• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perilaku

2.2.3. Teori Motivasi Menurut Para Ahli

Teori motivasi merupakan teori-teori yang membicarakan bagaimana motivasi manusia dalam melaksanakan pekerjaan dan mencapai tujuan, yang dipengaruhi oleh berbagai faktor pembentuk terciptanya motivasi. Menurut Herzberg dalam Hasibuan (2005) mengemukakan teori motivasi berdasar teori dua faktor yaitu faktor higiene dan motivator. Orang dalam melaksanakan pekerjaannya dipengaruhi oleh dua faktor yang merupakan kebutuhan, yaitu:

a. Maintenance Factors adalah faktor-faktor pemeliharaan yang berhubungan dengan hakikat manusia yang ingin memperoleh ketentraman badaniah. Kebutuhan kesehatan ini merupakan kebutuhan yang berlangsung terus-menerus, karena kebutuhan ini akan kembali pada titik nol setelah dipenuhi.

b. Motivation Factors adalah faktor motivator yang menyangkut kebutuhan psikologis seseorang yaitu perasaan sempurna dalam melakukan pekerjaan. Faktor motivasi ini berhubungan dengan penghargaan terhadap pribadi yang berkaitan langsung dengan pekerjaan.

Teori Herzberg ini melihat ada dua faktor yang mendorong seseorang termotivasi yaitu faktor intrinsik yaitu daya dorong yang timbul dari dalam diri masing-masing orang, dan faktor ekstrinsik yaitu daya dorong yang datang dari luar

diri seseorang, terutama dari organisasi tempatnya bekerja. Faktor ekstinsiktidak akan mendorong minat seseorang untuk berforma baik, akan tetapi jika faktor-faktor ini dianggap tidak dapat memuaskan dalam berbagai hal seperti gaji tidak memadai, kondisi kerja tidak menyenangkan, faktor-faktor itu dapat menjadi sumber ketidakpuasan potensial. Sedangkan faktor intrinsik merupakan faktor yang mendorong semangat guna mencapai kinerja yang lebih tinggi. Jadi pemuasan terhadap kebutuhan tingkat tinggi (faktor motivasi) lebih memungkinkan seseorang untuk berforma tinggi daripada pemuasan kebutuhan lebih rendah (hygienis) (Leidecker & Hall dalam Timpe, 1999)

Teori motivasi menurut Gibson (1997), secara umum mengacu pada 2 (dua) kategori :

a. Teori kepuasan (Content Theory), yang memusatkan perhatian kepada faktor dalam diri orang yang menguatkan (energize), mengarahkan (direct), mendukung (sustain) dan menghentikan (stop) perilaku seseorang.

b. Teori proses (Process Theory), menguraikan dan menganalisa bagaimana perilaku itu dikuatkan, diarahkan, didukung dan dihentikan.

Gibson (1997), mengelompokkan teori motivasi sebagai berikut: a. Teori kepuasan terdiri dari:

1) Teori Hirarki kebutuhan dari Abraham Maslow 2) Teori Dua Faktor dari Frederick Herzberg

3) Teori ERG (Existence, Relatedness, Growth) dari Alderfer 4) Teori prestasi dari McClelland.

b. Teori Proses terdiri dari: 1) Teori harapan

2) Teori pembentukan perilaku 3) Teori keadaan.

Menurut Maslow (Ginson, 1997) motivasi merupakan hirerarki kebutuhan yang terdiri dari lima tingkatan: (1) kebutuhan mempertahankan hidup (physiological needs), (2) kebutuhan rasa aman (safety needs), (3) kebutuhan social (social needs), (4) kebutuhan akan penghargaan/prestasi (esteem needs), dan (5) kebutuhan untuk mempertinggi kapasitas kerja (self actualisation needs).

Herzberg dalam Gibson (1997) mengklasifikasikan motivasi terdiri atas: motivasi intrinsik dan motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi yang berfungsi tanpa rangsangan dari luar, karena timbul dalam diri individu tersebut, sudah ada dorongan untuk melakukan tindakan, yang meliputi: prestasi yang diraih, pengakuan orang lain, tanggung jawab, peluang untuk maju, kepuasan kerja itu sendiri. Motivasi ekstrinsik yaitu motivasi yang berfungsinya karena disebabkan oleh adanya faktor pendorong dari luar dari individu yang meliputi: kompensasi, keamanan dan keselamatan kerja, kondisi kerja, prosedur kerja, mutu supervisi teknis serta hubungan interpersonal.

2.2.4. Faktor-faktor Pendorong Motivasi Internal a. Kemauan

Makmur (2008), menyatakan human motivation (kemauan manusia) adalah kekuatan psikis dalam diri manusia. Dengan motivasi tersebut manusia meraih apa

yang diinginkannya. Bila kemauan ini hilang, manusia akan melesak ke bawah, yang tersebut tergelincir. Sebaliknya bila kemauan itu timbul manusia akan melejit ke atas, yang disebut menyongsong. Sementara itu Sastrohadiwiryo (2003) yang mengutip Sagir 1985, mengemukakan juga bahwa unsur-unsur penggerak motivasi antara lain adalah: kinerja, penghargaan, tantangan, tanggung jawab, pengembangan, keterlibatan dan kesempatan.

Kemauan (motivasi) berkaitan dengan kebutuhan. Kita sebagai manusia selalu mempunyai kebutuhan yang diupayakan untuk dipenuhi. Untuk mencapai keadaan termotivasi, kita harus mempunyai tindakan tertentu, dengan demikian kebutuhan seseoranglah yang akan menjadi dasar untuk melakukan tindakan (Makmur, 2008). Kemauan merupakan kunci utama untuk tumbuh dan berkembangnya partisipasi masyarakat (juru pemantau jentik). Sebab, kesempatan dan kemampuan yang cukup belum merupakan jaminan bagi tumbuh dan berkembangnya partisipasi juru pemantau jentik, jika mereka sendiri tidak memiliki kemauan untuk turut membangun (Mardikanto, 2003).

Kemauan atau motivasi dapat diartikan sebagai keadaan kejiwaan dan sikap mental manusia yang memberikan energi, mendorong kegiatan atau menggerakkan dan mengarah atau menyalurkan perilaku ke arah mencapai kebutuhan yang memberi kepuasan atau mengurangi ketidakseimbangan (Sastrohadiwiryo, 2003). Kemauan adalah daya pendorong yang mengakibatkan seseorang anggota organisasi mau dan rela untuk mengerahkan kemampuan dalam bentuk keahlian atau keterampilan tenaga dan waktunya untuk menyelenggarakan berbagai kegiatan yang menjadi tanggung

jawabnya dan menunaikan kewajibannya, dalam rangka pencapaian tujuan dan berbagai sasaran organisasi yang telah ditentukan sebelumnya (Siagian, 2006).

b. Kemampuan

Menurut Robbins dalam Makmur (2008), kemampuan suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalam suatu pekerjaan. Seluruh kemampuan seseorang pada hakikatnya tersusun dari dua perangkat faktor, kemampuan intelektual dan kemampuan fisik. Kemampuan intelektual adalah kemampauan yang diperlukan untuk melakukan kegiatan mental, sedangkan kemampuan fisik adalah kemampuan yang diperlukan untuk melakukan tugas-tugas yang menuntut stamina, kecekatan, kekuatan dan keterampilan serupa. Dengan meningkatnya kemampuan masyarakat (juru pemantau jentik) baik secara intelektual dan fisik, akan memberikan kontribusi secara maksimal terhadap penyelenggaraan program pemberantasan penyakit DBD. Kesediaan seseorang untuk berpartisipasi merupakan tanda adanya kemampuannya untuk berkembang secara mandiri.

Tilaar dalam Makmur (2008), mengungkapkan bahwa suatu masyarakat yang berpartisipasi adalah masyaraakat yang mengetahui potensi dan kemampunannya termasuk hambatan-hambatan karena keterbatasannya. Masyarakat yang mampu berdiri sendiri adalah masyarakat yang mengetahui arah hidup dan perkembangannya termasuk kemampunnya untuk berkomunikasi dan bekerja sama dengan masyarakat lainnya, bahkan pada tingkat nasional, regional dan internasional.

Mardikanto (2009), menyatakan, kemampuan masyarakat untuk berpartisipasi merupakan:

1) Kemampuan untuk menemukan dan memahami kesempatan-kesempatan untuk membangun, atau pengetahuan tentang peluang untuk membangun (memperbaiki mutu hidupnya).

2) Kemampuan untuk melaksanakan pembangunan yang dipengaruhi oleh pendidikan, pengetahuan dan keterampilan yang dimiliki.

3) Kemampuan untuk memecahkan masalah yang dihadapi dengan menggunakan sumberdaya dan kesempatan (peluang) lain yang tersedia secara optimal.

2.2.5. Faktor-faktor Pendorong Motivasi Eksternal

Dokumen terkait