• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA 2.1.Perilaku

2.3.3. Pemeriksaan Jentik oleh Jumantik

2.3.3.2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus dilakukannya pemeriksaan jentik oleh para jumantik di wilayah kerja masing-masing adalah (Depkes RI, 2008):

a. Untuk mengetahui kepadatan jentik nyamuk penular DBD secara berkala dan terus menerus sebagai indikator keberhasilan PSN DBD dalam masyarakat.

b. Untuk memotivasi masyarakat dalam memperhatikan tempat-tempat yang potensial untuk perkembang biakan nyamuk penular DBD.

c. Untuk meningkatkan peran serta masyarakat dalam PSN DBD. 2.3.3.3. Pelaksanaan Pemeriksaan Jentik

Pemantauan jentik dilakukan dengan cara memeriksa tempat penampungan air dan kontainer yang dapat menjadi habitat perkembangbiakan nyamuk Aedes sp. di dalam dan di luar rumah untuk mengetahui ada tidaknya jentik. Jika pada penglihatan

pertama tidak menemukan jentik, tunggu kita-kira ½-1 menit untuk memastikan bahwa benar-benar tidak ada jentik. Gunakan senter untuk memeriksa jentik di tempat gelap atau di air keruh. Selanjutnya metode pemantauan jentik yang biasa dilakukan dalam program DBD adalah cara visual yaitu dilakukan dengan melihat ada atau tidaknya jentik di setiap tempat genangan air tanpa mengambil jentiknya (Kemenkes, 2012).

Menurut Taviv (2010) pelaksanaan kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) merupakan kegiatan yang paling berpengaruh terhadap keberadaan jentik nyamuk di tempat penampungan air karena berhubungan secara langsung. Jika seseorang melakukan praktik PSN dengan benar, maka keberadaan jentik nyamuk di tempat penampungan air dapat berkurang bahkan hilang.

Adapun cara-cara pemeriksaan jentik oleh Jumantik menurut Depkes RI (2008) yaitu:

a. Periksalah bak mandi/WC, tempayan, drum dan tempat-tempat penampungan air lainnya.

b. Jika tidak tampak, tunggu ± 0,5–1 menit, jika ada jentik ia akan muncul ke permukaan air untuk bernapas.

c. Periksa juga vas bunga, tempat minum burung, kaleng-kaleng, plastik, ban bekas, dan lain-lain.

Tempat-tempat lain yang perlu diperiksa oleh Jumantik antara lain talang/saluran air yang rusak/tidak lancar, lubang-lubang pada potongan bambu, pohon, dan tempat-tempat lain yang memungkinkan air tergenang seperti di rumah-rumah

kosong, pemakaman, dan lain-lain. Jentik-jentik yang ditemukan di tempat-tempat penampungan air yang tidak beralaskan tanah (bak mandi/WC, drum, tempayan dan sampah-sampah/barang-barang bekas yang dapat menampung air hujan) dapat dipastikan bahwa jentik tersebut adalah nyamuk Aedes aegypti

penular DBD. Jentik-jentik yang terdapat di got/comberan/selokan bukan jentik nyamuk Aedes aegypti.

Selanjutnya cara mencatat dan melaporkan hasil pemeriksaan jentik adalah sebagai berikut:

a. Tuliskan nama desa/kelurahan yang akan dilakukan pemeriksaan jentik.

b. Tuliskan nama keluarga/pengelola (petugas kebersihan) bangunan dan alamatnya pada kolom yang tersedia.

c. Bila ditemukan jentik tulislah tanda (+), dan apabila tidak ditemukan tulislah (-) di kolom yang tersedia pada formulir JPJ 1.

d. Tulislah hal-hal yang perlu diterangkan pada kolom keterangan seperti rumah/kavling kosong, penampungan air hujan, dan lain-lain.

e. Satu lembar formulir diisi untuk kurang lebih 30 KK.

f. Melaporkan hasil pemeriksaan jentik (ABJ) ke puskesmas sebulan sekali. 2.4. Angka Bebas Jentik (ABJ) Aedes Aegypti

Pemberantasan jentik Aedes aegypti yang merupakan bagian dari Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) dapat dilakukan dengan cara kimia, biologi dan fisik. Secara kimia pemberantasan jentik dapat dilakukan dengan insektisida

(larvasida) ini dikenal dengan abatisasi. Secara biologi dilakukan dengan memelihara ikan pemakan jentik seperti ikan kepala timah dan ikan gupi (Soegeng, 2004).

Pengamatan nyamuk sangat diperlukan untuk mengetahui keadaan nyamuk dan menyusun program pengendalian maupun untuk mengevaluasi keberhasilan dari program tersebut. Pengamatan Aedes aegypti diasa dikenal dengan nama survei Aedes aegypti, yaitu: penyelidikan-penyelidikan terhadap kehidupan nyamuk termasuk kepadatan populasinya (Depkes RI, 2008).

Untuk mengetahui keadaan populasi nyamuk Aedes aegypti di suatu daerah dapat melalui survey terhadap stadium jentik-jentik atau nyamuk dewasa, sebagai hasil survey tersebut didapat indeks–indeks Aedes aegypti (indeks jentik, indeks

ovitrap, bitting rate), dalam hal ini pengamatan yang dimaksud adalah mengenai indeks jentik yang diukur dari (Depkes RI, 2008):

1. House Indeks (HI)

Jumlah rumah/bangunan yang ditemukan jentik

x 100% Jumlah rumah/bangunan yang diperiksa

Dari hasil survei jentik didapat data-data mengenai House Indeks (HI), yang ditentukan setiap bulan untuk daerah-daerah pelabuhan. Cara yang tepat untuk menentukan indeks-indeks jentik adalah dengan memakai cara single larvae survey

yaitu semua kontainer menjadi sarang nyamuk diteliti, bila ditemukan jentik nyamuk maka diambil seekor dari setiap kontainer untuk diperiksa. Indikator Angka Bebas Jentik nasional adalah di atas 95% (Depkes RI, 2008).

Bila ditemukan sarang nyamuk dengan investasi campuran, misalnya terdapat jentik Aedes aegypti maka dipilih jentik dari nyamuk yang sesuai dengan ciri-cirinya yaitu berwarna putih keabu-abuan, bergerak lamban dengan gerakan membentuk huruf S dan apabila terkena cahaya senter akan bergerak aktif (Depkes RI, 2003). 2.5.Demam Berdarah Dengue (DBD)

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut disertai dengan manifestasi perdarahan bertendensi menimbulkan syok dan dapat menyebabkan kematian, pada umumnya menyerang anak <15 tahun, namun dapat juga menyerang orang dewasa. Tanda-tanda penyakit ini adalah demam mendadak 2 sampai dengan 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda-tanda perdarahan di kulit (petechiae), lebam (echymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, kesadaran menurun atau renjatan

(shock)(Depkes RI, 2003).

Menurut WHO tahun 1997 dikenal penyakit Demam Berdarah Dengue

(DBD), yaitu penyakit akut yang disebabkan oleh virus dengan gejala seperti sakit kepala, sakit pada sendi, tulang dan otot. DBD ditunjukkan oleh empat manifestasi klinis yang utama, demam tinggi, fenomena perdarahan, sering dengan hepatomegali, dan tanda-tanda kegagalan sirkulasi darah (Depkes RI, 2005).

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Hemorrhagic Fever (DHF) merupakan salah satu penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue. Virus dengue mempunyai diameter 30 nanometer dan terdiri dari 4 tipe, yaitu tipe 1

(DEN-1), tipe 2 (DEN-2), tipe 3 (DEN-3), dan tipe 4 (DEN-4). Virus ini merupakan anggota

Arbovirus (Arthropod borne virus) grup B yang termasuk dalam genus Flavivirus, famili Flaviviridae. Pada manusia, virus dengue ditularkan melalui gigitan nyamuk betina Aedes aegypti maupun Aedes albopictus (Djunaedi, 2006).

Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang ditandai dengan: (1) demam tinggi mendadak, tanpa sebab yang jelas, berlangsung terus-menerus selama 2 sd. 7 hari, (2) manifestasi perdarahan, perdarahan kunjungtiva, epitaksis, perdarahan mukosa, perdarahan gusi, melena, hematuri termasuk uji Torniquet (remple Leede)

positif, (3) jumlah trombosit ≤ 100.000/μl , (4) peningkatan hemotokrit ≥ 20%, (5) disertai pembesaran hati (Depkes RI, 2005).

Demam Berdarah Dengue (DBD) atau Dengue Haemorhagic Fever (DHF) di dalam Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 581/ MENKES/SK/VII/1992 tentang Pemberantasan Penyakit Demam Berdarah Dengue

diidentifikasikan sebagai berikut: “adalah penyakit menular yang disebabkan oleh virus dengue dan ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti, yang ditandai dengan demam mendadak 2 sd. 7 hari tanpa penyebab yang jelas, lemah, lesu, gelisah, nyeri ulu hati, disertai tanda pendarahan di kulit berupa bintik perdarahan (petechiae), lebam (ecchymosis) atau ruam (purpura). Kadang-kadang mimisan, berak darah, kesadaran menurun atau renjatan (shock). Keputusan Menteri Kesehatan tersebut dijabarkan dalam petunjuk teknis yang ditetapkan melalui Keputusan Dirjen PPM&PLP No.914/PD.03.04/BP/1992 tentang Pemberantasan penyakit DBD (Depkes, 2003).

Demam Berdarah Dengue (DBD) adalah penyakit demam akut disertai dengan manifestasi pendarahan dan bertendensi menimbulkan syok dan dapat menyebabkan kematian, dapat terjadi pada semua golongan umur. Penyakit ini pada umumnya ditularkan oleh nyamuk Aedes aegypti namun dapat juga ditularkan oleh nyamuk Aedes albopictus yang peranannya dalam penyebaran penyakit ini sangat kecil, nyamuk ini biasanya hidup di kebun-kebun (Depkes RI, 2003).

Dokumen terkait