ladewig et al., 2005).

Periode postpartum juga dikenal sebagai trimester keempat, periode ini sama pentingnya dengan setiap fase persalinan. Oleh karena itu diperlukan perhatian khususnya para praktisi kesehatan dalam melakukan perawatan pada ibu yang baru bersalin sedemikian rupa sehingga dapat mengembalikan kekuatan, kekencangan otot, vitalitas dan kesehatan ibu secara keseluruhan (Grant, 2011).

Periode postpartum adalah fase yang sangat istimewa dalam kehidupan seorang ibu yang baru melahirkan dan bayi yang baru lahir, bagi wanita yang mengalami persalinan untuk pertama kalinya, kemungkinan besar adalah peristiwa yang paling signifikan dan mengubah hidup. Hal ini penuh dengan gejolak emosi, perubahan fisik, hubungan baru dan berubah, asumsi dan penyesuaian ke dalam peran baru ibu (WHO, 2010).

Perawatan postpartum meliputi perawatan diri ibu dan perawatan bayi baru lahir. Perawatan diri ibu terdiri dari perawatan luka, nutrisi, ambulasi dini, perawatan perineum, perawatan payudara, miksi, defekasi, penggunaan kontrasepsi. Perawatan bayi baru lahir meliputi memandikan bayi, perawatan tali pusar, makanan, imunisasi, mengganti popok, perawatan alat kelamin, dan

perawatan mata, hidung serta telinga bayi (NICE, 2011). Perawatan postpartum bila dilakukan dengan benar, dapat menghindarkan ibu dengan HIV-AIDS dari komplikasi yang tidak diinginkan seperti perdarahan, infeksi luka, penurunan daya tahan tubuh, dan lain-lain yang tentunya dapat meningkatkan produktivitas ibu dalam melakukan perawatan diri dan bayinya.

Pada masa postpartum, ibu mungkin mengalami depresi dimana ibu memiliki persepsi negatif tentang bayinya, diri mereka sebagai ibu, dan kemam puan mereka untuk memberikan perawatan yang tepat untuk bayinya pada dua sampai tiga bulan setelah kelahiran (Fowles, 1998). Sejalan dengan penelitian kualitatif yang dilakukan oleh Andrea, Wardrop, dan Popadiuk (2013) tentang pengalaman hidup ibu postpartum yang mengalami kecemasan, didapatkan data bahwa sebahagian partisipan menyatakan bahwa mereka tidak tahu bagaimana mengurus diri sendiri dan terlibat dalam perawatan diri selama periode postpartum awal. Mayoritas partisipan menyatakan pentingnya ibu menjelajahi transisi menjadi seorang ibu dengan belajar untuk merawat diri mereka sendiri, dan sebahagian partisipan menekankan perlunya mempercayai bahwa mereka layak mendapatkan perawatan diri. Ada perasaan bahwa perawatan diri perlu dinegosiasikan sekitar kebutuhan lebih tinggi untuk memprioritaskan kebutuhan bayi, dan bahwa banyak ibu baru tidak benar-benar tahu cara terbaik untuk mengurus diri sendiri dalam konteks yang baru ini. Kurangnya kemampuan memungkinkan adanya waktu dan istirahat untuk diri mereka sendiri meningkatkan perasaan cemas pada ibu baru ini.

Pada masa ini, ibu memerlukan dukungan dari lingkungan termasuk keluarga, terutama pada masa postpartum melalui pengawasan ekstra terkait komplikasi yang mungkin terjadi seperti perdarahan ataupun infeksi luka terkait penyakit-penyakit infeksi yang berisiko tinggi. Oleh karena itu, perlunya pengawasan dan monitoring yang ketat pada ibu postpartum, khususnya ibu pengidap HIV-AIDS yang menjalani bedah caesarea. Keberhasilan dalam melakukan perawatan mandiri sangat tergantung pada tingkat maturitas, tingkat pengetahuan, pengalaman hidup, kebiasaan dan keadaan kesehatan mental (Orem (2001) dalam Aisyah, 2010). Perawatan mandiri selama masa postpartum sangat diperlukan ibu untuk mencapai kesehatan yang optimal dan berkaitan dengan perannya sebagai ibu.

Pencapaian peran ibu (Maternal role attainment) menurut Mercer (1985) adalah sebagai kompetensi wanita dalam perannya menjadi ibu, integrasi perannya dengan peran lain dalam hidupnya, dan rasa kenyamanannya dalam asumsi identitas ibu. Suatu proses dimana ibu mencapai kemampuan dalam peran ibu dan area yang penting bagi tenaga kesehatan yang bekerja dengan ibu selama tahun pertama masa postpartum seperti sulitnya memenuhi peran ibu telah terbukti dapat berdampak bagi anak (Mercer, 1990).

Pencapaian peran ibu (Maternal role attainment) terdiri dari empat tahapan yang diadaptasi dari Thorton dan Nardi (1975) terdiri dari tahap antisipatori, tahap formal (role-taking), tahap informal (role-making), and tahap personal (role identity) (Meighan dalam Alligood, 2014).

Tahap antisipatif terkait erat dengan tahap operasional kognitif dan fantasi Rubin termasuk penerimaan ibu terhadap janin sebagai individu yang terpisah dan fantasi tentang bayi yang baru lahir. Definisi Mercer pada tahap antisipatif termasuk penyesuaian sosial dan psikologis awal kehamilan. Harapan dari peran ibu selama tahap ini adalah dengan mencari informasi dari orang lain dalam hal peran dan dengan memvisualisasikan diri sendiri dalam peran tersebut. Formal (role-taking) adalah suatu tahapan setelah kelahiran bayi dimana perilaku seorang ibu dipelajari dan direplikasi sehingga profesionalitas diri dan orang lain dalam lingkungan sosial wanita sering menjadi panduan pada tahap ini.

Tahap informal (role-making) dimulai sebagai struktur dimana peran wanita sebagai ibu untuk menyesuaikan dirinya berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan masa depan. Pada tahap ini, ibu mempelajari isyarat bayi dan mengembangkan gaya uniknya sebagai seorang ibu. Dan tahap akhir adalah tahap personal (role identity) dimana ibu mengintegrasikan perannya kedalam sistem dirinya. Peran diinternalisasi, dan memandang dirinya sebagai seorang ibu yang kompeten (Mercer (1981) dalam Alligood, 2014).

Asumsi dasar teori Mercer terkait teori ini meliputi konsep keperawatan, individu, kesehatan dan lingkungan. Dalam konsep keperawatan, Mercer (1995) menyatakan, keperawatan adalah profesi kesehatan yang memiliki interaksi yang panjang yang sering melibatkan perempuan dalam siklus maternitas. Perawat bertanggung jawab dalam promosi kesehatan terhadap keluarga dan anak. Mercer mengatakan bahwa perawat merupakan pioner dalam pengembangan dan strategi pengkajian pada pasien-pasien ibu dan anak. Definisi menurut Mercer

menunjukkan komunikasi personal bahwa keperawatan adalah profesi yang dinamis dengan berfokus pada promosi kesehatan dan pencegahan penyakit, pelaksanaan perawatan bagi mereka yang membutuhkan tenaga profesional untuk mencapai fungsi kesehatan pada tingkat yang optimal, dan penelitian untuk melakukan perubahan, ilmu pengetahuan berdasarkan kepada asuhan keperawatan yang terbaik (Nugroho, 2014).

Dalam memberikan asuhan keperawan kepada individu, keluarga dan komunitas. Perawat perlu melakukan pengkajian situasi dan lingkungan klien, mengidentifikasi tujuan bersama klien, memberikan bantuan kepada klien melalui pembelajaran, dukungan, melaksanakan perawatan klien yang tidak dapat melakukan perawatan sendiri dalam konteks lingkungan klien. Dalam tulisannya Mercer (1995) mengatakan pentingnya asuhan keperawatan. Walaupun ia tidak menyebutkan secara spesifik dalam bukunya ‘Becoming a Mother: Research on Maternal from Rubbin to The Present’. Mercer menekankan bahwa ketiga bantuan atau perawatan yang diterima bagi seorang wanita selama kehamilan dan tahun pertama kelahiran dapat memberikan dampak yang penjang terhadap ibu dan bayinya. Perawat dalam tatanan keperawatan ibu dan anak memegang peranan yang luas di dalam melaksanakan asuhan keperawatan dan memberikan informasi selama periode tersebut (Mercer (2004) dalam Alligood & Tommey, 2014).

Dalam konsep individu atau personal, Mercer (1985) tidak mendefinisikan secara spesifik tentang individu tetapi berfokus pada diri sendiri. Mercer memandang bahwa diri sendiri merupakan bagian terpisah dari peran yang

dilaksanakannya. Peran ibu merupakan bagian dari perjalanan hidup manusia yang berfokus pada interaksi bayi dan ayah yang saling mempengaruhi antara satu dan yang lain. Inti pada diri sendiri berasal dari konteks budaya sesuai dengan pemahaman terhadap lingkungan dan pengembangannya. Konsep harga diri dan percaya diri merupakan hal penting dalam melaksanakan peran setiap orang yang merupakan anggota keluarga untuk saling berinteraksi dan mempengaruhi satu sama lain (Mercer,1995).

Konsep kesehatan dalam teori Mercer mendefenisikan status kesehatan sebagaimana persepsi orangtua mengenai kesehatan masa lalu, saat ini dan masa yang akan datang, resisten terhadap kemungkinan timbulnya penyakit, cemas akan kesehatan, orientasi terhadap pemulihan penyakit. Status kesehatan bayi baru lahir tergantung kepada penyakit yang menyertai bayi sejak lahir dan melalui suatu rentang perawatan kesehatan seluruhnya yang dipengaruhi oleh cara perawatan yang dilakukan keluarga Status kesehatan keluarga mempunyai dampak negatif terhadap stress antepartum. Kesehatan juga di pandang sebagai hasil yang dipengaruhi oleh variabel ibu dan anak. Mercer menekankan pentingnya perawatan kesehatan selama proses persalinan dan masa saat kanak-kanak seorang anak (Alligood, 2014).

Konsep lingkungan dalam teori Mercer berasal dari definisi Bronfrenbrenner yaitu dari lingkungan ekologi dan didasarkan dalam model pertamanya (Skema 2.2) yang menjelaskan tentang interaksi ekologi lingkungan dimana peran ibu berkembang tidak dapat dipisahkan dari faktor lingkungan, ada suatu akomodasi mutualisme antara perkembangan seseorang dan perubahan

properti tatanan di sekitarnya, hubungan antara tatanan, dan konteks yang terbesar dimana tatanan dilaksanakan. Stress dan dukungan lingkungan sosial mempengaruhi peran ibu dan pola pengasuhan serta peran pengembangan anak.

Skema 2.2. Model maternal role attainment Ramona T. Mercer

Mercer (1995) memperluas konsep-konsep sebelumnya dan menekankan pentingnya peran ayah atau hal lainnya secara signifikan. Menurut Mercer (2000) ayah memberikan kontribusi dalam proses pencapaian peran ibu dengan cara yang tidak dapat diduplikasi oleh orang lain yang memberikan dukungan. Dalam konsep pencapaian peran ibu (Maternal role attainment), Mercer menggunakan pendekatan sistem secara umum yang sinkron dengan model Bronfenbrenner (1979) yang dikenal dengan lingkaran sarang burung yang meliputi sekumpulan siklus mikrosistem, mesosistem dan makrosistem dimana pada mikrosistem ibu, yang paling berpengaruh pada pencapaian peran ibu termasuk ibu, bayinya,

pasangannya, dan hubungan intim di dalam keluarganya (Mercer, 2000). sebagai pusat interaksi lingkungan hidup. Varibel di dalam lingkungan keluarga dan teman meliputi dukungan sosial, nilai keluarga, penuntun budaya bagi pengasuhan, fungsi keluarga, dan stressor. Lingkungan komunitas meliputi perawatan sehari-hari, tempat ibadah, sekolah, tatanan kerja, rumah sakit, fasilitas rekreasi, dan pusat kebudayaan. Dampak dari pengaruh lingkungan sosial yang besar berupa: peraturan perundang-undangan terhadap wanita dan anak-anak, pengembangan ilmu pengetahuan neonatal dan reproduksi, konsistensi transmisi budaya, program nasionaal perawatan kesehatan (Alligood, 2014).

Skema 2.3. Pencapaian peran ibu ‘becoming a mother’

Amicrosystem within the evolving model of maternal role attainment. (From Mercer, R. T. [1995]. Becoming a mother. New York: Springer.)

Mikrosistem adalah suatu lingkungan dimana tempat berlangsungnya peran pengasuhan ibu yang meliputi faktor-faktor seperti fungsi keluarga, hubungan ibu dan ayah, lingkungan sosial, status ekonomi, nilai keluarga dan stressor. Variabel ini meliputi lingkungan dimana terjadi satu atau lebih dari satu

individu yang menyatu dengan sistem keluarga. Keluarga dipandang sebagai suatu sistem semi tertutup yang terbatas dan merupakan suatu kontrol terhadap sitem keluarga dan sistem sosial. Mikrosistem sangat berpengaruh terhadap peran pengasuhan seorang ibu. Pada tahun 1995, Mercer mengembangkan konsep dan modelnya yang paling awal dengan menekankan pada pentingnya peran pengasuhan seorang ayah. Mercer menyatakan bahwa seorang ayah akan membantu mengurangi ketegangan yang terjadi diantara ibu dan ayah. Peran pengasuhan seorang ibu dicapai melalui interaksi ayah, ibu dan bayi. Lapisan a sampai d (Skema 2.3) merepresentasikan tahap peran pengasuhan seorang ibu yang dimulai dari antisipasi terhadap peran individu dan tahap pertumbuhan serta perkembangan bayi. Pencapaian peran ibu dalam lingkup mikrosistem dicapai melalui adanya interaksi antara bayi, ayah, dan ibu (Alligood, 2014).

Mesosistem meliputi, mempengaruhi dan berinteraksi dengan individu di mikrosistem. Interaksi mesosistem mempengaruhi apa yang terjadi terhadap berkembangnya peran ibu dan anak. Mesosistem mencakup perawatan sehari-hari, sekolah, tempat kerja, tempat ibadah dan lingkungan yang umum berada dalam masyarakat. Sedangkan makrosistem merujuk kepada tumbuhnya suatu contoh atau model yang berasal dari suatu budaya tertentu melalui transisi kebudayaan yang konsisten. Makrosistem meliputi pengaruh sosial, politik, budaya dari kedua sistem. Lingkungan perawatan kesehatan dan kebijakan sistem pelayanan kesehatan terbaru yang berdampak pada peran pengasuhan ibu (Nugroho, 2014).

Mercer (2004) membangun teori sebagai proses penelitian yang berkelanjutan yang memberikan bukti yang dapat menjelaskan konsep. Pada tahun 2003, Mercer mulai menguji teori peran pengasuhan ibu “Maternal Role Attainment” dan merevisi istilahnya menjadi “Becoming a Mother” yang lebih memberikan suatu proses refleksi yang akurasi berdasarkan pada penelitian terbaru. Mercer dan Walker (2006) menyajikan penjelasan yang rinci terkait faktor-faktor lingkungan yang saling berinteraksi yang mempengaruhi proses menjadi seorang ibu (Skema 2.4)

Skema 2.4. Revisi konsep maternal role attainment – Becoming a mother

Interacting environments that affect the process of becoming a mother. (From Mercer, R. T., & Walker, L. O. [2006]. A review of nursing interventions to foster becoming a mother. Journal of

Lingkungan memiliki potensi untuk mempengaruhi proses positif atau negatif dan karena itu merupakan pertimbangan penting dalam melaksanakan praktek keperawatan dan penelitian. Mercer (1995) menggambarkan identitas peran sebagai suatu yang memiliki komponen internal dan komponen eksternal. Identitas adalah pandangan internal perempuan tentang dirinya sendiri sebagai seorang ibu. dan peran adalah komponen perilaku eksternal.

Hasil penelitian kualitatif telah mengidentifikasi tahapan dari peran pengaruh dengan menggunakan istilah penelitian partisipasi. Suatu perbandingan dari hasil penelitian ini telah menuntun Mercer (2004) mengajukan perubahan nama tahapan mengacu pada identifikasi peran pengasuhan seorang ibu, yaitu: memiliki komitmen dan persiapan kehamilan, menerima kehamilan, melaksanakan peran, dan sehat secara fisik selama dua minggu pertama kehamilan, kondisi ibu dalan keadaan normal selama minggu pertama sampai keempat kehamilan, dan telah teridentifikasi menjadi seorang ibu (Nugroho, 2014).

Tahapan ini sejajar dengan tahapan pada teori asli Mercer, tetapi pengalaman seorang ibu lebih kompleks dan menggunakan istilah yang diambil dari pernyataan seorang ibu berdasarkan pada pengalamnya. Interaksi lingkungan yang mempengaruhi proses becoming a mother meliputi banyak faktor seperi pengetahuan dan keterampilan ibu, dukungan keluarga dan sosial, ketersediaan fasilitas dan pelayanan kesehatan bagi ibu, sumber daya komunitas yang tersedia, dan lainnya dimana lingkungan sosial yang lebih luas lagi mencakup aspek sosial, budaya , politik yang secara langsung dapat mempengaruhi pencapaian peran ibu pada keluarga yang baru. Kelahiran bayi adalah periode transisi, sebutan untuk

perayaan sosial di banyak masyarakat dan budaya, hal ini membawa penyesuaian tanggung jawab budaya, banyak faktor yang mempengaruhi masa transisi ibu dari kelahiran anak hingga membesarkan anak. beberapa di antaranya: agama, sistem kekerabatan, ekonomi, interaksi komunikasi dan teknologi medis. Namun di beberapa masyarakat ada variasi antara perawatan tradisional dan modern, sementara beberapa masyarakat menggabungkan kedua bentuk perawatan. Hal ini patut dicatat untuk diingat bahwa beberapa praktek-praktek tradisional atau budaya diuntungkan dengan adanya ibu baru dan bayi yang baru lahir (Raven, Chen, Tolhurst & Garner (2007) dalam Ujodi, 2014).

Pencapaian peran ibu pada teori Mercer tidak terlepas dari berbagai aspek seperti individu, kesehatan, keperawatan, dan lingkungan dalam berbagai tahapan antisipatori, formal, informal, dan personal yang meliputi siklus mikrosistem yaitu lingkungan dimana peran pengasuhan ibu terjadi yang meliputi faktor- faktor seperti fungsi keluarga, hubungan ibu dan ayah, lingkungan sosial, status ekonomi, nilai keluarga dan stressor. Interaksi mesosistem mempengaruhi apa yang terjadi terhadap berkembangnya peran ibu dan anak dan siklus makrosistem meliputi pengaruh sosial, politik, budaya dari kedua sistem. Pencapaian peran ibu maternal role attainment and becoming a mother dapat dilihat pada tabel perbandingan dibawah ini.

Tabel 2.1.Perbandingan Tahapan Maternal Role Attainment &Becoming a Mother Maternal Role Attainment Becoming a Mother

Komitmen dan persiapan kehamilan (Tahap Anticipatory)

Tahap ini dimulai selama kehamilan dan termasuk penyesuaian sosial dan psikologis selama kehamilan. Harapan dari peran ibu dieksplorasi. Ibu mencari infor masi dari orang lain dalam peran dan memvisua lisasikan dirinya sebagai seorang ibu.

Perkenalan, praktek, dan pemulihan fisik

dua minggu pertama (Tahap Formal)

Tahap ini dimulai dengan kelahiran bayi dan termasuk pemulihan dari persalinan. Pada tahap role-taking, ibu belajar dari orang lain terkait peran atau dari profesional serta mengalami replikasi perilaku mereka. ibu memperoleh kompetensi melalui praktek Mendekati proses normal

2 minggu ke 4 bulan (Tahap Informal)

Tahap ini dimulai sebagai struktur wanita dimana peran ibu disesuaikan dengan dirinya sendiri berdasarkan pengalaman masa lalu dan tujuan masa depan. ibu belajar isyarat bayi dan mengembangkan gaya keibuan yang uniknya sendiri. Mercer (2004) menjelaskan sebagai "settling in" dan menjadi keluarga baru

Integrasi identitas ibu 4 bulan dan seterusnya (Tahap Personal)

Tahap ini dimulai saat ibu mengintegrasi kan menjadi ibu ke dalam sistem dirinya, menginternalisasi peran, dan memandang dirinya sebagai ibu yang kompeten

Dokumen terkait